• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Mitigasi yang Dilakukan Pihak LSM dan Pemerintah

Secara umum penanggulangan konflik orangutan dengan manusia harus melibatkan berbagai pihak yang terkait. Yang dilakukan pihak LSM dan pemerintah mengacu pada Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor : P.53/Menhut-II/2014 yaitu: Berbeda dengan penanggulangan konflik manusia dengan satwa liar yang lain seperti harimau dan gajah, penanggulangan konflik antara manusia dan orangutan lebih difokuskan pada penyelamatan orangutan yang terlibat konflik. Adapun tingkat risiko dibedakan sebagai berikut : 1) Risiko rendah adalah kejadian konflik yang tidak mempunyai potensi terhadap keselamatan orangutan. Namun, konflik ini dapat menimbulkan rasa tidak aman, ketakutan dan stress terhadap orangutan. Pada tahap ini tindakan penyelamatan tidak terlalu mendesak untuk dilakukan. 2) Risiko tinggi adalah kejadian konflik yang mempunyai potensi sangat mengancam keselamatan orangutan apabila tidak

dilakukan langkah-langkah penyelamatan. Mengingat potensi risikonya, sangat diharapkan segera dilakukan upaya penyelamatan terhadap kelompok/individu orangutan yang terlibat konflik.

Penanganan manusia dan asetnya, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam upaya penanganan manusia yang terlibat konflik dengan orangutan : Penyelamatan dan penanganan korban, Pengamanan masyarakat dan aset ekonomi dan Kompensasi. Pelaksanaan penyelamatan (rescue) orangutan di mulai dari tahap persiapan sampai tahapan relokasi/translokasi (pemindahan) ke habitat baru yang diharapkan lebih aman dan lebih baik dari kondisi sebelumnya. Dalam hal penanganan konflik orangutan dengan manusia sangatlah perlu adanya pertimbangan, karena jika hal itu dilakukan dengan tepat akan menentukan keberhasilan dalam pengendalian gangguan. Beberapa kriteria pertimbangan antara lain : secara teknis, secara ekonomi, dan secara ekologi. Pengembalian keputusan yang bijaksana akan menggabungkan ketiga kriteria ini.

Menurut sumber Balai Taman Nasional Gunung Leuser, pesonil yang terlibat dalam kegiatan penanggulangan konflik ialah petugas TNGL yang berfungsi mengelola kawasan TNGL dan sebagai pendamping atau pemandu kegiatan; dokter hewan dari YEL berfungsi sebagai pengawas dan pemeriksa kesehatan dan kesejahteraan Orangutan Sumatera; Pemerhati orangutan dari YOSL-OIC yang berfungsi sebagai penilai kesesuaian lokasi pelepasliaran sebagai habitat orangutan; dan Masyarakat berfungsi sebagai membantu dalam sosialisasi konservasi orangutan.

Biaya Pengeluaran Mitigasi oleh Pihak LSM, Pemerintah, dan Masyarakat Mitigasi konflik orangutan merupakan bentuk atau cara penyelamatan orangutan secara kompleks dilakukan. Tahap demi tahap yang dilakukan hingga sampai akhirnya penanganan oleh pihak-pihak yang terlibat yang bertanggung jawab dalam menanganinya dan harus sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 48/Menhut-II/2008 tentang pedoman penanggulangan konflik antara manusia dan satwa liar. Dalam menangani setiap kegiatan penanggulangan/mitigasi konflik orangutan, pihak LSM memiliki biaya pengeluaran dalam setiap tahap/proses yang dilakukan. Untuk mengetahui biaya yang dikeluarkan oleh pihak LSM untuk hal mitigasi konflik orangutan dapat dilihat melalui Tabel 9.

Tabel 9. Biaya Mitigasi yang Dikeluarkan oleh LSM dalam 1 Tahun

No Jenis Pengeluaran Keterangan Harga Satuan (Rp)/kegiatan Biaya Pengeluaran (Rp) 1. Perjalanan ke lokasi BBM selama kegiatan 1.000.000 x 24 24.000.000 2. Operasional tim Konsumsi selama

kegiatan

1.000.000 x 24 24.000.000 3. Edukasi Sosialisasi dengan

masyrakat selama kegiatan

500.000 x 24 12.000.000

4. Obat-obatan orangutan

Dipakai selama kegiatan evakuasi orangutan

2.000.000 x 24 48.000.000 5. Biaya Translokasi Pemindahan orangutan

ke habitatnya

1.000.000 x 24 24.000.000 6. Peralatan kegiatan Berang tidak habis pakai

seperti senapan, jarring, kandang yang digunakan selama kegiatan dan biaya perbaikan alat

