• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effect of Crude Palm Oil Consumption on the Level of Plasma Beta-Carotene, Malondialdehyde and Xanthine Oxidase Activity of Blood Plasma and Product Acceptance by Low-Income Respondents at Dramaga and Babakan Village, District of Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Effect of Crude Palm Oil Consumption on the Level of Plasma Beta-Carotene, Malondialdehyde and Xanthine Oxidase Activity of Blood Plasma and Product Acceptance by Low-Income Respondents at Dramaga and Babakan Village, District of Bogor"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KONSUMSI MINYAK SAWIT MENTAH TERHADAP KADAR BETA KAROTEN, MALONALDEHIDA DAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE PLASMA DARAH

SERTA PENERIMAAN PRODUK OLEH RESPONDEN PRA SEJAHTERA DI DESA DRAMAGA DAN BABAKAN,

KABUPATEN BOGOR

YUNITA FILIA ASSAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS

DAN SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengaruh Konsumsi

Minyak Sawit Mentah Terhadap Kadar Beta Karoten, Malonaldehida dan

Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Plasma Darah serta Penerimaan Produk oleh

Responden Pra Sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan, Kabupaten Bogor adalah

karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam

bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal

atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam

teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2012

Yunita F. Assah

(4)
(5)

ABSTRACT

YUNITA F. ASSAH. Effect of Crude Palm Oil Consumption on the Level of Plasma Beta-Carotene, Malondialdehyde and Xanthine Oxidase Activity of Blood Plasma and Product Acceptance by Low-Income Respondents at Dramaga and Babakan Village, District of Bogor. Supervised by DEDI FARDIAZ and FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA

Crude palm oil (CPO) is obtained from mesocarp extraction of palm fruit (Elaesis guineensis Jacq). CPO contains beta carotene around 400 – 1000 ppm. Beta carotene from CPO has some biological activities, such as vitamin A activity, protecting from UV rays, regulating immune function, controlling cell proliferation, and antioxidant activity. As an antioxidant, CPO can inhibit free radicals that cause lipid peroxidation, or anion superoxide production mediated by xanthine oxidase system. This research was a case study on SawitA program, that aimed to identify respondent acceptance of CPO as natural source of vitamin A. This research was intended to evaluate the effect of CPO consumption on the level of beta-carotene, malondialdehyde and xanthine oxidase activity in blood plasma. This study implicated 78 low-income respondents that were given about 140 ml CPO/week for 2 months, freely. Plasma blood from 22 healthy housewives respondents were analysed before and after consuming CPO. This study showed that daily consumption of approximately 2,94 ml CPO increased the level of plasma beta carotene from 1,907±1,006 to 1,965±0,762 μmol/l, reduced the level of malondialdehyde from 0,482±0,237 to 0,408±0,19 nmol/ml, but did not effect xanthine oxidase activity significantly. In addition, low-income respondents can accept CPO as a new product very well as part of their daily cooking oil.

(6)
(7)

RINGKASAN

YUNITA FILIA ASSAH Pengaruh Konsumsi Minyak Sawit Mentah Terhadap Kadar Beta Karoten, Malonaldehida dan Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Plasma Darah serta Penerimaan Produk oleh Responden Pra-Sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh DEDI FARDIAZ dan FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA.

Minyak sawit mentah (MSMn) merupakan minyak yang diperoleh dari ekstraksi mesokarp tanaman Elaesis guneensis Jacq. MSMn mengandung beta karoten sebanyak 400-1000 ppm, juga mengandung komponen tokoferol-tokotrienol yang tinggi yaitu 800-1000 ppm. MSMn sangat efektif digunakan sebagai sumber energi dan mengurangi resiko penyakit degeneratif. Karotenoid memiliki beberapa aktivitas biologis yaitu aktivitas vitamin A, aktivitas antioksidan, perlindungan dari sinar ultraviolet, pengaturan fungsi imun, serta pengaturan pembelahan dan proliferasi sel. Sebagai antioksidan, beta karoten dapat menghambat proses peroksidasi lipid yang diinduksi oleh radikal bebas atau oksigen singlet, serta menghambat peningkatan spesies oksigen reaktif berupa anion superoksida dan hidrogen peroksida melalui mekanisme xantin oksidase.

Penelitian ini merupakan bagian dari studi kasus pada program SawitA, yang merupakan program kerjasama Fakultas Teknologi Pertanian IPB dengan PT Smart Tbk, dimana program ini diselenggarakan untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A di Indonesia melalui pemberian produk minyak sawit mentah pada masyarakat pra-sejahtera di wilayah kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui tingkat penerimaan responden terhadap MSMn sebagai sumber provitamin A alami dan minyak makan, serta melihat pengaruh konsumsi MSMn terhadap kadar beta karoten, malonaldehida serta aktivitas enzim xantin oksidase di dalam plasma darah. Tahapan penelitian ini meliputi (1) Penentuan responden penelitian (2) Sosialisasi (3) Intervensi produk minyak sawit mentah (4) Monitoring (5) Pengambilan darah responden (6) Analisis plasma darah meliputi kadar beta karoten, malonaldehida, aktivitas enzim xantin oksidase (7) Penilaian respon awal dan penerimaan responden terhadap produk MSMn serta analisis statistik untuk parameter analisis darah.

(8)

Analisis plasma darah dilakukan dengan menggunakan instrument spektrofotometer.

Respon awal setelah konsumsi selama 2 – 4 hari menunjukkan bahwa responden dapat menerima produk MSMn dengan baik. Lebih dari 98 % responden menyatakan tidak terganggu dengan rasa, lebih 95 % responden menyatakan tidak terganggu dengan aroma dan lebih 97% responden menyatakan tidak terganggu dengan warna. Tingkat penerimaan setelah 2 minggu, 1 bulan dan 2 bulan mengalami peningkatan hingga 100%, baik dari segi rasa, aroma maupun warna. Oleh karena itu, disimpulkan bahwa penerimaan responden setelah mengkonsumsi minyak sawit mentah selama 2 bulan mengalami peningkatan. Konsumsi MSMn selama 2 bulan menunjukkan peningkatan terhadap rata-rata kadar beta karoten dari 1,907±1,006 menjadi 1,965±0,762 μmol/l. Parameter malonaldehida menunjukkan penurunan rata-rata dari 0,482±0,237 menjadi 0,408±0,19 nmol/ml. Sementara itu, untuk aktivitas enzim xantin oksidase, rata-rata aktivitas enzim sebelum konsumsi adalah 3,458±1,782 U/g protein, dan sesudah konsumsi adalah 3,577±1,939 U/g protein.

(9)

© Hak Cipta milik Institut Pertanian Bogor, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(10)
(11)

PENGARUH KONSUMSI MINYAK SAWIT MENTAH TERHADAP KADAR BETA KAROTEN, MALONALDEHIDA DAN AKTIVITAS ENZIM XANTIN OKSIDASE PLASMA DARAH

SERTA PENERIMAAN PRODUK OLEH RESPONDEN PRA SEJAHTERA DI DESA DRAMAGA DAN BABAKAN,

KABUPATEN BOGOR

YUNITA FILIA ASSAH

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(12)

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis :

(13)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul Tesis : Pengaruh Konsumsi Minyak Sawit Mentah Terhadap Kadar Beta Karoten, Malonaldehida dan Aktivitas Enzim Xantin Oksidase Plasma Darah serta Penerimaan Produk oleh Responden Pra Sejahtera di Desa Dramaga dan Babakan, Kabupaten Bogor

Nama : Yunita Filia Assah

NRP : F251100181

Disetujui

Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Dedi Fardiaz, MSc

Ketua

Prof.Dr.Ir.Fransiska Rungkat Zakaria, M.Sc

Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi

Ilmu Pangan

Dr.Ir.Ratih Dewanti Hariyadi, M.Sc

Dekan Sekolah Pasca Sarjana

Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(14)
(15)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala

karunia yang diberikan sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya

Ilmiah ini merupakan syarat untuk memperoleh gelas Magister Sains.

Penulis mengucapkan terima kasih dan pernghargaan yang

setinggi-tingginya kepada:

1. Prof.Dr.Ir. Dedi Fardiaz, MSc sebagai ketua komisi pembimbing dan Ibu

Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, M.Sc sebagai anggota komisi

pembimbing, atas waktu yang diluangkan untuk memberikan bimbingan dan

arahan kepada penulis selama pendidikan sampai penulisan tesis ini.

2. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MSc sebagai penguji luar komisi atas koreksi dan

saran-saran perbaikan.

3. PT. Smart TBK Jakarta atas bantuan dana dan bahan penelitian melalui

Program Coorporate Social Responsibility Agribusiness And Food yang

bekerja sama dengan Fakultas Teknologi Pertanian IPB dan Pemda/Dinas

Kesehatan Kabupaten Bogor, tahun 2011.

4. Civitas akademik FATETA IPB Departemen ITP Program Studi Ilmu Pangan

(IPN), Laboran Vera, pak Rojak, pak Wahid, Pak Sobirin.

