• Tidak ada hasil yang ditemukan

Crude Palm Oil Consumption Improved CD4 and CD8 Protein Level in Housewife Lymphocytes at Dramaga and Babakan Villages, Kecamatan Dramaga Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Crude Palm Oil Consumption Improved CD4 and CD8 Protein Level in Housewife Lymphocytes at Dramaga and Babakan Villages, Kecamatan Dramaga Bogor"

Copied!
174
0
0

Teks penuh

(1)

PRODUKTIF DI DESA DRAMAGA DAN BABAKAN,

KECAMATAN DRAMAGA BOGOR

WARYATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Konsumsi Minyak Sawit Mentah Meningkatkan Kadar Protein CD4 dan CD8 Limfosit Ibu Usia Produktif di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga Bogor adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Juli 2012

(4)
(5)

in Housewife Lymphocytes at Dramaga and Babakan Villages, Kecamatan Dramaga Bogor. Under direction of FRANSISKA R. ZAKARIA and ENDANG PRANGDIMURTI

Vitamin A deficiency is one of the most serious health problem in Indonesia. Crude palm oil (CPO) contains high carotenoid, such as β–carotene, as a source of provitamin A. However, its use in Indonesia does not exist. Socialization and distribution can increase application of CPO. Palm oil has been reported to improve health. β–carotene as a provitamin A can modulate immune functions, enhance cell proliferation and play role as an anticancer. CD4 is a marker protein on T helper (Th) cells while CD8 is a marker protein on T cytotoxic (Tc) cells. Increasing level of CD4 and CD8 protein is expected to increase immune responses. 70 respondents were given CPO freely for 2 months with one bottle of CPO containing 140 ml per week and then lymphocyte from 16 healthy housewife respondents were analyzed by using Bradford and ELISA method. Respondents acceptance to CPO was observed. Lymphocyte analyzed showed that most of respondents had increasing level of CD4 protein from 0.095 to 0.117 and CD8 protein from 0.078 to 0.079. This research shows that CPO consumption can increase the level of CD4 and CD8 proteins and also can be used as an alternative source of provitamin A for tackling vitamin A deficiency problem. In addition, respondents can accept CPO as a new product very well because it can increase respondents’s health.

(6)
(7)

dan CD8 Limfosit Ibu Usia Produktif di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga Bogor. Dibimbing oleh FRANSISKA RUNGKAT ZAKARIA dan ENDANG PRANGDIMURTI

Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan. Beta karoten merupakan sumber provitamin A. Sumber β-karoten terutama ada pada sayuran dan buah-buahan, termasuk CPO (crude palm oil) atau minyak sawit mentah (MSMn). MSMn memiliki kandungan β-karoten yang sangat tinggi, yang ditandai dengan warnanya yang sangat merah. Namun sayangnya dalam proses dekolorisasi (bleaching) untuk pembuatan minyak goreng, β-karoten akan dihancurkan sehingga diperoleh minyak goreng berwarna kuning jernih.

Beta karoten merupakan prekursor dari vitamin A, diketahui dapat memberikan perlindungan untuk mencegah penyakit, berperan sebagai modulator dalam fungsi selular, proliferasi sel serta fungsi imun lainnya. CD4 dan CD8 merupakan jenis protein imun. CD4 merupakan protein penanda yang dimiliki oleh sel Th (T helper), sedangkan CD8 merupakan protein penanda yang dimiliki oleh sel Tc (T cytotoxic). Peningkatan jumlah protein CD4 dan CD8 akan meningkatkan respon imun dalam tubuh.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian Program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program bantuan yang berupaya untuk mengatasi kekurangan vitamin A pada masyarakat prasejahtera di Kecamatan Dramaga Bogor dengan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Program SawitA adalah program kerjasama antara PT. Smart Tbk dengan Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memonitoring dan mengevaluasi Program SawitA, mengetahui tingkat penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah dan pengaruh konsumsi minyak sawit mentah bagi kesehatan responden. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui kadar protein CD4 dan CD8 dalam limfosit responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak sawit mentah.

Penelitian ini dilakukan dalam 5 tahap, yaitu analisis kadar β–karoten minyak sawit mentah, intervensi responden dan pengambilan darah, isolasi limfosit, analisis kadar protein limfosit, serta analisis kadar protein CD4 dan CD8 limfosit. Untuk tahapan intervensi responden meliputi sosialisasi, distribusi MSMn, monitoring dan evaluasi. Sebanyak 70 orang responden yang berasal dari keluarga prasejahtera dianalisis tingkat penerimaannya terhadap minyak sawit mentah dan sebanyak 16 orang responden diantaranya diambil darahnya untuk dianalisis protein CD4 dan CD8.

(8)

sebesar 21,43%.

Kadar β-karoten minyak sawit mentah yang dibagikan kepada responden adalah sebesar 664,17 ppm. Dari hasil intervensi pada 70 orang responden yang terlibat dalam penelitian ini, dapat menerima dengan baik produk minyak sawit mentah. Pengetahuan responden mengenai sumber vitamin A dan minyak sawit meningkat selama program berlangsung. Responden bersedia untuk tetap melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah walaupun masa intervensi sudah berakhir, karena responden dapat merasakan manfaat kesehatan setelah mengkonsumsi minyak sawit mentah

Konsumsi minyak sawit mentah selama 2 bulan dapat meningkatkan rata-rata kadar protein CD4 limfosit dari 0,095 menjadi 0,117 dan dapat meningkatkan rata-rata kadar protein CD8 limfosit dari 0,078 menjadi 0,079. Hal ini menunjukkan bahwa minyak sawit mentah dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pangan yang dapat meningkatkan imunitas karena memiliki kandungan antioksidan yang sangat tinggi, dan dapat dijadikan sebagai alternatif sumber vitamin A alami selain buah-buahan dan sayuran.

.

(9)

© Hak Cipta milik IPB, Tahun 2012

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Tesis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan nama sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah;

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Institut Pertanian Bogor

(10)
(11)

PRODUKTIF DI DESA DRAMAGA DAN BABAKAN,

KECAMATAN DRAMAGA BOGOR

WARYATI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Mayor Ilmu Pangan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

(12)
(13)

Penguji luar komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Arif Hartoyo, M.Si

(14)
(15)

Judul Penelitian : Konsumsi Minyak Sawit Mentah Meningkatkan Kadar Protein CD4 dan CD8 Limfosit Ibu Usia Produktif di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga Bogor

Nama : Waryati

NRP : F251100091 Program Studi : Ilmu Pangan

Disetujui Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat-Zakaria, M.Sc Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Ilmu Pangan

Dr. Ir. Ratih Dewanti Hariyadi, M.Sc Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc. Agr

(16)
(17)

karuniaNya sehingga Tesis ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 adalah Konsumsi Minyak Sawit Mentah Meningkatkan Kadar Protein CD4 dan CD8 Limfosit Ibu Usia Produktif di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. Ir. Fransiska Rungkat Zakaria, M.Sc dan Ibu Dr. Ir. Endang Prangdimurti, M.Si selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan bantuan, serta kepada Bapak Dr. Ir. Arif Hartoyo, M.Si selaku penguji luar komisi. Kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Ilmu Pangan yang telah memberikan bantuan baik berupa moril maupun materil. Tak lupa penulis sampaikan terima kasih kepada masyarakat Desa Dramaga dan Babakan yang telah bersedia menjadi responden dalam penelitian yang telah penulis lakukan, teman-teman Tim SawitA yang telah berjuang bersama-sama dari awal hingga akhir penelitian, PT Smart Tbk yang telah mendanai seluruh kegiatan penelitian, dan Bapak Danny Yuwono yang telah memberikan beasiswa pendidikan sehingga penulis dapat melanjutkan Program S2. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Triwarto, Mama, Imas, Bapak Sapuan, Endrik Susiyanto serta seluruh keluarga, atas segala dukungan doa dan kasih sayangnya.

Semoga tesis ini bermanfaat.

(18)
(19)
(20)
(21)

xi  

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 3

1.3 Manfaat Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Minyak Sawit Mentah ... 5

2.2 Manfaat Minyak Sawit Mentah ... 7

2.3 β-Karoten ... 10

2.4 Sistem Imun Sel T CD4 dan Sel T CD8 ... 13

2.5 Program SawitA ... 17

III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

3.1 Waktu dan Tempat ... 21

3.2 Bahan dan Alat ... 21

3.3 Cara Kerja ... 22

3.3.1 Analisis Kadar β-Karoten Minyak Sawit Mentah dengan Metode HPLC ... 22

3.3.2 Intervensi Responden dan Pengambilan Darah ... 22

3.3.2.1 Pemilihan Responden ... 22

3.3.2.2 Intervensi Responden ... 23

3.3.2.3 Pengambilan Darah ... 24

3.3.3 Isolasi Limfosit ... 24

3.3.4 Analisis Kadar Protein Limfosit dengan Metode Bradford ... 26

3.3.4.1 Pembuatan Reagen Bradford ... 26

3.3.4.2 Pembuatan Ptotein Standar ... 26

3.3.4.3 Pengenceran Seri Larutan BSA dan Pembuatan Kurva Standar ... 26

3.3.4.4 Pengukuran Protein Limfosit ... 26

3.3.5 Analisis Kadar CD4 dan CD8 dengan Metode ELISA ... 27

(22)

xii  

4.1.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 30 4.1.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 30 4.1.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan ... 31 4.1.5 Karakteristik Responden Berdasakan Pendapatan per

