• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh perhatian orang tua terhadap minat belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Mandalahayu Bekasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh perhatian orang tua terhadap minat belajar Siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Mandalahayu Bekasi"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

1

AGAMA ISLAM DI SMK MANDALAHAYU BEKASI

Oleh:

NURHASANAH 106011000036

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA TERHADAP MINAT

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMK MANDALAHAYU BEKASI

Skripsi

Diajukan pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I)

Oleh:

Nurhasanah

(106011000019)

Di bawah bimbingan

Drs. H. M. Alisuf Sabri NIP. 150 034 454

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi berjudul: “Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMK

Mandalahayu Bekasi” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasah pada hari Rabu, 8 Desember 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S-1 (S. Pd.I) dalam bidang Pendidikan Agama Islam.

Jakarta, 10 Desember 2010 Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua Panitia (Ketua Jurusan Pend. Agama Islam) Tanggal Tanda Tangan

Bahrissalim, M. Ag ……….. ...

NIP: 19680307 199803 1 002 Sekretaris (Sekretaris Jurusan/Prodi)

Drs. Sapiudin Shidiq, M. Ag ……….. ………

NIP: 19670328 200003 1 001 Penguji I

Dra. Hj. Sofiah, MS, MA ……….. ………

NIP: 19491123 198902 2 001 Penguji II

Hj. Nurlena Rifai, M.A. Ph. D ……….. ………

NIP: 19591020 198603 2 001

Mengetahui:

Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A

(4)

i

NIM : 106011000019

Jurusan : Pendidikan Agama Islam (PAI)

Skripsi yang penulis buat berjudul “Pengaruh Perhatian Orang Tua

Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di

SMK Mandalahayu Bekasi”. Masalah pokok yang diteliti dalam skripsi ini

sebagaimana telah dirumuskan dalam perumusan masalah yaitu: Bagaimana perhatian orang tua terhadap pendidikan anak dan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidika agama Islam (PAI) di SMK Mandalahayu Bekasi. Apakah perhatian orang tua berpengaruh positif terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam (PAI).

Tujuan penelitian ini antara lain untuk mengumpulkan data empiris mengenai perhatian orang tua dan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Mandalahayu Bekasi. Serta untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh antara perhatian orang tua dengan minat belajar agama siswa. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perhatian orang tua (X), dan variabel terikatnya adalah minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi deskripsi, kemudian data diolah dengan menggunakan rumus product moment. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan observasi,

wawancara dan angket. Teknik pengambilan sampel ditetapkan secara “random sampling” yaitu proses pengambilan sampel dimana seluruh anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 orang siswa atau 25% dari populasi yang berjumlah 154 siswa, namun yang beragama islam berjumlah 145 siswa. Selanjutnya penulis melakukan pengolahan data dan analisis data secara statistik deskriptif kuantitatif yaitu dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi.

(5)

ii

Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di bumi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu dicurahkan kepada junjungan umat manusia, pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam, nabi Muhammad SAW. Berkat rahmat dan hidayah Allah SWT, penulis telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.

Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini telah melibatkan banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Ketua dan sekertaris Jurusan Pendidikan Agama Islam

3. Bapak Drs. H.M. Alisuf Sabri selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. H. Abdul Fattah Wibisono, MA selaku dosen penasehat akademik yang selalu memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis hingga akhir masa perkuliahan.

5. Seluruh dosen, staff, dan karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang banyak memberikan pengetahuan selama penulis menjalankan perkuliahan

6. Seluruh staff perpustakaan UIN dan perpustakaan FITK yang telah mempermudah penulis dalam mencari referensi.

(6)

iii

9. Ayahanda dan ibunda tercinta yang dengan bersusah payah telah mengasuh dan mendidik penulis hingga sekarang serta kakak dan adik tersayang yang dengan sabar telah membantu dan mendukung keberhasilan belajar penulis

10.Sahabat-sahabat UIN Syarif hidayatullah Jakarta khususnya kelas A PAI FITK angkatan 2006, yang telah banyak memberikan pengalaman kepada penulis tentang indahnya arti sebuah kebersamaan.

Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak serta jasa-jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.

Jakarta, 25 November 2010

(7)

iv

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 7

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Teori 1. Perhatian Orang Tua ... 9

a. Kedudukan Orang Tua dalam Pendidikan ... 9

b. Pengertian Perhatian Orang Tua ... 11

c. Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua ... 13

2. Minat Belajar Pendidikan Agama Islam ... 16

a. Pengertian dan Tujuan PAI di SMA ... 16

b. Pengertian Minat Belajar ... 20

c. Fungsi Minat ... 24

d. Indikator Minat Belajar Agama ... 25

e. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Minat Belajar Pendidikan Agama Islam ... 27

B. Kerangka Berfikir ... 30

C. Hipotesis ... 31

(8)

v

C. Metode Penelitian ... 35

D. Variabel Penelitian ... 35

E. Teknik Pengumpulan Data ... 38

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMK Mandalahayu Bekasi ... 47

B. Deskripsi Data ... 52

C. Analisa Data ... 53

D. Interpretasi Data ... 79

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 81

B. Saran-saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(9)

vi

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrument Perhatian Orang Tua ... 36

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Agama ... 37

Tabel 3.3 Penetapan skor ... 41

Tabel 3.4 Penafsiran Prosentase ... 42

Tabel 3.5 Penilaian Analisi Mean ... 43

Tabel 3.6 Interpretasi Angka “r” Product Moment ... 44

Tabel 4.1 Data Keadaan Guru SMK Mandalahayu Bekasi ... 49

Tabel 4.2 Keadaan Data Siswa SMK Mandalahayu Bekasi ... 51

Tabel 4.3 Keadaan Sarana dan Prasarana SMK Mandalahayu Bekasi ... 52

Tabel 4.4 Orang Tua Memberikan Pendidikan Agama di Rumah ... 53

Tabel 4.5 Orang Tua Menanyakan Perkembangan Belajar di Sekolah... 53

Tabel 4.6 Orang Tua Menanyakan Problem yang Dihadapi Kepada Guru ... 54

Tabel 4.7 Orang Tua Membantu Menyelesaikan Masalah yang Sedang Dihadapi ... 54

Tabel 4.8 Orang Tua Memberikan Masukan Terhadap Keluh Kesah yang Sedang Dihadapi ... 55

Tabel 4.9 Orang Tua Memberikan Motivasi dalam Belajar Agama ... 55

Tabel 4.10 Orang Tua Tidak Memberikan Pendidikan Agama di Rumah... 56

Tabel 4.11 Orang Tua Mempunyai Kerjasama yang Baik dengan Guru di Sekolah ... 56

Tabel 4.12 Orang Tua Menyediakan Perlengkapan Belajar ... 57

Tabel 4.13 Orang Tua Memperhatikan dan Peduli Terhadap Lingkungan dan Situasi Belajar ... 57

Tabel 4.14 Orang Tua Membelikan Buku yang Berkaitan dengan Pelajaran Agama ... 58

