• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mise en scene

Dalam dokumen BAB II KERANGKA/DASAR PEMIKIRAN (Halaman 40-46)

Mise en scene adalah istilah bahasa perancis yang artinya adalah meletakkan dalam scene. Mise en scene merupakan segala sesuatu yang kita lihat didalam tayangan film, semua apa yang terlihat dalam layar merupakan bagian dari mise en scene. Mulai dari setting tempat, pencahayaan, kostum, make-up, pencahayaan, dan ekpressi figur dan gerakan.

Of all techniques, mise-en-scene is the one the viewers notice most. After seeing a film, we may not recall the cutting or the camera movements, the dissolves off the screen sound.58

Jadi dalam semua teknik film yang dibuat, mise-en-scene adalah sesuatu yang paling dilihat penonton pertama kali, bahwa mise-en-scene bukan berupa penggambaran cutting kamera, pergerakan kamera, transisi atau efek suara. Tetapi mise-en-scene mengenai penggambaran sebuah pesan dalam suatu adegan yang dilihat dari sisi pencahayaan, make up, kostum, dan lain-lain. Penonton merasakan film karena unsur sinematik tersebut dimana hal-hal yang membuat film menjadi memiliki rasa baik menjadi dramatis, bahagia, suram, menyenangkan, seram dan sebagainya. Hal tersebut merupakan usaha sinematik selain dari unsur sinematografi, karena hal ini menjadi faktor nomer satu dalam pembuatan film yang biasanya digunakan dalam pembuatan film fiksi, namun di dokumenter juga

58 David Bordweel, Kristin Thompson, Film Art an Introduction. McGraw Hill Higher Education, New York. 2008, hal 112

bisa diterapkan dengan membuat gambar-gambar dramatis namun diambil dengan unsur realita didalamnya.

In the original French, mise en scène (pronounced meez-ahn-sen) means “putting into the scene,” and it was first applied to the practice of directing plays. Film scholars, extending the term to fi lm direction, use the term to signify the director‟s control over what appears in the film frame59.

Pengucapan asli dari perancis, mise en scene (meez-ahn-sen) yang berarti “putting into the scene” atau meletakan sesuatu pada sebuah pengadeganan (scene) dan hal ini pertama kali dilakukan pada praktek mengarahkan drama pada teater. Pakar film, menambah istilah bagi para pembuat film, untuk menandai bahwa ada perbedaan dari seorang director film untuk mengkontrol semua yang akan ada dalam frame film. Mise-en-scene meliputi fungsi sebuah scene dalam film. Apakah hal itu untuk menjelaskan sesuatu, ataukah untuk kesan dramatik, semua tergantung dari kebutuhan film itu sendiri. Penyusunan-penyusunan dalam mise-en-scene juga sangat penting untuk menimbulkan perasaan dalam film seperti harapan tokoh dalam scene itu, permasalahannya dan lain-lain. Selain itu fungsi mise-en-scene adalah untuk mengambangkan keingintahuan penonton tentang sebuah scene atau bahkan film itu sendiri.

Pembuat film dapat menggunakan mise-en-scene untuk mencapai realisme, memberikan pengaturan seotentik mungkin untuk mendapatkan subjek tampil sealamiah mungkin. Namun, sepanjang sejarah film mise-en-scene hanya digunakan untuk kepentingan fantasi saja, tetapi sudah sering digunakan untuk tujuan ini.

59 Ibid hal hal 112

Komponen-komponen pada sebuah Mise-en-scene

Mise-en-scene menawarkan pembuat film empat pilihan bidang umum dan kontrol : setting, kostum dan make up, pencahayaan dan pementasan ( yang mencakup akting dan pergerakan kamera).

Setting

Sejak awal munculnya perfilman, kritikus film dan penonton memiliki pemahaman untuk memiliki peran aktif dalam menilai film dibandingkan dengan teater. Andre Bazin menulis :

The human being is all-important in the theatre. The drama on the screen can exist without actors. A banging door, a leaf inthe wind, waves beating on the shore can heighten the dramatic effect. Some film masterpieces use man only as an accessory, like an extra, or in counterpoint to nature, which is the true leading character.60

Bahwa menurut Andre Bazin, manusia adalah yang paling penting pada sebuah pementasan teater. Drama pada layar bisa ada tanpa aktor. Sebuah benturan pintu, hembusan angin di daun, gelombang yang mengikis pantai bisa menjadi efek dramatis pada film yang dimana itu tanpa perlu menggunakan aktor, tetapi menggunakan suasana untuk menambahkan rasa pada gambar untuk mengikat pesan didalamnya. Beberapa karya film yang menggunakan aktor hanya sebagai aksesoris saja, seperti figuran, atau untuk pendamping dengan alam, yang merupakan leading character pada film.

Jadi setting atau lokasi merupakan hal utama dalam produksi film baik dokumenter atau fiksi agar selaras dengan cerita dan menjadi tepat dalam membangun realitas.

