• Tidak ada hasil yang ditemukan

MK Gelar FGD Arah Pembangunan Hukum Nasional

akademisi hukum dalam kapasitasnya sebagai ilmuwan hukum yang memiliki kewajiban dan tanggung jawab dalam pengemban hukum atau pelaksana tugas dan cita-cita serta kewajiban di bidang huk um. A rief menya mpa ika n ba hwa pengemban hukum tersebut dibedakan menjadi dua, yakni pengembanan hukum teoretis dan hukum praktis. MK pada praktiknya merupakan pengemban hukum teoretis. Melalui FGD ini, dengan melakukan kajian-kajian pengembangan hukum secara sistematis dan terarah dengan ahli-ahli di bidang hukum, diharapkan dapat dibuat struktur dan pengembangan hukum hingga jauh ke depan yang memiliki karakteristik sesuai nilai Pancasila dan UUD 1945. "Dalam pengembangan teoretis itulah, MK mengajak Bapa k da n I bu unt uk menda p at ka n masukan bagi arah pembangunan hukum

nasional ke depan," sampai Arief di hadapan peserta FGD.

Menu r u t A rief, p em b a ng u na n hukum tidak saja menyangkut struktur h u k u m , n a m u n S D M y a n g p e r l u dikembangkan. Hal ini penting, mengingat kondisi masyarakat yang car ut-mar ut dalam berhukum. Ia menyebut kondisi tersebut terjadi karena dua hal, yaitu adanya ketidakpercayaan antara pejabat dan masyarakat, serta adanya disorientasi bangsa yang tidak terarah bagi kepentingan umum sehingga menegasikan orang lain. “Bagaimana kita mengembalikan nilai-nilai pengembangan SDM bidang hukum tersebut? Menjadi ahli hukum, tak hanya ahli membuat perangkat hukum, tetapi butuh integritas karena Indonesia butuh ahli hukum yang beretika dan bermoral. Dengan demikian akan lahir

Foto bersama Ketua MK Arief Hidayat dengan para peserta acara Focus Group Discussion (FGD), Jumat (27/10) di Hotel Pullman, Jakarta.

H U MAS MK/ G AN IE

SDM bida ng huk um d enga n sis t em hukum Pancasila yang unggul dengan mengutama kan kep entingan bangsa," tegas Arief dalam sambutannya.

Kegiatan FGD Arah Pembangunan Hukum Nasional berlangsung dari 26 - 28 Oktober 2017 di Hotel Pullman Jakarta. FGD dibagi atas tiga bagian, yakni diskusi, perumusan, dan hasil FGD. Pada bagian diskusi, peserta diarahkan dalam tiga sesi kajian bertemakan “Arah Pembangunan Hukum Nasional”, di antaranya dalam Perspektif Filosofis Yuridis, Sosiologis Empiris, dan Futuristik. Narasumber yang dihadirkan sebagai p emantik diskusi, a nt ara la in Pa kar Huk um Hik ma nto Juwana, Mantan Dewan Etik MK Zaidun, Rektor Universitas Jambi Johni Najwan, dan lainnya.

Tindak Lanjut

Da la m a c a ra p enu t u p a n ya ng berlangsung pada Sabtu (28/10), Sekretaris Jen d era l MK M. Gu nt u r Ha m z a h menyampaikan harapannya atas simpulan ide dan gagasan selama penyelenggaraan FGD oleh para akademisi ilmu hukum dapat dielaborasikan oleh Mahkamah Konstitusi guna mengkonkretkannya demi terciptanya kemajuan bidang hukum di Indonesia.

“Diharapkan hasil dari FGD ini ya ng na nt inya a ka n dibagika n pada seluruh peserta dipertajam dalam rangka tindak lanjut dari isu terkait yang ada dalam kesepuluh simpulan, yang akan dielaborasi lebih jauh oleh guru besar hukum se-Indonesia sehingga nantinya mat eri lebih da pat MK kon k ret ka n untuk kemajuan bidang hukum nasional,” harap Guntur.

