• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS

2. Minat Belajar Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti perbuatan. Secara

etimologi pendidikan berarti “pemeliharaan”. Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogis” yang berarti

bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan “education” yang

berarti pengembangan atau bimbingan. Sedangkan dalam bahasa arab

istilah ini disebut “tarbiyah” yang berarti pendidikan.26

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.27

Sedangkan menurut M. Alisuf Sabri Pendidikan adalah “usaha

sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan”.28

Jadi dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan belajar secara aktif, dan mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara pemberian bimbingan, pelatihan dan pengajaran yang diarahkan

26

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 1994), h. 1 27

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Sisdiknas, (Jakarta: Dirtjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), h. 34

28

dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik ke arah tingkat dewasa.

Definisi Pendidikan Agama Islam menurut pakar pendidikan diantaranya, menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam

adalah “bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.”29

Sementara itu, Zakiah Daradjat mengemukakan tiga pengertian pendidikan agama Islam sebagai berikut:

1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran agama Islam.

3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.30

Menurut Alisuf Sabri, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.31

29

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.. al-Ma’arif,

1989), h. 23 30

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ………. h. 86 31

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum ialah untuk

“meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman,

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertaqwa kepada Allah swt, serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.32

Menurut Zakiah Daradjat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam secara garis besar adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaannya.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam itu meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam agar siswa paham akan ajaran Islam, mengembangkan kemampuan baca tulis

Al-Qur’an dan tarikh Islam. Pada aspek afektif, tujuan yang ingin dicapai

adalah agar siswa menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.33

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman

32

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 78 33

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2008), h. 86

peserta didik tentang agama Islam agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, berakhlak mulia bagi kehidupan sendiri, bermasyarakat dan bernegara.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (kurikulum PAI: 2002).34

Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam di tingkat SMA

diberikan untuk ”menyempurnakan pendidikan agama yang sudah

diberikan di tingkat SLTP dan memberikan pendidikan dan pengetahuan agama Islam serta berusaha agar mereka mengamalkan

ajaran Islam yang telah diterimanya.”35

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA berbeda dengan yang dilaksanakan di madrasah-madrasah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada alokasi waktu/jumlah jam pelajaran dan materi kurikulum bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam pada kedua lembaga pendidikan.

Adapun alokasi waktu untuk mengajarkan Penddikan Agama Ialam (PAI) di SMA disediakan 2 jam pelajaran perminggu. Jumlah jam pelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah-madrasah lebih banyak dibanding dengan waktu yang tersedia di sekolah-sekolah. Perbedaan pelaksaan Pendidikan Agama Islam di kedua lembaga pendidikan tersebut adalah wajar mengingat adanya perbedaan segi status dan kedudukan kedua lembaga pendidikan tersebut.

34

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.135

35

Zuhairini, dkk., Methodik Khusus Pendidikan Agama, (Surabaya: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan Ampel, 1983), h. 47

Dengan demikian, jelaslah bahwa proses pendidikan agama Islam sekalipun konteksnya sebagai suatu bidang studi, tidak sekedar menyangkut pemberian pengetahuan agama Islam kepada siswa, melainkan yang lebih utama menyangkut pembinaan, pembentukan dan pengembangan kepribadian muslim yang taat beribadah dan beramal shaleh.

b. Pengertian Minat Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila seorang sisiwa tersebut belajar dengan minat yang besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik.

Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan setiap orang didasari oleh kecendrungan hati atau keinginan atau minat. Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu.

Pengertan minat belajar terdiri dari dua suku kata, yakni kata

“minat” dan kata “belajar”. Dari segi bahasa minat adalah : “kecendrungan hati yang tertinggi terhadap sesuatu”.36

Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minta tersebut dengan disertai perasaan senang.37

Adapun yang dimaksud dengan minat menurut M. Alisuf Sabri

adalah “suatu kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan

36

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,……. h. 583

37

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar Dalam Perspektif Islam,………, h. 261

mengingat sesuatu secara terus-menerus.”38

Jadi, minat itu timbul karena adanya perasaan senang pada diri seseorang yang menyebabkan selalu memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus.

Menurut M. Buchori minat adalah “kesadaran seseorang;

bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya”39

Sedangkan menurut Akyas Azhari dalam buku “Psikologi Pendidikan” mengatakan bahwa “minat ialah kecendrungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa objek kegiatan, yang diminati, seseorang diperhatikan terus dan rasa senang.40 Berbeda

dengan pendapat Agus Sujanto bahwa “minat ialah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh

kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.”41

Selanjutnya menurut Ahmad D. Marimba, minat adalah

“kecendrungan jiwa terhadap sesuatu karena merasa ada kepentingan

dengan sesuatu itu, yang umumnya disertai dengan perasaan senang

akan sesuatu itu.”42

Dari beberapa definisi di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu kecendrungan atau keinginan yang besar yang menetap pada diri hati seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu yang menarik secara terus menerus disertai dengan rasa senang untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Dengan minat seseorang akan memusatkan atau mengarahkan seluruh aktivitas fisik dan psikisnya ke arah yang diamatinya. Minat merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat sangat menentukan sikap

38

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84 39

H. Carl Witherington, Psikologi Pendidikan, Penerjemah M. Buchori, (Bandung: CV Jemmars), 1982), h. 110

40

Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996), h. 74 41

Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 92 42

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Al-Ma’arif,

yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.

Minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat atau tidak ada kehendak untuk mempelajari, ia tidak akan bias mengikuti proses belajar.

Sedangkan belajar secara sederhana adalah: “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.”43

Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, dan mengerti tentang sesuatu.

Menurut Oemar Hamalik belajar adalah “perubahan tingkah laku yang relativ manetap berkat latihan dan pengalaman.”44

Moch.

Uzer Usman megartikan belajar “sebagai proses perubahan tingkah

laku antara individu dan individu dengan lingkungannya.”45

Seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya. Dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Fadhilah Suralaga “belajar merupakan tahapan

perbuatan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang

melibatkan proses kognitif.”46

Sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh M. Alisuf Sabri bahwa “belajar ialah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan latihan.”47

43

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ……. h. 14

44

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasakan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 154

45

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,………., h. 5

46

Fadhilah Suralaga, Netty Hartati, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,..., h. 63

47

Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapt berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki dan meningkatkan perilaku yang ada.

Dari beberapa pengertian belajar seperti disebutkan di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti tingkah laku) yang relatif tetap.

2) Bahwa perubahan itu, pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar.

3) Bahwa perubahan itu dilakukan melalui kegiatan atau usaha yang disengaja.

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.48

Belajar memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam menetapkan bahwa belajar merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi setiap manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

)

(

“Dari Hisyam bin Ammar bin Hafs bin Sulaiman dari dari

Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik berkata, bersabda

Rasulullah saw :”Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap orang

muslim.” (H.R. Ibn Majah)49

48

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997), h. 90-94

49

Selain itu, Allah juga mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah swt:

Artinya:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat.”50

Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Karena dengan adanya belajar, seseorang dari yang belum mengerti menjadi mengerti ditambah pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa yang akan datang.

Jadi minat belajar adalah kecendrungan untuk selalu memeperhatikan dan mengingat secara terus-menerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikan dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang relatif menetap melalui latihan dan pengalaman serta interaksi dengan lingkungan.

Pendidikan dengan proses belajar mengajar sebagai kegiatannya, merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Dari proses interaksi itu, proses belajar mengajar di ikat dengan minat dan perhatian antara keduanya. Dengan demekian, proses belajar mengajar akan terjadi secara efektif dan efesien apabila siswa mempunyai minat terhadap suatu pelajaran / guru yang mempengaruhinya.

c. Fungsi Minat

Setelah memahami pengertian-pengertian yang diuraikan di atas tentunya minat itu sendiri mempunyai fungsi tersendiri. “Minat

50

dikatakan sebagai salah satu faktor penting yang ikut menentukan

berhasil atau gagalnya belajar siswa.”51

Minat pun dikatakan sebagai aspek kejiwaan karena ia sangtalah pribadi dan berkembang sejak masa kanak-kanak. Pada semua usia minat memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang, dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap. Hal ini terutama selama masa kanak-kanak, karena setiap aktifitas anak ditentukan minat yang berkembang selama pertumbuhannya.

Peranan minat dalam belajar sebagai “Motivating Force” yaitu

sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar.52 Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk rajin belajar; berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bias terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

d. Indikator Minat Belajar Agama

“Minat merupakan suatu yang relatif menetap pada diri seseorang.”53

Keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihtakan seseorang.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator diartikan

sebagai “sesuatu yang dapat memberikan petunjuk dan keterangan”.54

Kaitannya dengan minat siswa adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk dan keterangan kearah minat siswa dalam belajar pendidikan agama Islam.

Minat adalah kecendrungan seseorang terhadap sesuatu, tau bias dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan.55 Pada dasarnya setiap orang akan lebih senang melakukan sesuatu yang

51

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,………. H. 121

52

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ……….., h. 85

53

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,………., h. 27

54

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, …. h. 229

55

sesuai dengan minatnya (yang disukai) dari pada melakukan sesuatu yang kurang disukai. Belajar dalam keadaan hati senang akan lebih mudah dari pada anak belajar dengan suasana hati yang terpaksa.

Dari pengertian tersebut kita memperoleh kesan bahwa minat itu sebenarnya mengandung tiga unsur yaitu: unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak).