8.000.000 x 2 16.000.000

7. Biaya lain-lain Digunakan jika ada hal yang tidak terduga

1.000.000 x 24 24.000.000

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat pengeluaran yang dikeluarkan oleh pihak YOSL-OIC sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) terhadap mitigasi konflik orangutan yaitu adapaun biaya total yang dikeluarkan sebesar Rp. 14.500.000,-/tahun. Jenis-jenis pengeluaran seperti terlihat pada Tabel 9 diatas dapat dijelaskan bahwa dalam hal mitigasi konflik orangutan dari jenis barang tersebut ada yang sifatnya habis pakai dan ada barang yang sifatnya tidak habis pakai. Artinya, barang bersifat habis pakai masuk dalam kategori barang yang tidak dapat dipakai lagi untuk kegiatan berikutnya sudah pasti biaya untuk hal tersebut masih tetap dibuat, contohnya seperti biaya perjalanan, biaya operasional tim, dan obat-obatan. Barang yang bersifat tidak habis artinya barang tersebut dapat digunakan untuk kegiatan berikutnya contohnya seperti peralatan kegiatan. Untuk peralatan kegiatan biasanya tidak selalu dimasukan kedalam anggaran biaya mitigasi karena bersifat dapat dipakai untuk kegiatan berikutnya. Biasanya masuk dalam anggaran ketika peralatan tersbut sudah tidak layak pakai (rusak). Untuk mengetahui biaya mitigasi yang di keluarkan oleh pemerintah dapat dilihat Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Mitigasi yang Dikeluarkan oleh Pemerintah dalam 1 Tahun

No Jenis Kegiatan Vol/

Satuan Harga Satuan Biaya Pengeluran (Rp) 1. Monitoring Orangutan - - 74.600.000 Belanja bahan - - 500.000

- Dokumentasi dan pelaporan 2 KEG 250.000 500.000

Honor output kegiatan - - 8.100.000

- Upah kerja buruh lapangan [3 orang x

18 hari x 2 keg] 108 OH 75.000 8.100.000

Belanja barang non operasional lainnya - - 6.000.000

- Perlengkapan tim 2 KEG 2.000.000 4.000.000

- Penggandaan peta sebaran orangutan 2 KEG 1.000.000 2.000.000

No Jenis Kegiatan Vol/ Satuan Harga Satuan Biaya Pengeluran (Rp) - Uang harian tim monitoring populasi

orangutan [5 orang x 20 hari x 2 keg] 200 OH 300.000 60.000.000

Penanganan Konflik Satwa Manusia - - 166.100.000

2. Evaluasi Penanganan Konflik Satwa - - 53.100.000

Belanja Bahan - - 7.500.000

- Dokumentasi dan pelaporan 6 KALI 250.000 1.500.000

- Konsumsi rapat 120 OH 50.000 6.000.000

Belanja perjalanan biasa - - 45.600.000

- Biaya perjalanan tim 18 OT 1.800.000 32.400.000

- Transport lokal peserta 120 OH 110.000 13.200.000

3. Penanganan Konflik Satwa dan Manusia - - 113.000.000

Belanja Bahan - - 5.000.000

- Dokumentasi dan pelaporan 20 KALI 250.000 5.000.000 Belanja Barang Non Operasioal Linnya - - 48.000.000 - Upah buruh [3 orang x 4 hari x 20 keg] 240 OH 75.000 18.000.000 - Perlengkapan penanganan konflik 20 KALI 1.500.000 30.000.000

Belanja perjalanan biasa - - 60.000.000

- Biaya perjalanan tim [2 orang x 5 hari x

20 keg] 200 OH 300.000 60.000.000

Total 888.200.000,-

Sumber: BBKSDA Sumut, 2016

Berdasarkan Tabel 10 mengenai biaya mitigasi yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam 1 tahun total jumlah biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 888.200.000,-/tahun adapun setiap program kegiatan yang dijalankan oleh pemerintah meliputi : monitoring orangutan, evaluasi penanganan konflik satwa, dan penanganan konflik satwa dan manusia. Jika dapat meihat jumlah yang ada biaya untuk menangani masalah konflik satwa liar tergolong sangatlah besar dan untuk kriteria biaya pengeluaran mitigasi tegolong sangat tinggi. Selanjutnya, untuk dapat mengetahui biaya mitigasi yang dikeluarkan masyarakat yang merasakan konflik langsung dengan orangutan dapat dilihat Tabel 11.

Tabel 11. Biaya Mitigasi yang Dikeluarkan oleh Masyarakat dalam 1 Tahun

No Jenis Pengeluaran Biaya Pengeluaran (Rp)

1 Pembuatan Meriam 116.000

2 Konsumsi 30.000 X 6 Hari = 180.000 3 Perjalanan 10.000 X 6 Hari = 60.000

4 Rokok 20.000 X 6 Hari = 120.000

5 Lainnya 50.000

Biaya Total 526.000 X 52 Minggu = 27.352.000,-

Berdasarkan Tabel 11 yaitu biaya mitigasi yang dikeluarkan oleh masyarakat dalam 1 tahun ialah sebesar Rp. 27.352.000,-/tahun hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan petani sebagai responden, berdasarkan jenis pengeluaran yang mereka keluarkan setiap harinya oleh petani pada saat mereka pergi ke ladangnya. Adapun total biaya tersebut kriteria biaya pengeluaran mitigasi menurut Sitorus (2013) masuk ke dalam kriteria tinggi yaitu lebih besar dari Rp. 6.000.000,-/tahun. Konflik orangutan dengan manusia sangat besar merugikan masyarakat, karena itu mitigasi konflik orangutan ialah upaya yang penting. Pengawasan terhadap upaya tersebut juga harus benar-benar dijalankan, karena mitigasi konflik orangutan bukan hanya terkait satu aspek kepentingan melainkan banyak aspek yang harus diperhatikan yaitu hutan, orangutan, dan manusia. Maka dari itu ketiga aspek yang berkepentingan antara satu dengan yang lainnya harus dapat saling bekerja sama dan serius dalam menangani konflik orangutan dengan manusia.

Dokumen terkait