Pada sesi diskusi, para peserta FGD memaparkan makalah bertema “Arah Pembangunan Hukum Nasional” dalam Perspektif Filosofis Yuridis, Sosiologis Empi ris, d a n Fu t u ris t ik. Sa la h s at u materi yang disampaikan oleh Pa kar Hukum Hikmanto Juwana yang menyoroti “Arah Kebijakan Pembangunan Hukum di Indonesia Bidang Perekonomian dan Investasi”. Sementara, Mantan Anggota

Dewan Etik MK Zaidun menekankan pada “Cita Hukum untuk Mencari Keselarasan dalam Keb eragaman dan Mendorong Terwujudnya Kesatuan Hukum Nasional Indonesia”, dan Rektor Universitas Jambi Johni Najwanyang mencermati “20 Tahun Reformasi di Indonesia dan Supremasi Hukum yang Terganjal”.

Usai beberapa pemakalah secara bergantian memaparkan ide, para peserta diskusi lainnya memberikan tanggapan dan berbagai saran atas gagasan yang dimunculkan dalam diskusi. Selanjutnya, pada 28 Oktober 2017, atas berbagai ide yang telah dijabarkan dalam makalah dan disajikan pada FGD, para peserta FGD membuat simpulan diskusi dalam Rumusan HasilFocus Group Discussion(FGD) Arah Pembangunan Hukum Nasional.

Adapun bunyi dari Rumusan Hasil FGD Arah Pembangunan Hukum Nasional, di antaranya 1) Pembangunan hukum nasional harus didasari nilai-nilai Pancasila d a n Un d a ng-Un d a ng Da s ar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan memuat secara utuh karakter bangsa dan mengakui keberagaman bangsa yang termuat dalam prinsip Bhinneka Tunggal

Ika. Oleh karena itu, dalam merumuskan p emba nguna n huk um na siona l p erlu mengga li da n memp erhat ika n a sp ek keberagaman hukum (pluralisme hukum) sebagai penggalian kearifan lokal untuk menuju sat u kesat uan sistem hukum nasional yang menghormati nilai universal dalam kehidupan global; 2) Pembangunan hukum nasional tidak dapat dilakukan s e c a ra s p o ra d i s, m ela i n ka n ha r u s dilakukan secara sistematis, terstruktur, dan komprehensif. Pembangunan hukum menyeluruh baik aspek struktur, substansi, maupun budaya hukum, a kan tetapi juga lebih luas dari itu, yaitu mencakup p emba nguna n sumb er daya ma nusia (SDM) bidang hukum yang dilandasi oleh nilai-nilai moral dan etika yang baik.

Untuk selanjutnya, rumusan tersebut akan disosialisasi dan ditindaklanjuti dengan pembentukan gugus tugas oleh Mahkamah Ko n s t i t u s i; m ela k u ka n review d a n mensistematisasi substansi hasil FGD; melakukan diseminasi dan memublikasikan ha sil FGD; mengemba ngka n jejaring ker ja (net working) denga n lembaga terkait; serta melakukan pengembangan konsepmelalui forum workshop.

S

eminar Nasional dan Kompetisi Peradila n Semu, ya ng r u t in diselenggarakan oleh Mahkamah Konstitusi setiap tahun, dalam pandangan saya, juga dapat menjadi media bagi pembangunan budaya hukum dan konstitusi.” Demikian kata Wakil Ketua Ma hka ma h Konstit usi (MK), A nwar Usma n, ket ika membuka Komp et isi Peradilan Semu Konstitusi, di Auditorium Universitas Tarumanagara (Untar), Jakarta, Kamis (19/10).

Anwar menilai kompetisi peradilan semu yang diselenggarakan kerjasama antara MK dengan Untar ini sarat akan dimensi p embelajaran. “Bukan hanya pembelajaran yang terkait dengan materi konstit usi, tetapi, juga p emb elajaran bagaimana strategi dan metode untuk