Tabel 4.15 Orang Tua Membimbing dalam Mengerjakan PR ... 58

Tabel 4.16 Orang Tua Membantu Mengatasi Kesulitan Belajar di Rumah ... 59

Tabel 4.17 Orang Tua Mengingatkan Solat Lima Waktu ... 59

(10)

vii

Les, Dan Lain-Lain ... 61

Tabel 4.22 Orang Tua Kurang Memperhatikan Tempat Belajar ... 62

Tabel 4.23 Orang Tua Kurang Memperhatikan Perkembangan Belajar di Rumah ... 62

Tabel 4.24 Skor Butir Soal Variabel Perhatian Orang Tua (X) ... 63

Tabel 4.25 Analisis Mean ... 64

Tabel 4.26 Siswa Senang dalam Belajar Agama Islam ... 65

Tabel 4.27 Siswa Merasa Jenuh dan Bosan dalam Belajar Agama Islam ... 65

Tabel 4.28 Siswa Mengikuti Pelajaran Agama Islam dengan Kemauan Sendiri ... 66

Tabel 4.29 Siswa Terpaksa Mengikuti Pelajaran Agama Islam ... 66

Tabel 4.30 Siswa Mengulang Kembali Pelajaran Agama Islam di Rumah ... 67

Tabel 4.31 Materi Pelajaran Agama Islam Menantang Untuk Dikaji ... 67

Tabel 4.32 Pelajaran agama Islam Sesuai dengan Kebutuhan, Sehingga Siswa Tertarik untuk Mempelajarinya ... 68

Tabel 4.33 Materi Pelajaran Agama Islam Kurang Menarik ... 68

Tabel 4.34 Belajar Agama Islam Mempunyai Banyak Manfaat ... 69

Tabel 4.35 Mengajukan Pertanyaan, Apabila Ada Materi Yang Belum Dimengerti ... 69

Tabel 4.36 Siswa Takut Mengajukan Pertanyaan Kepada Guru ... 70

Tabel 4.37 Siswa SMA Tidak Perlu Belajar Agama ... 70

Tabel 4.38 Siswa Tidak Suka Diganggu Ketika Belajar Agama Islam ... 71

Tabel 4.39 Siswa Merasakan Adanya Perubahan Setelah Belajar Agama Islam ... 71

Tabel 4.40 Mencatat Hal-hal Yang Penting Ketika Guru Agama Menyampaikan Materi ... 72

(11)

viii

Tabel 4.45 Siswa Aktif Ketika Diskusi ... 74 Tabel 4.46 Skor Butir Soal Variabel Minat Belajar Siswa (Y) ... 75 Tabel 4.47 Analisis Mean ... 76 Tabel 4.41 Analisis Korelasi Antara Variabel Perhatian Orang Tua (X)

(12)

ix Lampiran 1 : Angket Perhatian Orang Tua

Lampiran 2 : Angket Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

Lampiran 3 : Berita Wawancara

Lampiran 4 : Struktur Organisasi SMK Mandalahayu Bekasi

Lampiran 5 : Struktur Oraganisai Tata Usaha SMK Mandalahayu bekasi Lampiran 6 : Surat Proposal skripsi

(13)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam kehidupan manusia dewasa ini. Terlebih pada masa kini pendidikan merupakan sebuah kebutuhan bagi umat manusia. Kebutuhan akan pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipungkiri lagi. Karena pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Kemampuan, kecerdasan dan kepribadian suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikan yang ada sekarang ini. Bahkan kemajuan suatu bangsa banyak ditentukan oleh pendidikannya. Disamping itu, pendidikan juga merupakan sarana utama dalam upaya mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Itulah sebabnya, pendidikan selain kunci kemajuan, juga merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh setiap negara, termasuk Negara Republik Indonesia.

Dunia pendidikan dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang nyata dalam upaya meningkatkan kemajuan bangsa. Tidak hanya itu, dunia pendidikan pun dituntut untuk membentuk manusia yang berakhlak mulia, kreatif, mandiri, dan bertanggung jawab yang semuanya itu didasarkan atas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal itu senada dengan apa yang tertuang dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

(14)

Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.”1

Dengan tercantumnya kata “beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhlak Mulia”, menunjukkan bahwa pendidikan agama sangat diharapkan berperan langsung dalam upaya mencapai tujuan pendidikan nasional.2 Oleh karena itu pendidikan agama termasuk pendidikan agama Islam mempunyai peran dan kedudukan yang sangat penting dalam Sistem Pendidikan Nasional, yaitu merupakan salah satu komponen dari pendidikan nasional, sehingga pendidikan agama merupakan bagian yang integral dari pendidikan nasional.3 Dengan melalui pendidikan agama Islam, maka bangsa Indonesia akan meningkatkan ketakwaannya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan demikian, berarti salah satu pendidikan nasional telah tercapai. Sebab salah satu tujaan pendidikan nasional ialah meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, tentu saja pendidikan agama Islam perlu mendapatkan perhatian yang serius. Baik dari pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam merupakan bagian mata pelajaran yang wajib dilaksanakan di lembaga pendidikan. Bahkan sejak masa orde baru, pelaksanaannya dimasukkan kedalam kurikulum, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.4

Di dunia era globalisasi manusia dituntut untuk kompetitif, baik secara edukatif terlebih secara finansial. Sehingga mayoritas orang tua mengantarkan anaknya ke setiap jenjang pendidikan dengan tujuan yang sangat pragmatis, yakni dengan berpendidikan, kesempatana anak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak akan semakin terbuka. Hal ini sangat kontradiktif dengan tujuan pendidikan, yaitu meningkatkan kualitas spiritual dan mengembangkan

1

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II Pasal 3, (Jakarta: CV. Mitama Utama, 2003), h. 8

2

M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan, ( Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 112 3

Salihun A. Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Problema Remaja, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 19

4

(15)

kualitas intelektual dan emosional, sehingga semua ranah meliputi kognitif, afektif dan psikomotorik dapat tercapai secara optimal.

Islam sangat menganjurkan kepada pemeluknya agar proses pendidikan diberikan kepada anak-anaknya semenjak dalam buaiannya. Bahkan ketika masih dalam kandungan ibunya.5 Oleh karena itu, Islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi setiap manusia.

Tujuan dari pendidikan agama Islam sendiri ialah untuk membimbing umat manusia menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah swt. Pendapat ini

diperkuat oleh M. Alisuf Sabri dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pendidikan

bahwa pendidikan agama Islam bertujuan: “untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalan siswa tentang agama Islam menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah swt serta

berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, berbangsa dan bernegara”6

.

Agar tujuan pendidikan agama Islam sebagaimana termaktub di atas dapat terwujud, diperlukan usaha-usaha yang serius dan berkesinambungan dari setiap unsur yang terlibat dalam pendidikan.

Kita telah mengetahui bahwa pendidikan di negara kita terutama pendidikan agama Islam masih kurang mendapatkan perhatian yang serius, baik dari pemerintah, keluarga maupun masyarakat. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya minat belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam, terutama pada sekolah umum, karena sekolah mengedepankan mata pelajaran umum daripada pendidikan agama Islam. Selain itu, pendidikan agama Islam hanya diberikan seminggu sekali pada sekolah umum, sehingga siswa tidak mengetahui atau tidak merasa pentingnya pendidikan agama bagi mereka.

Kelemahan siswa terhadap minat belajar mereka terhadap Pendidikan Agama Islam mengalami kesulitan yang cukup berarti. Hal ini disebabkan antara lain karena orang tua tidak memberikan dorongan minat belajar agama

5

Abudin Nata, Fauzan, Pendidikan Dalam Persfektif Hadits, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 229.

