• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Teori

1. Minat

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Secara sederhana, minat (interest) berarti rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003:180). Pengertian minat juga dipaparkan oleh beberapa ahli.

Mappiare (1982:62) mengemukakan bahwa “minat adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran perasaan, harapan, pendirian, prasangka rasa takut, atau kecenderungan-kecenderungan lain yang mengarahkan individu kepada suatu pilihan tertentu”. Pengertian lain juga diungkapkan oleh Herijulianti (2002:20) yang menyatakan minat sebagai suatu kencenderungan yang menyenangkan yang sifatnya menetap dalam memperhatikan dan melakukan suatu kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan.

Menurut Singer (1973:78) minat adalah suatu landasan yang paling meyakinkan demi keberhasilan suatu proses belajar. Hurlock (1990:14) mengartikan minat berbeda dengan kesenangan. Minat merupakan sumber motivasi yang mendorong orang melakukan apa yang diinginkan. Hurlock

(1993:114) melengkapi penjelasannya bahwa minat merupakan sumber motivasi yang kuat untuk belajar.

Reber (dalam Syah, 2008:151), menjelaskan minat tidak termasuk istilah populer dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal yang lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, dan kebutuhan. Lepas dari masalah populer atau tidak, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar peserta didik dalam bidang studi atau mata pelajaran. Misalnya, seorang peserta didik menaruh minat besar terhadap mata pelajaran PKn, maka ia akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa lainnya. Minat sendiri akan mendorong peserta didik untuk belajar lebih giat dan akhirnya hasil belajar yang diinginkan akan tercapai (Syah, 2008:151).

Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan dalam belajar. Ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dengan beberapa cara. Esti (2008:365) mengatakan bahwa terdapat sejumlah cara mengetahui minat siswa, antara lain dengan cara menanyakan kepada siswa secara langsung (wawancara), dan dengan menggunakan angket. Sedangkan cara untuk mengukur minat siswa dengan cara memperhatikan peserta didik yang paling memperhatikan selama pembelajaran berlangsung. Menurut Ahmadi (1991:79), ada tidaknya minat terhadap suatu pelajaran dapat dilihat dari cara anak mengikuti pelajaran, lengkap tidaknya catatan, memperhatikan garis miring tidaknya dalam pelajaran tertentu.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa minat merupakan suatu rasa ketertarikan atau rasa lebih suka terhadap suatu hal atau aktivitas, sehingga timbul dorongan untuk melakukan atau menekuni hal atau aktifitas tertentu. Hal tersebut juga berarti bahwa minat memberikan pengaruh terhadap hasil aktivitasnya. Minat sendiri dapat kita lihat dengan berbagai cara, salah satunya dapat dengan cara pemberian kuesioner.

a. Macam-macam Minat

Pasaribuan (1983:52-53) membedakan minat menjadi dua macam, yaitu minat aktual dan minat disposisional. Minat aktual adalah minat yang berlaku pada obyek yang ada pada suatu saat dan ruangan yang kongkrit. Minat ini biasa disebut perhatian yang merupakan dasar bagi proses belajar. Tanpa adanya suatu perhatian tentu hasilnya tidak akan sesuai dengan apa yang diharapkan. Selain minat aktual, dikatakan pula macam minat yang kedua yaitu minat disposisional atau arah minat, yang dasarnya pembawaan (disposisi) dan menjadi ciri sikap hidup seseorang. Minat bukan merupakan suatu keseluruhan yang tidak dapat berubah. Minat dapat dibangkitkan dan tingkatannya sesuai dengan usia.

b. Metode Pengukuran Minat

Minat belajar dapat diukur dengan menggunakan penilaian non tes Masidjo (1995:59). Nurkanca (1983:227-229) menyebutkan empat cara yang dapat digunakan untuk mengukur minat, yaitu observasi, wawancara, kuesioner, dan inventori. Berbeda dengan Nurkanca, Masidjo (1995:59) menjelaskan bahwa ada beberapa cara yang dapat

digunakan untuk mengukur minat, antara lain observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala nilai, angket, dan wawancara.

Masidjo (1995:59) mengatakan “observasi adalah teknik pengamatan yang dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung dengan teliti terhadap gejala atau situasi, obyek di tempat tertentu. Observasi dapat dilakukan dalam setiap situasi, baik dalam kelas maupun di luar kelas (Nurkanca, 1983). Pencatatan hasil-hasil observasi dapat dilakukan selama observasi berlangsung.

Cara kedua adalah menggunakan catatan anekdot yang berupa catatan faktual dan seketika tentang peristiwa, kejadian, gejala atau tingkah laku yang spesifik dan menarik, yang dilakukan secara individual maupun kelompok (Masidjo, 1995:64). Ketiga, daftar cek yang merupakan sebuah daftar yang memuat sejumlah pertanyaan singkat, tertulis tentang berbagai gejala dengan memberi tanda cek (√) (Masidjo, 1995:65). Selanjutnya, minat juga dapat diukur dengan menggunakan skala nilai yang pada dasarnya sama dengan daftar cek, namun jika menggunakan skala nilai gejala atau perilaku dijabarkan dalam bentuk skala atau kategori yang bermakna nilai. Rentangan nilai yang disajikan dapat berbentuk huruf (A, B, C, D), bentuk angka (1 sampai 10), bahkan dalam bentuk kategori (rendah, sedang, tinggi) (Masidjo, 1995:66).

