• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Minyak sawit mentah (MSMn)

Istilah Minyak Sawit Mentah diadaptasi dari SNI 01-2901-2006 yang menyebutkan bahwa minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses pengempaan (ekstraksi) daging buah tanaman Elaesis guinnensis.

Minyak sawit mentah berbeda dengan minyak inti sawit. Perbedaan kedua jenis minyak ini terletak pada kandungan asam lemaknya. Minyak inti sawit mengandung asam kaproat dan asam kaprilat yang tidak terdapat dalam minyak sawit mentah. Perbedaan lainnya adalah adanya pigmen karotenoid yang berwarna kuning merah pada minyak sawit mentah yang tidak terdapat pada minyak inti sawit. Berdasarkan Yuliawan (1997), tahapan pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit mentah dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengukusan

Tandan buah segar yang tiba dari kebun segera ditimbang dan dimasukkan ke dalam lori perebusan. Lori perebusan dimasukkan ke dalam sterilizer yang dapat ditutup dengan rapat untuk menghindari terjadinya pengeluaran uap sebagai media perebus. Proses pengukusan dilakukan pada suhu 135 - 160°C selama 90 - 110 menit dengan tekanan 2,8 - 3,0 kg/cm2. Pengukusan ini bertujuan untuk mempermudah pelepasan buah dari tandan,melunakkan buah sehingga mempermudah penghancuran, menonaktifkan enzim lipase dan oksidase, memudahkan pemisahan tempurung dengan inti, serta menguraikan pektin dan polisakarida sehingga menjadi lunak.

b. Perontokam (pemipilan)

Perontokan bertujuan untuk memisahkan tandan dengan buah. Prosesperontokan buah terjadi akibat perputaran mesin perontok. Mesin perontok buah memiliki batang-batang penghubung yang diatur dengan interval yang sama.

c. Pelumatan (pencacahan)

Pelumatan dilakukan untuk memisahkan buah dengan biji serta memudahkanproses ekstraksi minyak. Pelumatan dilakukan dengan cara pengadukan buah oleh alat yang dilengkapi pisau berputar. Pada proses pelumatan ini ditambahkan air bersuhu 90 - 95°C untuk mempermudah pemisahan buah dengan biji serta membuka kantong-kantong minyak sehingga dapat mengurangi kehilangan minyak. Suhu yang rendah menyebabkan minyak semakin kental sehingga menyulitkan ekstraksi minyak.

d. Ekstraksi minyak

Ekstraksi merupakan proses untuk memperoleh minyak dari daging buah yang telah mengalami pencacahan. Proses ekstraksi dilakukan secara mekanis untuk mengeluarkan kandungan minyak. Buah yang telah dicacah dimasukkan ke dalam mesin pengepres ulir yang terdiri atas dua ulir yang berputar berlawanan dan dilengkapi dengan saringan pengepres. Buah yang telah lumat mengeluarkan minyak melalui lubang-lubang kecil.Selama proses ekstraksi ditambahkan air bersuhu 90 - 95°C sebanyak 600 - 800 liter/jam untuk memudahkan ekstraksi minyak. Tekanan hidrolik pada mesin pengepres berkisar 40 – 50 kg/cm2.

e. Penjernihan

Penjernihan adalah proses pembersihan minyak yang bertujuan untuk mengeluarkan air dan kotoran dari minyak, memperkecil kerusakan minyak akibat oksidasi, memperkecil kehilangan minyak dan menekan biaya produksi, serta mempermudah pengolahan limbah. Klarifikasi terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu pemisahan kotoran berupa serabut dan lumpur, pemisahan minyak dengan air, pengambilan minyak yang terdapat pada lumpur serta pembersihan. Pembersihan kotoran yang berupa saringan serabut dilakukan dengan saringan getar. Pemisahan kotoran berupa lumpur dilakukan dengan pengendapan. Pemisahan minyak dengan air dilakukan pada tangki pengendapan, sedangkan pembersihan minyak dilakukan pada alat pembersih minyak (oil purifer).

Minyak hasil ekstraksi ditampung pada tangki perangkap pasir. Tangki tersebut digunakan untuk memisahkan pasir dengan minyak. Pemisahan pasir terjadi akibat perbedaan berat jenis antara pasir, minyak dan air dengan pemberian

uap panas pada tangki perangkap pasir. Minyak selanjutnya dialirkan pada saringan getar yang bertujuan untuk memisahkan benda-benda padat pada minyak.

Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam tangki pengendapan. Pada alat ini terjadi pemisahan kotoran berupa lumpur dengan cara sentrifus, yang pada proses tersebut digunakan air panas sebagai pengencer. Lumpur yang masih terdapat pada minyak selanjutnya dihilangkan dengan alat pengering hampa agar minyak tidak mudah terhidrolisis. Minyak yang diperoleh berupa minyak sawit mentah selanjutnya ditimbang dan disimpan di dalam tangki penampungan. Cairan lumpur hasil klarifikasi yang masih mengandung minyak tersebut ditampung sementara di bak penampungan untuk didaur ulang.

Standar mutu minyak sawit mentah ditentukan berdasarkan Standar Nasional Indonesia 01-2901-2006 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.

Tabel 1 Standar mutu minyak sawit mentah

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan mutu

1. 2. 3.

4.

Warna

Kadar air dan kotoran Asam lemak bebas (sebagai asam palmitat) Bilangan Yodium - % fraksi massa % fraksi massa G Yodium/100 g Jingga kemerah-kemerahan 0.5 maks 0.5 maks 50 – 55 Sumber: Badan Standarisasi Nasional 2006

Sifat fisiko-kimia minyak sawit mentah meliputi warna, bau, flavour, kelarutan, polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slip melting point, bobot jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik api (Ketaren 2008). Sifat fisiko-kimia tersebut sangat penting untuk menentukan kualitas minyak sawit mentah selain dapat juga digunakan untuk informasi dalam pengolahan lebih lanjut. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit mentah dapat dilihat pada Tabel 2.

Komponen utama dari minyak sawit mentah adalah triasilgliserol (95%). Kandungan asam lemak yang paling menonjol pada minyak sawit mentah adalah palmitat dengan jumlah 41,8 - 46,8% dan oleat sebanyak 37,3 - 40,8% (Basiron 2005). Asam lemak palmitat memiliki titik cair yang tinggi, yaitu 64°C,

sehingga pada suhu ruang minyak sawit mentah berbentuk semi padat (Beiltz dan Grosch 1999). Kandungan asam lemak palmitat yang tinggi menyebabkan minyak sawit mentah lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan jenis minyak lain. Komponen lainnya berupa asam lemak bebas (3 - 5%), dan komponen minor (1%) yang terdiri dari karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid dan glikolipid, squalen, gugus hidrokarbon alifatik, dan komponen lainnya.

Tabel 2 Nilaisifat fisiko kimia minyak sawit mentah

Sifat Fisiko Kimia Nilai

Trigliserida 95%

Asam lemak bebas 5 - 10%

Warna (5¼ lovibond cell) Merah orange

Kelembaban dan impurities 0.15% - 3.0%

Bilangan peroksida 1 - 5,0 (meq/kg)

Bilangan anisidin 2 - 6 (meq/kg)

Kadar β-karoten 500 - 700 ppm

Kadar fosfor 10 - 20 ppm

Kadar besi 4 - 10 ppm

Kadar tokoferol 600 - 1000 ppm

Digliserida 2 - 6%

Bilangan asam 6,9 mg KOH/g minyak

Bilangan penyabunan 224 - 249 mg KOH/g minyak

Bilangan iod (wijs) 44 - 54

Titik leleh 21 - 24 °C

Indeks refraksi 36,0 - 37,5

Sumber: Ketaren 2008

Selain kandungan asam lemak, terdapat komponen minor pada minyak sawit yang mempengaruhi kualitasnya. Kandungan komponen minor pada minyak sawit mentah dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan komponen minor mempunyai peranan penting dalam kestabilan minyak walaupun kandungannya hanya 1%.

Tabel 3 Kandungan komponen minor minyak sawit mentah

Komponen minor Kandungan (ppm)

Karoten 500 – 700

Tokoferol dan tokotrienol 600 – 1000

Sterol 326 – 527 Ubiquinone 10 – 80 Squalene 200 – 500 Phospolipid 5 – 130 Trierpene alcohol 40 – 80 Metil sterol 40 – 80 Alipatik alcohol 100 – 200 Sumber: Lin 2002

Dokumen terkait