6

(16)

secara optimal, latar belakang pendidikan orang tua yang rendah sehingga kurang memahami pentingya pendidikan agama bagi anaknya, lingkungan sekitar yang kurang mendukung terhadap pendidikan agama, metode pengajaran guru pendidikan agama Islam yang monoton sehingga siswa merasa bosan.

Tetapi dari sekian banyak permasalahan rendahnya minat belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam di atas, ada faktor lain yang dapat meningkatkan minat belajar siswa terhadap pendidikan agama Islam, yaitu perhatian orang tua terhadap siswa ketika mereka berada dirumah. Dikatakan demikian, karena orang tua mempunyai peranan penting dalam membentuk motivasi dan penguasaan diri.

Keluarga mempunyai peran penting terhadap keberhasilan belajar murid disekolah. Keluarga, khususnya orang tua adalah pendidik pertama dan utama sebagaimana yang dikatakan Abdurrahman an-Nahlawi “Keluarga adalah benteng utama tempat anak-anak dibesarkan melalui pendidikan

Islam.”7

Anak lahir ke dunia dalam keadaan suci dan belum mengetahui apa-apa. Maka dalam hal ini, orang tua harus memberikan apa yang mereka butuhkan, terutama dalam hal mendidik sebagai bekal mereka dimasa yang akan datang. Hal ini ditegaskan dalam hadis berikut:

“Dari Abu Hurairah r.a berkata: Rasulullah saw bersabda: “Setiap

anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka orang tuanyalah yang

menjadikannya yahudi, nasrani atau majusi.” (H.R. Bukhari Muslim)8

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama. Kehadiran anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya rasa tanggung jawab dari pihak orang tua. Pelaksanann tugas dan tanggung jawab keluarga dalam mendidik

7

Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h. 139

8

(17)

anak secara tegas telah diperintahkan oleh Allah swt dalam surat at-Tahrim/66:6 berikut:





























Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa

yang diperintahkan.”(Q.S. At-Tahrim/66:6)9

Ayat di atas memerintahkan orang mukmin untuk menjaga diri dan keluarganya dari api neraka. Perintah Allah ini tepat sekali, karena menurut ilmu pendidikan orang tua mempunyai kedudukan yang strategis. Selain itu, secara kodrati anak hidupnya sangat tergantung kepada orang tuanya guna memperoleh kesejahteraan hidupnya, karena hakikatnya anak adalah amanat Allah. Oleh sebab itu, orang tua wajib memelihara dan mendidiknya dengan baik.10

Apabila keluarga, khususnya orang tua merangsang dan mendorong anak untuk belajar, membimbing anak dalam mempersiapkan kebutuhan belajar, membantu mengerjakan pekerjaan rumah, biasanya anak memiliki semangat dan minat belajar yang tinggi. Demikian sebaliknya, apabila orang tua kurang atau tidak memperhatikan aktivitas belajar anaknya, biasanya anak kurang atau tidak memiliki semangat belajar, sehingga sulit diharapkan ia dapat berminat terhadap belajar agama dan sulit mencapai prestasi disekolah secara maksimal dalam bidang pendidikan agama.

Orang tua senantiasa mengajarkan akan pentingnya pendidikan agama Islam bagi mereka. Selain itu, mereka memberikan dorongan minat untuk belajar agama secara optimal, membimbing dan mempersiapkan kebutuhan belajar, membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Dengan itu, sehingga mereka mempunyai minat yang tinggi pada mata pelajaran agama Islam.

9

Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tejemahnya, (Jakarta: Mekar Surabaya, 2004), h. 820

10

(18)

Pada dasarnya kegiatan atau perbuatan yang dilakukan oleh setiap orang didasari oleh kecenderungan atau keinginan atau minat. Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tetapi juga dapat mendoromg seseorang untuk memperoleh sesuatu. Pendapat ini dikuatkan oleh S. Nasution bahwa “Pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat, anak-anak malas, tidak belajar, gagal karena

tidak ada minat.”11 Hal ini diperkuat oleh Uzer Usman “Minat besar sekali

pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.12

Latar belakang inilah yang mendorong penulis untuk mengkaji dan meneliti perhatian orang tua berdasarkan pengamalan dan teori, karena hal ini diduga dapat meningkatkan minat belajar siswa tehadap mata pelajaran Penddikan Agama Islam. Untuk itu penulis membahas skripsi ini dengan judul

“Pengaruh Perhatian Orang Tua Terhadap Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK Mandalahayu Bekasi”.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah penelitian yang berkaitan dengan judul diatas dapat di identifikaikan sebagai berikut:

1. Kurangnya perhatian orang tua terhadap pendidikan agama Islam.

2. Rendahnya minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam.

3. Mayoritas orang tua kurang menyadari akan pentingya pendidikan agama untuk anaknya.

4. Belum optimalnya peran dan tanggung jawab orang tua dalam memberikan pengawasan dikarenakan kesibukan orang tua di luar rumah. 5. Pola pikir orang tua yang pragmatis dan konsumtif.

11

S. Nasution, Didaktik Asas-asas Mengajar, (Bandung: Jemmars, 1995), h. 82 12

(19)

C. Pembatasan Masalah

Pada dasarnya permasalahan perhatian orang tua dan minat belajar begitu kompleks, karena itu penulis perlu membatasi masalah dalam penelitian ini. Pembatasan masalah dilakukan agar permasalahan menjadi lebih terfokus dan jelas.

Perhatian orang tua dalam penelitian dan penulisan ini merupakan perhatian orang tua yang diberikan kepada anaknya dalam bentuk: bimbingan belajar, memberikan motivasi kepada anak untuk belajar agama dan membantu kesulitan anak dalam belajar pendidikan agama Islam, penyediaan fasilitas belajar serta adanya kerja sama antara orang tua dengan pihak sekolah. Orang tua yang dimaksud adalah orang tua kandung yang masih lengkap, yaitu terdiri dari ayah dan ibu yang tinggal serumah dengan anak atau siswa.

Minat belajar siswa yang dimaksud adalah minat belajar siswa kelas XII pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Mandalahayu Bekasi.

D. Perumusan Masalah

Agar tidak terjadi kesimpangsiuran dan perbedaan interpretasi, maka penulis merumuskan masalah ini sebagai berikut:

1. Bagaimana perhatian orang tua terhadap pendidikan anak?

2. Bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam?

(20)

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

a. Untuk mengetahui bagaimana perhatian orang tua terhadap anak di SMK Mandalahayu Bekasi

b. Untuk mengetahui bagaimana minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di SMK Mandalahayu.

c. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan yang signifikan antara perhatian orang tua terhadap minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI di SMK Mandalahayu Bekasi.

Adapun manfaat yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Hasil penelitian yang diharapkan dapat memberi informasi yang positif

pada orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak agar minat blajar agama siswa dapat ditingkatkan.

(21)

9

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR,

DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Perhatian Orang Tua

a. Kedudukan Orang Tua dalam Pendidikan

Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam peergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohaninya kearah kedewasaaan.13

Dalam ilmu pendidikan, kedudukan orang tua adalah sebagai pendidik kodrat/primair, karena secara kodrat memang anak berasal dari orang tua, sehingga orang tualah yang menjadi penaggung jawab utama dalam mendidik anak.14 Dengan demikian, orang tua berfungsi sebagai pendidik pertama dan utama, sebab dari orang tualah seorang anak pertama kali memperoleh dasar-dasar pendidikan bagi perkembangannya.