Keluarga/ Bulan ... 32 4.1.6 Pengetahuan Responden tentang Sumber Vitamin A dan

Minyak Sawit Mentah ... 33 4.1.7 Kondisi Kesehatan Responden ... 34 4.2 Kadar β-karoten dalam Minyak Sawit Mentah ... 35 4.3 Intervensi Responden dengan Minyak Sawit Mentah ... 36 4.4 Kondisi Sel Limfosit ... 40 4.5 Kadar Protein Limfosit ... 41 4.6 Analisis Perubahan Kadar Protein CD4 dan CD8 pada Limfosit ... 42 V. SIMPULAN DAN SARAN ... 49 5.1 Simpulan ... 49 5.2 Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... 51

(23)

xiii  

1 Komposisi asam lemak MSMn ... 6 2 Komponen minor pada MSMn ... 6 3 Karakteristik kualitas MSMn dan MSM ... 8 4 Hasil analisis logam berat MSMn dan MSM yang diproduksi di

Technopark ... 18 5 Anjuran penggunaan minyak sawit mentah ... 24 6 Perhitungan kadar β–karoten pada minyak sawit mentah ... 36 7 Respon awal responden terhadap minyak sawit mentah ... 38 8 Penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah ... 39 9 Kelanjutan konsumsi minyak sawit mentah oleh responden ... 40 10 Analisis statistik kadar protein CD4 ... 43 11 Analisis statistik kadar protein CD8 ... 46 12 Perbaikan kesehatan responden yang mengalami penurunan kadar

(24)
(25)

xv  

1 Hirarki ketersediaan hayati β-karoten dalam berbagai sumber pangan ... 8 2 Struktur β-karoten ... 10 3 Metabolisme β-karoten di dalam tubuh manusia ... 11 4 Letak CD4 dan CD8 dalam sel T ... 14 5 Mekanisme pembunuhan sel terinveksi virus oleh sel Tc ... 15 6 Aktivasi makrofag oleh sel Th ... 16 7 Produk minyak sawit mentah ... 19 8 Pengambilan darah secara aseptis ... 24 9 Pemisahan sel limfosit ... 25 10 Klasifikasi responden berdasarkan usia ... 30 11 Klasifikasi responden berdasarkan tingkat pendidikan ... 31 12 Klasifikasi responden berdasarkan jenis pekerjaan ... 32 13 Klasifikasi responden berdasarkan pendapatan per keluarga/ bulan ... 33 14 Pengetahuan responden tentang minyak sawit sebelum dan sesudah

penyuluhan pada masa intervensi ... 34 15 Perubahan status kesehatan responden sesudah konsumsi minyak sawit

mentah ... 35 16 Isolat limfosit ... 41 17 Kurva standar protein BSA ... 42 18 Kadar protein CD4 responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak

sawit mentah ... 43 19 Kadar protein CD8 responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak

(26)
(27)

xvii  

(28)
(29)

I. PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Kekurangan vitamin A merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan (Siswanto 2007). Indonesia termasuk salah satu negara yang mempunyai prevalensi tertinggi terhadap avitaminosis bila dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya (Astuti 2008).

Beta-karoten merupakan sumber vitamin A. Di dalam tubuh, β-karoten akan diubah menjadi 2 unit retinol atau vitamin A oleh enzim dioksigenase. Sumber β-karoten terutama ada pada sayuran dan buah-buahan, termasuk CPO (crude palm oil). Berdasarkan SNI 01-2901-2006 istilah CPO disebut sebagai minyak kelapa sawit mentah atau minyak sawit mentah (MSMn). MSMn merupakan hasil ekstraksi dari buah sawit. MSMn memiliki kandungan β-karoten yang sangat tinggi, yaitu 15 kali kandungan β-karoten pada wortel (Scrimshaw 2000). MSMn mengandung pigmen karotenoid sebanyak 500-700 ppm, dimana sekitar 50%-nya adalah β-karoten (Stuijvenberg dan Benade 2000). Namun sayangnya dalam proses dekolorisasi (bleaching) untuk pembuatan minyak goreng, β-karoten akan dihancurkan sehingga diperoleh minyak goreng yang berwarna kuning jernih.

(30)

Afrika, Brazil, Malaysia, dan India (Stuijvenberg et al. 2001; Zeba et al. 2006; Nestel dan Nalubola 2003)

Penelitian yang mengkaji manfaat β-karoten sudah banyak dilakukan dan secara umum memberikan hasil yang positif bagi kesehatan tubuh, terutama untuk meningkatkan kekebalan (sistem imun) tubuh. Menurut Petro et al. (1981), β -karoten mempunyai peranan penting dalam mencegah kanker. Beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Prabhala et al. (1991) menunjukkan bahwa β-karoten mampu memodulasi fungsi imun pada hewan dan manusia, baik secara in vitro maupun in vivo. Pemberian β-karoten dosis tinggi secara oral dapat meningkatkan jumlah limfosit penanda CD4 (Alexander et al. 1985). Karotenoid seperti likopen dan β-karoten telah terbukti dapat meningkatkan respon imun yang dimediasi oleh sel (cell-mediated immune response) (Hughes 1999). Garcia et al. (2003) telah melakukan penelitian tentang pemberian suplemen β-karoten kepada beberapa responden, dan hasilnya menunjukkan adanya peningkatan jumlah CD8 pada hari ke-7 dan ke-8 bila dibandingkan dengan kontrolnya.

β-karoten merupakan prekursor dari vitamin A, atau disebut dengan provitamin A (Sundram et al. 2003), diketahui dapat memberikan perlindungan untuk melawan penyakit, berperan sebagai modulator dalam proses/ fungsi selular (Rooyen et al. 2008). Suplementasi β-karoten dapat meningkatkan aktivitas imun pada remaja dan dapat mereduksi resiko adenoma saat dikombinasikan dengan retinol palmitat sebagai vitamin A (Scott et al. 2004).

(31)

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dari serangkaian Program SawitA. Program SawitA merupakan suatu program terapan yang berupaya untuk mengatasi kekurangan vitamin A di Indonesia dengan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit mentah. Program SawitA adalah program kerjasama antara PT. Smart Tbk. dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor yang mendapat dukungan dari Dinas Kesehatan Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.

1.2.Tujuan

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memonitoring dan mengevaluasi Program SawitA, mengetahui tingkat penerimaan masyarakat (responden) terhadap minyak sawit mentah serta pengaruh konsumsi minyak sawit mentah bagi kesehatan responden. Sedangkan tujuan khususnya adalah untuk mengetahui kadar protein CD4 dan CD8 dalam limfosit responden sebelum dan sesudah konsumsi minyak sawit mentah.

1.3.Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu peneliti dan pihak terkait untuk optimalisasi aplikasi minyak sawit mentah, terutama aplikasinya sebagai sumber provitamin A alami. Selain itu, dapat memperkenalkan minyak sawit mentah kepada masyarakat dan memberikan informasi tentang manfaat yang terkandung di dalam minyak sawit mentah.

1.4.Hipotesis

(32)
(33)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Minyak Sawit Mentah

CPO (crude palm oil) atau lebih dikenal dengan minyak sawit mentah (MSMn) diperoleh dari bagian mesokarp buah kelapa sawit (SNI 2006). MSMn didapatkan setelah melalui beberapa tahapan proses, yaitu perebusan, perontokan, pelumatan, ekstraksi dan purifikasi (Yuliawan 1997). Proses perebusan buah sawit bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzim lipase, memudahkan pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang serta memperlunak buah sawit sehingga dapat memudahkan proses ekstraksi. Buah yang sudah direbus kemudian dirontokkan dari tandannya dan dipisahkan bagian intinya. Selanjutnya dilakukan pelumatan untuk memudahkan proses ekstraksi. Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam cara, diantaranya dengan pengepresan mekanik, ekstraksi dengan pelarut ataupun menggunakan Supercritical Fluid Extraction (Muchtadi 1992). Tahapan selanjutnya yaitu dilakukan purifikasi atau pemurnian yang bertujan untuk memisahkan minyak sawit dari bahan-bahan pengotor (sisa tandan, air atau pasir) (Yuliawan 1997).

(34)

Tabel 1 Komposisi asam lemak MSMn

Asam Lemak Atom C Komposisi (%)

Asam laurat C12:0 0-1

Asam miristat C14:0 0,9-1,5

Asam palmitat C16:0 39,2-45,8

Asam palmitoleat C16:1 0-0,4

Asam stearat C18:0 3,7-5,1

Asam oleat C18:1 37,4-44,1

Asam linoleat C18:2 8,7-12,5

Asam linolenat C18:3 0-0,6

Asam arakidat C20:0 0-0,4

Sumber: Sundram et al. 2003

Menurut Ketaren (2005), wujud minyak dan lemak tergantung komposisi asam lemak penyusunnya. Minyak yang berwujud padat pada suhu kamar karena banyak mengandung asam lemak jenuh, misalnya asam palmitat dan stearat yang mempunyai titik cair tinggi pada suhu kamar. Minyak kelapa sawit adalah lemak semi padat yang mempunyai komposisi yang tetap. Kandungan asam palmitat yang tinggi membuat minyak sawit mentah lebih tahan terhadap oksidasi (ketengikan) bila dibandingkan dengan jenis minyak yang lain.

