Apabila konsumen pernah mengkonsumsi suatu produk, dan memperoleh kepuasan yang digunakan, maka mereka akan membeli kembali produk yang menurut mereka telah memberikan kepuasan yang sesuai dengan keinginannya. Apapun jenis produk yang dijual, perhatian umum pemasaran adalah pada bagaimana meningkatkan pembelian ulang konsumen. Salah satu strategi yang digunakan adalah low cost carrier
yang diharapkan konsumen membeli atau menggunakan jasa penerbangan yang sama atau berulang kali. Minat beli ulang ialah tingkat kemungkinan konsumen membeli atau mengkonsumsi kembali produk yang sama secara berulang kali (Yulia, 2005: 17). Menurut Kotler (Ignasius, 2003: 18) ada beberapa elemen yang dapat digunakan mengukur minat, yaitu: keuangan, pekerjaan, masyarakat, rekreasi, mode, makanan, rumah, media, serta prestasi.
No Judul Penelitian
Variabel Metode Penelitian Hasil Penelitian
1 “Full Service dan Low Cost
Carrier”, oleh Robert, tahun 2007
Variabelnya: Full-Service dan Low Cost Carrier
Metode yang dilakukan
adalah metode
deskriptif.
Pemilihan strategi full-service atau low cost carrier perlu didasari oleh rencana jangka panjang suatu perusahaan (strategic planning). Pemilihan terhadap salah satu strategi perlu didasari oleh kapabilitas yang dimiliki oleh perusahaan. Setiap strategi memiliki dampak terhadap proses bisnis, pemilihan pesawat, system jaringan, strategi pemasaran, kualitas pelayanan, serta target pasar yang akan dituju. Pertukaran strategi dari full-service menjadi low cost carrier atau sebaliknya akan berdampak pada tingginya set up cost untuk melakukan penyesuaian pada keseluruhan proses bisnis perusahaan. Adjustment terhadap masing-masing strategi ini tetap dapat
itu sendiri. Sebagai contoh, strategi low cost carrier dapat menambah layanan kepada konsumen yang tidak terlalu membebani variabel cost per penumpang. Sebaliknya, untuk full-services, perusahaan tidak perlu ikut menurunkan harga guna menghadapi tekanan dari low cost carrier, tetapi dapat menambah value kepada konsumen melalui berbagai bentuk layanan atau barang baik saat prapenerbangan, 2 “Pengaruh Strategi Harga dan
Layanan Maskapai penerbangan X Terhadap Kepuasan Konsumen”, oleh Dionisius dan Hidayat, tahun 2007.
Dependent variabel: kepuasan konsumen
Independent variabel: strategi harga dan layanan
Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling Alat
analisis data
menggunakan regresi.
Berdasarkan tujuannya, X Air menetapkan strategi harga untuk bertahan hidup, memaksimalkan laba, dan meraih pangsa pasar yang dominan. X Air akan menikmati struktur biaya terendah dan keuntungan jangka panjang yang tinggi dengan merebut pangsa pasar yang besar. X Air berani
latar belakang keberadaan X Air sebagai salah satu maskapai penerbangan baru di industri penerbangan yang pada saat ini ingin mengembangkan kegiatan perusahaannya secara lebih meluas. Strategi harga yang ditawarkan X Air dan layanan yang diberikan X Air berpengaruh pada kepuasan konsumen. Jadi, apabila strategi harga dan layanan yang berubah, dengan sendirinya secara bersam-sama akan berpengaruh juga pada perubahan tingkat kepuasan konsumen X Air.
3 ”Analisis harapan dan persepsi penumpang terhadap kualitas makanan yang disediakan oleh maskapai penerbangan domestik di Indonesia”oleh Christine dan Kanya, tahun
2008
Dependent variabel: Kualitas Makanan.
Independent variebel: Harapan Dan Persepsi Konsumen
Metode yang dilakukan adalah konklusif deskriptif
1. Secara keseluruhan untuk
snack, harapan lebih
besar daripada persepsi. Hal ini ditunjukkan oleh
nilai mean harapan adalah 4,1791 dan mean
persepsi adalah 3,6282. Artinya, responden belum
selama penerbangan dan tidak sesuai dengan
harapan responden. 2. Perbedaan mean antara harapan dan persepsi
adalah signifikan dilihat dari nilai signifikansi
pada uji t yaitu 0,000 (<0,01), sehingga hal ini
harus menjadi perhatian bagi pihak maskapai.