Dilihat dari ajaran Islam, anak adalah amanat Allah, amanat wajib dipertanggungjawabkan. Tanggung jawab orang tua jelas terhadap anak tidaklah kecil. Secara umum inti tanggung jawab adalah menyelenggarakan pendidikan bagi anak-anak dalam rumah tangga.

13

M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1997), h. 10

14

(22)

Kewajiban itu wajar karena Allah menciptakan orang tua yang bersifat mencintai anak-anaknya.15

Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran, melainkan karena secara kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami membangun situasi pendidikan. Situasi itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan secara timbal balik antara orang tua dan anak.16 Orang tua mempunyai cinta kasih yang mendalam untuk mendidik anaknya dengan penuh tanggung jawab dan kesabaran.

Orang tua mendidik anaknya dengan maksud agar anaknya itu mempunyai bekal yang dapat dipergunakan dalam kehidupan. Bekal baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Menurut Zakiah Daradjat dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” tanggung jawab pendidikan Islam yang menjadi beban orang tua sekurang-kurangnya harus dilaksanakan dalam rangka:

a. Memelihara dan membesarkan anak.

b. Melindungi dan menjamin kesamaan, baik jasmaniah maupun rohaniah, dari berbagai gangguan penyakit dan dari penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafah hidup dan agama.

c. Memberi pengajaran, sehingga anak memiliki pengetahuan luas. d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat.17

Dengan demikian, orang tua harus bertanggung jawab terhadap segala perbuatannya. Orang tua tidak hanya bertanggung jawab pada pemeliharaan anak saja, melainkan orang tua juga wajib bertanggung jawab pada pendidikan anaknya. Rasulullah sendiri merasa perlu untuk mengingatkan kepada umatnya agar orang tua ikut serta dalam proses

15

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2001), h. 160

16

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), h. 35 17

(23)

pendidikan anaknya dan ia tidak bisa mengelak dari tanggung jawab tersebut.

b. Pengertian Perhatian Orang Tua

1) Perhatian

Perhatian adalah salah satu faktor penting dalam kehidupan ini. Kata ini jika diterjemahkan kedalam bahasa Inggris adalah

attention. Sedangkan dalam bahasa arab adalah al-Iltifat.18 Menurut Fadhilah Suralaga, perhatian diartikan sebagai

“Pemusatan tenaga psikis yang tertuju pada suatu obyek tertentu yang merupakan banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktifitas yang dilakukan”.19 Sedangkan menurut Abu Ahmadi, perhatian adalah “Konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap pengamatan dengan mengesampingkan yang lain.20 Perhatian timbul dengan adanya pemusatan kesadaran kita terhadap sesuatu.

Sumardi Suryabrata dalam bukunya “Psikologi Pendidikan”, membagi perhatian berdasarkan intensitasnya menjadi dua macam, yaitu : (1) perhatian intensif (2) perhatian tidak intensif. Semakin banyak kesadran yang menyertai sesuatu aktivitas atau pengalaman batin berarti semakin intensiflah perhatiannya. Semakin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan semakin sukseslah aktivitas itu.21

Dari beberapa pengertian di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa yang dimaksud perhatian adalah suatu aktivitas jiwa yang diarahkan kepada suatu obyek, dimana semakin banyak kesadaran yang menyertai aktivitas tersebut berarti semakin

18

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.1520

19

Fadhilah Suralaga, Netty Hartati, dkk., Psikologi Pendidikan Dalam Persfektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h. 113

20

Abu Ahmadi, dan Widodo Supriyono, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1991), h. 39

21

(24)

intensiflah perhatiannya. Dan semakin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan semakin sukseslah aktivitas itu.

2) Orang Tua

Istilah orang tua dalam kehidupan sehari-hari bukanlah suatu hal yang asing didengar, akan tetapi merupakan satu istilah yang biasa dipergunakan orang. Orang tua dapat dikatakan sebagai orang yang bertanggung jawab dalam satu keluarga yang dalam kehidupan sehari-hari lazim disebut dengan ibu bapak.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah orang tua diartikan dengan, 1) Ayah dan Ibu kandung 2) Orang tua 3) Orang yang dianggap tua (cerdik, pandai dan ahli dan sebagainya) 4) Orang yang dihormati (disegani) dikampung.22 Sedangkan dalam penggunaan bahasa arab, istilah orang tua dikenal dengan sebutan

al-Walid (دلاولا).23 Istilah al-Walid dapat ditemukan dalam

al-Qur’an surat Luqman ayat 14 yang berbunyi:











Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.”

(Luqman/31:14).24 Sedangkan arti orang tua dalam Islam adalah ibu kandung, atau orang yang dianggap orang tua atau keturunan atau orang-orang yang dihormati dan disegani di kampung.25

22

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 629

23

Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia,………….. h.1580 24

Departemen Agama RI, Alqur’an dan Tejemahnya,………..., h.581 25

(25)

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan yang dimaksud orang tua adalah ayah dan ibu kandung yang harus disegani dan dihormati, yang memberikan kasih sayang, bimbingan, latihan dan pendidikan serta memenuhi setiap kebutuhan baik sandang, maupun papan bagi anaknya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perhatian orang tua adalah suatu kegiatan yang merupakan sikap mental dengan senantiasa mencurahkan waktu dan ruang dengan penuh kesadaran secara intensif kepada anak dengan cara memberikan kebutuhan-kebutuhan anak baik kebutuhan-kebutuhan fisik jasmaniah maupun kebutuhan mental rohaniah serta menciptakan keadaan dan suasana didalam rumah yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan pribadi anak.

c) Bentuk-bentuk Perhatian Orang Tua

Sejak berada dalam kandungan sampai dilahirkan anak sudah mendapatkan perhatian dari orang tuanya. Yang mula-mula diberikan orang tuanya kepada anaknya adalah rasa kasih sayang. Ketika bayi orang tua memberikan kasih sayang yang tak ternilai harganya dan tidak dapat diukur dengan sesuatu. Ketika anaknya sakit orang tua rela untuk tidur dan menjaganya, tengah malam ketika orang tua sedang terlelap tidur mereka bangun mendengar anaknya menangis, semuanya itu dilakukan untuk buah hati yang sangat disayangi. Selain kasih sayang, rasa aman juga diberikan orang tua kepada anaknya, orang tua juga memperhatikan kesehatan anaknya.

(26)

membantu kesulitan anak dalam belajar, penyediaan fasilitas belajar dan memberikan penghargaan atas kesepakatan serta adanya kerja sama antara orang tua dengan pihak sekolah.

1) Perhatian Terhadap Kesehatan Anak

Orang tua mempunyai peran yang sangat penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan jasmani yang baik. Peran orang tua sudah dapat dilaksanakan sebelum anak lahir, yaitu melalui pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan halal selama mengandung. Sebab hal itu berpengaruh pada anak dalam kandungan.

Perhatian orang tua terhadap kesehatan anak dapat dilakukan dengan cara memberikan asupan gizi untuk anaknya, sehingga menunjang anak untuk belajar dengan baik.