Komponen non-gliserida yang terkandung di dalam minyak sawit diantaranya asam lemak bebas, cemaran logam, air, dan komponen minor. Kandungan komponen minor dalam minyak sawit mentah sebesar ± 1 %. Komponen minor tersebut diantaranya karotenoid, tokoferol, tokotrienol, sterol, fosfolipid, skualen dan tripterpenil dan hidrokarbon alifatik (Nagendran et al. 2000). Komponen minor senyawa-senyawa yang terkandung dalam CPO dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Komponen minor pada MSMn

Komponen Konsentrasi (ppm)

Karotenoid 500-700 Tokoferol dan tokotrienol 600-1000

Sterol 326-527 Fosfolipid 5-130

Triterpen alkohol 40-80

Metil sterol 40-80

Skualen 200-500

Alkohol alifatik 100-200

Hidrokarbon alifatik 50

(35)

Minyak sawit mentah mempunyai kandungan β-karoten 15 kali dari wortel dan 44 kali dari sayuran (Scrimshaw 2000). Minyak sawit mentah mengandung pigmen karotenoid 500-700 ppm dimana sekitar 50% adalah β-karoten (Stuijvenberg dan Benade 2000). Ooi et al. (1994) menyatakan bahwa minyak sawit mentah (CPO) mengandung karotenoid dalam jumlah besar, yaitu sekitar 500-700 ppm. Karotenoid utama yang terdapat dalam minyak sawit adalah α dan

β-karoten, yaitu sebesar 80% dari total karotenoid, dan sisanya berupa -karoten, likopen serta santofil dalam jumlah kecil.

Komponen lain yang kadarnya relatif rendah dalam minyak sawit adalah sterol dengan kadar sekitar 300 ppm. Kadar sterol dalam minyak sawit terdiri atas sitosterol, campesterol, stigmasterol, dan kolesterol dalam jumlah sedikit. Dalam CPO (Crude Palm Oil) atau minyak sawit mentah, kadar sterol berkisar antara 360-620 ppm, sedangkan kadar kolesterol hanya sekitar 10 ppm saja atau sebesar 0,001 % dari CPO. Persentase kadar kolesterol tersebut sangat rendah. Dengan demikian, isu yang menyatakan bahwa minyak sawit berbahaya untuk kesehatan dalam kaitannya dengan kandungan kolesterol yang tinggi, tidak dapat dibuktikan. Winarno (1999) menyatakan bahwa kandungan kolesterol dalam satu butir telur setara dengan kolesterol dalam 29 liter minyak sawit.

2.2.Manfaat Minyak Sawit Mentah

Bila ditinjau dari segi historik, minyak sawit merah bukanlah hal yang baru. Minyak sawit merah telah menjadi bagian dari masyarakat tradisional sejak 5000 tahun silam, dipercaya sebagai makanan bernutrisi tinggi dan obat yang mujarab. Saat ini manfaat dari minyak sawit merah sudah mulai diakui para ahli kesehatan untuk mencegah malnutrisi dan defisiensi vitamin A (Fife 2010).

(36)
(37)

dan dalam minyak yang merupakan medium pelarutnya. Sedangkan di dalam sayuran dan buah-buahan, karoten biasanya membentuk kompleks dengan protein atau teresterifikasi dengan asam lemak sehingga karoten di dalam minyak sawit merah lebih mudah diserap oleh tubuh.

Minyak sawit merah lebih dianjurkan sebagai minyak makan untuk menumis sayuran, daging dan bumbu. Minyak sawit merah juga baik digunakan sebagai minyak salad, yaitu minyak yang langsung dikonsumsi bersama makanan tanpa melalui proses pemanasan. Selain itu, minyak sawit merah juga dapat digunakan sebagai bahan fortifikasi makanan untuk produk pangan berbasis minyak/lemak, seperti margarin dan selai kacang (Andarwulan et al. 2003). Contoh aplikasi lain dari penggunaan minyak sawit merah adalah sebagai pangan fungsional atau sebagai sumber provitamin A, pengganti lemak hewani dan substrat untuk nutrasetikal (Unnithan dan Foo 2001). Minyak sawit merah tidak dianjurkan digunakan sebagai minyak goreng, karena karotenoid yang terkandung di dalamnya dapat rusak pada suhu tinggi (Jensen et al. 1992).

Antioksidan lain yang juga terdapat dalam minyak sawit merah, selain β -karoten, adalah tokoferol dan tokotrienol. Ketiga senyawa tersebut merupakan antioksidan alami yang dapat merangsang sistem imun tubuh untuk melawan radikal bebas dan sel-sel asing dari bakteri maupun virus yang dapat mengganggu kesehatan (Szydlowska et al. 2011).

Minyak sawit merah telah digunakan sebagai sumber provitamin A di negara Brazil, Malaysia dan India. Konsumsi minyak sawit merah dapat mengurangi resiko terkena bintik bitot pada mata, meningkatkan kadar β-karoten dalam darah serta meningkatkan status vitamin A pada anak-anak dan wanita (Nestel dan Nalubola 2003).

(38)

Anggraeni (2012) menyatakan bahwa konsumsi minyak sawit mentah dapat meningkatkan jumlah sel natural killer dan menurunkan enzim COX-2 yang merupakan enzim penanda terjadinya inflamasi.

2.3. β-Karoten

Karotenoid merupakan kumpulan senyawa yang memberi warna kuning sampai merah pada tanaman dan buah-buahan. Ada lebih dari 500 jenis karotenoid yang ada di alam, tetapi hanya beberapa yang dapat berfungsi sebagai provitamin A, yaitu α-karoten, β-karoten dan -karoten. Secara ideal, satu unit β -karoten di dalam saluran pencernaan, tepatnya pada usus halus, dapat diubah menjadi dua unit vitamin A atau retinol. Karotenoid dalam minyak sawit mengandung 37% α-karoten dan 50% β-karoten (Scrimshaw 2000) sehingga potensinya sebagai sumber vitamin A sangatlah tinggi (Zakaria et al. 2000).

Beta karoten merupakan salah satu pigmen alami yang memiliki warna kuning-kemerahan, biasanya terdapat pada sayuran dan buah-buahan. Beta karoten diketahui memiliki aktifitas provitamin A yang tinggi karena 1 molekul beta karoten setara dengan 2 molekul retinol atau vitamin A (Choo 1997). Pada Gambar 2 dapat dilihat struktur kimia dari β-karoten,

       

 

Gambar 2 Struktur β-karoten (C40H56 ; Molar Mass 536.9 g/mol)

Sumber: Ophardt 2003

(39)

seperti antigen Ia, reseptor interleukin-2 dan reseptor transferrin. Penelitian yang lain menunjukkan bahwa subjek normal yang mengonsumsi β-karoten dengan dosis tinggi mengalami peningkatan jumlah limfositnya (Garewal et al. 1992).

Beta-karoten merupakan komponen yang banyak terdapat di sayuran. Beta-karoten dapat dimetabolisme sebagai retinol atau vitamin A. Pada Gambar 3 dapat dilihat metabolisme β–karoten pada tubuh manusia. Retinol berperan penting dalam pertumbuhan sel, diferensiasi dan regulasi gen serta berperan dalam mencukupi kebutuhan nutrisi sel-sel modulator dan sistem imun (Garcia et al. 2003). Retinol dapat meningkatkan diferensiasi limfosit dan meningkatkan respon limfosit terhadap mitogen serta dapat menstimulasi produksi antibodi secara in vivo dan in vitro (Ballow et al. 1996).

Gambar 3 Metabolisme β-karoten di dalam tubuh manusia Sumber: Olson 1989

(40)

dikonsumsi sedikit dan penyerapan karoten yang terdapat pada minyak atau lemak jauh lebih baik bila dibandingkan dengan karoten yang terdapat pada sayuran.

Konsumsi β-karoten tidak menimbulkan efek toksik bagi tubuh. Konversi

β-karoten menjadi vitamin A tidak berkontribusi terhadap toksisitas vitamin A, walaupun β-karoten yang diserap oleh tubuh jumlahnya tinggi. Satu-satunya pengaruh yang terlihat jika mengonsumsi β-karoten dosis tinggi adalah dapat menyebabkan warna kekuningan pada kulit, atau disebut dengan hiperkarotenemia. Namun, warna kuning tersebut perlahan akan hilang jika konsumsi β-karoten dihentikan atau diturunkan dosisnya (Olson 1999; Hathcock 2004).

Ada beberapa hasil penelitian yang menyebutkan bahwa perokok yang mengonsumsi β-karoten akan meningkatkan resiko menderita kanker paru-paru, baik β-karoten yang dikonsumsi secara tunggal maupun yang dikonsumsi bersama dengan α-tokoferol dan retinol (Albanes et al. 1994; Omen et al. 1994). Namun jenis β-karoten yang digunakan adalah β-karoten sintetik yang 100% merupakan

β-karoten berbentuk trans. Menurut Iwasaki dan Murakosi (1992), bentuk trans dari karoten mempunyai derajat aktivitas vitamin A yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan bentuk cis. Menurut Challem (1997), kedua jenis isomer pada β-karoten memiliki aktivitas yang berbeda di dalam tubuh. Minyak sawit mengandung 60% β-karoten yang terdiri dari isomer cis dan trans (Murray dan Pizzorno 2008). Sampai saat ini belum ada data yang menyebutkan bahwa konsumsi β-karoten alami dapat menimbulkan dampak yang toksik. Oleh karena itu, konsumsi β-karoten alami lebih aman bila dibandingkan dengan β-karoten sintetik.

(41)

Beta-karoten akan tetap stabil selama kurang lebih 9 bulan di dalam minyak sawit merah jika disimpan pada suhu 30°C dan akan stabil lebih dari 1 tahun jika disimpan pada suhu 10°C (Choo et al. 1993).

