KAJIAN PUSTAKA 2.1 Definisi Infark Miokard Akut
2.11 Mitral Annular Plane Systolic Excursion (MAPSE)
Annulus katup mitral merupakan suatu komponen yang penting, dinamis, dan komponen yang menghubungkan kompleks katup mitral, atrium kiri, dan ventrikel kiri. Annulus katup mitral berfungsi untuk membantu penutupan katup serta pengisian ventrikel kiri secara efektif dan efisien. Annulus katup mitral memiliki bentuk dan pergerakan yang kompleks, dan pergerakannya diketahui berhubungan dengan fungsi ventrikel kiri. Terdapat beberapa pemeriksaan pencitraan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi area dan dinamika annulus katup mitral, contohnya MRI dan ekokardiografi dua dimensi (Elnoamany & Abdelhameed, 2006).
MAPSE, atau yang sering disebut juga dengan Mitral Annulus Excursion (MAE), left Atrioventricular Plane Displacement (APVD), atau mitral ring
displacement merupakan suatu parameter ekokardiografi yang berguna untuk
menilai fungsi longitudinal ventrikel kiri secara klinis dan memiliki korelasi yang baik dengan fungsi sistolik global pada ventrikel kiri (Bergenzaun dkk., 2013). MAPSE pertama kali diukur pada tahun 1967 oleh Zaky dkk. yang mendeskripsikan suatu “curve contour” pada pemeriksaan ekokardiografi M-mode melalui annulus katup mitral. Mereka menemukan adanya deviasi dari nilai
normal pada pergerakan annulus katup mitral pasien dengan kelainan jantung (Zaky dkk., 1967).
MAPSE dapat diukur pada sebagian besar pasien tanpa membutuhkan kualitas gambar yang baik, karena annulus katup atrioventrikular memiliki ekogenitas yang tinggi (Hu dkk., 2013b). Oleh karena itu, pengukuran MAPSE dapat membantu untuk mengevaluasi fungsi sistolik ventrikel kiri pada kasus dengan sonographic window yang buruk. Studi klinis sebelumnya menunjukkan bahwa MAPSE yang menggambarkan pergeseran annulus katup mitral saat fase sistolik merupakan suatu parameter yang sensitif untuk menentukan abnormalitas ringan pada pasien-pasien dengan penyakit kardiovaskular stadium awal (Hu dkk., 2013a). Hal tersebut disebabkan karena pada kondisi patologis, contohnya iskemia atau hipertrofi miokardial, fungsi longitudinal ventrikel kiri dipengaruhi lebih awal dibandingkan komponen yang lain, yang bahkan dapat mengalami peningkatan akibat proses kompensasi (Elnoamany & Abdelhameed, 2006)
Gambar 2.3
Cara Pengukuran MAPSE melalui Apical-four Chamber View (Hu dkk., 2013a)
Pengukuran MAPSE dilakukan dengan menggunakan ekokardiografi
M-mode pada apical view. MAPSE dapat diukur dari empat area pada bidang
atrioventrikular yang berhubungan dengan dinding septal, lateral, anterior, dan posterior menggunakan apical four-chamber dan two-chamber view dengan ekokardiografi M-mode. Kursor M-mode harus selalu diletakkan paralel terhadap dinding ventrikel kiri. MAPSE harus diukur dari titik terendah pada akhir diastolik hingga penutupan katup aorta (dapat diperoleh pada akhir gelombang T pada elektrokardiogram). Pada umumnya, pengukuran MAPSE harus dilakukan dari annulus katup septal dan lateral (Hu dkk., 2013a)
MAPSE menunjukkan nilai pergeseran bidang annulus katup mitral menuju apeks, sehingga dapat menilai perubahan global dalam ukuran kavitas ventrikel kiri (searah long axis). Oleh karena itu, MAPSE dapat diinterpretasikan sebagai perubahan volume pada saat ejeksi serta ditunjukkan memiliki hubungan yang signifikan terhadap long-axis shortening dan ejection fraction (EF) pada berbagai kelompok pasien dengan fungsi ventrikel kiri yang normal atau menurun. Rerata nilai normal MAPSE yang diperoleh dari penelitian-penelitian sebelumnya untuk empat regio annulus (septal, anterior, lateral, dan posterior) berkisar antara 12 dan 15 mm, dan nilai MAPSE <8 mm berhubungan dengan LVEF yang menurun (<50%) dengan spesifisitas 82% dan sensitivitas 98%. Rerata nilai MAPSE ≥ 10 mm berhubungan dengan EF yang normal (≥ 55% dengan sensitivitas 90-92% dan spesifisitas 87%. Selain itu, rerata nilai MAPSE <7 mm dapat digunakan untuk mendeteksi nilai EF <30% dengan sensitivitas 92% dan spesifisitas 67% pada pasien kardiomiopati dilatasi dengan gagal jantung kongestif berat (Hu dkk.,
2013b). Penelitian yang dilakukan oleh Matos dkk. menunjukkan bahwa pengukuran MAPSE yang dilakukan oleh pengamat yang tidak terlatih merupakan prediktor yang sangat akurat terhadap EF yang ditentukan oleh operator ekokardiografi yang berpengalaman. Oleh karena itu, pengukuran MAPSE dapat menjadi suatu cara alternatif untuk menilai fungsi ventrikel kiri bila pemeriksaan ekokardiografi dilakukan tenaga yang kurang berpengalaman dan tidak terdapat ahli ekokardiografi yang tersedia dengan segera untuk memberikan konsultasi (Matos dkk., 2012). Hal yang serupa juga ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Mjolstad dkk., yang menemukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai MAPSE yang diukur oleh dokter umum dengan kardiolog (Mjølstad dkk., 2012). Pada studi yang dilakukan oleh Bergenzaun dkk., MAPSE merupakan parameter yang sederhana untuk mengevaluasi fungsi ventrikel kiri dan dapat diperoleh dengan mudah di ruang intensif dengan variabilitas interobserver sebesar 4,4% dan variabilitas intraobserver sebesar 5,3% (Bergenzaun dkk., 2013).
