Siklus II dan seterusnya Penulisan Laporan Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian 1 Siklus
2) Miskonsepsi Siswa pada Pretest dan Posttest Siklus
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pretest dan
posttest yang berupa jumlah miskonsepsi siswa dari 17 butir soal pilihan ganda pada siklus I. Berikut ini adalah jumlah
miskonsepsi siswa dari data pretest dan posttest pada siklus I
yang terdapat pada Tabel 4.3:
Tabel 4.3. Jumlah Miskonsepsi Siswa pada Pretest dan Posttest Siklus I
Siswa Pretest Posttest Min (-)
Siswa Pretest Posttest Min (-) 2 10 3 7 3 10 3 7 4 9 3 6 5 12 5 7 6 13 4 9 7 9 4 5 8 12 8 4 9 12 4 8 10 10 2 8 11 10 3 7 12 9 2 6 13 11 4 7 14 10 3 7 15 11 2 9 16 10 2 8 17 11 6 5 18 11 4 7 19 10 7 3 20 10 5 5 21 8 3 5 22 13 8 5 23 11 7 4 24 13 7 9 25 10 5 5 26 13 5 8 % 63% 25,8% 37,2% Keterangan:
Min (-) = pengurangan miskonsepsi dari pretest ke
posttest
Berdasarkan Tabel 4.3 di atas dapat diketahui bahwa hasil pretest dan posttest pada siklus I menunjukkan adanya
pengurangan miskonsepsi. Persentase miskonsepsi pada pretest
sebesar 63% berkurang sebesar 37,2% menjadi 25,8% pada posttest. Namun hasil tes akhir (posttest) yang dilaksanakan belum memenuhi pengurangan miskonsepsi yang diharapkan yaitu sebesar 40%. Pengurangan miskonsepsi pada siklus I ini hanya sebesar 37,2%. Selain itu juga masih terdapat siswa yang memiliki nilai dibawah nilai KKM (70).
c. Hasil Penilaian Rubrik Peta Konsep
Peta konsep digunakan dalam pembelajaran sebagai upaya yang dilakukan guru untuk mengatasi miskonsepsi siswa. Pada siklus I peta konsep dibuat siswa secara berkelompok. Rubrik penilaian peta konsep merupakan format penilaian peta konsep yang telah dibuat siswa. Berdasarkan hasil penilaian rubrik peta
konsep pada siklus I, diperoleh data sebagai berikut:68
Tabel 4.4. Rekapitulasi Penilaian Rubrik Peta Konsep Siklus I
Siklus I Pertemuan I Pertemuan II Rata-rata 5,53 5,50 5,5 Keterangan: Rentangan skor: 1 – 8
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, diketahui rata-rata skor siswa dalam pembuatan peta konsep dari dua kali pertemuan di siklus I sebesar 5,5 dan hanya 3 orang siswa yang mendapat skor di atas rata-rata. Masih rendahnya rata-rata skor peta konsep yang dibuat oleh siswa dikarenakan siswa belum terbiasa menggunakan peta konsep dalam pembelajaran dan beberapa siswa masih kesulitan menemukan kata-kata penting untuk dijadikan proposisi peta konsep. Selain itu juga pembuatan peta konsep dilakukan secara berkelompok yang memungkinkan beberapa siswa tidak ikut bekerjasama dengan anggota kelompok yang lain. Akibatnya penilaian peta konsep pun kurang maksimal.
d. Hasil Penguasaan Konsep
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pretest dan posttest
dari 17 butir soal pilihan ganda pada siklus I dan 15 butir soal pada siklus II.
68
Untuk mengetahui tingkat efektifitas tindakan yang telah dilakukan pada penelitian tindakan kelas siklus I maka data skor hasil tes pemahaman siswa dianalisis dengan N-Gain terhadap skor rerata tes awal dan tes akhir kemampuan pemahaman siswa.
Adapun hasil N-Gain tersebut adalah sebagai berikut:69
Tabel 4.5. Hasil N-Gain Pretest dan Posttest Siklus I
Pretest Posttest N-Gain Rata-rata
siswa 36,76923 74,1154 0,596
Tabel 4.6. Persentase N-Gain pada Siklus I
Kriteria Siklus I
Tinggi 15%
Sedang 85%
Rendah -
Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat diketahui tingkat
penguasaan konsep siswa pada siklus I. Hasil pretest siklus I
didapatkan rata-rata penguasaan konsep siswa 36,77 dan hasil posttest didapatkan rata-rata penguasaan konsep siswa 74,11. Besarnya peningkatan penguasaan konsep secara langsung tampak dari rata-rata N-Gain siklus I sebesar 0,59 atau dibulatkan menjadi 0,60 dengan kategori sedang. Sehingga dapat disimpulkan telah terjadi peningkatan penguasaan konsep siswa pada siklus I dari hasil pretest ke posttest.
