• Tidak ada hasil yang ditemukan

Millenium Development Goals

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

2.4 Amanat Internasional 1 Agenda Habitat

2.4.3 Millenium Development Goals

Keikutsertaan Indonesia dalam menyepakati Deklarasi Milenium bersama dengan 189 negara lain pada tahun 2000 bukan semata-mata untuk memenuhi tujuan dan sasaran Millenium Development Goals (MDGs), namun keikutsertaan itu ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tujuan dan sasaran MDGs sejalan dengan tujuan dan sasaran pembangunan Indonesia. Konsisten dengan itu, Pemerintah Indonesia telah mengarusutamakan MDGs dalam pembangunan sejak tahap perencanaan sampai pelaksanaannya sebagaimana dinyatakan dalam

Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2005-2025, Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009 dan 2010-2014 serta Rencana Kerja Tahunan berikut dokumen penganggarannya. Berdasarkan strategi pro-growth, pro-job, pro-poor, dan pro-environment alokasi dana dalam anggaran pusat dan daerah untuk mendukung pencapaian berbagai sasaran MDGs terus meningkat setiap tahunnya.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

Kemitraan produktif dengan masyarakat madani dan sektor swasta berkontribusi terhadap percepatan pencapaian MDGs.

Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium di Indonesia 2011 ini merupakan laporan ke tujuh yang bersifat nasional sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 2004. Penerbitan laporan ini bertujuan untuk melaporkan berbagai keberhasilan yang telah kita capai sebagai perwujudan dari komitmen dan kerja keras Pemerintah dan segenap komponen masyarakat untuk menuju Indonesia yang lebih sejahtera. Disamping itu, laporan ini bertujuan untuk menunjukkan komitmen Indonesia sebagai bagian dari Masyarakat bangsa-bangsa dalam mewujudkan cita-cita Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2000. Laporan ini secara ringkas menguraikan keadaan dan kecenderungan serta upaya penting untuk percepatan pencapaian MDGs sampai dengan posisi tahun 2011, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam menyusun kegiatan yang diperlukan agar sasaran MDGs tahun 2015 dapat dicapai.

Data Susenas menunjukkan akses terhadap sumber air minum layak meningkat dari 37,73 persen pada tahun 1993 menjadi 42,76 persen pada tahun 2011. Namun mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2009, yaitu 47,71 persen. Akses terhadap sumber air minum layak di perkotaan menurun dari 49,82 persen pada tahun 2009 menjadi 40,52 persen pada tahun 2011, sedangkan di perdesaan dari 45,72 persen pada tahun 2009 menjadi 44,96 persen pada tahun 2011.

Kecenderungan penurunan ini disebabkan karena meningkatnya penggunaan air kemasan dan air isi ulang sebagai sumber air minum yaitu dari 10,35 persen pada tahun 2009 menjadi 19,37 persen pada tahun 2010 (BPS, 2011). Sementara itu, air kemasan dan air isi ulang tidak termasuk sebagai sumber air minum layak. Peningkatan penggunaan air kemasan dan air isi ulang menjadi salah satu penyebab turunnya akses terhadap sumber air minum layak pada tahun 2011. Hal ini dikarenakan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

pendataan yang dilakukan saat ini hanya memotret akses terhadap sumber air yang dipergunakan untuk minum belum memperhatikan kondisi ketika rumah tangga memiliki lebih dari satu sumber air yang layak untuk diminum. Rumah tangga di Indonesia, khususnya di perkotaan, menggunakan air kemasan dan air isi ulang sebagai sumber air minum karena mudah didapatkan, praktis dan tidak perlu dimasak. Sementara itu, untuk keperluan masak dan mandi, cuci, kakus (MCK), umumnya masyarakat menggunakan air yang bersumber dari ledeng (perpipaan), sumur bor/pompa, atau sumur dangkal. Hal ini menyebabkan belum utuhnya potret yang dihasilkan dalam mengukur upaya yang telah dilakukan dalam meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber air minum layak terutama melalui penyediaan air ledeng (perpipaan) dan sumber air minum terlindungi lainnya.