2.4.Sistem Imun Sel T CD4 dan Sel T CD8

Sistem yang berfungsi melindungi tubuh manusia dari unsur-unsur patogen disebut sistem imun. Sistem imun terdiri dari komponen genetik, molekuler dan seluler yang berinteraksi secara luas dalam merespon antigen endogenus dan eksogenus. Salah satu jenis sel yang berfungsi dalam merespon antigen adalah sel darah putih (Baratawidjaja 2000).

Sel limfosit merupakan sel dengan inti yang besar dan bulat serta memiliki sedikit plasma. Pada manusia diperkirakan sekitar 3.5×1010 limfosit setiap hari masuk ke dalam sirkulasi darah. Menurut Guyton (1987), persentase limfosit di dalam darah putih adalah sekitar 30%. Limfosit mampu bertahan hidup selama bertahun-tahun. Menurut Sheeler dan Bianchi (1982), sel limfosit berperan dalam sistem perlindungan tubuh dengan mensintesis dan mensekresi antibodi atau immunoglobulin ke dalam jaringan darah sebagai respon terhadap keberadaan benda asing. Sel limfosit selain dalam darah, terdapat pula pada organ limfoid seperti limpa, kelenjar limfe dan timus (Baratawidjaja 2000).

(42)

memiliki glikoprotein CD8 pada permukaan sel yang mengikat antigen MHC kelas I (Roitt 2001).

Gambar 4 Letak CD4 dan CD8 dalam sel T Sumber: Roitt 2001

Sel limfosit T atau sel T merupakan 65-80% dari jumlah limfosit yang ada dalam sirkulasi darah. Dalam perkembangannya di timus, sel T mengekspresikan berbagai macam antigen permukaan seperti CD4 dan CD8. Namun dalam perkembangan selanjutnya, sebagian antigen itu menghilang dan sebagian lagi menetap menandai subset sel T (Kresno 1991).

Sel yang kehilangan antigen CD4 tetapi tetap menunjukkan antigen CD8 akan menjadi sel T suppresor (Ts) dan sel T cytotoxic (Tc). Sedangkan sel yang kehilangan CD8 tetapi tetap menunjukkan CD4 akan menjadi sel T helper (Th). Berdasarkan antigen permukaannya, maka sel Ts dan Tc lebih dikenal sebagai CD8+, sedangkan sel Th lebih dikenal sebagai CD4+ (Kresno 1991). Semua subset sel T ditandai oleh molekul protein CD3 (Roitt 2001).

(43)

Gambar 5 Mekanisme pembunuhan sel terinveksi virus oleh sel Tc Sumber: Roitt 2001

Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permukaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘reseptor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok (Roitt 2001). CD4 berfungsi sebagai surface reseptor untuk penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus). HIV hidup dan berkembangbiak di dalam sel Th dan mengakibatkan hancurnya sel-sel tersebut. Virus dapat mengikat penanda permukaan CD4 sehingga sel tersebut dapat dibunuh dan akibatnya jumlah sel Th berkurang.

(44)

Gambar 6 Aktivasi makrofag oleh sel Th Sumber: Roitt 2001

CD4 merupakan protein penanda sel Th yang dapat meningkatkan aktivasi dan maturasi sel B dan sel T sitotoksik serta dapat mengatur reaksi peradangan menahun yang spesifik terhadap antigen melalui stimulasi makrofag. Molekul CD4 membentuk ikatan tambahan dengan MHC kelas II pada antigen.

Kadar normal CD4 dalam darah orang dewasa berkisar 500-1500 sel/mm3 darah atau sekitar 20-40% dari jumlah total limfosit. Ada juga yang menyebutkan jumlahnya sekitar 31-61% dari jumlah total limfosit. Sedangkan kadar normal CD8 dalam darah orang dewasa berkisar 375-1100 sel/mm3 darah atau sekitar 18-39% dari jumlah total limfosit (Kurniati 1995; WHO 2008).

CD4 dan CD8 mempunyai peran yang saling melengkapi satu sama lain. CD4 menghasilkan sitokin yang dapat mengaktifkan makrofag dan meningkatkan IL2 untuk mengaktifkan CD8, yang akhirnya dapat menghancurkan sel yang terinfeksi (Roitt 2001).

Rendahnya konsentrasi vitamin A dan β-karoten dalam serum penderita HIV/AIDS (human immunodeficiency virus/ acquired immunodeficiency syndrome) berkaitan dengan menurunnya kadar limfost CD4 dan dapat meningkatkan kematian (Ajani et al. 1998).

(45)

lebih lanjut tentang suplementasi β-karoten pada pasien pengidap HIV/AIDS (Patrick 1999).

2.5.Program SawitA

Program SawitA merupakan program terapan yang akan menghasilkan produk baru berbasis minyak sawit merah (MSM) yang secara alamiah mengandung provitamin A dan vitamin E yang sangat tinggi. Produk minyak sawit diintroduksikan kepada masyarakat dilengkapi dengan informasi mengenai manfaat dan cara penggunaan produk tersebut.

Program SawitA merupakan program coorporate social responsibility agribusiness and food dari PT Smart Tbk yang bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor sebagai pelaksana program. Kegiatan ini bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor dan Lembaga Desa terkait, khususnya Posyandu. Produk yang dihasilkan telah didaftarkan untuk mendapatkan nomor registrasi produk industri (P-IRT) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Pelaksanaan kegiatan program di desa dilakukan oleh mahasiswa sebagai fasilitator dibantu dengan kader posyandu setempat.

Kegiatan ini sangat penting karena akan melibatkan berbagai instansi nasional dan internasional seperti Kementerian Kesehatan, Pemerintah Daerah, World Food Programme (WFP), UNICEF, PT Kalbe Farma, Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (MAKSI), Millenium Development Goal (MDG) Indonesia. Pada tahap pertama, program ini dilaksanakan di Kabupaten Bogor yang diharapkan dapat menjadi model untuk penerapan pada Kabupaten-Kabupaten lainnya di seluruh Indonesia.

Proses produksi dilakukan di Technopark Fakultas Teknologi Pertanian IPB yang didukung oleh tenaga alumni Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB yang akan terlibat secara profesional dibawah arahan staf Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.

(46)

menjadi minyak sawit merah (MSM). MSM merupakan MSMn yang mengalami netralisasi, filtrasi dan deodorisasi. Untuk memastikan keamanan produk SawitA yang hendak didistribusikan kepada responden, maka sebelumnya telah dilakukan analisis kandungan logam berat dan bilangan peroksida dalam MSMn dan MSM. Tabel 4 Hasil analisis logam berat MSMn dan MSM yang diproduksi di

Technopark

Parameter Satuan Hasil

Pemeriksaan Metode (sesuai SNI Batas max. 7387: 2009) MSMn MSM

Timbal (Pb) mg/kg <0.030 <0.030 APHA ed. 21th 3111

B, 2005

0,1

Air Raksa (Hg) mg/kg <0.001 <0.001 APHA ed. 21th 3111

B, 2005

0,03

Cadmium (Cd) mg/kg <0.005 <0.005 APHA ed. 21th 3111

B, 2005

Crom Total (Cr) mg/kg <0.011 <0.011 APHA ed. 21th 3111

B, 2005

-

Arsen (As) mg/kg <0.002 <0.002 APHA ed. 21th 3111

B, 2005

0,1

Tembaga (Cu) mg/kg <0.015 <0.015 APHA ed. 21th 3111

B, 2005

0,1

Kadar Air % b.b 1.85 1.03 SNI 19-7030-2004 -

Sumber: Zakaria et al. 2011

Hasil analisis seperti yang disajikan pada Tabel 4 menunjukkan bahwa kadar logam berat MSMn dan MSM yang diproduksi jauh lebih rendah dari yang disarankan oleh SNI 7387-2009 mengenai batasan maksimum cemaran logam berat dalam pangan. Dengan demikian produk MSMn dan MSM yang diproduksi di Technopark dengan bahan baku MSA dari PT Smart Tbk dapat dinyatakan aman untuk dikonsumsi. Selain itu, keamanan produk juga ditunjang oleh kadar bilangan peroksida yang dianalisis yang menunjukkan hasil nol atau tidak terdeteksi. Tidak terdeteksinya bilangan peroksida ini disebabkan karena di dalam MSMn terkandung karotenoid dan tokoferol-tokotrienol (yang berperan sebagai antioksidan) dalam jumlah yang sangat tinggi sehingga dapat menghambat terjadinya proses oksidasi (Ping dan May 2000).

(47)

Posyandu atau pada saat pertemuan massal berupa pelatihan temu-muka. Pemberian brosur dan komik edukasi (Lampiran 2 dan 3) juga dilakukan untuk mempermudah penyerapan materi yang disampaikan oleh fasilitator.

Gambar 7 Produk minyak sawit mentah

(48)
(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1.Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan November 2011. Intervensi responden dan penyuluhan dilakukan di Desa Dramaga RW 01-03 dan Babakan RW 02 dan 06, sedangkan analisis minyak sawit mentah dan limfosit dilakukan di Laboratorium Biokimia Pangan Departemen ITP Fakultas Teknologi Pertanian, Laboratorium Bersama FMIPA dan Laboratorium Mikrobiologi Medik Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

3.2.Bahan dan Alat

Bahan utama yang digunakan adalah minyak sawit mentah (MSMn) yang dikemas dalam botol (volume 140 ml) sebagai minyak tumis. MSMn diperoleh dari PT. Smart Tbk. Pembotolan MSMn dilakukan di Technopark IPB dan telah didaftarkan untuk mendapatkan nomor registrasi produk industri rumah tangga (P-IRT No. 207320101871) dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor. Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah KOH, metanol, heksan, Na2SO4

anhidrous, asetonitril (HPLC grade), isopropanol (HPLC grade), standar β‐ karoten, kertas saring, RPMI-1640 (Roosevelt Park Medical Institute_SIGMA R6504), histopaque (SIGMA 10771), Coomasie Brilian Blue G-250, etanol 95%, asam fosfor 85%, BSA (Bovine Serum Albumine), aquades, PBS, 0,05% Tween 20, casein 3%, antibodi monoclonal anti-CD4 human produced in mouse (Santa Cruz Sc-70665), antibodi monoclonal anti CD-8 human produced in mouse (GeneTex GTX83296), antibodi HRP IgG anti-mouse (ICL GGFC-90P), substrat ABTS (2,2-azino di 3-ethylbenzothiazoline-6-sulphonic acid_KPL 50-66-18).