2) Perhatian Terhadap Pendidikan Anak

Perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat dilakukan dengan cara memberikan motivasi kepada anak untuk giat belajar. Orang tua senantiasa memberikan dorongan kepada anaknya untuk belajar agama hingga anak merasa bahwa pendidikan agama penting untuk dirinya. Dengan demikian, minat belajar pendidikan agama akan tumbuh dalam diri seorang anak. Dalam hal ini, komunikasi antara orang tua dan anak perlu dijalin, sehingga terdapat komunikasi yang baik. Misalnya dengan cara menanyakan tentang problem yang dihadapi oleh anakanya di sekolah, kehambatan yang dihadapi oleh anaknya dalam sekolah.

(27)

Selain itu kerja sama antara pihak sekolah dengan orang tua siswa juga perlu dijalin. Ini merupakan salah satu bentuk perhatian orang tua terhadap pendidikan anaknya. Bentuk dari kerja sama orang tua dengan murid yaitu dengan mengadakan pertemuan antara orang tua dengan murid. Dengan demikian, mereka mengetahui perkembangan anak dalam belajar sehingga anak merasa diperhatikan dan dapat belajar dengan tenang.

3) Penyediaan fasilitas belajar

Orang tua perlu menyediakan fasilitas belajar bagi anaknya. Fasilitas belajar disini antara lain alat tulis, buku tulis, buku-buku pelajaran, tempat untuk belajar, penerangan ruang belajar, dan kesempatan belajar dengan tenang.

Adanya kesediaan orang tua untuk memenuhi fasilitas belajar anaknya, dapat mendorong anak untuk lebih giat belajar, sehingga anak dapat menumbuhkan minat belajar anak dan dapat meningkatkan prestasi belajarnya.

Kurang lengakapnya buku-buku yang dibutuhkan anak untuk belajar akan menyebabkan anak malas beajar serta menghalanginya untuk belajar lebih giat.

4) Mengatasi Pemasalahan Anak

Orang tua yang baik adalah orang tua yang mengetahui permasalahan anak dan mampu mengatasinya. Masalah yang dihadapi dapat meliputi pergaulan anak dan masalah belajar. Misalnya dengan memberikan bimbingan belajar terhadap anak. Bimbingan belajar yang dimaksud adalah bantuan yang diberikan kepada anak didik dalam menghadapi masalah yang berhubungan dengan aktivitas belajar di rumah maupun di sekolah.

(28)

merasa bahwa pendidikan agama sangat penting untuk dirinya, sehingga anak mempunyai keinginan atau minat untuk mempelajari pendidikan agama secara mendalam.

2. Minat Belajar Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA

Istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan memberi awalan “pe” dan akhiran “kan”, mengandung arti perbuatan. Secara

etimologi pendidikan berarti “pemeliharaan”. Istilah pendidikan semula berasal dari bahasa yunani, yaitu “paedagogis” yang berarti

bimbingan yang diberikan kepada anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan kedalam bahasa inggris dengan “education” yang

berarti pengembangan atau bimbingan. Sedangkan dalam bahasa arab

istilah ini disebut “tarbiyah” yang berarti pendidikan.26

Dalam UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1 disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.27

Sedangkan menurut M. Alisuf Sabri Pendidikan adalah “usaha

sadar dari orang dewasa untuk membantu atau membimbing pertumbuhan dan perkembangan anak/peserta didik secara teratur dan sistematis ke arah kedewasaan”.28

Jadi dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar untuk mewujudkan belajar secara aktif, dan mengembangkan potensi yang dimiliki dan dapat dilakukan dengan cara pemberian bimbingan, pelatihan dan pengajaran yang diarahkan

26

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:Kalam Mulia, 1994), h. 1 27

Anwar Arifin, Memahami Paradigma Baru Pendidikan Nasional dalam Undang-undang Sisdiknas, (Jakarta: Dirtjen Kelembagaan Agama Islam Depag, 2003), h. 34

28

(29)

dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik ke arah tingkat dewasa.

Definisi Pendidikan Agama Islam menurut pakar pendidikan diantaranya, menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan Agama Islam

adalah “bimbingan jasmani rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.”29

Sementara itu, Zakiah Daradjat mengemukakan tiga pengertian pendidikan agama Islam sebagai berikut:

1) Pendidikan agama Islam ialah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai pandangan hidup (way of life).

2) Pendidikan agama Islam ialah pendidikan yang dilaksanakan berdasarkan ajaran agama Islam.

3) Pendidikan agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat.30

Menurut Alisuf Sabri, Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah sebagai usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati agama lain dalam hubungan antar umat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.31

29

Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT.. al-Ma’arif, 1989), h. 23

30

Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, ………. h. 86 31

(30)

Dari beberapa definisi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan dengan melalui ajaran-ajaran agama Islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan ia dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah diyakini secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam itu sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia maupun di akhirat kelak.

Tujuan Pendidikan Agama Islam secara umum ialah untuk

“meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman,

peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertaqwa kepada Allah swt, serta berakhlak mulia

dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.32

Menurut Zakiah Daradjat bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam secara garis besar adalah untuk membina manusia agar menjadi hamba Allah yang saleh dengan seluruh aspek kehidupannya, perbuatan, pikiran dan perasaannya.

Sedangkan menurut Ahmad Tafsir menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam itu meliputi tiga aspek, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Untuk aspek kognitif, tujuannya adalah mengembangkan atau membina pemahaman agama Islam agar siswa paham akan ajaran Islam, mengembangkan kemampuan baca tulis

Al-Qur’an dan tarikh Islam. Pada aspek afektif, tujuan yang ingin dicapai

adalah agar siswa menerima ajaran Islam tersebut. Sedangkan pada aspek psikomotor, tujuan yang ingin dicapai adalah agar siswa terampil melakukan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.33

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan cara meningkatkan keimanan, pemahaman, pengetahuan, pengalaman

32

Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004), h. 78 33

(31)

peserta didik tentang agama Islam agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah swt, berakhlak mulia bagi kehidupan sendiri, bermasyarakat dan bernegara.

Pendidikan agama Islam di sekolah/madrasah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. (kurikulum PAI: 2002).34

Sedangkan tujuan Pendidikan Agama Islam di tingkat SMA

diberikan untuk ”menyempurnakan pendidikan agama yang sudah

diberikan di tingkat SLTP dan memberikan pendidikan dan pengetahuan agama Islam serta berusaha agar mereka mengamalkan

ajaran Islam yang telah diterimanya.”35

Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA berbeda dengan yang dilaksanakan di madrasah-madrasah. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada alokasi waktu/jumlah jam pelajaran dan materi kurikulum bahan pelajaran Pendidikan Agama Islam pada kedua lembaga pendidikan.

Adapun alokasi waktu untuk mengajarkan Penddikan Agama Ialam (PAI) di SMA disediakan 2 jam pelajaran perminggu. Jumlah jam pelajaran Pendidikan Agama Islam di madrasah-madrasah lebih banyak dibanding dengan waktu yang tersedia di sekolah-sekolah. Perbedaan pelaksaan Pendidikan Agama Islam di kedua lembaga pendidikan tersebut adalah wajar mengingat adanya perbedaan segi status dan kedudukan kedua lembaga pendidikan tersebut.