5. Teman-teman seperjuangan di Tim SawitA: Claudia Gadizza, Mely

Anggraeni, Nursalim, Umi Kulsum, Waryati, Zahra Khan atas kerja samanya

dalam pelaksanaan penelitian, dan semua teman-teman seperjuangan di IPN

2010.

6. Teman-teman asrama Bogor Baru 1: Ibu Adeleyda Lumingkewas, Ibu Debby

Rayer, Ibu Lady Lengkey, Ibu Sherly Jocom, Bapak Aser Yalindua, Bapak

Varda Takaendengan, Bapak Tommy Lolowang, Septiani Palilingan, Varly

Tumimomor atas dukungan dan kebersamaan selama di asrama, juga

teman-teman di asrama Bogor Baru 2 dan asrama Sempur atas doa dan dukungan

moril kepada penulis.

7. Teman-teman sepelayanan di Komisi musik gerejawi dan Gerakan Pemuda

GPIB Zebaoth Bogor atas dukungan doa dan semangat yang diberikan kepada

(16)

Terima kasih yang tulus penulis sampaikan kepada Papa Albert dan Mama

Meiske serta adik Christian, beserta segenap keluarga besar saya di Manado dan

Jakarta atas dukungan moril dan materil selama penulis melanjutkan pendidikan

di IPB

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna oleh sebab itu

kritik dan saran penulis harapkan dari pembaca. Semoga tesis ini bermanfaat bagi

yang membacanya, dan ikut memperkaya khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2012

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Manado, Sulawesi Utara tanggal 9 Juni 1990 sebagai

anak sulung dari dua bersaudara bersaudara dari pasangan Bapak Albert Robert

Assah, SE,MSi dan Ibu Ir. Meiske Lumingkewas, MSi. Penulis menamatkan

sekolah di SD Negeri 124 Manado, SMP Negeri 1 Manado dan SMA Negeri 1

Manado. Pada tahun 2010 penulis menyelesaikan studi pada Jurusan Teknologi

Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sam Ratulangi di Manado. Pada tahun

yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Pascasarjana Program Mayor Ilmu

(18)

DAFTAR ISI

2.6. Metabolisme dan penyerapan karotenoid... 15

2.7. Radikal bebas, oksidasi lipid dan antioksidan... 17

(19)

3.3.4. Monitoring ... 29

3.3.5. Pengambilan darah responden ... 30

3.3.6. Analisa kadar beta-karoten plasma darah ... 30

3.3.7. Analisa malonaldehida plasma darah ... 31

3.3.8. Analisa aktivitas xantin oksidase ... 31

3.3.9. Analisa kadar protein plasma ... 32

3.3.10. Analisis Statistik ... 33

!V. Hasil dan Pembahasan ... 35

4.1. Karakteristik responden ... 35

4.2. Pengetahuan terhadap produk minyak sawit mentah ... 39

4.3. Respon terhadap produk minyak sawit mentah ... 41

4.4. Karakteristik responden yang diambil darah ... 44

4.5. Jumlah konsumsi minyak sawit mentah selama intervensi ... 45

4.6. Hasil analisa beta karoten ... 47

4.7. Hasil analisa malonaldehida ... 50

4.8. Hasil analisa enzim xantin oksidase ... 53

V. Kesimpulan dan Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(20)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kelapa sawit... 5

Gambar 2. Struktur molekul beta karoten ... 13

Gambar 3. Proses pemecahan beta karoten ... 16

Gambar 4. Tahapan oksidasi lipid ... 18

Gambar 5. Reaksi penghambatan antioksidan terhadap radikal lipida ... 19

Gambar 6. Reaksi malondialdehid dengan asam tiobarbiturat ... 21

Gambar 7. Pembentukan asam urat oleh xantin oksidase ... 22

Gambar 8. Status kesehatan responden di awal program ... 38

Gambar 9. Penyakit yang diderita responden sebelum intervensi ... 39

Gambar 10. Pengetahuan responden tentang MSMn ... 40

Gambar 11.Kadar beta karoten sebelum dan sesudah konsumsi MSMn ... 48

Gambar 12. Kadar malonaldehida sebelum dan sesudah konsumsi MSMn... 51

(21)
(22)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Standar mutu minyak sawit mentah ... 8

Tabel 2. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit mentah ... 9

Tabel 3. Kandungan komponen minor minyak sawit mentah ... 10

Tabel 4. Manfaat komponen mikro yang ditemukan di minyak sawit. ... 10

Tabel 5. Karakteristik minyak sawit mentah ... 12

Tabel 6. Hasil analisis kadar air dan logam berat minyak sawit mentah. ... 13

Tabel 7. Aktivitas vitamin A dari beberapa jenis karotenoid ... 14

Tabel 8. Kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian ... 27

Tabel 9. Karakteristik responden ... 36

Tabel 10. Respon awal responden terhadap minyak sawit mentah ... 41

Tabel 11. Penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah ... 42

Tabel 12 Jumlah konsumsi minyak sawit mentah responden diambil darah. ... 46

(23)
(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed consent untuk responden yang bersedia menggunakan produk

Minyak Sawit Mentah

69

Lampiran 2 Informed consent untuk responden yang bersedia diambil darah 70

Lampiran 3 Kuesioner 1 Biodata responden dan keluarga 71

Lampiran 4 Kuesioner 2 Respon awal terhadap produk MSMn 74

Lampiran 5 Kuesioner 3 Respon setelah mengkonsumsi 2 minggu 76

Lampiran 6 Kuesioner 4 Respon setelah mengkonsumsi 1 bulan 78

Lampiran 7 Kuesioner 5 Respon setelah mengkonsumsi 2 bulan 80

Lampiran 8 Brosur program sawitA 85

Lampiran 9 Komik produk sawitA 86

Lampiran 10 Daftar responden 87

Lampiran 11 Daftar responden yang diambil darah 91

Lampiran 12 Jumlah konsumsi beta karoten dan hasil analisis plasma darah 92

Lampiran 13 Hasil uji t beta karoten 93

Lampiran 14 Hasil uji t malonaldehida 94

(25)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar dunia, dengan

produksi lebih dari 44% minyak sawit dunia (Gunstone 2010). Kurang lebih 37%

dari seluruh areal kelapa sawit di Indonesia adalah perkebunan rakyat, sedangkan

sisanya diusahakan oleh pemerintah dan swasta. Devisa yang diperoleh dari

ekspor minyak kelapa sawit dan turunannya pada tahun 2011 mencapai US$ 11,61

milyar, mengalami kenaikan sebesar 17,75% atau US$ 2,5 milyar dari tahun 2010

(Ditjenbun 2011).

Minyak sawit merupakan minyak yang bersumber dari ekstraksi sabut

buah sawit dan menghasilkan minyak yang berwarna merah dan disebut Minyak

Sawit Mentah (MSMn). Warna merah ini disebabkan oleh kandungan beta karoten

yang sangat tinggi. Minyak sawit mentah yang diperoleh berwarna merah pekat

dan mengandung beta karoten sebanyak 400-1000 ppm (Lin 2002, Stuijvenberg

et al. 2001). Tanaman sawit merupakan penghasil karotenoid tertinggi di dunia.

Jika dibandingkan dengan tanaman pangan lain, minyak sawit mentah

memiliki kandungan vitamin A paling tinggi, yaitu 15 kali lebih tinggi daripada

wortel dan 300 kali lebih tinggi dari tomat (Choo 1994). Beta karoten yang

terkandung dalam minyak sawit mentah sangat mudah diserap, dan pada sel

mukosa saluran pencernaan diubah menjadi vitamin A atau retinol dengan potensi

satu unit beta karoten menjadi dua unit retinol (Nestel dan Nalubola 2003,

Zeba et al. 2006). Selain karotenoid, terdapat pula komponen tokoferol dan

tokotrienol dengan jumlah sebanyak 800-1000 ppm (Berger 1988,

Nesaretnam 1999), serta komponen minor lainnya dalam konsentrasi lebih kecil

yang juga bermanfaat bagi kesehatan.

Penelitian tentang manfaat minyak sawit terhadap peningkatan status

vitamin A telah banyak dilaporkan. Hasil penelitian terhadap anak-anak sekolah di

India (Olson 1991) menunjukkan bahwa konsumsi makanan kaya beta-karoten

dari minyak sawit meningkatkan retinol dalam hati dan serum darah. Minyak

sawit dalam bentuk red palm oil yang dikonsumsi bersama diet sehari-hari

(26)

(Zhang et al. 2003). Hasil penelitian Roels (1963) pada anak laki-laki yang

menderita defisiensi vitamin A dan diberi konsumsi minyak sawit mentah selama

3 minggu menunjukkan peningkatan konsentrasi beta-karoten dan vitamin A

dalam serum. Minyak sawit mentah juga efektif digunakan sebagai sumber energi

dan mengurangi resiko penyakit degeneratif (Britton dan Forambi 1999).