(50)

3.3. Cara Kerja

3.3.1. Analisis Kadar β-Karoten Minyak Sawit Mentah dengan Metode HPLC (Lioe 2011)

Sampel MSMn ditimbang sebanyak 1-1,5 gram (dicatat berat tepatnya), kemudian ditambahkan 10 mL larutan KOH 10% dalam metanol dan divortex hingga bercampur untuk reaksi saponifikasi. Gas nitrogen dihembuskan ke dalam tabung selama 30 detik dan tabung segera ditutup untuk menghindari oksidasi β-karoten. Larutan dalam tabung dipanaskan dalam waterbath 65°C selama 30 menit. Setelah itu didinginkan dalam air mengalir, ditambahkan 5 mL aquades dan divortex. Selanjutnya 10 mL heksan ditambahkan ke dalam tabung reaksi dan divorteks, kemudian didiamkan selama beberapa menit.

Fraksi heksan di bagian atas diambil dengan pipet tetes dan dipindahkan ke dalam tabung lain sambil dilewatkan melalui narium sulfat anhydrous dalam kertas saring. Langkah ini dilakukan sebanyak 3 kali dan kemudian dihembuskan gas nitrogen sampai analat benar-benar kering. Selanjutnya seluruh analat dilarutkan dengan 1,0 mL tepat fase gerak (Asetonitril : Isopropanol) dan saring dengan membran nilon 0,45 µm. Larutan sampel ini siap diinjeksikan ke HPLC. Sampel ditimbang sebanyak 3 kali sehingga didapatkan 3 ulangan. Sebelumnya dibuat terlebih dulu kurva larutan standar β-karoten dengan seri pengenceran 200, 400, 600, 800 dan 1000 ppm.

3.3.2. Intervensi Responden dan Pengambilan Darah

3.3.2.1. Pemilihan Responden

(51)

Setelah dilakukan wawancara, terpilih responden sebanyak 70 orang yang berasal dari 34 keluarga di Desa Dramaga RW 01-03 dan Babakan RW 02 dan 06. Dari responden terpilih tersebut dilakukan pengambilan darah terhadap 16 orang ibu usia produktif (kisaran usia 28-43 tahun), 5 orang berasal dari Desa Dramaga RW 01-03 dan 11 orang berasal dari Desa Babakan RW 02 dan 06. Data responden selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 11. Pemilihan 16 orang ibu yang dianalisis darahnya didasarkan atas kesediaan dengan melakukan persetujuan informed consent (Lampiran 5), penimbangan berat badan, pengukuran tekanan darah, hasil wawancara untuk mengetahui riwayat kesehatannya dan beberapa persyaratan lain seperti sedang tidak hamil dan menyusui serta tidak merokok.

3.3.2.2. Intervensi Responden

Responden terpilih diberikan produk minyak sawit mentah yang harus dikonsumsi selama 2 bulan penuh (60 hari). Pemantauan terhadap responden ini dilakukan setiap seminggu sekali supaya minyak sawit mentahnya benar-benar dikonsumsi. Tata cara konsumsi yang dianjurkan adalah dengan menambahkan minyak sawit mentah pada setiap masakan dan makanan yang mereka konsumsi. Selama waktu intervensi, pola konsumsi responden dipantau dengan cara wawancara dan pengisian kuesioner. Daftar pertanyaan dalam kuesioner dapat dilihat pada Lampiran 6-10.

(52)

Tabel 5 Anjuran penggunaan MSMn

No. Takaran Penggunaan Keterangan

1. 1 sendok makan (6 ml) Dianjurkan untuk keluarga yang terdiri dari 2 orang dewasa dan 1 orang anak 2. 1 sendok teh (4 ml) Dianjurkan untuk keluarga yang terdiri

dari 1 orang dewasa dan 1 orang anak 3. 1 kecrotan (±3 ml) Dianjurkan untuk 1 orang dewasa

3.3.2.3. Pengambilan Darah

Pengambilan darah responden (16 orang) dilakukan sebelum dan sesudah konsumsi produk minyak sawit mentah selama 2 bulan, dengan menggunakan jasa perawat yang terlatih untuk pengambilan darah di Puskesmas setempat. Volume darah yang diambil yaitu sekitar 20 ml dengan menggunakan vacutainer berisi antikoagulan EDTA 0,1% dan standar peralatan pengambilan darah yang diperlukan.

Gambar 8 Pengambilan darah secara aseptis: (A) Proses pengambilan darah (B) Sampel darah dalam vacutainer

3.3.3. Isolasi Limfosit (Damayanthi et al. 2004)

Metode yang digunakan berdasarkan Current Protocols in Immunology. Darah yang ada dalam vacuntainer berisi EDTA dipindahkan ke dalam tabung sentrifus, kemudian disentrifus pada 1500 rpm selama 10 menit. Bagian darah yang lebih berat (sel darah merah) akan berada pada bagian paling bawah. Di antara lapisan sel darah merah dan plasma darah terdapat lapisan buffycoat, di mana lapisan tersebut berisi sel-sel limfosit.

(53)
(54)

sentrifus yang mengandung pelet limfosit, kemudian divorteks dan disimpan dalam freezer bersuhu ± - 20°C sampai siap dilakukan analisis selanjutnya.

3.3.4. Analisis Kadar Protein Limfosit dengan Metode Bradford (1976)

3.3.4.1. Pembuatan Reagen Bradford (untuk 500 ml)

Coomasie Brilian Blue G-250 ditimbang sebanyak 0,05 gram, kemudian ditambahkan 25 ml etanol 95% dan 50 ml asam fosfor 85%. Campuran tersebut ditambahkan dengan aquades sampai volume 500 ml dan dikocok kuat dalam erlenmeyer.

3.3.4.2. Pembuatan Protein Standar

BSA (Bovine Serum Albumine) ditimbang sebanyak 0,01 gram, kemudian ditambahkan 10 ml aquades sehingga diperoleh BSA dengan konsentrasi 1000 ppm.

3.3.4.3. Pengenceran Seri Larutan BSA dan Pembuatan Kurva Standar

Pengukuran standar protein terlarut dilakukan pada konsentrasi 0, 100, 200, 300, 400, 500, 600, 700. 800, 900, dan 1000 ppm. Kemudian seri larutan standar tersebut ditambahkan dengan 5 ml reagen Bradford, divortex dan diinkubasi pada suhu ruang selama ± 60 menit. Larutan ini akan berwarna biru dan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 595 nm. Dengan menggunakan regresi linear akan didapatkan persamaan matematik untuk larutan standar protein yang telah diperoleh dari nilai absorbansi standar yang akan digunakan pada pengukuran kadar protein limfosit.

3.3.4.4. Pengukuran Protein Limfosit

(55)

dari kurva standar protein sehingga didapatkan nilai kadar protein limfositnya.

3.3.5. Analisis Kadar Protein CD4 dan CD8 dengan Metode ELISA (Zakaria et al. 2006)

Suspensi limfosit dengan kadar protein 50 µg dimasukkan ke dalam mikroplate 96 wheel, kemudian diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam. Cairan dalam mikroplate dibuang (dengan cara membalik mikroplate dan dihentakkan) dan dicuci dengan PBST (larutan PBS dengan 0,05% Tween 20). Selanjutnya ditambahkan casein 3% pada masing-masing wheel dan inkubasi pada 37°C selama 2 jam. Cairan dalam mikroplate dibuang dan dicuci dengan PBST. Kemudian ditambahkan antibodi primer, yaitu antibodi monoclonal anti-CD4 human produced in mouse (perbandingan 1 : 3000) atau antibodi monoclonal anti-CD8 human produced in mouse (perbandingan 1 : 1000) sebanyak 100 µl dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam. Cairan dalam mikroplate dibuang dan dicuci dengan PBST. Antibodi sekunder (antibodi HRP IgG anti-mouse) ditambahkan sebanyak 100 µl dan inkubasi pada suhu 37°C selama 1 jam. Cairan dalam mikroplate dibuang dan dicuci dengan PBST. Substrat ABTS ditambahkan sebanyak 50 µl dan inkubasi pada suhu ruang selama 15 menit. Jika penambahan substrat ABTS ke dalam wheel dapat dilakukan antara 2-3 menit, maka tidak diperlukan penambahan stop solution (SantaCruz 2011). Penghitungan waktu inkubasi dimulai sejak penambahan substrat pada wheel terakhir. Substrat ABTS yang mengandung peroksida (H2O2) akan berinteraksi dengan enzim HRP pada antibodi sekunder sehingga

akan terbentuk produk yang berwarna biru kehijauan. Intensitas warna terbentuk dapat dibaca dengan Elisa Reader pada panjang gelombang 450 nm.

3.3.6. Analisis Data

Data hasil pengujian ELISA akan dianalisis menggunakan perhitungan statistik (uji t berpasangan), yaitu dengan membandingkan kadar protein CD4 dan CD8 antara sebelum dan sesudah konsumsi produk minyak sawit mentah.