Penyediaan infrastruktur air minum yang belum dapat mengimbangi

laju pertumbuhan penduduk dan meningkatnya kesejahteraan

masyarakat, baik karena faktor urbanisasi maupun peningkatan konsumsi juga menjadi penyebab turunnya akses terhadap sumber air minum layak. Selain itu, permasalahan pada tingkat operator air minum yang berkontribusi terhadap penurunan akses adalah minimnya biaya operasional dan pemeliharaan, rendahnya tarif air minum, terbatasnya SDM yang kompeten dan pengelolaan yang kurang efisien. Di perdesaan, peningkatan akses terhadap sumber air minum layak utamanya dilakukan melalui program Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS).

Berdasarkan olahan data BPS oleh Kementerian Pekerjaan Umum, proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sumber air minum layak merupakan kondisi yang telah memperhitungkan (i) rumah tangga yang memiliki lebih dari satu sumber air minum yaitu kombinasi antara rumah tangga yang mempergunakan air kemasan, air isi ulang dengan ledeng meteran, sumur bor/pompa dan/atau sumur terlindung dan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

(ii) jarak aman antara sumur bor/pompa dan sumur terlindung dengan tangki septik yaitu lebih atau sama dengan 10 meter.

Upaya yang dilaksanakan sesuai dengan prioritas pembangunan dalam meningkatkan layanan infrastruktur adalah untuk mencapai Standar Pelayanan Minimal, yang diprioritaskan bagi penyediaan infrastruktur dasar untuk mendukung peningkatan kesejahteraan melalui peningkatan aksesibilitas terhadap infrastruktur, peningkatan pengelolaan pelayanan infrastrukur serta peningkatan SDM dan Kelembagaan. Upaya tersebut dilakukan melalui dua program besar, yaitu (i) peningkatkan ketersediaan dan aksesibilitas masyarakat terhadap penyediaan layanan air minum dan sanitasi yang layak melalui (a) penyediaan perangkat peraturan; (b) memastikan ketersediaan air baku air minum; (c) meningkatkan kinerja manajemen penyelenggara penyedia/operator; (d) mengembangkan alternatif sumber pendanaan seperti pelaksanaan hibah berbasis kinerja (output based aid) dan penyediaan pinjaman perbankan bagi lembaga operator air minum; dan (e) meningkatkan keterlibatan masyarakat dan swasta; dan (ii) penyediaan air minum dan sanitasi layak sesuai target MDGs melalui (a) pemenuhan kebutuhan pokok rumah tangga terutama di daerah rawan air, tertinggal, dan strategis; (b) peningkatan pembangunan tampungan dan saluran pembawa air baku; serta (c) penyediaan prasarana, sarana dasar, dan utilitas umum yang memadai dan terpadu dengan pengembangan kawasan perumahan dalam rangka mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

Penyediaan air bersih untuk rakyat merupakan salah satu fokus percepatan pembangunan infrastruktur dalan RPJMN 2010-2014. Penyediaan air minum dengan mengembangkan inovasi pendanaan juga disesuaikan dengan modalitas proyek melalui pengembangan bundling untuk Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM), seperti pembangunan Instalasi Pengolahan Air (IPA), transmisi, dan distribusi khususnya dalam

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

skala kawasan komersial, dan sistem unbundling untuk penyediaan air minum yang nonkomersial, seperti penyediaan water meter.

Saat ini telah dikembangkan beberapa opsi pendanaan diluar mekanisme APBN dalam rangka mendukung penyediaan air minum bagi masyarakat khususnya MBR, yaitu :

1. Program Hibah Air Minum: Kenyataan menunjukkan bahwa masyarakat yang paling rentan dengan tidak adanya akses air minum adalah MBR. Hal ini terutama disebabkan karena keterbatasan keuangan untuk membayar biaya Sambungan Rumah (SR) baru yang relative mahal. Mengingat hal tersebut, Pemerintah mengupayakan berbagai program subsidi air minum dalam rangka meringankan biaya pemasangan SR bagi MBR yang dikenal dengan Program Hibah Air Minum. Program ini

diberikan sebagai kompensasi atas dasar kinerja (output based aid)

Pemerintah Daerah dalam menyediakan SR kepada MBR

2. Pinjaman Perbankan bagi PDAM: Peraturan Presiden No. 29 Tahun 2009 Tentang Pemberian Jaminan dan Subsidi Bunga oleh Pemerintah Pusat merupakan kebijakan alternatif pendanaan melalui lembaga perbankan nasional dalam rangka pengembangan SPAM. Jaminan Pemerintah Pusat diberikan 70 persen dari jumlah pokok kredit investasi yang telah jatuh tempo kepada Perbankan dan pemberian subsidi bunga oleh Pemerintah setinggi-tingginya 5 persen atas bunga kredit investasi. PDAM yang dapat memanfaatkan fasilitas ini adalah PDAM yang tidak memiliki tunggakan utang kepada Pemerintah dan memiliki kinerja sehat

berdasarkan hasil audit BPKP serta telah menerapkan full cost recovery

tariff.