Berdasarkan hal ini, minyak sawit mentah berpotensi sebagai sumber provitamin

A alami untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A yang masih merupakan

salah satu dari 4 masalah gizi di Indonesia. Data WHO (2002) menunjukkan

sekitar 19,6% anak pra-sekolah di Indonesia menderita kekurangan vitamin A

subklinis (serum retinol kurang dari 20 μg/dl). Adapun usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan vitamin A antara lain dengan

melaksanakan program pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada balita, atau

dengan melakukan fortifikasi vitamin A pada minyak goreng.

Karotenoid memiliki beberapa aktivitas biologis yaitu aktivitas vitamin A,

aktivitas antioksidan, perlindungan dari sinar ultraviolet, pengaturan fungsi imun

serta pengaturan pembelahan dan proliferasi sel (Bendich dan Olson 1989).

Karotenoid dapat mencegah beberapa penyakit degeneratif dan kronis seperti

hiperkolesterolemia dan penyakit jantung. Hal ini karena adanya aktivitas

antioksidan dan kemampuan karotenoid untuk menghambat radikal bebas

(Kritchevsky 1999; Cho et al. 2004; Dutta et al. 2005).

Radikal bebas dapat memicu oksidasi lipid, dimana produk akhirnya, yaitu

malonaldehida merupakan salah satu indikator dari kerusakan oksidatif pada

lemak tak jenuh serta indikator keberadaan radikal bebas. Radikal bebas juga

tercetus secara enzimatik melibatkan enzim xantin oksidase yang menghasilkan

spesies oksigen reaktif, yaitu radikal superoksida dan hidrogen peroksida

(Haidari et al. 2009). Kandungan beta karoten dan tokoferol pada minyak sawit

(27)

baru dalam mengatasi masalah defisiensi vitamin A di Indonesia dengan

menggunakan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Pemanfaatan minyak

sawit mentah di beberapa negara sudah dikembangkan menjadi berbagai macam

produk turunan, misalnya produk minyak makan, produk-produk shortening,

minuman suplemen, maupun pengganti lemak hewani (Unnithan dan Foo 2001).

Produk minyak sawit mentah yang digunakan dalam penelitian disebut

sebagai produk SawitA dan diberikan secara gratis selama dua bulan kepada

responden dari keluarga kurang mampu menurut data dari desa setempat serta

disertai sosialisasi mengenai manfaat dan cara penggunaannya. Mengingat produk

minyak sawit mentah merupakan produk baru dan penggunaannya akan dicampur

dengan makanan sehari-hari, maka selain menganalisa manfaat konsumsi minyak

sawit mentah terhadap kadar beta karoten, malonaldehida dan aktivitas enzim

xantin oksidase, perlu diketahui penerimaan konsumen terhadap produk yang

meliputi rasa, aroma, warna, dan atribut keseluruhan. Selain itu juga perlu dilihat

perilaku dan pola konsumsi responden ketika mengkonsumsi produk minyak

sawit mentah SawitA. Analisis penerimaan produk menggunakan metode uji

penggunaan di rumah (Home use test).

1.2. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah:

a. Mengetahui tingkat penerimaan responden dari keluarga pra sejahtera di desa

Dramaga dan Babakan terhadap minyak sawit mentah sebagai sumber

provitamin A alami dan minyak makan.

b. Melihat pengaruh konsumsi minyak sawit mentah terhadap kadar beta karoten,

malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase di dalam plasma darah.

1.3. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dan pihak terkait untuk

optimalisasi aplikasi minyak sawit mentah terutama aplikasinya sebagai sumber

provitamin A alami sebagai salah satu alternatif untuk menanggulangi kekurangan

(28)

1.4. Hipotesis

Setelah dilakukan sosialisasi dan intervensi, produk minyak sawit mentah

dapat diterima dengan baik oleh responden.

Konsumsi minyak sawit mentah meningkatkan kadar beta karoten,

menurunkan kadar malonaldehida dan aktivitas enzim xantin oksidase di

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tumbuhan

tropis golongan palma yang termasuk tanaman tahunan. Tanaman ini merupakan

tanaman berkeping satu yang masuk dalam genus Elais, family Palmae, kelas

divisi Monocotyledonae, subdivisio Angiospermae dengan divisio Spermatophyta.

Kelapa Sawit tumbuh pada iklim tropis dengan curah hujan 2000 mm/tahun dan

suhu 22-32°C (Harley 1997). Kelapa sawit berasal dari Afrika Barat dan di

Indonesia tanaman ini pertama kali ditanam di kebun raya Bogor oleh orang

Belanda pada tahun 1848 (Sambanthamurthi et al. 2000).

Secara anatomi, bagian buah kelapa sawit terdiri atas 80% bagian perikarp

dan 20% bagian biji.Perikarp tersusun oleh epikarp dan mesokarp. Epikarp

merupakan kulit buah yang licin dan keras, sedangkan mesokarp adalah daging

buah yang bersabut dan mengandung minyak dengan rendemen tinggi. Biji

tersusun oleh endokarp, endosperm dan lembaga embrio. Endokarp adalah

tempurung kulit biji yang berwarna hitam dan keras, sedangkan endosperm adalah

daging biji yang berwarna putih dan dari bagian ini dihasilkan minyak inti sawit.

Bentuk buah kepala sawit dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kelapa Sawit (Anonim 2010)

Dari kelapa sawit, dapat diperoleh dua jenis minyak yang berbeda sifatnya,

(30)

minyak dari sabut (mesokarp) sawit yang disebut juga minyak sawit mentah atau

dalam bahasa inggris disebut crude palm oil (CPO) (Ketaren 2008).

2.2. Minyak Sawit Mentah (MSMn)

Istilah Minyak Sawit Mentah diadaptasi dari SNI 01-2901-2006 yang

menyebutkan bahwa minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil) merupakan

minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses

pengempaan (ekstraksi) daging buah tanaman Elaesis guinnensis.

Minyak sawit mentah berbeda dengan minyak inti sawit. Perbedaan kedua

jenis minyak ini terletak pada kandungan asam lemaknya. Minyak inti sawit

mengandung asam kaproat dan asam kaprilat yang tidak terdapat dalam minyak

sawit mentah. Perbedaan lainnya adalah adanya pigmen karotenoid yang berwarna

kuning merah pada minyak sawit mentah yang tidak terdapat pada minyak inti

sawit. Berdasarkan Yuliawan (1997), tahapan pengolahan buah kelapa sawit

menjadi minyak sawit mentah dijelaskan sebagai berikut.

a. Pengukusan

Tandan buah segar yang tiba dari kebun segera ditimbang dan dimasukkan ke dalam lori perebusan. Lori perebusan dimasukkan ke dalam sterilizer yang

dapat ditutup dengan rapat untuk menghindari terjadinya pengeluaran uap sebagai

media perebus. Proses pengukusan dilakukan pada suhu 135 - 160°C selama

90 - 110 menit dengan tekanan 2,8 - 3,0 kg/cm2. Pengukusan ini bertujuan untuk

mempermudah pelepasan buah dari tandan,melunakkan buah sehingga

mempermudah penghancuran, menonaktifkan enzim lipase dan oksidase,

memudahkan pemisahan tempurung dengan inti, serta menguraikan pektin dan

polisakarida sehingga menjadi lunak.

b. Perontokam (pemipilan)

Perontokan bertujuan untuk memisahkan tandan dengan buah.

Prosesperontokan buah terjadi akibat perputaran mesin perontok. Mesin perontok

(31)

c. Pelumatan (pencacahan)

Pelumatan dilakukan untuk memisahkan buah dengan biji serta

memudahkanproses ekstraksi minyak. Pelumatan dilakukan dengan cara

pengadukan buah oleh alat yang dilengkapi pisau berputar. Pada proses pelumatan

ini ditambahkan air bersuhu 90 - 95°C untuk mempermudah pemisahan buah

dengan biji serta membuka kantong-kantong minyak sehingga dapat mengurangi

kehilangan minyak. Suhu yang rendah menyebabkan minyak semakin kental

sehingga menyulitkan ekstraksi minyak.

d. Ekstraksi minyak

Ekstraksi merupakan proses untuk memperoleh minyak dari daging buah

yang telah mengalami pencacahan. Proses ekstraksi dilakukan secara mekanis

untuk mengeluarkan kandungan minyak. Buah yang telah dicacah dimasukkan ke

dalam mesin pengepres ulir yang terdiri atas dua ulir yang berputar berlawanan

dan dilengkapi dengan saringan pengepres. Buah yang telah lumat mengeluarkan

minyak melalui lubang-lubang kecil.Selama proses ekstraksi ditambahkan air

bersuhu 90 - 95°C sebanyak 600 - 800 liter/jam untuk memudahkan ekstraksi

minyak. Tekanan hidrolik pada mesin pengepres berkisar 40 – 50 kg/cm2.

e. Penjernihan

Penjernihan adalah proses pembersihan minyak yang bertujuan untuk

mengeluarkan air dan kotoran dari minyak, memperkecil kerusakan minyak akibat

oksidasi, memperkecil kehilangan minyak dan menekan biaya produksi, serta

mempermudah pengolahan limbah. Klarifikasi terdiri dari beberapa tahapan

proses, yaitu pemisahan kotoran berupa serabut dan lumpur, pemisahan minyak

dengan air, pengambilan minyak yang terdapat pada lumpur serta pembersihan. Pembersihan kotoran yang berupa saringan serabut dilakukan dengan saringan

getar. Pemisahan kotoran berupa lumpur dilakukan dengan pengendapan.