Cara kelima yang dapat digunakan adalah pemberian angket (kuesioner). Angket adalah daftar pertanyaan tertulis yang terinci dan lengkap yang harus dijawab oleh responden tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahuinya (Masidjo, 1995:70). Kuesioner pada umumnya

bertujuan untuk menggali fakta dan opini (Nasution, 2004:128). Selain cara-cara tersebut, Masidjo (1995:72) juga memaparkan mengenai interview (wawancara). Nasution (2004:113) menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal sehingga seperti percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi. Interview biasanya digunakan untuk mengukur minat anak-anak. Pelaksanaan interview ini akan memperoleh hasil yang lebih baik jika dilakukan dalam situasi yang tidak formal, sehingga wawancara akan berlangsung dengan lebih jelas (Nurkanca, 1983).

c. Fungsi Pengukuran Minat

Ada beberapa alasan mengapa perlu adanya pengukuran minat yaitu (1) untuk meningkatkan minat anak-anak, (2) memelihara minat yang baru timbul, (3) mencegah timbulnya minat terhadap hal-hal yang tidak baik, dan (4) sebagai persiapan untuk memberikan bimbingan kepada anak tentang lanjutan studi atau pekerjaan yang cocok baginya (Nurkanca, 1983:225-226).

d. Cara Membangkitkan Minat

Minat seseorang dapat mengalami perubahan, bahkan penurunan. Hal tersebut dapat diantisipasi dengan membangkitkan minat itu sendiri. Ada beberapa cara untuk meningkatkan minat seseorang (Sardiman, 2010:95), yaitu membangkitkan adanya suatu kebutuhan, menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau, memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik, dan menggunakan

berbagai macam bentuk mengajar, yang tentu bersangkutan dengan metode yang digunakan dalam proses belajar-mengajar.

e. Faktor-faktor yang Mendasari Timbulnya Minat

Faktor-faktor yang mendasari timbulnya minat adalah faktor dari dalam diri siswa, yaitu adanya dorongan dari dalam diri siswa dan rasa ingin tahu. Faktor lain yang juga mendasari timbulnya minat adalah faktor motif sosial. Faktor ini dapat membangkitkan minat dalam melaksanakan suatu aktifitas untuk memenuhi kebutuhannya sehingga diterima dan diakui oleh lingkungan sosial. Misalnya minat dalam mata pelajaran Pkn muncul karena keinginan untuk memperoleh nilai yang baik. Minat erat kaitannya dengan perasaan dan emosi, oleh karena itu faktor emosional juga mendasari timbulnya suatu minat. Kesuksesan dalam suatu kegiatan memunculkan perasaan senang, dan mendorong atau menimbulkan minat di dalamnya.

f. Ciri-ciri Siswa Berminat dalam Belajar

Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar memiliki ciri-ciri memiliki kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus, ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati, ada rasa ketertarikan pada suatu aktifitas yang diminati, lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya, dimanifestasikan melalui partisipasi siswa pada aktifitas dan kegiatan.

Berdasarkan ciri-ciri di atas, maka minat seseorang dapat diukur dengan indikator seperti (1) respon siswa terhadap kegiatan belajar, (2)

antusias siswa dalam belajar di kelas, (3) ketekunan siswa dalam menyelesaikan setiap tugas yang diberikan, (4) perasaan siswa selama dan sesudah mengikuti kegiatan belajar-mengajar, dan (5) keinginan siswa untuk mencapai keberhasilan.

g. Faktor Penyebab Penurunan Minat

Minat seseorang apalagi siswa tentu sangat dipengaruhi oleh perasaan yang sedang muncul kala itu. Tidak menutup kemungkinan minat itu mengalami penurunan. Hurlock (2005:139) memaparkan faktor-faktor yang dapat menyebabkan penurunan minat, yaitu (1) pengalaman dini di sekolah. Pengalaman yang dimiliki anak pada jenjang pendidikan sebelumnya akan berpengaruh terhadap kesiapan fisik dan intelektual sehingga akan menumbuhkan sikap yang lebih positif. (2) pengaruh orang tua, (3) sikap saudara kandung. Perlakuan suadara kandung memiliki pengaruh yang sama seperti orang tua, (4) penerimaan oleh kelompok teman sebaya. Teman sebaya ini sangat berpengaruh terhadap minat dan sikap siswa di sekolah secara umum, misalnya pemilihan eksrtakurikuler pilihan. Tanpa disadari, pilihan teman lain akan memperngaruhi seseorang dalam menentukan pilihannya sendiri, (5) keberhasilan akademik biasanya akan mempengaruhi status anak dalam kelompok teman sebayanya, (6) sikap terhadap pekerjaan, misalnya ketika mendekati kenaikan kelas akan lebih banyak dituntut untuk membuat pekerjaan rumah, dan ini menimbulkan rasa tidak suka akan sekolah. Selanjutnya, (7) hubungan guru dan murid. Sikap guru yang kurang menyenangkan akan berpengaruh terhadap minat anak

ketika di sekolah, selain itu, (8) suasana emosional sekolah juga memberikan pengaruh terhadap minat belajar siswa.

Dokumen terkait