(56)
(57)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini berasal dari keluarga prasejahtera yang berada di Desa Dramaga dan Babakan, Kecamatan Dramaga. Berdasarkan data Potensi Desa (2005) dalam Rachmawati (2010), Kecamatan Dramaga termasuk lima besar daerah yang memiliki penduduk miskin terbanyak di Kabupaten Bogor, yaitu mencapai 11.354 jiwa. Menurut Siswanto (2007), masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan diperkirakan mengalami kekurangan vitamin A dengan resiko mengkhawatirkan.

Data keluarga prasejahtera diperoleh dari catatan di Kantor Desa kemudian dilakukan pemilihan responden secara acak dan berdasarkan kesediaan responden untuk mengikuti masa intervensi dengan mengonsumsi MSMn selama 2 bulan. Karakteristik responden dianalisis berdasarkan data hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Wawancara dilakukan dengan pendekatan personal dan didampingi oleh kader yang bertugas di daerah setempat. Responden berasal dari 34 keluarga dengan jumlah anggota keluarga antara 3-6 orang. Berikut merupakan karakteristik responden yang dibagi berdasarkan jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan pendapatan perkapita/bulan.

4.1.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

(58)
(59)
(60)

Gambar 12 Klasifikasi responden (n = 70) berdasarkan jenis pekerjaan

Kaum ibu di Indonesia, apapun statusnya, baik bekerja maupun tidak bekerja, dapat dikatakan sebagai “gate keeper” untuk segala urusan rumah tangga, termasuk penyediaan bahan pangan untuk keluarga (Waysima 2011). Sebagian besar responden merupakan ibu rumah tangga, yang bertugas untuk menjaga dan mengurus rumah dan anak. Introduksi minyak sawit mentah sebagai produk pangan baru yang sasarannya untuk penggunaan memasak di rumah, yang paling tepat adalah melalui ibu sebagai ibu rumah tangga.

4.1.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan per Keluarga/

Bulan

Pendapatan keluarga merupakan penentu penting dalam perilaku pola makan keluarga. Harga bahan pangan sangat berpengaruh dalam penentuan pilihan pangan. Menurut Soedikarijati (2001), pendapatan keluarga berhubungan secara nyata dan positif dengan perilaku konsumsi pangan anggota keluarga.

Dari Gambar 13 dapat diketahui bahwa pendapatan per keluarga responden setiap bulannya berkisar antara Rp 100.000,- sampai Rp 300.000,- dan Rp 300.000,- sampai Rp 600.000,-. Jumlah pendapatan ini masih tergolong rendah, karena tidak sesuai dengan penetapan penerimaan gaji/bulan atau lebih dikenal dengan Upah Minimum Regional (UMR) yang ditetapkan di Kabupaten Bogor, yaitu sebesar Rp 800.000,-. Responden tergolong ke dalam kelompok masyarakat prasejahtera, sesuai dengan alasan pemilihan responden yang diprioritaskan berasal dari keluarga prasejahtera. Rendahnya pendapatan keluarga

, %

, % , %

, %

, %

, %

, %

Buruh Guru Pelajar )RT Supir Pedagang Tidak 

Bekerja

Jumlah

(61)

responden ini membuat mereka tidak mampu membeli sumber vitamin A yang beranekaragam selain buah-buahan dan sayuran yang harganya relatif murah seperti wortel, pepaya dan tomat.

Gambar 13 Klasifikasi responden (n = 34) berdasarkan pendapatan per keluarga/ bulan

4.1.6. Pengetahuan Responden tentang Sumber Vitamin A dan Minyak Sawit Mentah (MSMn)

Pengetahuan mengenai sumber dan penggunaan vitamin A perlu diketahui untuk dapat memperlihatkan bagaimana perilaku konsumsi responden terhadap sumber vitamin A sebelum program berjalan. Informasi mengenai hal tersebut dapat diketahui berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada pada kuesioner 1 (Lampiran 6).

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa sebanyak 54 responden (77,1%) mengetahui tentang sumber vitamin A. Secara umum sumber vitamin A yang responden ketahui adalah wortel. Hal tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang sumber vitamin A hanya berasal dari wortel saja, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian informasi mengenai sumber-sumber vitamin A alami lainnya, yaitu minyak sawit mentah, melalui sosialisasi dan diskusi pada saat monitoring dan pertemuan massal.

Pengenalan dan pengetahuan responden tentang minyak sawit ditanyakan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah masa intervensi selama 2 bulan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui peningkatan pengetahuan responden mengenai minyak sawit dan produk-produknya.

  , %

  %

  , %

  , %

%

< rb ‐ rb ‐ rb ‐ rb > rb

Jumlah

 

(62)

Gambar 14 Pengetahuan responden tentang minyak sawit sebelum dan sesudah penyuluhan pada masa intervensi

Dari Gambar 14 dapat diketahui bahwa jumlah responden yang mengetahui tentang minyak sawit dan produknya semakin meningkat setelah dilakukan penyuluhan selama masa intervensi. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua responden mampu menyerap pengetahuan atau informasi yang diberikan tentang produk minyak sawit yang berupa MSMn dan MSM serta manfaat kesehatan yang dimiliki oleh produk tersebut. Penyuluhan yang dilakukan berhasil memperkenalkan minyak sawit mentah yang merupakan sumber provitamin A alami sehingga informasi tersebut dapat semakin dikenal oleh masyarakat.

4.1.7. Kondisi Kesehatan Responden

Kondisi kesehatan responden ditanyakan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum dan sesudah masa intervensi. Informasi mengenai kesehatan responden didapatkan berdasarkan wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang ada di kuesioner 1 (Lampiran 6) dan kuesioner 5 (Lampiran 10).

Berdasarkan hasil pengamatan secara subjektif di lapangan, tempat tinggal responden dekat dengan tempat pembuangan sampah serta kondisi sarana MCK (mandi, cuci dan kakus) yang mereka miliki masih memprihatinkan sehingga kemungkinan besar responden terpapar oleh cemaran yang dapat mengganggu kesehatan mereka. Namun berdasarkan hasil wawancara, responden mengakui bahwa kondisi kesehatan mereka cukup baik. Seluruh responden tidak ada yang menderita penyakit menahun dan penyakit berat lainnya. Penyakit yang paling

100 % 94,29 % 100 % 98,57 % 98,57 % 100 %

62,86 % 0 %

40 % 0 %

0 % 0 %

0 20 40 60 80 100 120

Melihat & mengetahui pohon kelapa sawit Mengenal CPO Mengenal produk minyak sawit Mengetahui Minyak Sawit Merah  MSM

Mengetahui manfaat MSM Pernah mencoba MSM

(63)

sering dialami oleh responden adalah gangguan ISPA (batuk, pilek dan asma), yang diderita oleh 15 orang responden. Setelah masa intervensi dengan minyak sawit mentah selama 2 bulan, responden mengakui bahwa kondisi kesehatan yang mereka rasakan meningkat menjadi baik. Ada beberapa responden yang mengatakan pada awalnya mereka sering mengalami gangguan ISPA, dan setelah mengonsumsi minyak sawit mentah, responden merasakan frekuensi gangguan ISPAnya menjadi berkurang.

Perbaikan kesehatan secara umum dapat dilihat dari perubahan nafsu makan, kesehatan tubuh dan penglihatan yang dirasakan oleh responden sesudah konsumsi minyak sawit mentah.

Gambar 15 Perubahan status kesehatan responden (n = 70) sesudah konsumsi minyak sawit mentah

Sebanyak 90% responden menyatakan bahwa nafsu makan yang mereka rasakan meningkat, 88,6% responden menyatakan kesehatan tubuh terasa lebih baik dan 67,1% responden menyatakan penglihatan terasa lebih baik (Gambar 15). Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan kesehatan responden meningkat menjadi lebih baik seiring dengan waktu pengkonsumsian minyak sawit mentah.

4.2. Kadar β-karoten dalam Minyak Sawit Mentah

Analisis kadar β-karoten minyak sawit mentah dilakukan dengan menggunakan metode HPLC (High Performace Liquid Chromatography). Teknik HPLC merupakan suatu teknik kromatografi cair-cair yang dapat digunakan untuk keperluan pemisahan dan analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dengan teknik

% , %

, %

% , %

, %

Nafsu makan Kesehatan tubuh Penglihatan

Jumlah

 

Re

sponde

n

(64)

HPLC didasarkan kepada pengukuran luas atau area puncak analit dalam kromatogram, dibandingkan dengan luas atau area larutan standar. Kromatogram β–karoten standar hasil pembacaan dengan HPLC dapat dilihat pada Lampiran 15. Dari kurva standar β-karoten pada Lampiran 16 diperoleh persamaan y = 6144x + 19859 dengan koefisien korelasi (R2) = 0,9999. Koefisien korelasi yang diperoleh menunjukkan hasil yang mendekati nilai 1. Hal ini menunjukkan adanya hubungan yang proporsional antara luas area dengan konsentrasi larutan standar yang diukur. Nilai koefisien korelasi merupakan indikator kualitas dari parameter linieritas yang menggambarkan proporsionalitas respon analitik (luas area) terhadap konsentrasi yang diukur.