3. Dari hasil perhitungan gap
yang diperoleh,
terungkap hasil bahwa aspek aroma dan penampilan
snack memiliki gap terbesar yaitu untuk
aroma sebesar -0,86 dan untuk penampilan snack
sebesar -0,71. Saran
1. Sebaiknya maskapai memperhatikan penampilan dan aroma snack yang
disajikan dalam penerbangan. 2. Untuk lebih mendekatkan
maskapai harus memperlakukan
penumpangnya secara lebih personal,
dimana maskapai dapat menyusun menu yang
membedakan penumpangnya misalnya berdasarkan
waktu makanan disajikan. Penyajian makanan bisa dibedakan menjadi 3 menurut waktunya
yakni, makan pagi (sarapan), siang dan malam.
4 “Optimalisasi Penentuan Keputusan Tiketing Online Bagi Konsumen”, oleh Farah Virnawati, tahun 2007.
Dependent variabel: Keputusan Tiketing Online Bagi Konsumen. Independent variebel: Optimalisasi
Metode yang dilakukan adalah Expert System
Expert System adalah sebuah bentuk dasar dari artificial intelegence. Expert System
dikerjakan setelah setelah pertanyaan sederhana setelah yes
dan no question. Expert System
membuat keputusan yang sama dengan apa yang dilakukan manusia. Expert system dapat dibangun dengan mewawancari pengalaman seseorang kemudian membuat aturan-aturan
dimanfaatkan untuk decision support system atau system penunjang keputusan sehingga penggunaan expert sytem khususnya forward chaining yang digunakan dapat mengoptimalkankeputusan yang diambil dalam reservasi tiket secara on line ini sesuai dengan keinginan konsumen. Salah satu keuntungna dari forward chaining disbanding dengan backwad chaining adalah penerimaan data baru dapat memicu kesimpulan baru, yang membuat engine lebih cocok untuk situasi dinamik dalam kondisi sering berubah. Seperti data yang diambil dalam pengerjaan Reservasi tiket secara on line ini. Metode forward chaining ini dapat digunakan dalam pengembangan tools system reservasi ticketing on line lebih lanjut. Dengan mempertimbangkan kueri dan data sumber yang didapatkan dari e-shop, serta factor penunjang yang dimasukkan costumer. Selanjutnya forward chaining bias dijadikan decision support
5 “Pentingnya Kepuasan Konsumen dan Implementasi Strategi
Pemasarannya”, oleh Asmai Ishak , tahun 2005.
Variabel:. Kepuasan
Konsumen dan
Implementasi Strategi Pemasarannya
Metode yang dilakukan adalah konklusif deskriptif
Mengingat sebagian besar para pelaku bisnis di Indonesia saat ini
berperasi di industri yang tingkat persaingan dan perubahannya cukup tinggi, maka paling tidak
marketing philosophy yang mendasari produknya adalah konsep pemasaran. Perusahaan yang
menggunakan konsep ini dalam falsafah bisnisnya berasumsi bahwa
perkembangan dan kontinjuitas
perusahaannya sangat tergantung seberapa jauh mereka dapat memuaskan para konsumennya. Dalam rangka terciptanya kepuasan konsumen tersebut, perusahaan
akan berusaha untuk
mengetahui: (1) minat yang mendasari konsumen
pembelian
produk tersebut; dan (3) penilaian (persepsi) para konsumen terhadap produk perusahaan jika dibandingkan dengan produk pesaing. Dengan
memahami ketiga hal tersebut akan memungkinkan
perusahaan untuk
dapat memilih metode dan media komunikasi yang tepat dan sesuai
dengan pasar sasarannya dan mempunyai pedoman untuk menetapkan
strategi pelayanan, saluran distribusi, bersaing dan pengembangan produk di masa yang akan datang. Namun demikian perlu disadari bahwa kepuasan konsumen tidak
semata-mata berasal dari baiknya kualitas produk, tetapi juga dipengaruhi
sesudah pembelian, cara pembayaran, tersedianya spare part dan lain-lain. Oleh karena itu, untuk
memaksimalkan kepuasan konsumen dan terciptanya citra merk/produk
perusahaan yang baik, maka memuaskan konsumen tidak lagi menjadi
tanggung jawab seluruh bagian yang ada dalam perusahaan. Agar pemuasan
konsumen dapat dilakukan secara terpadu, maka perusahaan sebaiknya menggunakan pemasaran sebagai konsep bisnis strategic yang
memberikan kepuasan yang berkelanjutan, bukan sesaat, tidak hanya bagi
investor/pemilik dan konsumen tetapi juga memberikan kepuasan yang berkelanjutan juga bagi para
40
karyawannya. Dalam konsep ini perusahaan
berusaha untuk memuaskan semua stakeholder nya.