Berdasarkan Tabel 4.6 mengenai persentase N-Gain siklus I pada siswa diperoleh keterangan bahwa 85% berkategori sedang dan 15% berkategori tinggi.
e. Refleksi
Proses pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada konsep jaringan tumbuhan mampu membuat siswa lebih terkondisikan untuk belajar. Peta konsep dapat membantu siswa
69
menyusun konsep-konsep yang kompleks menjadi konsep yang terstruktur dan mudah diingat sehingga memudahkan siswa ketika belajar. Berdasarkan peta konsep yang dibuat oleh siswa, guru dapat mengetahui kedelaman materi yang dikuasai siswa dan mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa.
Pada siklus I sebagian besar siswa belum terbiasa dengan pembelajaran peta konsep. Selain itu juga pengurangan
miskonsepsi siswa dari pretest ke posttest belum mencapai 40%.
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan peta konsep pada siklus I ini masih terdapat kekurangan yaitu:
1) Masih terdapat siswa yang mengalami kesulitan membuat
proposisi dan kata penghubung
2) Beberapa anggota kelompok masih bersifat pasif sehingga
hanya sebagian anggota kelompok membuat peta konsep secara benar
3) Siswa tidak membaca handout secara seksama sehingga
mengalami kesulitan menemukan kata-kata penting untuk proposisi
4) Pembelajaran peta konsep mengenai jaringan tumbuhan pada
siklus I tidak menggunakan gambar objek berupa gambar sel atau gambar jaringan tumbuhan, sehingga masih ditemukan beberapa konsep yang salah pada siswa
5) Pada saat pembelajaran dan membuat peta konsep, siswa
disusun secara berkelompok, akibatnya hanya sebagian anggota kelompok saja yang membuat peta konsep
Kendala-kendala di atas menyebabkan ketidakberhasilan siklus I, sehingga perlu adanya perbaikan untuk siklus selanjutnya. Adapun perbaikan yang dilakukan untuk siklus selanjutnya adalah:
a) Siswa dibentuk secara berpasangan, tidak lagi secara
dalam membuat peta konsep, selain itu juga memudahkan guru dalam mengawasi dan mengetahui miskonsepsi pada siswa
b) Guru memberikan beberapa potongan gambar jaringan
tumbuhan untuk dicantumkan di peta konsep yang dibuat oleh setiap pasangan. Hal ini bertujuan agar setiap siswa mengenal bentuk jaringan maupun organ tumbuhan yang dibahas
c) Menugaskan siswa untuk membaca handout dengan seksama
agar memudahkan menemukan kata penting dari suatu bacaan dan menggarisbawahi kata-kata penting tersebut untuk dijadikan proposisi
d) Mengawasi secara merata setiap pasangan ketika membuat
peta konsep
f. Keputusan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I ini maka dapat diambil keputusan, karena pada siklus I kriteria keberhasilan pengurangan miskonsepsi belum sesuai dengan angka pengurangan yang diharapkan yaitu sebesar 40%, jadi dapat dilanjutkan ke siklus II sebagai perbaikan pembelajaran.
2. Siklus II
a. Hasil Pengamatan
Berdasarkan pengamatan peneliti pada siklus II, diperoleh catatan sebagai berikut:
Tabel 4.7 Hasil Catatan Lapangan Siklus II
No Tindakan Kondisi Siswa
1. Pembentukan
pasangan
Siswa berpasangan dengan
teman sebangku
Tingkat kepandaian siswa
bervariasi pada setiap pasangan
Setiap pasangan menentukan
posisi duduk untuk diskusi
No Tindakan Kondisi Siswa
konsep oleh masing- masing pasangan
mengetahui cara membuat peta konsep yang benar
Beberapa siswa membaca
handout dengan seksama dan menggaris bawahi kata-kata penting untuk dijadikan proposisi peta konsep
Setiap siswa secara cepat
dapat menentukan proposisi dari suatu bacaan
Siswa-siswa sudah terbiasa
dengan pembelajaran peta konsep
3. Diskusi pasangan
dalam pembuatan peta konsep
Masing-masing siswa dalam
pasangan berdiskusi untuk menentukan proposisi dan kata penghubung peta konsep
Setiap siswa aktif dalam
mengeluarkan ide/pendapat mengenai proposisi dan bentuk peta konsep yang harus dibuat
Setiap pasangan memiliki
kretaifitas yang berbeda dalam pembuatan peta konsep
4. Diskusi kelas
mengenai peta konsep yang telah dibuat oleh
perwakilan pasangan
Empat pasangan
mempresentasikan peta konsep yang telah dibuat di papan tulis
Setiap pasangan antusias
untuk memberi masukan dan saran terhadap peta konsep yang telah dibuat di papan tulis
Terdapat perbedaan peta
konsep yang dibuat oleh setiap pasangan
Pembelajaran dengan menggunakan peta konsep pada penelitian siklus II ini memiliki beberapa tahapan yaitu pembentukan pasangan, pembuatan peta konsep oleh masing- masing pasangan, diskusi dengan pasangan dalam pembuatan peta
konsep dan diskusi kelas mengenai peta konsep yang telah dibuat oleh perwakilan pasangan.