Pemisahan minyak dengan air dilakukan pada tangki pengendapan, sedangkan

pembersihan minyak dilakukan pada alat pembersih minyak (oil purifer).

Minyak hasil ekstraksi ditampung pada tangki perangkap pasir. Tangki

tersebut digunakan untuk memisahkan pasir dengan minyak. Pemisahan pasir

(32)

uap panas pada tangki perangkap pasir. Minyak selanjutnya dialirkan pada

saringan getar yang bertujuan untuk memisahkan benda-benda padat pada

minyak.

Minyak yang telah disaring dialirkan ke dalam tangki pengendapan. Pada

alat ini terjadi pemisahan kotoran berupa lumpur dengan cara sentrifus, yang pada

proses tersebut digunakan air panas sebagai pengencer. Lumpur yang masih

terdapat pada minyak selanjutnya dihilangkan dengan alat pengering hampa agar

minyak tidak mudah terhidrolisis. Minyak yang diperoleh berupa minyak sawit

mentah selanjutnya ditimbang dan disimpan di dalam tangki penampungan.

Cairan lumpur hasil klarifikasi yang masih mengandung minyak tersebut

ditampung sementara di bak penampungan untuk didaur ulang.

Standar mutu minyak sawit mentah ditentukan berdasarkan Standar

Nasional Indonesia 01-2901-2006 seperti yang dapat dilihat pada Tabel 1

berikut ini.

Tabel 1 Standar mutu minyak sawit mentah

No Kriteria Uji Satuan Persyaratan mutu

1.

Sifat fisiko-kimia minyak sawit mentah meliputi warna, bau, flavour, kelarutan,

polimorphism, titik didih (boiling point), titik pelunakan, slip melting point, bobot

jenis, indeks bias, titik kekeruhan (turbidity point), titik asap, titik nyala dan titik

api (Ketaren 2008). Sifat fisiko-kimia tersebut sangat penting untuk menentukan

kualitas minyak sawit mentah selain dapat juga digunakan untuk informasi dalam

pengolahan lebih lanjut. Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit mentah dapat dilihat

pada Tabel 2.

Komponen utama dari minyak sawit mentah adalah triasilgliserol (95%).

Kandungan asam lemak yang paling menonjol pada minyak sawit mentah adalah

palmitat dengan jumlah 41,8 - 46,8% dan oleat sebanyak 37,3 - 40,8%

(33)

sehingga pada suhu ruang minyak sawit mentah berbentuk semi padat (Beiltz dan

Grosch 1999). Kandungan asam lemak palmitat yang tinggi menyebabkan minyak

sawit mentah lebih tahan terhadap oksidasi dibandingkan jenis minyak lain.

Komponen lainnya berupa asam lemak bebas (3 - 5%), dan komponen minor (1%)

yang terdiri dari karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid dan

glikolipid, squalen, gugus hidrokarbon alifatik, dan komponen lainnya.

Tabel 2 Nilaisifat fisiko kimia minyak sawit mentah

Sifat Fisiko Kimia Nilai

Trigliserida 95%

Asam lemak bebas 5 - 10%

Warna (5¼ lovibond cell) Merah orange

Kelembaban dan impurities 0.15% - 3.0%

Bilangan peroksida 1 - 5,0 (meq/kg)

Bilangan anisidin 2 - 6 (meq/kg)

Kadar β-karoten 500 - 700 ppm

Kadar fosfor 10 - 20 ppm

Kadar besi 4 - 10 ppm

Kadar tokoferol 600 - 1000 ppm

Digliserida 2 - 6%

Bilangan asam 6,9 mg KOH/g minyak

Bilangan penyabunan 224 - 249 mg KOH/g minyak

Bilangan iod (wijs) 44 - 54

Titik leleh 21 - 24 °C

Indeks refraksi 36,0 - 37,5

Sumber: Ketaren 2008

Selain kandungan asam lemak, terdapat komponen minor pada minyak sawit yang

mempengaruhi kualitasnya. Kandungan komponen minor pada minyak sawit

mentah dapat dilihat pada Tabel 3. Kandungan komponen minor mempunyai

(34)

Tabel 3 Kandungan komponen minor minyak sawit mentah

Komponen minor Kandungan (ppm)

Karoten 500 – 700

Tokoferol dan tokotrienol 600 – 1000

Sterol 326 – 527

Komponen minor pada minyak sawit memiliki berbagai manfaat terhadap

kesehatan. Tabel 4 menunjukkan manfaat komponen mikro yang terdapat pada

minyak sawit mentah terhadap kesehatan.

Tabel 4 Manfaat komponen mikro yang ditemukan di minyak sawit.

Komponen mikro minyak sawit Efek terhadap kesehatan

Vitamin E Efek anti kanker

Anti angiogenesis Koenzim – Q10 Mekanisme Antioksidan

Efek Kardio protektor Anti kanker

Polifenol Inhibisi Kolesterol

(35)

Minyak sawit mentah mengandung karotenoid total 600 – 1000 ppm

dengan persentase alfa-karoten 36,2%, beta karoten 54,4%, gamma karoten 3,3%,

likopen 3,8%, dan xantofil 2,2% (Naibaho 1990, Stuijvenberg et al. 2001).

Karotenoid pada minyak sawit telah diteliti mampu meningkatkan status vitamin

A. Konsumsi minyak sawit selama 3 minggu pada anak laki-laki defisiensi

vitamin A meningkatkan konsentrasi beta-karoten dan vitamin A dalam serum

(Roels 1963). Penelitian terhadap anak-anak sekolah di India menunjukkan bahwa

konsumsi makanan kaya beta karoten dari minyak sawit meningkatkan retinol

dalam hati dan serum darah (Olson 1991). Pemberian jenis makanan ringan dari

minyak sawit merah yang mengandung 2,4 mg beta karoten dapat meningkatkan

status vitamin A pada anak-anak yang sama efektif dengan pemberian vitamin A

sintetik 600 μg per hari (Manorama et al.1997). Vitamin A diperlukan oleh tubuh untuk meningkatkan daya tahan tubuh (imunitas) dan kesehatan mata.

Konsumsi minyak sawit mentah dapat memenuhi kebutuhan vitamin A

seseorang per hari. Jika kebutuhan manusia dewasa per hari akan vitamin A

sebesar 900 mikrogram, maka dengan mengambil nilai beta karoten minyak sawit

terendah sebesar 400 mg per kg, hanya diperlukan 2 ml atau satu sendok teh

minyak sawit untuk memenuhi kebutuhan vitamin A setiap orang dewasa per hari.

Sementara itu, kebutuhan anak-anak sebesar 400 mikrogram vitamin A per hari

dapat dipenuhi dengan mudah dengan hanya mengkonsumsi 1 ml minyak sawit

(Stuijvenberg et al. 2001).

Selain bermanfaat meningkatkan status vitamin A, pemanfaatan minyak

sawit mentah sebagai sumber karotenoid bagi kesehatan telah banyak dilaporkan.

Tan dan Chu (1991) melaporkan bahwa karotenoid dari kelapa sawit

menunjukkan efek penghambatan pada proliferasi sejumlah sel-sel kanker

manusia. Murakoshi et al. (1992) yang mengisolasi alpha-karoten dari minyak

sawit menunjukkan kemampuannya untuk menghambat tumor hati, paru dan kulit

pada tikus. Warna merah-jingga sebagai tanda kandungan beta karoten yang tinggi

pada minyak sawit mentah memiliki kemampuan sebagai pemusnah oksigen

singlet yang efektif (Loganathan et.al 2010). Karotenoid pada minyak sawit

mentah sangat mudah diserap dengan efisiensi penyerapan 98%, karena terdapat

(36)

Dalam penelitian selama 20 tahun dengan memberikan 300 mg

beta-karoten per hari terhadap manusia diperoleh bahwa beta beta-karoten tidak bersifat

toksik, hanya saja menimbulkan efek samping seperti penampakan pigmen kuning

atau jingga pada kulit (Krinsky 1991). Untuk beta karoten yang bersumber dari

tanaman, sifatnya aman dan tidak memberikan efek toksik sampai 100.000 IU per

hari (Muchtadi 2009).

2.4. Keamanan Minyak Sawit Mentah

Produk minyak sawit mentah yang digunakan dalam penelitian ini berasal

dari PT Smart Tbk, yang dikemas kembali ke dalam botol ukuran 140 ml di

Technopark IPB. Proses pengemasan MSMn dalam penelitian ini dilakukan

secara langsung dengan menuangkan MSMn ke dalam botol produk sebanyak 140

ml. Karakteristik MSMn yang digunakan pada program SawitA disajikan pada

Tabel 5.