34

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h.135

35

(32)

Dengan demikian, jelaslah bahwa proses pendidikan agama Islam sekalipun konteksnya sebagai suatu bidang studi, tidak sekedar menyangkut pemberian pengetahuan agama Islam kepada siswa, melainkan yang lebih utama menyangkut pembinaan, pembentukan dan pengembangan kepribadian muslim yang taat beribadah dan beramal shaleh.

b. Pengertian Minat Belajar

Dalam kegiatan belajar mengajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila seorang sisiwa tersebut belajar dengan minat yang besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik.

Pada dasarnya kegiatan yang dilakukan setiap orang didasari oleh kecendrungan hati atau keinginan atau minat. Minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan kegiatan dengan baik. Sebagai suatu aspek kejiwaan, minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan dan memperoleh sesuatu.

Pengertan minat belajar terdiri dari dua suku kata, yakni kata

“minat” dan kata “belajar”. Dari segi bahasa minat adalah : “kecendrungan hati yang tertinggi terhadap sesuatu”.36

Secara sederhana minat dapat diartikan sebagai suatu kecendrungan untuk memberikan perhatian dan bertindak terhadap orang, aktivitas atau situasi yang menjadi objek dari minta tersebut dengan disertai perasaan senang.37

Adapun yang dimaksud dengan minat menurut M. Alisuf Sabri

adalah “suatu kecendrungan untuk selalu memperhatikan dan

36

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,……. h. 583 37

(33)

mengingat sesuatu secara terus-menerus.”38 Jadi, minat itu timbul karena adanya perasaan senang pada diri seseorang yang menyebabkan selalu memperhatikan dan mengingat secara terus-menerus.

Menurut M. Buchori minat adalah “kesadaran seseorang;

bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal atau situasi mengandung sangkut-paut dengan dirinya”39

Sedangkan menurut Akyas Azhari dalam buku “Psikologi Pendidikan” mengatakan bahwa “minat ialah kecendrungan yang tetap

untuk memperhatikan dan mengenang beberapa objek kegiatan, yang diminati, seseorang diperhatikan terus dan rasa senang.40 Berbeda

dengan pendapat Agus Sujanto bahwa “minat ialah sesuatu pemusatan perhatian yang tidak disengaja yang terlahir dengan penuh

kemauannya dan tergantung dari bakat dan lingkungannya.”41

Selanjutnya menurut Ahmad D. Marimba, minat adalah

“kecendrungan jiwa terhadap sesuatu karena merasa ada kepentingan

dengan sesuatu itu, yang umumnya disertai dengan perasaan senang

akan sesuatu itu.”42

Dari beberapa definisi di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu kecendrungan atau keinginan yang besar yang menetap pada diri hati seseorang untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu yang menarik secara terus menerus disertai dengan rasa senang untuk mendapatkan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Dengan minat seseorang akan memusatkan atau mengarahkan seluruh aktivitas fisik dan psikisnya ke arah yang diamatinya. Minat merupakan perhatian yang mengandung unsur-unsur perasaan. Dengan begitu minat sangat menentukan sikap

38

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan , (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), h. 84 39

H. Carl Witherington, Psikologi Pendidikan, Penerjemah M. Buchori, (Bandung: CV Jemmars), 1982), h. 110

40

Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan, (Semarang: Dina Utama, 1996), h. 74 41

Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 92 42

(34)

yang menyebabkan seseorang aktif dalam suatu pekerjaan, atau dengan kata lain minat dapat menjadi sebab dari suatu kegiatan.

Minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihatkan seseorang. Sekalipun seseorang mampu mempelajari sesuatu, tetapi bila tidak mempunyai minat atau tidak ada kehendak untuk mempelajari, ia tidak akan bias mengikuti proses belajar.

Sedangkan belajar secara sederhana adalah: “berusaha

memperoleh kepandaian atau ilmu.”43

Usaha untuk mencapai kepandaian dan ilmu tersebut merupakan usaha manusia untuk memenuhi kebutuhannya mendapatkan ilmu atau kepandaian yang belum dimiliki sebelumnya. Sehingga dengan belajar manusia menjadi tahu, memahami, dan mengerti tentang sesuatu.

Menurut Oemar Hamalik belajar adalah “perubahan tingkah laku yang relativ manetap berkat latihan dan pengalaman.”44

Moch.

Uzer Usman megartikan belajar “sebagai proses perubahan tingkah

laku antara individu dan individu dengan lingkungannya.”45 Seseorang setelah mengalami proses belajar akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, ketrampilannya, maupun aspek sikapnya. Dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Menurut Fadhilah Suralaga “belajar merupakan tahapan

perbuatan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya yang

melibatkan proses kognitif.”46

Sama dengan pendapat yang dikemukakan oleh M. Alisuf Sabri bahwa “belajar ialah proses

perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman dan latihan.”47

43

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ……. h. 14 44

Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasakan Pendekatan Sistem, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2005), h. 154

45

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,………., h. 5 46

Fadhilah Suralaga, Netty Hartati, dkk, Psikologi Pendidikan Dalam Perspektif Islam,..., h. 63

47

(35)

Perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapt berupa memperoleh perilaku yang baru atau memperbaiki dan meningkatkan perilaku yang ada.

Dari beberapa pengertian belajar seperti disebutkan di atas, dapatlah disimpulkan hal-hal sebagai berikut:

1) Bahwa belajar menimbulkan suatu perubahan (dalam arti tingkah laku) yang relatif tetap.

2) Bahwa perubahan itu, pada pokoknya membedakan antara keadaan sebelum individu berada dalam situasi belajar dan sesudah melakukan belajar.

3) Bahwa perubahan itu dilakukan melalui kegiatan atau usaha yang disengaja.

Belajar adalah key term (istilah kunci) yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan.48

Belajar memiliki peran penting dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu, Islam menetapkan bahwa belajar merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi setiap manusia. Sebagaimana sabda Rasulullah saw :

)

(

“Dari Hisyam bin Ammar bin Hafs bin Sulaiman dari dari

Muhammad bin Sirin dari Anas bin Malik berkata, bersabda

Rasulullah saw :”Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap orang

muslim.” (H.R. Ibn Majah)49

48

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1997), h. 90-94

49

(36)

Selain itu, Allah juga mengangkat derajat orang-orang yang menuntut ilmu. Sebagaimana firman Allah swt:

Artinya:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa

derajat.”50

Dengan belajar, seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh. Karena dengan adanya belajar, seseorang dari yang belum mengerti menjadi mengerti ditambah pengalaman-pengalaman yang dapat dijadikan pelajaran untuk masa yang akan datang.

Jadi minat belajar adalah kecendrungan untuk selalu memeperhatikan dan mengingat secara terus-menerus terhadap sesuatu (orang, benda, atau kegiatan) yang disertai dengan keinginan untuk mengetahui dan mempelajarinya serta membuktikan dalam perubahan tingkah laku atau sikap yang relatif menetap melalui latihan dan pengalaman serta interaksi dengan lingkungan.