3. Program Nasional-Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (PAMSIMAS): PAMSIMAS bertujuan untuk meningkatkan akses layanan air minum dan sanitasi serta meningkatkan praktik Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat di perdesaaan atau pinggiran kota (peri-urban) melalui proses pemberdayaan masyarakat untuk memahami permasalahan air minum dan sanitasi, menumbuhkan

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

prakarsa dalam merencanakan, melaksanakan, mengoperasikan dan memelihara sarana yang akan dibangun serta kemampuan dalam melanjutkan dan memperluas layanan sarana air minum dan sanitasi secara mandiri oleh masyarakat.

4. Corporate Social Rensponsibility (CSR): Pembiayaan lainnya yang saat ini juga tengah dikembangkan adalah melalui Bina Usaha Swasta (BUS) yang saluran pembiayaannya dapat dilakukan melalui program seperti CSR. Potensi CSR diharapkan dapat dimanfaatkan dengan optimal dalam bentuk kerjasama kemitraan multi pihak dimana berbagai pihak berkomitmen memberikan kontribusinya sesuai dengan peran dan kemampuannya untuk mencapai target MDGs 2015.

Dalam upaya pencapaian target RPJMN dan Renstra 2010 – 2014,

Kementerian Kesehatan meluncurkan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sebagai kegiatan prioritas nasional dalam upaya preventif dan promotif pengendalian penyakit berbasis lingkungan. Kegiatan ini menjadi salah satu program yang mendukung pencapaian target MDGs sesuai Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 dan dipantau secara periodik oleh UKP4. Pada tataran operasional, disyaratkan adanya perencanaan pembangunan mulai dari tingkat desa/kelurahan (RPJM Desa dan RKP Desa) melalui Musrenbang hingga tingkat kecamatan dan kabupaten. Dengan demikian, dibutuhkan fasilitasi efektif untuk memastikan pemerintah desa membentuk peraturan desa, menetapkan APBDesa partisipatif dan pertanggungjawaban Kepala Desa (LKPj Desa). Dalam memastikan hal tersebut, Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL) sebagai lembaga ad-hoc pelaku pembangunan air minum dan sanitasi berkoordinasi mulai dari perencanaan, penganggaran, pelaksanaan sampai pengawasan dan

pertanggungjawaban, sehingga tercapai optimalisasi manajemen

pembangunan. Melalui STBM yang menerapkan prinsip Comunity Led Total Sanitation (CLTS) masyarakat terus dipicu kesadarannya untuk mau berubah perilakunya dari tidak sehat menjadi sehat. Selain itu,

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

pembenahan dan penguatan kelembagaan internal baik SDM maupun dukungan kelembagaan lainnya seperti regulasi dan juga sistem (manajemen) juga terus dilakukan.

Permasalahan sanitasi permukiman di Indonesia masih terlihat dari masih rendahnya kualitas dan tingkat pelayanan sanitasi - baik di perkotaan maupun di perdesaan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan suatu terobosan di sektor sanitasi. Terobosan tersebut adalah melalui suatu strategi dan program pembangunan yang komprehensif, terintegrasi, jangka panjang, dan melibatkan berbagai pihak. Dalam rangka memperbaiki kualitas sanitasi permukiman sekaligus mengejar ketertinggalan pembangunan di sektor sanitasi, Pemerintah Indonesia melaksanakan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) melalui:

 Advokasi dan kampanye ke seluruh stakeholder pembangunan sanitasi permukiman.

 Koordinasi dan sinergi antar instansi, stakeholder dan antar tingkatan pemerintah (pusat, provinsi, kabupaten/kota).

 Pembentukan regulasi pendukung pembangunan sanitasi

permukiman.

 Pendampingan pelaksanaan di provinsi dan kabupaten/kota.  Peningkatan kapasitas sumber daya manusia stakeholder.