Tabel 5 Karakteristik minyak sawit mentah

Analisis Angka

Rata-rata bilangan asam (g NaOH/g minyak) 0,007

Rata-rata asam lemak bebas (%) 4,42

Rata-rata bilangan iod 50,86

Bilangan peroksida (meq peroksida/kg) 0

Sumber: Zakaria et al. 2011

Karakteristik MSMn yang diperoleh dari PT SMART Tbk Jakarta tidak

sama pada setiap batch. Kadar asam lemak bebas sangat bervariasi akan tetapi

semua batch tidak mengandung peroksida. Hal ini menunjukkan bahwa selama

penyimpanan dan distribusi MSMn tidak terjadi oksidasi lemak. Hal ini sesuai

dengan kondisi warna pada MSMn yang menunjukkan keberadaan karotenoid

yang tinggi dan bersifat sebagai antioksidan (Puspitasari 2008, Rismawati 2008).

Hasil analisis logam berat MSMn yang diproduksi di TECHNOPARK Fateta IPB

disajikan pada Tabel 6.

Keamanan produk MSMn yang dibagikan juga ditunjang oleh kadar

bilangan peroksida semua produk yang tidak terdeteksi atau nol. Asam lemak

(37)

standar SNI. Kadar asam lemak bebas yang tinggi dapat merusak kualitas rasa

produk pangan karena dapat mengalamai oksidasi menjadi senyawa peroksida

yang menimbulkan ketengikan. Pada MSMn, walaupun asam lemak bebas

terdapat dalam jumlah yang tinggi, tetapi tidak terdapat senyawa peroksida

sebagai hasil oksidasi yang disebabkan oleh tingginya karotenoid dan tokoferol

sebagai antioksidan (Butt et al. 2006, Scrimshaw 2000, Ping 2000).

Tabel 6 Hasil analisis kadar air dan logam berat minyak sawit mentah

No. Parameter Satuan Hasil Pemeriksaan Metode

1 Timbal (Pb) mg/kg <0.030 APHA ed. 21th 3111 B, 2005

Sumber : Zakaria et al. 2011

2.5. Beta Karoten

Jenis karotenoid yang paling banyak dijumpai pada bahan pangan adalah

beta karoten. Beta karoten masuk dalam golongan pigmen karotenoid yang

mempunyai aktifitas biologis sebagai provitamin A. Beta karoten merupakan

provitamin A yang paling potensial, yang ekuivalen dengan 2 buah molekul

vitamin A. Beta karoten merupakan molekul asimetris dimana separuh bagian kiri

merupakan bayangan cermin dari bagian kanannya. β-karoten mempunyai 40

atom karbon yang terdiri dari 8 unit isoprene, 11 ikatan rangkap dan mempunyai 2

cincin β-ionone yang terletak masing-masing satu cincin pada ujung molekulnya (Furr dan Clark 1997). Struktur molekul beta karoten diperlihatkan pada

Gambar 2.

(38)

Beta-karoten mempunyai aktivitas provitamin A karena adanya cincin beta

ionon yang tidak terhidroksilasi (Olson 1991). Kesimetrikan cincin terminal

karoten berhubungan dengan aktivitas provitamin A dari beberapa jenis

karotenoid. Bila teroksidasi, aktivitas karoten akan menurun karena terjadinya

perubahan isomer dari bentuk trans menjadi cis (Jensen et al. 1992, Iwasaki dan

Murakhosi 1992). Aktivitas biologis cis karoten ini sekitar 15-75%

(Onyewu 1985). Tabel 7 memperlihatkan aktivitas beberapa provitamin A relatif

dari beberapa jenis karotenoid.

Tabel 7 Aktivitas vitamin a beberapa jenis karotenoid

No Zat-zat karoten Aktivitas provitamin A relatif (%)

1

Beta karoten memiliki aktivitas vitamin A (retinol) 50%, sedangkan

karotenoid lainnya mempunyai aktivitas retinol 25%. Retinol diserap sempurna di

dalam usus halus, dan hanya 1/3 dari karotenoid yang dikonsumsi diserap tubuh.

Dari sejumlah karotenoid tersebut, hanya ½ dari beta karoten dan ¼ dari

karotenoid lainnya dikonversi menjadi retinol. Dengan demikian disimpulkan

bahwa beta karoten mempunyai 1/6 aktivitas retinol dan karotenoid lainnya hanya

mempunyai 1/12 aktivitas retinol (Andarwulan dan Sutrisno 1992).

Beta karoten mempunyai aktivitas biologis yang bermanfaat bagi tubuh

antara lain untuk menanggulangi kebutaan karena xeroptalamia, meningkatkan

imunisasi tubuh, membantu diferensiasi sel-sel epitel, pertumbuhan dan

reproduksi. Beta karoten juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan untuk

mencegah timbulnya penyakit kanker, mencegah penuaan dini dan mengurangi

terjadinya penyakit degeneratif. Burton dan Ingold (1984) juga mengungkapkan

bahwa beta karoten merupakan penangkap oksigen dan sebagai antioksidan

(39)

2-20%. Pada tekanan oksigen tinggi diatas kisaran fisiologis, karotenoid dapat

bersifat prooksidan (Burton 1989).

Hasil studi epidemologis menunjukkan kecenderungan rendahnya resiko

penyakit kanker dengan tingginya konsumsi makanan yang mengandung vitamin

A dan beta karoten.Selain itu, ada korelasi negatif antara konsumsi karoten

dengan gejala penyakit kanker paru-paru. Ziegier (1996) melaporkan bahwa

konsentrasi beta karoten plasma yang tinggi dapat menurunkan resiko penyakit

paru-paru dan penyakit jantung. Jacques et al. (1991) menyebutkan bahwa orang

yang mempunyai konsentrasi karoten plasma yang tinggi (lebih dari 3,3 μmol/l)

mempunyai prevalensi katarak 20% lebih rendah dibandingkan orang yang

memiliki persentasi karoten plasma kurang dari 1,7 μmol/l.

2.6. Metabolisme dan Penyerapan Karotenoid

Karotenoid merupakan molekul yang larut dalam lemak sehingga proses

penyerapannya mengikuti jalur penyerapan lemak pangan. Pada proses awal

pencernaan, karotenoid akan dilepaskan dari matriks pangan dengan adanya aksi

asam lambung dan enzim pencernaan. Pelepasan karotenoid dari matriks pangan

tergantung pada senyawa lain yang membentuk kompleks dengan karotenoid

seperti protein dan juga tergantung pada bentuk keberadaannya seperti bentuk

kristal pada wortel atau bentuk terlarut seperti pada minyak jagung

(Deming dan Erdman 1999).

Diet yang mengandung karotenoid provitamin A sebagian dilepaskan dari

protein matriks makanan oleh kerja enzim pepsin lambung dan berbagai enzim

proteolitik dalam saluran usus bagian atas. Selama proses dalam saluran

pencernaan, karotenoid terdispersi dalam usus bagian atas oleh asam-asam

empedu. Sebagian karotenoid telah mengalami esterifikasi dan sisanya masih

dalam bentuk karotenoid bebas. Ester-ester karotenoid, karotenoid bebas dan

vitamin A yang terdispersi dalam emulsi lipida membentuk kilomikron dengan

bantuan asam empedu, berdifusi ke dalam lapisan glikoprotein membran mikrofili

sel-sel epitel usus (Linder 1992). Proses penyerapan terjadi dengan cara difusi

(40)

membran sel mikrofili enterosit. Misel akan berdifusi ke dalam membran dan

melepaskan karotenoid dan komponen lipid lainnya pada sitosol sel.

Linder (1992) mengemukakan bahwa setelah penyerapan selesai,

β-karoten dan karotenoid provitamin A lainnya diubah menjadi vitamin A (retinal)

oleh enzim β-karoten-15,15’-dioxygenase (βC-15,15’-DIOX). Retinal kemudian direduksi menjadi retinol, yang reaksinya disajikan pada Gambar 3.

Efisiensi penyerapan karotenoid dipengaruhi oleh ada tidaknya komponen

lain dalam pangan seperti lemak dan protein (Shiau et al. 1990). Makanan yang

mengandung asam lemak tidak jenuh dilaporkan dapat meningkatkan aktivitas

βC-15,15’-DIOX dan cellular retinol-binding protein tipe II (CRBP II) pada mukosa instestinal tikus. Kecepatan pemecahan tergantung pada status vitamin A

dalam tubuh dan berbeda untuk setiap jenis organisme. Penyerapan karotenoid ke

dalam enterosit tidak menjamin seluruh karotenoid tersebut akan dimetabolisme

dan diserap oleh tubuh. Karotenoid tersebut dapat hilang pada lumen saluran

pencernaan akibat perubahan fisiologi sel mukosa (Deming dan Erdman 1999).

Menurut Rodriguez dan Kimura (2004), beberapa faktor yang

mempengaruhi penyerapan dan pemanfaatan karotenoid antara lain jumlah, tipe

karotenoid dalam makanan (bentuk kristal atau terlarut), lemak, vitamin E, serat,

status protein dan zink, keberadaan penyakit tertentu dan adanya parasit.