Tabel 6 Perhitungan kadar β–karoten pada minyak sawit mentah Ulangan Berat

Sampel (g)

Faktor Pengenceran

Luas area (MAU*S)

ppm dari kurva

[β-karoten] µg/g sampel

1 1,0837 1 4444373 720,10 664,4828

2 1,1089 1 4409536 714,46 644,2961

3 1,0465 1 4416018 715,51 683,7171

Rata-Rata 664,1653

Pengukuran sampel diulang sebanyak 3 kali, dan didapatkan hasil analisis kadar β-karoten minyak sawit mentah sebesar 664,17 ppm (Tabel 6). Hal ini sesuai dengan Stuijvenberg dan Benade (2000) yang menyatakan bahwa kandungan karotenoid minyak sawit mentah (CPO) antara 500-700 ppm, dimana kandungan terbesarnya merupakan β-karoten yang berperan sebagai provitamin A. Karoten dalam minyak sawit mentah terdapat dalam bentuk bebas, sedangkan di dalam sayuran dan buah-buahan, karoten biasanya membentuk kompleks dengan protein atau teresterifikasi dengan asam lemak sehingga karoten di dalam minyak sawit mentah lebih mudah diserap oleh tubuh (Combs 1992).

4.3. Intervensi Responden dengan Minyak Sawit Mentah

(65)

massal pertama bertujuan untuk pengenalan dan sosialisasi program, pengetahuan umum tentang vitamin A dan minyak sawit mentah, pengenalan produk dan cara penggunaan produk. Pertemuan massal kedua bertujuan untuk mengetahui progress penggunaan produk oleh responden, pemberian materi yang lebih mendalam tentang vitamin A dan minyak sawit mentah. Pertemuan massal ketiga dilakukan untuk evaluasi program dan mengajak responden untuk terus mengonsumsi minyak sawit mentah serta diadakan lomba memasak dan pemberian kuis seputar pengetahuan vitamin A dan minyak sawit mentah sebagai apresiasi keikutsertaan responden selama masa intervensi.

Pemakaian minyak sawit mentah oleh responden dikontrol dengan cara melakukan monitoring, yaitu mengunjungi rumah-rumah responden secara langsung setiap seminggu sekali dan melakukan pengecekan isi volume botol minyak sawit mentah. Peranan kader desa sangat penting terutama dalam membantu fasilitator untuk melakukan monitoring responden sehari-hari, karena tempat tinggal kader yang berdekatan dengan tempat tinggal responden sehingga kader dapat berinteraksi dan mengingatkan responden untuk terus mengonsumsi minyak sawit mentah setiap hari. Dari hasil monitoring selama masa intervensi, diperolah hasil bahwa 78,6% responden selalu mengonsumsi MSMn secara rutin, 20% responden pernah tidak mengonsumsi MSMn karena lupa dan 1,4% responden kadang tidak mengonsumsi MSMn. Responden yang kadang-kadang tidak mengonsumsi MSMn beralasan bahwa terkadang-kadang mereka tidak memasak sehingga tidak menggunakan MSMn. Frekuensi konsumsi MSMn oleh responden yang lupa lebih banyak bila dibandingkan dengan frekuensi konsumsi MSMn oleh responden yang kadang-kadang tidak mengonsumsi karena tidak memasak.

(66)

700 ppm. Jika diambil batas minimumnya, maka kandungan β-karoten dalam minyak sawit sebesar 400 ppm. Kebutuhan vitamin A orang dewasa/hari adalah sebesar 900 μg, sedangkan balita dan anak-anak sekitar 400 μg. Jadi kebutuhan vitamin A harian dapat dipenuhi dengan mengonsumsi 2,5 g/ hari atau setara dengan 2,5 ml minyak sawit mentah untuk orang dewasa dan 1 g/ hari atau setara dengan 1 ml minyak sawit mentah untuk balita dan anak-anak.

Minyak sawit mentah merupakan jenis produk pangan baru yang berbasis minyak makan. Oleh karena itu, perlu diketahui respon awal responden terhadap minyak sawit mentah. Respon awal responden dianalisis berdasarkan hasil wawancara pada hari ke 2-4 setelah konsumsi, dengan menggunakan pertanyaan yang ada di dalam kuesioner 2 (Lampiran 7).

Tabel 7 Respon awal responden (n = 70) terhadap minyak sawit mentah Atribut Biasa Saja (∑ Responden) Terganggu (∑ Responden)

Rasa 69 1

Aroma 70 0

Warna 68 2

Dari Tabel 7 dapat diketahui bahwa respon awal responden terhadap minyak sawit mentah dapat diterima dengan baik. Karena hampir seluruh responden menyatakan tidak terganggu (biasa saja) dengan atribut produk secara keseluruhan. Menurut responden yang merasa terganggu dengan atribut rasa menyatakan bahwa minyak sawit mentah memiliki rasa getir dan agak lengket. Menurut Budhikarjono (2007), komponen nontrigliserida pada minyak sawit mentah menimbulkan rasa dan aroma yang khas. Komponen nontrigilerida tersebut diantaranya monogliserida, digliserida, fosfatida, karbohidrat, turunan karbohidrat, protein dan bahan-bahan berlendir atau getah (gum).

(67)

berasal dari senyawa minor yang mempunyai nilai fungsional bagi tubuh dan senyawa ini harus dipertahankan.

Minyak sawit mentah dikemas dalam botol plastik transparan dengan volume sebanyak 140 ml. Sebesar 100% responden menyatakan bahwa mereka menyukai jenis kemasan yang dipakai karena penggunaannya mudah dan praktis.

Evaluasi penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah dilakukan setelah responden mengonsumsi produk selama 2 minggu, 1 bulan dan 2 bulan. Menurut Pilgrim (1956), penerimaan pangan (food acceptability) menunjukkan perilaku makan yang disertai dengan kesenangan. Oleh karena itu, penerimaan konsumen terhadap suatu produk pangan menjadi suatu faktor penting untuk menentukan apakah produk pangan tersebut disukai atau tidak. Penerimaan responden terhadap minyak sawit mentah dianalisis berdasarkan hasil wawancara dengan menggunakan pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner 3 - 5 (Lampiran 8 - 10).

Tabel 8 Penerimaan responden (n = 70) terhadap minyak sawit mentah

Penerimaan 2 minggu 1 bulan 2 bulan

Rasa Aroma Warna Rasa Aroma Warna Rasa Aroma Warna

Mau 70 70 69 68 68 68 70 70 70

Agak mau 0 0 0 2 2 2 0 0 0

Agak

menolak 0 0 1 0 0 0 0 0 0

Menolak 0 0 0 0 0 0 0 0 0

(68)

Setelah 2 bulan masa intervensi, diketahui bahwa sebanyak 22,86% responden menyatakan tetap mau melanjutkan konsumsi minyak sawit mentah, 74,28% responden mau melanjutkan konsumsi asalkan harga jual minyak sawit mentah terjangkau, dan 2,86% responden ragu-ragu untuk terus mengonsumsi minyak sawit mentah. Responden yang menyatakan mau untuk melanjutkan konsumsi beranggapan bahwa mereka dapat merasakan manfaat setelah mengonsumsi minyak sawit mentah, yaitu berupa perbaikan status kesehatan yang mereka rasakan serta adanya peningkatan nafsu makan.

Tabel 9 Kelanjutan konsumsi minyak sawit mentah oleh responden (n = 70) Sikap ∑ Responden Persentase (%)

Mau 16 22,86

Mau asal harga terjangkau 52 74,28

Ragu-ragu 2 2,86

Tidak mau 0 0

4.4. Kondisi Sel Limfosit

Dari total 70 responden, dilakukan pengambilan darah pada 16 responden ibu usia produktif. Pemilihan responden ibu usia produktif untuk diambil darahnya dikarenakan kelompok responden ini dinilai lebih mudah diawasi dan dikontrol. Kelompok responden ini merupakan ibu rumah tangga yang setiap hari memasak dan memakan masakannya di rumah sehingga kemungkinan mereka mengonsumsi minyak sawit mentah setiap harinya lebih besar bila dibandingkan dengan kelompok responden yang lainnya.

(69)

Tahapan isolasi limfosit dilakukan secara aseptis. Limfosit yang sudah berhasil diisolasi (Gambar 16) selanjutnya disimpan pada freezer yang bersuhu sekitar -20°C. Penyimpanan pada suhu rendah bertujuan untuk melisiskan sel limfosit. Flowers et al. (1977) dan Kim et al. (2009) menyatakan bahwa sel dapat mengalami lisis jika diberi perlakuan suhu rendah, karena suhu rendah dapat merusak struktur dari membran sel sehingga unsur-unsur di dalam sel seperti DNA, RNA dan protein akan keluar dari sel. Oleh karena itu, pengukuran kadar protein limfosit dari sel limfosit yang telah lisis pada analisis selanjutnya dapat diukur dengan mudah. Pada penelitian Garcia et al. (2003) juga dilakukan penyimpanan limfosit pada suhu -20°C.

Gambar 16 Isolat limfosit darah manusia

4.5. Kadar Protein Limfosit

Analisis kadar protein limfosit dilakukan dengan menggunakan metode Bradford (1976). Tujuan dilakukannya analisis ini adalah untuk mengetahui kadar protein limfosit masing-masing responden, sehingga pada analisis selanjutnya, yaitu analisis CD4 dan CD8 dengan ELISA, dapat digunakan limfosit dengan jumlah kadar protein yang sama. Dari beberapa seri pengenceran protein standar (bovine serum albumine) diperoleh kurva standar yang memiliki persamaan garis y = 0,0007x + 0,0002 dengan R2 = 0,9919 (Gambar 17). Dari persamaan garis tersebut dapat diperoleh kadar protein limfosit. Contoh perhitungan kadar protein limfosit dapat dilihat pada Lampiran 12.