Penelitian yang dilakukan oleh Sharif dkk. Menunjukkan bahwa MAPSE dapat digunakan untuk menggambarkan abnormalitas fungsi longitudinal sistolik ventrikel kiri dan pergerakan dinding jantung pada saat istirahat secara reliabel (Sharif dkk., 2011). MAPSE juga dapat digunakan sebagai indeks ekokardiografi yang sederhana dan sensitif untuk menilai abnormalitas miokardial yang melibatkan perubahan-perubahan longitudinal, terutama pada penyakit stadium awal. Selain itu, Willenheimer dkk. menemukan bahwa pasien dengan abnormalitas diastolik pada ventrikel kiri memiliki nilai MAPSE yang lebih
rendah dibandingkan pasien dengan fungsi diastolik yang sama, walaupun kedua kelompok tersebut memiliki nilai fractional shortening (FS) yang sama. Oleh karena itu, MAPSE juga diduga dapat menggambarkan fungsi diastolik pada ventrikel kiri (Hu dkk., 2013a).
Penelitian yang dilakukan oleh Nammas dan El-Okda menunjukkan bahwa nilai MAPSE < 10 mm yang diukur dalam waktu 24 jam setelah masuk rumah sakit akibat STEMI dapat digunakan untuk memprediksi kejadian kardiovaskular mayor pada saat perawatan di rumah sakit dengan sensitivitas 72,7%, spesifisitas 91,5%, nilai prediktif negatif 91,5%, dan nilai prediktif positif 72,7%. Pengukuran MAPSE juga dapat merefleksikan fungsi longitudinal sistolik global pada ventrikel kiri walaupun terdapat kondisi kontraksi ventrikel kiri yang asimetris pada IMA karena dilakukan di empat regio ventrikel kiri yang berbeda, yaitu septal, lateral, anterior, dan inferior. Berdasarkan penelitian tersebut juga didapatkan nilai CKMB yang lebih tinggi secara signifikan pada kelompok pasien dengan nilai MAPSE < 10 mm. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya area nekrosis miokardial yang lebih luas yang berhubungan dengan fungsi sistolik ventrikel kiri yang lebih buruk (Nammas & El-Okda, 2012). Pada studi lain juga ditunjukkan bahwa pada pasien IMA, terdapat penurunan nilai MAPSE yang lebih bermakna pada area annulus yang berhubungan dengan dinding jantung yang mengalami infark (Elnoamany & Abdelhameed, 2006). Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Brand dkk., penurunan nilai MAPSE merupakan variabel prognostik yang signifikan dan independen pada pasien pasca IMA. Pengukuran MAPSE dapat dilakukan pada semua pasien dan dapat memfasilitasi proses
identifikasi kelompok pasien berisiko tinggi pada praktek klinis (Brand dkk., 2002). Penelitian yang dilakukan oleh Willenheimer dkk. menunjukkan bahwa penurunan nilai MAPSE < 10 mm merupakan suatu penanda disfungsi miokard, walaupun pasien tersebut memiliki gerakan dinding jantung regional yang normal. Hal tersebut disebabkan karena MAPSE terutama berhubungan dengan fungsi serabut miokardial longitudinal yang terdapat di area subendokardial, sedangkan abnormalitas gerakan dinding jantung regional yang dinilai secara visual terutama berhubungan dengan fungsi serabut miokardial sirkuler yang terdapat di regio subepikardial (Willenheimer dkk., 2002).