(41)

Karotenoid yang telah bergabung dengan sel mukosa intestinal menjadi

kilomikron akan dilepas ke dalam limfa. Kilomikron kemudian dicerna secara

cepat oleh lipase lipoprotein dan sisa kilomikron dengan cepat dipindahkan ke hati

dan jaringan lainnya. Very Low Density Lipoprotein (VLDL) selanjutnya

merupakan pembawa utama karotenoid sehingga low density lipoprotein (LDL)

menunjukkan konsentrasi tertinggi karotenoid di dalam plasma. Karotenoid juga

ditemukan pada berbagai jaringan.Walaupun konsentrasi tinggi ditemukan pada

kelenjar adrenal dan corpus luteum namun tempat penyimpanan utama karotenoid

adalah pada hati dan jaringan adiposa. Karotenoid pangan yang tidak terserap

akan dieksresikan melalui feses. Beberapa metabolit karotenoid juga terdeteksi

pada feces.Walaupun metabolit polar karotenoid kemungkinan terdapat dalam

bentuk konjugasi dan dapat dikeluarkan melalui urin, namun informasi mengenai

hal tersebut sangat terbatas (Olson 1994).

Estimasi waktu paruh dilaporkan 11-12 hari untuk likopen, β-karoten, α

-karoten, lutein dan zeaxantin (Miccozzi et al. 1992). Kemampuan penyerapan

karotenoid dan perubahannya menjadi vitamin A tidak sama untuk setiap jenis

karotenoid. Karotenoid provitamin A hanya dapat diubah jika dibutuhkan oleh

tubuh sehingga mencegah potensi toksisitas akibat kelebihan dosis vitamin A

(Dutta et al. 2005).

2.7. Radikal Bebas, Oksidasi Lipid dan Antioksidan

Radikal bebas adalah senyawa oksigen reaktif yang merupakan senyawa

dengan elektron yang tidak berpasangan. Senyawa atau atom tersebut berusaha

mencapai keadaan stabil dengan jalan menarik elektron lain sehingga terbentuk

radikal baru. Reaksi radikal bebas ini berlangsung secara berantai (cascade

reaction) (Jakus 2000).

Radikal bebas dapat berasal dari sumber endogenus yaitu pada reaksi

reduksi oksidasi normal dalam mitokondria, peroksisom, detoksifikasi senyawa

xenobiotik, metabolisme obat-obatan dan fagositosis. Sedangkan radikal bebas

dari sumber eksogenus berasal dari asap rokok, radiasi, inflamasi, latihan olahraga

berlebihan, diet tinggi asam lemak tidak jenuh, dan senyawa karsinogen

(42)

Radikal bebas dapat bersifat positif dan negatif. Sifat positifnya antara lain

dalam jumlah terkontrol berperan dalam proses fungsi biologis, misalnya dalam

bakterisidal dan bakteriolisis. Juga beperan sebagai mediator respon terhadap

infeksi patogen, sebagai signal apoptosis sel atau jalur signal tranduksi, second

messenger serta berperan pada sintesis eikosanoid. Sifat negatif radikal bebas

adalah dapat menyebabkan stres oksidatif. Hal ini terjadi karena terjadi

ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan. Radikal bebas dalam

jumlah berlebihan sementara jumlah antioksidan seluler lebih sedikit sehingga

dapat menyebabkan kerusakan sel (Costa et al. 2005).

Pengaruh radikal bebas yang diketahui paling awal adalah oksidasi lipid.

Oleh sebab itu kerusakan oksidatif karena oksidasi lipid ini paling sering diteliti.

Produk oksidasi lipid banyak ditemukan dalam cairan biologis, dapat diukur

dengan berbagai cara yaitu : (a) aldehida dalam plasma seperti MDA, TBARs dan

4-hidroksinonenal, (b) penurunan PUFA dalam plasma, (c) diena terkonjugasi

dalam plasma, (d) hidroperoksida dalam plasma (Winklhofer-Roob et al. 1995).

Mekanisme oksidasi lipid dapat dilihat pada Gambar 4.

(43)

Oksidasi lemak merupakan suatu reaksi berantai radikal bebas. Oksidasi

lemak dicetuskan oleh senyawa radikal bebas, misalnya radikal hidroksil, yang

mengekstraksi sebuah hydrogen dari lemak polyunsaturated (LH), sehingga

terbentuk suatu radikal lemak (L*). Reaksi berantai radikal bebas diperluas oleh

penambahan O2, yang membentuk radikal peroksi lemak (LOO*) dan peroksida

lemak (LOOH). Tahap selanjutnya adalah tahap penyusunan ulang electron

tunggal, dimana pada tahap ini terjadi degradasi peroksida lemak. Salah satu

senyawa yang terbentuk adalah malonaldehida, yang bersifat larut dan dijumpai

dalam darah (Pendit 1996).

Reaksi berantai oksidasi lemak dapat dihentikan oleh antioksidan.

Mekanisme kerja antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama merupakan

fungsi utama dari antioksidan yaitu sebagai pemberi atom hidrogen. Antioksidan

(AH) yang mempunyai fungsi utama tersebut sering disebut sebagai antioksidan

primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke radikal

lipida (L*, LOO*) atau mengubahnya ke bentuk lebih stabil, sementara turunan

radikal antioksidan (A*) memiliki keadaan lebih stabil dibanding radikal lipida.

Fungsi kedua merupakan fungsi sekunder antioksidan, yaitu memperlambat laju

autooksidasi dengan berbagai mekanisme diluar mekanisme pemutusan rantai

autooksidasi dengan pengubahan radikal lipida ke bentuk lebih stabil

(Gordon 1990).

Penambahan antioksidan (AH) primer dengan konsentrasi rendah pada

lipida dapat menghambat atau mencegah reaksi autooksidasi lemak dan minyak.

Penambahan tersebut dapat menghalangi reaksi oksidasi pada tahap inisiasi

maupun propagasi (Gambar 5). Radikal-radikal antioksidan (A*) yang terbentuk

pada reaksi tersebut relatif stabil dan tidak mempunyai cukup energi untuk dapat

bereaksi dengan molekul lipida lain membentuk radikal lipida baru

(Gordon 1990). Reaksi penghambatan antioksidan primer terhadap radikal lipida

dapat dilihat pada Gambar 5.

Inisiasi : L* + AH ———> LH + A* Propagasi : LOO* + AH ——> LOOH + A*

Keterangan : L* dan LOO* adalah radikal lipid

(44)

2.8. Malonaldehida

Menurut Bird dan Draper (1984), malonaldehida (MDA) merupakan

produk hasil oksidasi lipid dalam tubuh. Malonaldehida juga merupakan produk

yang dihasilkan oleh radikal bebas melalui reaksi ionisasi di dalam tubuh dan

sebagai produk samping biosintesis prostaglandin. Tingginya kadar

malonaldehida dapat dipengaruhi banyak hal, antara lain tingginya kadar

peroksidasi lipid dimana malonaldehida sebagai produk akhirnya. Selain itu

dipengaruhi juga oleh terjadinya dekomposisi asam amino, kompleks karbohidrat,

pentosa, heksosa, dan biosintesis prostaglandin. Status antioksidan yang tinggi

biasanya diikuti oleh penurunan kadar malonaldehida.

Analisa malonaldehida merupakan analisa radikal bebas secara tidak

langsung dan merupakan analisa yang cukup mudah untuk menentukan jumlah

radikal bebas yang terbentuk. Analisa radikal bebas secara langsung sangat sulit

dilakukan, karena radikal ini sangat tidak stabil dan cenderung untuk merebut

elektron senyawa lain agar lebih stabil. Reaksi ini berlangsung sangat cepat

sehingga pengukurannya sangat sulit bila dalam bentuk senyawa radikal bebas

(Helliwel dan Gutteridge 1999). Konsentrasi malonaldehida dalam material

biologi telah digunakan secara luas sebagai indikator dari kerusakan oksidatif

pada lemak tak jenuh sekaligus merupakan indikator keberadaan radikal bebas.

Menurut Conti et al. (1991), malonaldehida melakukan reaksi

pertambahan nukleofilik (nucleophillic addiction reaction) dengan asam

tiobarbiturat (TBA) membentuk senyawa MDA-TBA. Senyawa ini berwarna

merah jambu yang dapat diukur intensitas menggunakan spektrofluorometer atau

spektrofotometer pada panjang gelombang 532 nm (Conti et al. 1991). Inilah yang

merupakan dasar analisis metode dengan metode TBA. Reaksi malonaldehida

dengan asam tiobarbiturat dilihat pada Gambar 6.

Pengukuran kadar MDA tubuh dilakukan dengan metode TBA. Dalam

penentuan kadar MDA, digunakan 1,1,3,3-tetraetoksipropana (TEP) sebagai

standar. Senyawa ini menghasilkan malonaldehida melalui hidrolisis asam. Pada

suasana asam, TEP terhidrolisis dan menghasilkan hemiasetal dan etanol.

