• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.8 Minat

Minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan lebih lanjut Bimo Walgito (1981: 38). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami.Sehingga siswa dapat melakukan sesuatu yang sebelumnya tidak

dapat dilakukan. Terjadilah suatu perubahan kelakuan. Perubahan kelakuan ini meliputi seluruh pribadi siswa; baik kognitip, psikomotor maupun afektif.

W.S Winkel mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu (1983 : 38). Sedangkan menurut Witherington (1985: 38) minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengandung sangkut paut dengan dirinya atau dipandang sebagai sesuatu yang sadar.

Faktor-faktor yang mendasari minat menurut Crow dan Crow yang diterjemahkan oleh Z. Kasijan (1984: 4) yaitu faktor dorongan sembilan dari dalam, faktor dorongan yang bersifat sosial dan faktor yang berhubungan dengan emosional. Faktor dari dalam dapat berupa kebutuhan yang berhubungan dengan jasmani dan kejiwaan.

Timbulnya minat dari diri seseorang juga dapat didorong oleh adanya motivasi sosial yaitu mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari lingkungan masyarakat di mana seseorang berada sedangkan faktor emosional memperlihatkan ukuran intensitas seseorang dalam menanam perhatian terhadap suatu kegiatan atau obyek tertentu. Sedangkan menurut Sumadi Suryabrata (2002:68) definisi minat adalah “suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu hal di luar dirinya. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut semakin besar minatnya.

Minat dapat diartikan sebagai “kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu, tertarik, perhatian, gairah dan keinginan”. Pendapat lain tentang pengertian minat yaitu yang diungkapkan oleh T.Albertus yang diterjemahkan Sardiman A.M, minat adalah “kesadaran seseorang bahwa suatu obyek, seseorang, suatu soal maupun situasi yang mengandung sangkut paut dengan dirinya” (2006: 32). Menurut Hilgard yang dikutip oleh Slameto (2003: 57) minat adalah “kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan”. Kegiatan yang diminati seseorang 10diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Sedangkan menurut Holland yang dikutip oleh Djaali (2007: 122) mengatakan bahwa “Minat adalah kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu”.

Oleh karena itu minat merupakan aspek psikis yang dimiliki seseorang yang menimbulkan rasa suka atau tertarik terhadap sesuatu dan mampu mempengaruhi tindakan orang tersebut. Minat mempunyai hubungan yang erat dengan dorongan dalam diri individu yang

kemudian menimbulkan keinginan untuk berpartisipasi atau terlibat pada suatu yang diminatinya. Seseorang yang berminat pada suatu obyek maka akan cenderung merasa senang bila berkecimpung di dalam obyek tersebut sehingga cenderung akan memperhatikan

perhatian yang besar terhadap obyek. Perhatian yang diberikan tersebut dapat diwujudkan dengan rasa ingin tahu dan mempelajari obyek tersebut.

Proses pembelajaran dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami apa yang ada di lingkungan secara berkelompok Untuk meningkatkan minat. Di dalam kelompok tersebut terjadi suatu interaksi antar siswa yang juga dapat menumbuhkan minat terhadap kegiatan tersebut.

2.1.9 Teori AIDDA

Konsep komunikasi yang dinamakan AIDDA, merupakan singkatan dari attention (perhatian), interest (minat), desire (hasrat), decision (keputusan) dan action (kegiatan/aksi). AIDDA sering juga disebut A-A Procedure, yang maksudnya agar terjadi action pada komunikan, terlebih dahulu harus dibangkitkan attention (Effendy, 2007: 51–52).

Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Nurbenny, 2005:38).

Proses pentahapan ini mengandung makna bahwa komunikasi dimulai dengan membangkitkan perhatian (Attention), apabila perhatian komunikan telah terbangkitkan harus disusul dengan upaya menumbuhkan minat (Interest), minat adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak timbulnya keinginan (Desire) komunikan untuk melakukan hal yang diinginkan komunikator. Setelah timbul keinginan harus diikuti oleh keputusan (Decision) yakni keputusan untuk mengambil sikpa atau tindakan (Action) (Effendy, 2000: 305).