 Peningkatan kapasitas perencanaan, implementasi dan monitoring evaluasi pembangunan sanitasi permukiman.

 Harmonisasi program pembangunan sanitasi permukiman

Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) diselenggarakan dengan 2 (dua) tahapan kegiatan, yaitu:

1. Tahap Pertama yang utamanya merupakan penyiapan kebijakan program PPSP secara keseluruhan, dan sekaligus untuk meraih dukungan dari berbagai pihaknya, seperti untuk dukungan politis dan administratif, serta persiapan pendanaan dari berbagai sumber. Tahapan ini dilaksanakan pada tahun 2009.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

2. Tahap Kedua merupakan tahapan pelaksanaan program PPSP, yang meliputi kegiatan persiapan dan pelaksanaan selama periode 2009- 2014. Kegiatan ini meliputi:

 Kegiatan Persiapan yang meliputi penyelenggaraan Lokarya Nasional dalam rangka penjaringan kabupaten/kota peserta Program PPSP, Road Show di beberapa wilayah (regional), penyiapan fasilitator, Lokakarya Pembentukan Pokja (Kelompok Kerja), pengembangan kelembagaan dan peraturan.

 Kegiatan Pelaksanaan yang meliputi penyusunan Strategi Sanitasi

Kota/Kab (SSK), penyusunan Memorandum Program,

implementasi, pemantauan, pembimbingan, evaluasi dan

pembinaan.

Program PPSP yang dilaksanakan dalam kurun waktu tahun 2010- 2014 diharapkan dapat menambah layanan jaringan air limbah terpusat sampai dengan 5 persen dari jumlah penduduk perkotaan (5 juta penduduk, 16 kota) dan pembangunan Sanimas di 226 kota prioritas serta dapat terlaksananya pelaksanaan praktek 3R untuk mengurangi timbulan sampah sebesar 20 persen dan perbaikan manajemen pelayanan persampahan di 240 kota prioritas. Pelaksanaan Program PPSP ini ditargetkan pada kota-kota metropolitan, besar, dan sedang; kota-kota yang merupakan ibukota provinsi, kota-kota yang berstatus otonom, serta kawasan perkotaan di wilayah kabupaten/kota yang kondisi sanitasinya rawan. Diharapkan pada akhir tahun 2014, 330 kabupaten/kota telah mempunyai Strategi Sanitasi dan 160 kabupaten/kota di antaranya telah mulai melaksanakan pembangunan fisiknya.

Hingga kini, tercatat sejumlah 120 kabupaten/kota telah berhasil menyusun SSK nya selama tahun 2010-2011. Sementara pada tahun 2012 sejumlah 103 kabupaten/kota kini tengah menyusun SSK dan sejumlah 181 kabupaten/kota lainnya kini tengah bersiap untuk mengikuti program PPSP pada tahun 2013 nanti. Sejak tahun 2010, telah dilakukan pembangunan fisik di kabupaten/kota dengan dana dari berbagai sumber.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

Dari data yang ada, hingga tahun 2012 telah terbangun sejumlah 13 Instalasi Pengolah Air Limbah off-site skala kota, 66 lokasi Sanimas pada tahun 2011 dan 75 lokasi Sanimas diharapkan dapat terbangun pada tahun 2012. Lewat PPSP ini kabupaten/kota telah berhasil meningkatkan peluangnya untuk mendapatkan pendanaan sanitasi permukiman melalui APBN maupun APBD hingga sumber pendanaan lainnya seperti dari donor, Corporate Social Resposibility (CSR) dan Dana Alokasi Khusus, dimana salah satu produk PPSP yaitu Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota (SSK) telah menjadi satu prasyarat dalam penilaian kelayakan untuk mendapatkan dana-dana tersebut.