Hemiasetal yang terbentuk kemudian terdekomposisi menjadi etanol dan

(45)

lipid sehingga semua MDA yang terikat dapat dibebaskan dan bereaksi dengan

TBA.

Gambar 6 Reaksi malondialdehid dengan asam tiobarbiturat (Halliwel dan Gutteridge 1999)

Beberapa penelitian yang berhubungan dengan manfaat minyak sawit

maupun suplemen karotenoid dan vitamin E terhadap kadar malonaldehida

diantaranya telah dilaporkan. Oluba et al. (2009) menyebutkan bahwa pemberian

suplemen minyak sawit secara signifikan menurunkan tingkat peroksidasi lipid

pada hati tikus yang diberi diet 5% kolesterol, dibandingkan dengan tingkat

peroksidasi lipid pada hati tikus yang diberi diet 5% kolesterol tanpa minyak

sawit. Alias et al. (2002) juga menyebutkan bahwa konsumsi minyak sawit pada

komunitas Aborigin grup Tual Post (Treatment) di Kuala Lipis, Pahang selama

18 bulan menurunkan kadar peroksidasi lipid (MDA) secara signifikan

dibandingkan grup Sinderut Post (Grup Kontrol). Meskipun demikian, ada

penelitian yang menyebutkan bahwa adanya vitamin E maupun beta-karoten

dalam minyak sawit bisa jadi tidak menghambat peroksidasi lipid. Hal ini dapat

dilihat dari penelitian Kamsiah et al. (2001) yang menyebutkan bahwa terjadi

kenaikan kadar malonaldehida plasma pada tikus percobaan dengan pemberian

minyak sawit merah yang diberi perlakuan panas.

2.9. Enzim Xantin Oksidase

Enzim xantin oksidase (EC 1.17.3.2) merupakan suatu kompleks enzim

(46)

Fe2S2 sebagai pusat reaksi redoks, dengan bobot molekul sebesar 275 000 Dalton

membentuk 2 subunit yang saling setangkup (Hart et al. 1970). Xantin oksidase

merupakan enzim yang bereaksi pada akhir proses katabolisme purin, yang

mengkatalisis konversi hipoxantin menjadi xantin serta xantin menjadi asam urat

(Gambar 7).

Dalam kondisi normal, xantin oksidase berada dalam bentuk prekursor,

yaitu xantin dehidrogenase. Pada kondisi iskemia dan hipoksia, xantin

dehidrogenase diubah menjadi xantin oksidase mengalami reaksi oksidasi

sulfhidril bersifat reversibel , atau modifikasi proteolitik bersifat ireversibel

(Zhang et al. 2010). Perubahan enzim tersebut lebih menggunakan oksigen

molekuler daripada NAD+ sebagai penangkap elektron, sehingga pada proses lebih

lanjut akan menyebabkan terjadinya pembentukan anion superoksida dan

hidrogen peroksida (Haidari et al. 2009). Hidrogen peroksida lebih lanjut dapat

bereaksi dengan ion logam (seperti Fe2+) dalam reaksi Fenton maupun bereaksi

dengan O2- dan OH- dalam reaksi Haber Weiss. Lebih jauh, hasil reaksi tersebut

akan menghilangkan keseimbangan antara status antioksidan dan prooksidan

tubuh, sehingga menimbulkan keadaan stres oksidatif (Hayden dan Tyagi 2004).

Gambar 7 Pembentukan asam urat oleh xantin oksidase (Anonim 1997)

Reaksi enzimatik oleh xantin oksidase dianggap sebagai sumber penting

dari pembentukan radikal bebas oksigen secara in vivo (Chambers et al. 1985;

(47)

iskemik pada jaringan-jaringan seperti jantung, ginjal dan usus (Newaz et al.

1998). Pembentukan asam urat yang tinggi telah dilaporkan dapat membebaskan

radikal superoksida dan hidrogen peroksida melalui aktivasi enzim xantin

oksidase (Haidari et al. 2009).

Beberapa penelitian tentang penghambatan aktitivitas enzim xantin

oksidase telah dilakukan. Penelitian Catignani dan Dinning (1971) menyebutkan

bahwa diet Vitamin E mengatur aktivitas enzim xantin oksidase dan xantin

dehidrogenase pada hati kelinci. Penelitian Raghuvanshi et al. (2005) juga

menyebutkan bahwa pemberian vitamin E 400 mg bersama 80 mg aspirin

memiliki efek antioksidan yang baik dilihat dari berkurangnya aktivitas enzim

xanthine oksidase pada platelet serta menurunkan kadar MDA sebagai indeks

kerusakan akibat radikal bebas pada pasien yang mengalami reperfusi setelah

serangan jantung.

Penelitian tentang khasiat minyak sawit terhadap aktivitas enzim xantin

oksidase pada belum banyak yang melaporkan. Meskipun demikian, penelitian

yang dilakukan oleh Kamisah et al. (2011) menyebutkan bahwa Pre-treatment

dengan TRF (Tocotrienol-Rich Fraction) dari sawit dapat menekan aktivitas

enzim xantin oksidase pada lambung tikus yang terekspos WRS (Water

Immersion Restraint Stress). Penelitian in vitro yang dilakukan Atawodi

et al. (2011) tentang evaluasi potensi antioksidan penangkal radikal bebas dari

ekstrak methanol minyak sawit menunjukkan penghambatan terhadap aktivitas

xanthine oxidase. Penelitian tentang evaluasi aktivitas antioksidan ekstrak minyak

sawit pada jaringan tikus percobaan menunjukkan penghambatan yang lebih baik

terhadap aktivitas xantin oksidase dibandingkan dengan ekstrak tokoferol

(Wu dan Lean 2006).

2.10. Program SawitA

Program SawitA merupakan suatu program yang dilakukan oleh Fakultas

Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan PT Smart Tbk.

Program ini melibatkan 37 mahasiswa Institut Pertanian Bogor dan 79 orang

kader posyandu sebagai fasilitator dan dilakukan di 10 desa yang ada di wilayah

(48)

kekurangan vitamin A di Indonesia melalui pemberian produk minyak sawit

merah. Program ini bersifat terapan yang menghasilkan produk baru berbasis

minyak sawit merah yang secara alamiah mengadung provitamin A dan vitamin E

yang sangat tinggi dengan harga yang sangat terjangkau (Zakaria et al. 2011).

Program SawitA ini memprioritaskan kepada masyarakat prasejahtera

karena masyarakat tersebut tidak mempunyai kemampuan untuk membeli

alternatif vitamin A alami seperti buah-buahan. Kegiatan program dilaksanakan

secara bertahap dan bergilir di masyarakat bekerjasama dengan pemerintah daerah

dan dinas kesehatan kabupaten dan lembaga desa terkait khususnya posyandu.

Pada tahap pertama program ini dilaksanakan di kabupaten Bogor yang nantinya

diharapkan dapat dijadikan model untuk penerapan pada kabupaten yang lain.

Produk dibagikan secara cuma-cuma selama dua bulan kepada 2142 responden di

kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor dari keluarga prasejahtera sesuai dengan

data desa setempat dan disertai dengan penyuluhan tentang manfaat, cara

penggunaan dan berbagai resep penggunaan minyak sawit (Zakaria et al. 2011).

Produk yang dihasilkan oleh Program SawitA bernama SawitA yang

berarti minyak sawit yang mengandung vitamin A. Ada beberapa macam produk

berbasis minyak sawit merah yang dihasilkan oleh Program SawitA, yaitu SawitA

manis merupakan minyak sawit yang ditambahkan dengan larutan gula, SawitA

tumis minyak sawit mentah dan SawitA tumis minyak sawit merah tanpa

(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini merupakan bagian dari studi kasus pada program SawitA, dalam

memanfaatkan provitamin A minyak sawit mentah untuk mengatasi kekurangan

vitamin A di Indonesia. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Mei 2011 –

April 2012, bertempat di desa Dramaga dan Babakan, kabupaten Bogor, provinsi

Jawa Barat. Pelaksanaan penelitian dilakukan secara sengaja (Purposive),

mengikuti saran dari dinas kesehatan kabupaten Bogor tentang daerah di

kabupaten Bogor yang kekurangan vitamin A dengan populasi besar, dan masih

banyak terdapat masyarakat prasejahtera yang sulit mengakses fasilitas kesehatan.

Analisis darah dilakukan di laboratorium biokimia pangan, laboratorium

mikrobiologi serta laboratorium kimia Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fateta IPB.

3.2. Bahan dan Alat 3.2.1. Bahan

Bahan utama yang digunakan adalah MSMn (Minyak Sawit Mentah) yang

diperoleh dari PT SMART TBK Jakarta, dikemas kembali dari drum ke dalam

botol plastik ukuran 140 ml. Produksi produk SawitA dilaksanakan di

TECHNOPARK IPB dengan nomor registrasi produk industri rumah

P-IRT No 207320101871.