60 Ibid Hal 115

Costumes and Make up

Jika merencanakan sebuah pembuatan film. Anda akan lebih fokus dan memperhatikan sisi pemilihan aktor saat anda membayar sebuah lokasi untuk shooting. Seperti pengaturan lokasi, kostum dapat memiliki hal spesifik yang bervariasi dan memiliki fungsi tertentu dalam seluruh proses pembuatan film.

Pemilihan kostum dapat memengaruhi motif karakter, memberikan kesan eksklusif, yang mencirikan seorang karakter secara individual. Ketika seorang filmmaker ingin menekankan figur seseorang atau karakter, setting dapat menetralkan latar belakang, sedangkan kostum menjadi kunci utama untuk mempertegas dan menonjolkan karakter dari figur tersebut. Harrison Ford mengakui pemilihan kostum dalam film dapat mempengaruhi karakter dan memiliki kekuatan untuk menciptakan figur.

“The costume is a very important thing. It speaks before you do. You know what you‟re looking at. You get a reference and it gives context about the other characters and their relationships.”61

Dalam konteks mise en scene, pemilihan kostum dapat menjadi pembeda antara satu karakter dan karakter lain dan menciptakan hubungan antara masing-masing karakter. Kita dapat membedakan karakter mana yang merupakan tokoh protagonis dan antagonis dari kostumnya. Dengan set yang sesuai, sebuah karakter akan terlihat lebih tegas dan menonjol.

Sebuah karakter tidak bisa terpisah oleh make-up. Make up dapat mempertegas gimmick dan ekspresi karakter. Treatment khusus pada make-up juga akan membuat sebuah karakter mendapat kesan ekstra, lebih muda, lebih tua,

lebih berperawakan keras, atau lembut, dan lebih bersinar ataupun gelap. Perkembangan teknologi juga membuat make-up karakter semakin variatif dan unik.

Lighting

Memanipulasi cahaya adalah kemampuan yang harus dimiliki filmmaker untuk menciptakan interpretasi dalam mise en scene. Ada empat hal yang bisa di explore oleh filmmaker dalam memanipulasi cahaya, yaitu kualitas, arah, sumber, dan warna. Kualitas cahaya mengacu pada penggunaan hard light dan soft light. Hard light bisa menciptakan bayangan yang cukup untuk membuat karakter pada objek, dan sudut-sudut bayangan yang tajam sedangkan soft light digunakan untuk membuat ambience dan difusi yang terkesan alamiah.

Arah cahaya mengacu pada posisi penempatan sumber cahaya dan arah kemana cahaya tersebut menunjuk. posisi sumber cahaya menetukan apakah obje tersebut akan diberi cahaya penuh hingga tak ada bayangan, hanya sebagian sisi objek saja atau justru menciptakan bayangan penuh/ siluet. Konsep pengarahan cahaya atau yang dikenal secara umum sebagai three point lighting juga bisa memanipulasi cahaya agar tokoh lebih berkarakter dengan menggunakan key light, fill light dan back light.

Sumber cahaya mengacu pada darimana cahaya tersebut berasal. Setiap sumber cahaya memiliki tingkat intensitasnya sendiri dan memiliki fungsinya untuk menciptakan karakter yang dibutuhkan. Beberapa lampu memiliki tingkat

intensitas cahaya yang membuatnya memiliki fungsi sendiri jika digunakan secara terpisah maupun bersama-sama

Warna cahaya yang digunakan dalam film umumnya terbagi atas dua yaitu daylight dan yellow light. Warna lain dengan menggunakan filter dapar dikombinasikan demi tujuan tertentu walaupun tidak terkesan realistik.

Staging

Staging dalam hal ini lebih mengarah kepada performance dan kemampuan aktor atau aktris mencerna screen direction yang diberikan oleh sutradara. Kemampuan akting seorang pemain akan sangat menentukan sebuah pesan tersampaikan dengan baik dengan kemampuan interpretasi penonton. Aktor sangat memberikan kontribusi besar pada aspek-aspek visual yang ingin ditawarkan kedalam film.

Akting yang baik dapat memberikan pertanyaan kepada penonton apakah para aktor tersebut benar-benar akting sehingga realisme dapat tercipta dan penonton tidak lagi meragukan apakah aktor benar-benar akting atau tidak. Indikasi keberhasilan akting seorang aktor atau aktris adalah dengan hanyutnya emosi penonton pada adegan yang dibawakan. Tetapi kita harus memahami acting style yang ingin dicapai oleh film. Persoalan realisme pada akting mengacu pada tujuan masing-masing film. Tidak semua film menginginkan realisme dalam akting yang dibawakan oleh aktor dan aktrisnya. Selama interpretasi penonton berhasil memaknai film sesuai yang diinginkan filmmaker, maka realisme berakting tidak menjadi persoalan, mise en scene tetap berlaku pada semua konsep film.

Dalam dokumen BAB II KERANGKA/DASAR PEMIKIRAN (Halaman 40-46)

Dokumen terkait