Adapun sumber-sumber pendanaan dimaksud antara lain :

 Program Hibah Sanitasi: sAIIG (Australia Indonesia Infra-Structure Grants for Sanitation) dan Sanitation Hibah. sAIIG merupakan program hibah untuk kegiatan sektor air limbah dan persampahan dengan didasarkan pada kinerja yang terukur (output-based) dari Pemerintah Daerah untuk pekerjaan di Tahun 2012 hingga 2014. Lingkup kegiatannya adalah penerusan hibah dari Pemerintah Australia melalui Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah untuk sektor air limbah dan persampahan. Sanitation Hibah merupakan program hibah dengan fokus kepada pengembangan Sambungan Rumah (SR) pelayanan air limbah sistem terpusat skala kota bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah. Program ini juga didasarkan pada kinerja yang terukur (output-based) dari Pemerintah Daerah dengan nilai penggantian sebesar Rp 5 juta / SR. Penggantian dana kepada Pemerintah Daerah kemudian diberikan setelah SR berfungsi baik selama 2 (dua) bulan yang dilakukan melalui verifikasi teknis dan rekening pembayaran pelayanan sambungan air limbah.

 Pinjaman Luar Negeri: Solusi pembiayaan lain bagi penyediaan infrastruktur sanitasi adalah melalui pinjaman luar negeri. Alternatif ini ditujukan terutama untuk pengembangan pengelolaan air limbah terpusat skala kota yang membutuhkan dana yang relatif besar.

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

Pinjaman luar negeri untuk kegiatan air limbah digunakan untuk kegiatan Metropolitan Sanitation Management and Health Project (MSMHP) dan Denpasar Sewerage Development Project (DSDP). Diharapkan melalui kegiatan-kegiatan tersebut, dapat terbangun Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan jaringan perpipaan skala kota yang dapat melayani kebutuhan pelayanan air limbah bagi penduduk perkotaan.

 Corporate Social Rensponsibility (CSR): Pembiayaan lainnya yang saat ini juga tengah dikembangkan adalah melalui Bina Usaha Swasta (BUS) yang saluran pembiayaannya dapat dilakukan melalui program seperti CSR. Potensi CSR diharapkan dapat dimanfaatkan dengan optimal dalam bentuk kerjasama kemitraan multi pihak dimana berbagai pihak berkomitmen memberikan kontribusinya sesuai dengan peran dan kemampuannya untuk mencapai target MDGs 2015.

 Dana Alokasi Khusus (DAK). DAK diselenggarakan dalam rangka memenuhi standar pelayanan minimum di dalam penyediaan infrastruktur, DAK juga dialokasikan untuk pemenuhan targettarget MDGs, air minum dan sanitasi selain pembangunan infrastruktur jalan. Hal tersebut sesuai dengan PP No. 14 Tahun 2009, dimana ada persyaratan atau sasaran minimum yang harus di layani oleh pemerintah untuk mengoptimalkan pelayanan masyarakat, terutama di bidang PU maupun permukiman. PPSP akan menjadi prasyarat untuk mendapatkan pendanaan dari DAK. Kabupaten/kota yang tidak/belum mengikuti program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) akan berkurang peluangnya dalam mendapatkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sanitasi.

Penurunan proporsi rumah tangga yang menempati hunian dan lingkungan tidak layak di perkotaan akan sejalan dengan penurunan jumlah rumah tangga miskin. Namun demikian, dari sisi ekonomi, peningkatan pendapatan rumah tangga miskin tidak akan serta merta mendorong mereka untuk segera memperbaiki kondisi hunian yang

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

ditempati mengingat sangat besarnya biaya yang dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan luasan hunian yang ditempati. Rumah tangga miskin akan lebih memprioritaskan peningkatkan pendapatan mereka untuk konsumsi lainnya seperti makanan dan pakaian.

Untuk memperbaiki kondisi huniannya, rumah tangga miskin, khususnya di perkotaan, memerlukan lompatan pendapatan yang besar dalam hidupnya. Pada sisi lainnya, peningkatan harga bahan bangunan dan keterbatasan lahan di perkotaan turut mempersulit masyarakat miskin untuk menempati hunian yang layak tanpa intervensi pemerintah. Indikator yang digunakan untuk mengestimasi rumah tangga kumuh perkotaan adalah tidak adanya akses sumber air minum layak, tidak adanya akses sanitasi dasar yang layak, luas minimal lantai hunian per kapita dan daya tahan material hunian.

Untuk mempercepat pencapaian sasaran MDGs, Presiden telah menetapkan Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010 Tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan. Salah satu amanat yang tercantum dalam Inpres tersebut adalah agar setiap Kementerian/Lembaga, Gubernur, dan Para Bupati/Walikota mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai tugas, fungsi, dan kewenangan masing-masing dalam rangka pelaksanaan program-program pembangunan yang berkeadilan, antara lain meliputi program pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development GoalsMDGs).