Ada beberapa indikator minat belajar siswa sebagai berikut: 1) Mengetahui dan Merasakan Manfaat Belajar Pendidikan Agama

Islam

Mengetahui dan merasakan manfaat belajar pendidikan agama Islam merupakan indikator yang dapat menunjukkan keberadaan minat belajar pendidikan agama Islam dalam diri siswa. Siswa yang berminat dalam belajar pendidikan agama Islam tentunya ia akan merasa betapa penting dan bermanfaatnya belajar pendidikan agama Islam bagi dirinya.

2) Keyakinan

Keyakinan merupakan indikator yang dapat menunjukkan keberadaan minat belajar pendidikan agama Islam dalam diri siswa. Siswa yang berminat dalam belajar pendidika agama Islam maka ia akan merasa yakin bahwa belajar pendidikan agama Islam adalah wajib hukumnya dan merasa yakin bahwa belajar pendidikan agama Islam merupakan suatu kebutuhan untuk dirinya. Kebutuhan yang dirasakan siswa akan berkorelasi positif dengan aktifitas belajar mereka ketika mnegikuti pelajaran.

3) Perasaan Senang

Perasaan senang merupakan indicator minat. Minat erat kaitannya dengan perasaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

M. Alisuf Sabri bahwa “minat itu terjadi karena sikap senang

kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia

sikapnya senang kepada sesuatu itu.”56

56

Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia cendrung mengetahui hubungan antara perasaan dengan minat. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam ia akan merasa senang dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam. Ia akan rajin dan terus-menerus mempelajari ilmu agama Islam dan mengikutinya dengan antusias tanpa ada beban paksaan dalam dirinya.

4) Ketertarikan

“Minat menurut Crow dan Crow bisa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri.”57

Seorang siswa dapat diakatakan memiliki minat belajar yang tinggi jika ia merasa tertarik pada suatu obyek, dalam hal ini pelajaran. Ketertarikan siswa tersebut akan berimplikasi pada indikator-indikator minat belajar lainnya. Maka kunci pertama dalam belajar adalah siswa terlebih dahulu mesti mempunyai rasa ketertarikan pada pelajaran.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Pendidikan Agama Islam

Minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan dan timbul karena ada berbagai faktor. Minat ditimbulkan karena adanya perasaan senang pada diri siswa yang diperkuat oleh sikap yang positif.

Dengan mengandalkan perasaan siswa mampu menilai tentang pengalaman-pengalamannya di sekolah selama ia mengikuti kegiatan belajar mengajar. Penilaian-penilaiannya yang positif akan terungkap

57

Abdurrahman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1993),h. 112

dengan “perasaan senang” dan penilaian negatif akan terungkap dalam “perasaan tidak senang”.

Seperti telah diketahui bahwa selain minat timbul dari dalam diri individu, terdapat faktor-faktor yang berasal dari luar yang turut berperan dalam menimbulkan minat seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam belajar lebih lanjut diungkapkan

oleh M. Alisuf Sabri berikut ini:”… apabila siswa tidak berminat

sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar…”58

Abd. Abror mengemukakan bahwa “minat itu sebenarnya mengandung unsur kognisi, emosi dan konasi”.59

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut di atas, maka penulis dapat menegaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar pendidikan agama Islam:

1) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang tentang pendidikan agama Islam merupakan faktor yang mempengaruhi minat dalam belajar pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, minat belajar pendidikan agama Islam harus didahului dengan mengenal atau mengetahui tentang pengetahuan yang berkenaan dengan al-Qur’an.

Apabila seseorang telah mengenal atau mengetahui pendidikan agama Islam, mengetahui manfaat belajar pendidikan agama Islam maka ia akan berminat dalam belajar pendidikan agama Islam. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mengetahui tentang pendidikan agama Islam dan manfaatnya, maka ia tidak akan berminat dalam belajar pendidikan agama Islam.

2) Keyakinan

Keyakinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan “kepercayaan yang sunguh-sungguh, kepastian, ketentuan,

58

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ……….., h. 84

59

bagian agama atau religi yang menjadi konsep-konsep ang menjadi

milik kepercayaann dan penganutnya.”60

Keyakinan seseorang terhadap pendidikan agama Islam, juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam belajar pendidikan agama Islam. Keyakinan tersebut dapat berupa keyakinan bahwa belajar pendidikan agama Islam adalah wajib hukumnya, keyakinan bahwa dengan belajar pendidikan agama Islam dapat menjadi pengontrol dalam berbuat sesuatu.

3) Kebiasaan

Kebiasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan “sesuatu yang biasa dilakukan; pola untuk melakukan

tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal

yang sama.”61

Faktor lingkungan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap timbul dan berkembangnya minat, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masayarakat.62

Kebutuhan dapat juga menjadi faktor timbulnya minat. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Oleh karena itu, orang tua mengarahkan anak-anaknya bahwa pendidikan agama penting bagi mereka, sehingga mereka merasa butuh. Seperti yang dikatakan oleh Zakiah Darajat, pemunculan minat

Dokumen terkait