Pendidikan dengan proses belajar mengajar sebagai kegiatannya, merupakan suatu proses interaksi antara pendidik dan anak didik. Dari proses interaksi itu, proses belajar mengajar di ikat dengan minat dan perhatian antara keduanya. Dengan demekian, proses belajar mengajar akan terjadi secara efektif dan efesien apabila siswa mempunyai minat terhadap suatu pelajaran / guru yang mempengaruhinya.

c. Fungsi Minat

Setelah memahami pengertian-pengertian yang diuraikan di atas tentunya minat itu sendiri mempunyai fungsi tersendiri. “Minat

50

(37)

dikatakan sebagai salah satu faktor penting yang ikut menentukan

berhasil atau gagalnya belajar siswa.”51

Minat pun dikatakan sebagai aspek kejiwaan karena ia sangtalah pribadi dan berkembang sejak masa kanak-kanak. Pada semua usia minat memainkan peranan penting dalam kehidupan seseorang, dan mempunyai dampak yang besar atas prilaku dan sikap. Hal ini terutama selama masa kanak-kanak, karena setiap aktifitas anak ditentukan minat yang berkembang selama pertumbuhannya.

Peranan minat dalam belajar sebagai “Motivating Force” yaitu

sebagai kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar.52 Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk rajin belajar; berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bias terus tekun karena tidak ada pendorongnya.

d. Indikator Minat Belajar Agama

“Minat merupakan suatu yang relatif menetap pada diri seseorang.”53

Keinginan atau minat sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan diperlihtakan seseorang.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia indikator diartikan

sebagai “sesuatu yang dapat memberikan petunjuk dan keterangan”.54

Kaitannya dengan minat siswa adalah sebagai alat pemantau yang dapat memberikan petunjuk dan keterangan kearah minat siswa dalam belajar pendidikan agama Islam.

Minat adalah kecendrungan seseorang terhadap sesuatu, tau bias dikatakan apa yang disukai seseorang untuk dilakukan.55 Pada dasarnya setiap orang akan lebih senang melakukan sesuatu yang

51

Sumardi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,………. H. 121 52

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ……….., h. 85 53

Moch. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,………., h. 27 54

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, …. h. 229 55

(38)

sesuai dengan minatnya (yang disukai) dari pada melakukan sesuatu yang kurang disukai. Belajar dalam keadaan hati senang akan lebih mudah dari pada anak belajar dengan suasana hati yang terpaksa.

Dari pengertian tersebut kita memperoleh kesan bahwa minat itu sebenarnya mengandung tiga unsur yaitu: unsur kognisi (mengenal), emosi (perasaan), dan konasi (kehendak).

Ada beberapa indikator minat belajar siswa sebagai berikut: 1) Mengetahui dan Merasakan Manfaat Belajar Pendidikan Agama

Islam

Mengetahui dan merasakan manfaat belajar pendidikan agama Islam merupakan indikator yang dapat menunjukkan keberadaan minat belajar pendidikan agama Islam dalam diri siswa. Siswa yang berminat dalam belajar pendidikan agama Islam tentunya ia akan merasa betapa penting dan bermanfaatnya belajar pendidikan agama Islam bagi dirinya.

2) Keyakinan

Keyakinan merupakan indikator yang dapat menunjukkan keberadaan minat belajar pendidikan agama Islam dalam diri siswa. Siswa yang berminat dalam belajar pendidika agama Islam maka ia akan merasa yakin bahwa belajar pendidikan agama Islam adalah wajib hukumnya dan merasa yakin bahwa belajar pendidikan agama Islam merupakan suatu kebutuhan untuk dirinya. Kebutuhan yang dirasakan siswa akan berkorelasi positif dengan aktifitas belajar mereka ketika mnegikuti pelajaran.

3) Perasaan Senang

Perasaan senang merupakan indicator minat. Minat erat kaitannya dengan perasaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh

M. Alisuf Sabri bahwa “minat itu terjadi karena sikap senang

kepada sesuatu. Orang yang berminat kepada sesuatu berarti ia

sikapnya senang kepada sesuatu itu.”56

56

(39)

Seseorang yang memiliki perasaan senang atau suka dalam hal tertentu ia cendrung mengetahui hubungan antara perasaan dengan minat. Siswa yang berminat terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam ia akan merasa senang dalam mengikuti pelajaran pendidikan agama Islam. Ia akan rajin dan terus-menerus mempelajari ilmu agama Islam dan mengikutinya dengan antusias tanpa ada beban paksaan dalam dirinya.

4) Ketertarikan

“Minat menurut Crow dan Crow bisa berhubungan dengan gaya gerak yang mendorong kita untuk cendrung atau merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau pun bisa berupa pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu

sendiri.”57

Seorang siswa dapat diakatakan memiliki minat belajar yang tinggi jika ia merasa tertarik pada suatu obyek, dalam hal ini pelajaran. Ketertarikan siswa tersebut akan berimplikasi pada indikator-indikator minat belajar lainnya. Maka kunci pertama dalam belajar adalah siswa terlebih dahulu mesti mempunyai rasa ketertarikan pada pelajaran.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar Pendidikan

Agama Islam

Minat timbul tidak secara tiba-tiba, melainkan sesuatu yang dapat dikembangkan dan timbul karena ada berbagai faktor. Minat ditimbulkan karena adanya perasaan senang pada diri siswa yang diperkuat oleh sikap yang positif.

Dengan mengandalkan perasaan siswa mampu menilai tentang pengalaman-pengalamannya di sekolah selama ia mengikuti kegiatan belajar mengajar. Penilaian-penilaiannya yang positif akan terungkap

57

(40)

dengan “perasaan senang” dan penilaian negatif akan terungkap dalam

“perasaan tidak senang”.

Seperti telah diketahui bahwa selain minat timbul dari dalam diri individu, terdapat faktor-faktor yang berasal dari luar yang turut berperan dalam menimbulkan minat seseorang. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam belajar lebih lanjut diungkapkan

oleh M. Alisuf Sabri berikut ini:”… apabila siswa tidak berminat

sebaiknya dibangkitkan sikap positif (sikap menerima) kepada pelajaran dan kepada gurunya, agar siswa mau belajar…”58

Abd. Abror mengemukakan bahwa “minat itu sebenarnya mengandung unsur kognisi, emosi dan konasi”.59

Berdasarkan pendapat para pakar tersebut di atas, maka penulis dapat menegaskan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat belajar pendidikan agama Islam:

1) Pengetahuan

Pengetahuan seseorang tentang pendidikan agama Islam merupakan faktor yang mempengaruhi minat dalam belajar pendidikan agama Islam. Oleh karena itu, minat belajar pendidikan agama Islam harus didahului dengan mengenal atau mengetahui tentang pengetahuan yang berkenaan dengan al-Qur’an.

Apabila seseorang telah mengenal atau mengetahui pendidikan agama Islam, mengetahui manfaat belajar pendidikan agama Islam maka ia akan berminat dalam belajar pendidikan agama Islam. Sebaliknya, apabila seseorang tidak mengetahui tentang pendidikan agama Islam dan manfaatnya, maka ia tidak akan berminat dalam belajar pendidikan agama Islam.

2) Keyakinan

Keyakinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan “kepercayaan yang sunguh-sungguh, kepastian, ketentuan,

58

M. Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, ……….., h. 84 59

(41)

bagian agama atau religi yang menjadi konsep-konsep ang menjadi

milik kepercayaann dan penganutnya.”60

Keyakinan seseorang terhadap pendidikan agama Islam, juga merupakan faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam belajar pendidikan agama Islam. Keyakinan tersebut dapat berupa keyakinan bahwa belajar pendidikan agama Islam adalah wajib hukumnya, keyakinan bahwa dengan belajar pendidikan agama Islam dapat menjadi pengontrol dalam berbuat sesuatu.