Implementasi dari Inpres No. 3 Tahun 2010 adalah sebagai berikut:  Pengintegrasian tujuan, target, dan indikator MDGs ke dalam

sistem perencanaan dan penganggaran Pemerintah baik di tingkat Pusat, Provinsi, maupun Kabupaten/Kota baik jangka menengah (5 tahunan) maupun jangka pendek (tahunan);

 Penyusunan Peta Jalan Percepatan Pencapaian MDGs di

Indonesia 2010 – 2015 yang digunakan sebagai acuan bagi seluruh

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

memantau, dan mengevaluasi berbagai program dan kegiatan dalam rangka percepatan pencapaian MDGs;

 Pembentukan Tim Koordinasi MDGs Nasional di bawah koordinasi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas dengan beranggotakan seluruh Kementerian/Lembaga yang terkait dalam upaya percepatan pencapaian MDGs. Tugas pokok dari tim tersebut adalah bertanggung jawab dalam koordinasi perencanaan, pelaksanaan, dan monitoring-evaluasi pencapaian sasaran MDGs; 1. Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) percepatan pencapaian

MDGs di 33 Provinsi dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut:  Penyusunan pedoman teknis Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi

tentang percepatan pencapaian tujuan MDGs untuk memberikan panduan bagi daerah, khususnya provinsi dalam menyusun dokumen rencana aksi percepatan pencapaian target MDGs di daerah, sehingga dapat dihasilkan dokumen rencana aksi yang jelas, operasional dan selaras dengan kebijakan nasional;

 Pelaksanaan fasilitasi penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Provinsi oleh Tim Koordinasi MDGs Nasional kepada Tim Koordinasi MDGs Provinsi untuk menyamakan persepsi dalam penyusunan target dan indikator MDGs di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota, menyusun langkah-langkah penyusunan RAD MDGs Provinsi, dan melakukan exercise penyusunan draft RAD Percepatan Pencapaian Target MDGs di Provinsi termasuk penyusunan target, sasaran dan indikator;

 Penyusunan pedoman teknis Definisi Operasional Indikator MDGs yang berisikan tentang daftar tujuan, target, dan indikator MDGs, konsep definisi, manfaat, metode perhitungan, dan sumber data yang digunakan untuk menyamakan persepsi sehingga data dan informasi MDGs dapat dibandingkan antarprovinsi;

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan

 Penyusunan pedoman teknis Review RAD MDGs Provinsi sebagai acuan dalam mereview RAD MDGs Provinsi yang sejalan dengan kebijakan program, dan sasaran MDGs Nasional;

 Penyusunan pedoman teknis Pemantauan dan Evaluasi

Pelaksanaan RAD MDGs Provinsi untuk memastikan pelaksanaan program dan kegiatan MDGs yang tertuang didalam RAD MDGs Provinsi sesuai dengan rencana yang ditetapkan, mengidentifikasi dan mengantisipasi permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program percepatan pencapaian MDGs sehingga dapat diatasi, dan merumuskan langkah tindak lanjut percepatan pencapaian target MDGs;

2. Penetapan Surat Edaran Kementerian PPN dan Kemendagri Nomor: 0068/M.PPN/02/2012 dan Nomor: 050/583/SJ tentang Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) Tahun 2011-2015 antara lain untuk mendorong agar daerah menyusun program dan kegiatan serta pengalokasian anggaran dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah agar mengacu pada RAD MDGs di masing-masing provinsi untuk percepatan pencapaian tujuan target dan indikator MDGs.

 Peningkatan dukungan pembiayaan untuk percepatan pencapaian MDGs, yaitu :

 Penyusunan kerangka kebijakan pendanaan percepatan sasaran MDGs melalui Public Private Partnership (PPP) untuk mendorong pihak swasta bermitra dengan Pemerintah dalam upaya percepatan pencapaian MDGs;

 Penyusunan pedoman harmonisasi Pelaksanaan Corporate Social Responsibilities (CSR) untuk mensinergikan pelaksanaan kegiatan CSR dengan program dan kegiatan dalam rangka pencapaian MDG yang mencakup upaya (i) pencapaian keselarasan antara

RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) TAHUN 2015 – 2019

PEMERINTAH KABUPATEN TORAJA UTARA

Provinsi Sulawesi Selatan