Bahan untuk analisis plasma darah adalah etanol 95%, petroleum eter, standar β

-karoten (Sigma C4582-5mg), HCl, standard MDA (1,1,3,3 tetraetoksipropana),

trichloroacetic acid (TCA), thiobaturic acid (TBA), akuades, BHT, akuabides, tris,

HCl, CuSO4, xanthine (Sigma-Aldrich X0626), glisin, coomasie blue, asam fosfor

85%, bovine serum albumin (BSA).

3.2.2. Alat

Peralatan yang digunakan di lapangan adalah alat bantu untuk melakukan kegiatan

(50)

pemakaian, dampak dan manfaat penggunaan minyak sawit. Selain itu, digunakan

kuesioner sebagai panduan untuk melakukan wawancara kepada responden yang

diadaptasi dari penelitian Waysima (2011) tentang ―Pengaruh Peran Ibu pada

Pembentukan Perilaku Makan Ikan Laut Siswa Sekolah Dasar di Kabupaten

Jepara dan Kabupaten Grobogan,Jawa Tengah‖. Kuesioner terdiri dari 5 tahap

seperti terdapat pada lampiran 3,4,5,6 dan 7.Selain itu, ada pula surat kesediaan

(informed consent) responden untuk mengikuti kegiatan penelitian tersebut.

Peralatan yang digunakan di laboratorium adalah vacutainer 5 mL berisi EDTA,

venojek dan pompanya, siring 10 mL, membran nitroselulosa 0,45 μm, laminar,

pipet pasteur, tabung valcon 15 mL, freezer, waterbath, sentrifus, timbangan

analitik, mikropipet 100 μL hingga 1000 μL, vortex, spektrofotometer UV-Vis Double Beam, pH meter, dan peralatan gelas lainnya.

3.3. Tahapan Penelitian

3.3.1. Teknik Pemilihan Responden

3.3.1.1. Teknik Pemilihan Responden untuk Analisis Penerimaan Produk Responden penelitian merupakan bagian dari responden pada program

SawitA, dengan total 2154 responden. Pada penelitian penerimaan responden,

teknik pemilihan responden dilaksanakan sebagai berikut. Pertama dipilih

kecamatan Dramaga, kabupaten Bogor secara purposive karena kecamatan

tersebut merupakan salah satu sasaran dari dinas kesehatan kabupaten Bogor

dalam mengatasi kasus kekurangan vitamin A di Kabupaten Bogor, serta

merupakan salah satu kecamatan yang diselenggarakan program SawitA.

Selanjutnya dilakukan pemilihan desa secara acak sederhana dengan mengocok 10

desa yang ada di kecamatan Dramaga dan terpilih dua desa yaitu desa Dramaga,

dan Babakan.

Setelah dipilih wilayah penelitian dilakukan pemilihan responden secara

simple random sampling dengan pendataan kepala keluarga prasejahtera di RW

01 RW 01 desa Dramaga, RW 02 dan RW 3 desa Dramaga, serta RW 01, 02, dan

06 desa Babakan. Setelah itu dilakukan pengundian sampai didapatkan 31

keluarga, dengan jumlah 78 responden. Orang-orang yang dapat dimasukkan ke

(51)

sampai akhir. Unit analisis dari penelitian ini adalah para ibu (calon ibu, ibu biasa,

ibu menyusui, ibu hamil dan ibu tua), anak balita usia 2-5 tahun, bapak-bapak,

anak-anak. Jumlah proporsi antara responden tidak ditentukan dalam penelitian

ini, namun memenuhi ketentuan jumlah sampling yaitu 78 orang dan mereka yang

dipilih merupakan mereka yang benar-benar mau mengikuti kegiatan penelitian

selama 2 bulan dengan ditanya kesediaan mereka sebelumnya dan

menandatangani kontrak persetujuan sehingga tidak dipaksakan. Kerangka

sampling dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Kerangka sampling yang digunakan dalam penelitian

No Pemilihan lokasi dan

2 Desa Dramaga dan Babakan Secara acak sederhana: melakukan pengocokkan terhadap daftar RW yang ada di desa Dramaga dan Babakan

4 Responden yang diambil darah

Secara sengaja dan hanya ibu-ibu saja

Berdasarkan pada ASTM (American Standard Testing Material), jumlah

responden untuk uji Home Use Test yaitu minimal sebanyak 50 orang per produk.

Hal inilah yang menjadi landasan pada penilitian penerimaan responden produk

minyak sawit mentah dipilih 78 responden.

3.3.1.2. Teknik Pemilihan Responden untuk Analisis Darah

Untuk keperluan analisis darah, dilakukan pengambilan contoh bersifat

tidak acak. Pengambilan contoh berdasarkan kesediaan responden ibu yang

bersedia untuk diambil darahnya dan telah menandatangani surat persetujuan

(Lampiran 2). Adapun kriteria responden ibu yang diambil darahnya adalah: sehat

berdasarkan pemeriksaan di puskesmas, usia produktif, sedang tidak hamil dan

menyusui, berstatus gizi normal dan tidak merokok. Mereka juga merupakan

bagian dari responden penelitian penerimaan responden produk minyak sawit

(52)

penandatangan surat persetujuan pengambilan darah. Pada penelitian ini didapat

22 responden yang bersedia untuk diambil sampel darah.

3.3.2. Sosialisasi

Produk minyak sawit mentah merupakan produk baru dan belum banyak

dikenal masyarakat. Oleh karena itu sebelum dilakukan distribusi produk perlu

dilakukan sosialisasi untuk memperkenalkan produk ini meliputi penggunaan

beserta manfaatnya.Sosialisasi produk MSMn dilakukan di rumah responden,

serta ditempat perkumpulan warga yang strategis seperti majelis ta’lim atau balai

desa. Sosialisasi ini diadakan sebanyak tiga kali dalam dua bulan selama kegiatan

yaitu pada awal, pertengahan dan akhir kegiatan. Media sosialisasi yang

digunakan berupa pembagian brosur, leaflet,komik, maupun kegiatan penyuluhan

tentang manfaat minyak sawit mentah.

Kegiatan sosialisasi di bulan pertama meliputi wawancara mengenai

karakteristik keluarga dan pengetahuan responden di awal mengenai minyak

sawit, selanjutnya dilakukan pemberian informasi mengenai minyak sawit dan

produknya serta manfaat dari produk tersebut melalui pertemuan massal dengan

responden. Dalam kegiatan pertemuan massal, selain dilakukan sosialisasi,

dilakukan juga kegiatan bersifat menghibur seperti demo masak, permainan

ataupun lomba cerdas-cermat untuk meningkatkan antusiasme responden terhadap

kegiatan ini. Pada sosialisasi yang kedua, yaitu pada akhir bulan pertama,

dilakukan pertemuan massal responden dan dilakukan perbaikan informasi yang

telah disampaikan pada sosialisasi sebelumnya. Sosialisasi ketiga dilakukan pada

akhir bulan kedua, dimana di dalammnya dilakukan penguatan informasi kembali

dan mengajak responden untuk mau melihat seberapa besar perkembangan

pengetahuan responden terhadap minyak sawit dan produk minyak sawit mentah.

3.3.3. Intervensi Produk Minyak Sawit Mentah

Intervensi produk minyak sawit mentah dilakukan di rumah responden dengan

metode Home Use Test. Sesuai namanya, Home Use Test dilakukan di rumah atau

tempat tinggal partisipan/responden.

Produk MSMn didistribusikan sesuai dengan jumlah anggota keluarga yang

Gambar

Tabel 1 Standar mutu minyak sawit mentah
Tabel 2 Nilai sifat fisiko kimia minyak sawit mentah
Tabel 3 Kandungan komponen minor minyak sawit mentah
Tabel 7 Aktivitas vitamin a beberapa jenis karotenoid
+7

Referensi

Dokumen terkait

detkoehos dFhgt.r

ةفصلا نوكت نأ .فوصوماب ةصت.. &#34;سدقلا&#34; باب ي يابق رازن رعش نم ةينايبلا رصانعلا ةفيظو امأو ف :ناتفيظو يه زاجا ةفيظو .ةيانكلا ةفيظوو و :يهف زاجا ةفيظو امأ أ.

Pada pengujian aktivitas antioksidan secara kualitatif dengan KLT, ekstrak kulit batang Cinnamomum sintoc (ekstrak n-heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak metanol)

Disajikan beberapa pernyataan dalam kehidupan sehar- har, peserta didik dapat menentukan ciri-ciri perilaku orang yang bertentangn dengan sikap menghargai, sederhana, ikhlas,

Pokja I Bagian Layanan Pengadaan Kota Pasuruan berpendapat bahwa Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 yang terakhir diubah dengan Peraturan

(Insert name of company) has a (insert number of days) ˘day return policy. When your merchandise comes in please check it right away. If something is not right please call me right

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi,evaluasi teknis, evaluasi harga dan evaluasi kualifikasi serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk

Kegagalan pustakawan untuk mendapatkan tempat ditengah masyarakat bukan karena pendekatan yang digunakan oleh pustakawan dalam menentukan peranya baik yang bersifat