3) Kebiasaan

Kebiasaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan

dengan “sesuatu yang biasa dilakukan; pola untuk melakukan

tanggapan terhadap situasi tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara berulang-ulang untuk hal

yang sama.”61

Faktor lingkungan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap timbul dan berkembangnya minat, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masayarakat.62

Kebutuhan dapat juga menjadi faktor timbulnya minat. Minat yang timbul dari kebutuhan anak-anak merupakan pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Oleh karena itu, orang tua mengarahkan anak-anaknya bahwa pendidikan agama penting bagi mereka, sehingga mereka merasa butuh. Seperti yang dikatakan oleh Zakiah Darajat, pemunculan minat pada siswa tergantung dari kebutuhan, dorongan dan minat mereka.

“Semakin besar kebutuhan yang dirasakan maka semakin kuat pula

60

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1996), h.1133

61Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,……… h.129 62

(42)

minat yang dimiliki siswa.”63

Kebutuhan disini adalah kebutuhan siswa akan ilmu pengetahuan, yaitu Pendidikan Agama Islam.

Pengalaman juga merupakan faktor timbulnya minat, karena pengalaman belajar agama yang telah diterima sebelum ia masuk sekolah akan menimbulkan minat yang baru terhadap pelajaran agama di sekolahnya. Pengalaman menimbulkan sikap positif terhadap penilaiannya apa yang dilihatnya, seperti siswa yang sudah mempunyai pengalaman belajar agama dirumah maupun disekolah tingkat dasarnya maka ia mempunyai keinginan (minat) lagi untuk mempelajari pelajaran agama di sekolah lanjutannya agar apa yang pernah diminatinya dulu tetap terus-menerus ia geluti untuk mencapai kebutuhan-kebutuhan hidupnya.

B. Kerangka Berfikir

Dalam Islam, anak bagi orang tuanya merupakan karunia sekaligus sebagai amanat dari Allah swt. Disebut karunia, karena ditinjau baik secara psikologis maupun secara sosiologis, anak menempati posisi yang sangat penting. Mengingat ia dapat menjadi hiasan dan tumpuan kasih sayang bagi orang tuanya. Disebut amanat, karena orang tua memiliki tugas dan tanggung jawab yang sangat besar untuk memelihara, melindungi dan mendidik anak. Orang tua berkewajiban mendidik anak, baik dalam pendidikan formal maupun non formal.

Orang tua bertangung jawab dalam memberikan segala bimbingan dan pengarahan agar anak mempunyai minat yang tinggi dalam belajar agama. Dengan bimbingan dan pengarahan dari orang tuanya anak akan cenderung gembira dan mempunyai keinginan yang besar untuk belajar.

Minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Ia segan-segan untuk

63

(43)

belajar, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran itu. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa, lebih mudah dihafal dan disimpan, karena minat menambah kegiatan belajar.

Proses belajar mengajar dan hasilnya banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik dari diri siswa maupun dari luar siswa. Salah satu faktor yang penting peranannya dalam belajar adalah minat. Karena suatu kegiatan akan lancar apabila ada minat yang besar.

Dalam hal meningkatkan minat, perhatian orang tua mempunyai peran yang sangat besar. Perhatian orang tua akan meningkatkan minat belajar siswa. Seorang anak akan merasa senang jika apa yang ia lakukan mendapat perhatian /pujian dari orang tuanya, dan sebaliknya anak akan malas untuk melakukan sesuatu karena ia tidak pernah dipedulikan. Anak akan merasa aman apabila ia mendapatkan perhatian orang tuanya. Seorang anak yang mendapat perhatian dari orang tuanya cenderung mempunyai minat dan prestasi yang tinggi dalam belajar.

Berdasarkan kajian teoritis di atas, jelaslah bahwa perhatian orang tua dalam membimbing belajar anak di lingkungan keluarga sangatlah penting terhadap minat belajar anak, salah satunya minat belajar pada bidang studi pendidikan agama Islam. Dengan kata lain, minat belajar anak pada bidang studi pendidikan agama Islam ada ketergantungan dengan perhatian orang tua dalam membimbing di lingkungan keluarga, terutama memberikan bimbingan belajar agama.

Maka dengan demikian Berpengaruhkah perhatian orang tua dalam memberikan minat belajar pada pendidikan agama Islam, baik dirumah, maupun disekolah?

Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut, maka diadakanlah penelitian ini khususnya di SMK Mandalahayu Bekasi.

C. Hipotesis

Hipotesis adalah: ”Pernyataan tentatif yang merupakan dugaan/terkaan

(44)

merupakan jawaban sementara, karena dugaan sementara itu bisa benar bisa juga salah, untuk itu diperlukan penelitian.

Hipotesa yang diajukan adalah untuk membuktikan benar atau tidaknya dengan penulis mengenai perhatian orang tua di lingkungan keluarga terhadap peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islan di sekolah.

Ha : Ada korelasi positif yang signifikan pada perhatian orang tua terhadap peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.

Ho : Tidak ada korelasi positif yang signifikan pada perhatian orang tua terhadap peningkatan minat belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah.

D. Studi Terdahulu yang Relevan

Dari penelitian terdahulu menunjukkan bahwa orang tua sangat berperan dalam meningkatkan minat belajar siswa. Penelitian yang dilakukan

oleh Emma Asma yang berjudul : “Hubungan Antara Perhatian Orang Tua

(45)

perhatian orang tua yang diberikan kepada anak, maka prestasi belajar agama Islam anak semakin tinggi pula.64

Menurut Fitriyah dalam penelitiannya yang berjudul “Peran Orang Tua

dalam Menin

Gambar

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Perhatian Orang Tua
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Minat Belajar Agama
Tabel 3.3 Penetapan skor untuk skala perhatian orang tua
Tabel 3.4 Penafsiran prosentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

menyelenggarakan pemberian jasa terhadap pelayanan kesehatan masyarakat yang meliputi rawat inap dan rawat jalan. Jasa yang diberikan atau disediakan berupa jasa

datang dengan keluhan obstruksi nasal, nyeri, keluar sekret dari hidung, disertai demam hilang timbul dan pada pemeriksaan fisik ditemukan pembengkakan septum nasi bilateral,

Pengamat musik Bens Leo pernah mengungkapkan, tren penurunan rekaman fisik telah terjadi mulai awal 2000-an ketika ditemukannya new media di dunia. Ini imbas dari tren di

Pemakaian aplikasi sistem informasi pem- bayaran siswa yang dilakukan oleh bagiana keuangan sekolah di SMK Mandala Bhakti dapat meningkatkan mutu pelayanan terhadap

Masa jabatan ketua dan/atau sekretaris jurusan/bagian, ketua program studi, ketua konsentrasi studi, atau kepala laboratorium/studio adalah 4 (empat) tahun dan dapat dipilih

Diagram Alir Data merupakan alat pembuatan model yang memungkinkan profesional sistem untuk menggambarkan sestem sebagai suatu jaringan proses fungsional yang

antara PMA dengan disparitas pembangunan ekonomi di Provinsi Jambi dan dengan arah yang negatif ini menunjukkan peningkatan investasi PMA menyebabkan penurunan

Berdasarkan nilai AIC antara model regresi Poisson dan model GWPR, diketahui bahwa model GWPR dengan pembobot fungsi kernel bisquare merupakan model yang lebih baik digunakan