Pada siklus II ini konsep yang dibahas adalah organ tumbuhan. Tahapan pembelajaran pada siklus II tidak jauh berbeda dengan siklus I. Setelah guru menjelaskan materi organ tumbuhan secara umum dengan menggunakan peta konsep, setiap pasangan diperintahkan guru untuk membuat peta konsep berdasarkan handout yang diberikan guru dan buku materi sebagai bahan acuan untuk membuat peta konsep. Pada siklus II ini guru memerintahkan setiap pasangan untuk mencantumkan potongan gambar yang diberikan guru di peta konsep yang dibuat sebagai perbaikan dari siklus II.
Pada siklus II ini pembelajaran dengan peta konsep sudah mengalami peningkatan, diantaranya siswa sudah terbiasa menggunakan peta konsep dalam pembelajaran. Setiap siswa
membaca handout dengan seksama dan menggarisbawahi kata-kata
penting dari suatu paragraf sehingga memudahkan siswa dalam membuat proposisi sebagai komponen utama suatu peta konsep. Pada siklus II ini juga setiap siswa turut aktif dalam pembuatan peta konsep,hal ini dikarenakan siswa disusun secara berpasangan, sehingga setiap siswa terlibat aktif dalam pembuatan peta konsep. Setiap siswa memiliki kreatifitas dan tingkat kecerdasan yang berbeda, maka peta konsep yang dibuat oleh setiap pasangan pun berbeda-beda.
Setelah setiap pasangan menyelesaikan peta konsep, kemudian guru meminta perwakilan 4 pasangan untuk mempresentasikan peta konsep yang telah dibuatnya di depan pasangan lain dan dituliskan di papan tulis. Guru memberi kesempatan kepada pasangan lain untuk menanggapi atau merevisi peta konsep yang telah ditulis oleh pasangan yang mempresentasikan. Setelah itu guru membahas peta konsep dan meminta siswa untuk mereview
materi sebagai tindakan utnuk mengetahui apakah masih terjadi miskonsepsi pada siswa.
b. Miskonsepsi Siswa
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data pretest dan posttest
yang berupa jumlah miskonsepsi siswa dari 15 butir soal pilihan ganda pada siklus II. Berikut ini adalah jumlah miskonsepsi siswa pada siklus II yang terdapat pada Tabel 4.8:
Tabel 4.8. Jumlah Miskonsepsi Siswa pada Pretest dan Posttest Siklus II
Siswa Pretest Posttest Min (-)
1 8 4 4 2 10 3 7 3 9 2 7 4 8 3 5 5 8 4 4 6 10 2 8 7 9 2 7 8 9 2 7 9 9 2 7 10 8 2 6 11 7 1 6 12 9 1 8 13 9 2 7 14 10 4 6 15 9 3 6 16 9 2 7 17 9 4 5 18 10 3 7 19 11 2 9 20 9 2 7 21 7 1 6 22 10 4 6 23 10 1 9 24 7 4 3 25 8 3 5 26 6 1 5 % 58,5% 16% 42,5%
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas dapat diketahui bahwa hasil pretest dan posttest pada siklus II menunjukkan adanya pengurangan miskonsepsi dengan persentase sebesar 58,5% berkurang 42,5% menjadi 16%.
Hasil tes akhir yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran di siklus II ini sudah memenuhi pengurangan miskonsepsi yang diharapkan (40%). Pengurangan miskonsepsi pada siklus II ini sebesar 42,5%. Selain itu juga nilai seluruh siswa di atas KKM (70).
Untuk menguji signifikansi penguranngan miskonsepsi siswa dari siklus I ke siklus II, maka dilakukan uji Wilcoxon antara data posttest siklus I dan II. Berikut hasil pengujian statistik
menggunakan uji Wilcoxon yang terdapat pada Tabel 4.9:70
Tabel 4.9. Hasil Uji Wilcoxon Data Posttest Siklus I dan II