Gambar 2.1.9 Model Teori AIDDA

Attention Interest Desire Decision Action Sumber: (Effendy, 2000: 304)

Dalam penelitian ini dapat digambarkan bahwa pesan yang disampaikan melalui bungkus rokok adalah sebagai komunikator yang bertindak sebagai penyampai pesan pada komunikan yaitu siswa kelas 3 SMA YPI Amir Hamzah medan yang rata - rata berusia 17 tahun, dengan tujuan untuk melihat pengaruh PHW di bungkus rokok terhadap minat merokok.

2.2 Kerangka Konsep

Jika kita menginformasikan sesuatu mengenai objek tertentu, maka diperlukan suatu standar yang umum atas objek tersebut, untuk hal ini maka digunakanlah konsep. Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu objek. Konsep diciptakan dengan menggolongkan dan mengelompokkan objek-objek tertentu yang mempunyai ciri yang sama (Umar, 2002: 56). Di dalam penelitian kuantitatif, menjelaskan suatu konsep penelitian

merupakan hal yang penting karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti dalam mendesain sebuah instrument penelitian (Bungin, 2011: 67).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel.

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

2.3 Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah gejala yang bervariasi, yang menjadi objek penelitian. variabel dapat luas dan dapat pula sempit (tunggal). Seorang peneliti dituntut untuk mampu menjabarkan variabel penelitian karena banyak dan sub-variabel akan menentukan hipotesis, aspek dalam instrument dan data yang dikumpulkan, yang selanjutnya mencerminkan halus kasarnya atau luas sempitnya kesimpulan (Arikunto, 2006:169).

1. Variabel bebas (X) / Independent Variable

Variabel bebas yaitu segala gejala, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat (Nawawi, 2001: 57). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah muncul nya gambar peringatan rokok di kotak bungkus rokok

2. Variabel terikat (Y) / Dependent Variable

Variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas (Bungin, 2011: 72). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat merokok siswa SMA Swasta YPI Amir Hamzah

2.3.1 Operasional Variabel Variabel bebas (x) Munculnya PHW rokok di

kotak rokok

Variabel Terkait (Y)

Variabel-variabel di atas dapat diuraikan di dalam variabel operasional. Variabel operasional adalah upaya membuat konsep-konsep yang telah dikelompokkan ke dalam variabel agar dapat diukur. Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang diuraikan sebelumnya, maka untuk mempermudah penelitian perlu dibuat variabel operasional sebagai berikut:

Tabel 2.3 Operasional Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Bebas (X) Munculnya PHW rokok a. Tata letak b. Warna c. Ilustrasi d. Perhatian (Attention) e. Keinginan (Desire) f. Keputusan (Decision) Variabel Terikat (Y)

Minat merokok siswa

a. Frekuensi b. Kuantitas c. Kebutuhan d. Ketergantungan

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Definisi operasional adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah daftar informasi yang amat ilmiah yang membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2008: 46).

Definisi Operasional dari variabel-variabel penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas (X) yaitu Munculnya PHW rokok di kotak bungkus rokok:

a. Tata letak, penempatan PHW di kotak rokok.

b. warna, makna dari warna PHW di kotak rokokrokok tersebut. c. ilustrasi, visualisasi PHW di kotak rokok tersebut.

e. Keinginan (Desire), keinginan mereka merokok setelah munculnya PHW f. Keputusan (Decision) keputusan merokok mereka setelah munculnya PHW 2. Variabel Terikat (Y) minat merokok Siswa:

a. Frekuensi, merupakan tingkat keseringan siswa merokok. b. Kuantitas, merupakan banyaknya rokok yang dikonsumsi siswa. c. Kebutuhan, kebutuhan siswa akan rokok.

d. Ketergantungan, rasa ketergantungan siswa terhadap rokok.

2.5 Hipotesis

Hipotesis merupakan perkiraan, dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah atau pertanyaan penelitian yang masih perlu diuji kebenarannya karena sifatnya masih dugaan atau jawaban sementara (Kholil, 2006: 82).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak ada pengaruh antara perubahan munculnya PHW di kotak rokok terhadap minat

merokok siswa

Ha : Ada pengaruh antara perubahan munculnya PHW di kotak bungkus rokok terhadap minat

merokok siswa

Hipotesis awal: Terdapat pengaruh antara perubahan munculnya PHW rokok di kotak rokok terhadap minat merokok siswa

Dokumen terkait