(70)

µl, oleh karena itu volume suspensi limfosit yang digunakan disesuaikan dengan volume lubang sumur mikroplate. Dari hasil percobaan diperoleh bahwa kadar protein limfosit sebesar 50 µg merupakan yang paling sesuai. Sampel limfosit yang memiliki konsentrasi protein sangat rendah membutuhkan volume pengambilan yang lebih banyak sehingga untuk menyiasatinya dilakukan penempelan sampel (coating) pada mikroplate sebanyak 2 kali. Perhitungan volume suspensi yang harus diambil pada saat coating dapat dilihat pada Lampiran 13.

Gambar 17 Kurva standar protein BSA

4.6.Analisis Perubahan Kadar Protein CD4 dan CD8 pada Limfosit

Analisis kadar protein CD4 dan CD8 dilakukan dengan menggunakan teknik ELISA (Enzyme Linked Immunosorbent Assay). Limfosit dengan volume tertentu pada konsentrasi protein yang sama dimasukkan ke dalam mikroplate. Protein CD4 dan CD8 pada limfosit akan berikatan secara spesifik dengan antibodi primer yaitu antibodi anti-CD4 manusia atau anti-CD8 manusia. Kompleks antigen-antibodi tersebut dapat dideteksi dengan terbentuknya intensitas warna sebagai akibat dari penambahan antibodi sekunder yang berlabel enzim HRP (Horse Radish Peroxidase) yang kemudian akan berinteraksi dengan substrat ABTS. Intensitas warna yang terbentuk dapat dibaca dengan menggunakan ELISA reader pada panjang gelombang 450 nm. Semakin besar nilai OD (optical density) atau absorban yang terbaca oleh ELISA reader, maka semakin banyak kadar protein CD4 dan CD8 di dalam limfosit.

Dari Gambar 18 dapat diketahui bahwa rata-rata kadar protein CD4 pada limfosit responden lebih tinggi pada perlakuan setelah mengonsumsi minyak

y = 0,0007x + 0,0002

R² = 0,9919

. . . . . . .

Absorban

(71)
(72)

terukur benar-benar hanya berasal dari sel Th saja, bukan berasal dari monosit maupun makrofag atau dengan kata lain tidak ada kesalahan positif. Makrofag merupakan sel fagosit yang berada di jaringan bukan di sirkulasi darah, sehingga pada saat proses pengambilan darah, makrofag tidak akan ikut terambil. Sedangkan monosit sudah hilang akibat proses pencucian dengan media RPMI yang dilakukan sebanyak 2 kali, sehingga yang terisolasi adalah benar-benar isolat limfosit saja.

Sel Th berperan untuk mengaktivasi makrofag dan produksi antibodi (Cruse dan Lewis 2004). Aktivasi makrofag akan menstimulasi makrofag untuk menghancurkan mikroorganisme yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi merupakan sistem pertahanan tubuh yang dapat melawan infeksi ektraseluler virus dan bakteri serta menetralisir toksinnya (Baratawidjaja 2000). Mekanisme kerja antibodi adalah dengan cara mempercepat penghancuran dan penyingkiran antigen dengan netralisasi, presipitasi, aglutinasi, serta lisis (Guyton dan Hall 2007).

Garcia et al. (2003) telah melakukan penelitian pemberian β-karoten dengan dosis 300 mg/berat badan pada mencit selama 21 hari, hasilnya menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah CD4 bila dibandingkan dengan kelompok kontrol. Murata et al. (1994) melakukan penelitian pada 10 responden yang diberikan suplemen β-karoten 60 mg/hari selama 44 minggu, hasilnya dapat meningkatkan persentase CD4 sebanyak 27%. Penelitian lain juga telah dilakukan oleh Alexander et al. (1985) dengan memberikan suplemen β-karoten (180 mg/hari) selama 2 minggu, hasilnya dapat meningkatkan jumlah CD4. Minyak sawit mentah mengandung kadar β-karoten yang tinggi dan bila dikonsumsi dapat diserap oleh tubuh dengan mudah, sehingga dengan mengonsumsi minyak sawit mentah dapat meningkatkan kadar protein CD4. Peningkatan kadar protein CD4 diduga karena jumlah sel Th juga meningkat.

(73)
(74)

sesudah konsumsi minyak sawit mentah. Sebanyak 3 orang responden yang mengalami penurunan kadar protein CD8 setelah konsumsi minyak sawit mentah, yaitu responden ke-2, 4 dan 15, serta ada 4 responden yang kadar protein CD8-nya tetap, yaitu responden ke-1, 5, 9 dan 10.

Tabel 11 Analisis statistik kadar protein CD8

Kelompok Responden

Rerata ± Sd (sebelum konsumsi)

Rerata ± Sd (sesudah konsumsi)

T tabel T hitung

Responden total (n=16) 0,078 ± 0,008 0,079 ± 0,007 2,131(5%) 0,963

Responden yang CD8-nya naik (n=9)

0,077 ± 0,008 0,083 ± 0,008 2,306(5%)

3,355(1%)

13,880** Keterangan: ** signifikan pada taraf 1% dan 5%

Dari Tabel 11 dapat diketahui bahwa peningkatan rerata kadar protein CD8 pada 16 responden antara sebelum dan sesudah konsumsi MSMn hanya sebesar 0,001 dan tidak signifikan secara statistik. Namun jika responden yang mengalami kenaikan kadar protein CD8 dikelompokkan kembali (9 responden) dan dihitung secara statistik, maka peningkatan kadar protein CD8 yang terjadi signifikan baik pada taraf 5% maupun 1%.

Setiawati (1982) menyatakan bahwa semua hasil analisis yang dinyatakan tidak bermakna bukan berarti bahwa hasilnya tidak ada atau tidak bermanfaat, karena hasil yang tidak bermakna hanya berarti bahwa hasilnya tidak cukup kuat untuk menolak hipotesis nol. Oleh karena itu, hasil yang tidak bermakna tersebut sebaiknya dianggap tidak konklusif dan diperlukan pengumpulan data lebih lanjut. Selain itu, kemaknaan statistik tidak identik dengan kemaknaan klinik, karena seringkali pada perhitungan menunjukkan hasil yang tidak bermakna (tidak berbeda nyata), namun secara klinis justru berdampak nyata yaitu manfaatnya dapat dirasakan oleh responden.

(75)

Zakaria et al. (2011) mengenai pengaruh konsumsi minyak sawit mentah terhadap kadar β-karoten pada plasma darah, diperoleh hasil bahwa responden ke-4 dan 15 mengalami penurunan kadar β-karoten setelah konsumsi minyak sawit mentah. Selain itu, responden ke-2, 4 dan 15 juga mengalami penurunan kadar retinol pada plasma setelah konsumsi minyak sawit mentah. Menurut Ullrich et al. (1994) jumlah CD4 dan CD8 berkorelasi dengan konsentrasi karoten dan retinol dalam plasma darah yang berperan sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi permukaan sel limfosit dari kerusakan akibat peroksidasi. Jika konsentrasi karoten dan retinol pada plasma darah jumlahnya tinggi maka jumlah CD4 dan CD8 pun tinggi.

Berdasarkan pengukuran kadar protein CD8 responden ke-2, 4 dan 15 walaupun mengalami penurunan setelah konsumsi minyak sawit mentah, namun berdasarkan hasil wawancara ketiga responden tersebut menyatakan bahwa mereka merasakan adanya perbaikan kesehatan. Pada Tabel 12 dapat dilihat hasil wawancara mengenai perbaikan kesehatan yang dirasakan responden.

Tabel 12 Perbaikan kesehatan responden yang mengalami penurunan kadar protein CD8 setelah konsumsi minyak sawit mentah

Responden ke- Perbaikan Kesehatan 2

4

15

Nafsu makan, kondisi kesehatan dan penglihatan responden terasa lebih baik

Responden pada awalnya mempunyai gangguan ISPA dengan frekuensi lebih dari 4 kali sebulan, namun setelah mengonsumsi minyak sawit mentah, gangguan ISPA menjadi berkurang frekuensinya

Nafsu makan, kondisi kesehatan dan penglihatan responden terasa lebih baik

Oleh karena itu, walaupun peningkatan kadar protein CD8 setelah mengonsumsi minyak sawit mentah cukup rendah dan tidak signifikan secara statistik, namun manfaat kesehatan yang dirasakan responden meningkat setelah mengonsumsi minyak sawit mentah.

Gambar

Tabel 1 Komposisi asam lemak MSMn
Gambar 3 Metabolisme β-karoten di dalam tubuh manusia  Sumber: Olson 1989
Gambar 4 Letak CD4 dan CD8 dalam sel T  Sumber: Roitt 2001
Gambar 5 Mekanisme pembunuhan sel terinveksi virus oleh sel Tc  Sumber: Roitt 2001
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penulisan ilmiah ini akan diterapkan sebuah sistem jaringan area lokal yang diatur oleh kebijakan yang dibuat yang disesuaikan dengan keperluan mengkondisikan lingkungan kerja

m em pert anggungjaw abkan secara jelas keberadaan sebagian milik para det eni ant ara lain berupa uang, dan barang2 lainnya yang t elah disebut para det eni dalam

Eka   Permanasari

Pada saat pengakuan awal, Grup mengklasifikasikan instrumen keuangan dalam kategori berikut: aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi, pinjaman

KANTOR SAR VII BANDA ACEH. Alamat :

Salah satu mata kuliah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yaitu hak asasi manusia yang meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat,

The objective of this case report is to evaluate Fuctional Outcome of Fresh vs Neglected Trans Scapoid fracture with Perilunate Dislocation following ORIF Screwing

[r]