• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GERAKAN SOSIAL N

B. Mobilisasi Struktural (Mobilizing Structures)

Mobilisasi struktur merupakan kendaraan kolektif (organisasi pergerakan), baik formal maupun informal, yang dengan organisasi tersebut para anggota pergerakan bisa memobilisasi dan melakukan aksi kolektif atau secara bersama-sama. Mobilisasi struktural menekankan pada analisis tindakan- tindakan yang pada umumnya rasional yang dilakukan para pengikut gerakan sosial untuk membuat gerakan sosialnya tercapai. Mobilisasi ini terbagi menjadi 2 yaitu mobilisasi eksternal dan internal.

1. Mobilisasi Eksternal

Mobilisasi eksternal ini merupakan suatu cara yang digunakan NII untuk mendapatkan sumber daya manusia yang baru yang nantinya digunakan untuk menambah jumlah umat yang ada di NII saat ini. Mobilisasi eksternal yang dilakukan NII dalam mewujudkan Negara Islam Indonesia adalah dengan 2 cara, yaitu perekrutan anggota baru dan

a. Perekrutan Anggota Baru

Gerakan yang dilakukan untuk mewujudkan Negara Islam diantaranya adalah dengan perekrutan anggota baru. Disini penulis melakukan penelitian terlibat dengan menjadi anggota NII Salatiga selama kurang lebih 8 bulan. Penulis mengikuti semua kegiatan yang ada di NII Salatiga sampai tinggal bersama dengan anggota NII perempuan yang lain dengan cara tinggal bersama di kost/malja yang ada di Salatiga. Adapun proses untuk perekrutan anggota baru sampai menjadi anggota NII adalah sebagi berikut:

Dalam rangka merekrut anggota baru, bila calon itu adalah teman atau kerabat yang sudah dikenal, pengidentifikasikan anggota tidak terlalu sulit karena telah mengenal ciri dan karakter calon anggota. Adapun untuk perekrutan anggota yang diperoleh dari kenalan baru, maka diawali dengan pendekatan kepada calon target secara intensif dengan cara SMS setiap hari dan mau menjadi teman curhat serta memberikan solusi-solusi yang baik agar calon target merasa diperhatikan. Kemudian setelah calon target bisa terbuka, maka tahap selanjutnya adalah mencari informasi tantang calon target, seperti: mencari informasi mengenai hal-hal kesukaan yang dapat menarik bagi calon anggota, seperti: tanya hobi, aktifitas yang sedang dikerjakan, sehingga obrolan bisa terjalin dengan mudah dan cepat. Setelah mendapatkan gambaran mengenai kepribadian calon target, barulah pembawa merancang strategi pendekatan yang cocok untuk target

tersebut. Informasi yang dikumpulkan dari calon target meliputi: identitas diri (nama, umur, laki-laki atau perempuan), latar belakang keluarga (daerah tempat tinggal, pekerjaan orang tua, jumlah anggota keluarga, dan menanyakan ada atau tidaknya hubungan kekerabatan calon anggota dengan pihak militer, kepolisialan, intelejen atau bahkan dengan pegawai negeri sipil (kecuali guru). Setelah calon target merasa dekat dengan pembawa/pengajak maka cara pendekatan yang dilakukan dalam merekrut juga dilakukan secara tersirat yaitu, seorang pembawa tidak secara terang-terangan mengajak calon anggotanya untuk diajak bergabung menjadi warga NII, tetapi dengan pendekatan secara persuasif yang menggunakan beragam alasan terselubung, seperti: meminta tolong untuk menemani mencari kado di toko. Setibanya di toko, anggota NII lain yang tidak dikenal oleh target sudah ada disana, dengan dalih bertemu dengan teman lama secara kebetulan maka menanyakan kabar adalah hal yang dianggap wajar dan lumrah terhadap teman yang sudah lama tidak bertemu, kemudian dilanjutkan mengobrol sampai pada permasalahan agama yang selanjunya diajak mengaji kepada gurunya (muqari). Muqari wilayah Salatiga yang ditugaskan untuk membina calon anggota baru atau target adalah Abi M. Abi disini adalah sebutan untuk muqari laki-laki yang memberikan materi dan pimpinan lain yang ada di NII. Sedangkan untuk perempuan yang sudah menjadi pimpinan disebut dengan Umi. Dalam pengaturan keadaan tersebut juga, kebohongan biasa dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memperkuat kerahasiaan organisasi

dengan tidak membeberkan identitas pembawa yang sebenarnya, sampai calon anggota telah menyatakan diri untuk bergabung dengan NII. Prinsip ini tidak berlaku bila anggota menjadikan kerabat/saudara sebagai target rekruitmen karena tentu tidak mungkin menutupi identitas dirinya. Kemudian target dikenalkan dengan muqari (pemberi materi) sebagai guru ngaji yang telah mengajarkan banyak ilmu agama. Dengan pembawaan muqari yang ringan dan santai, materi yang diajarkan bisa diterima dengan mudah tanpa ada penolakan dari target.

Adapun materi yang diberikan oleh muqari adalah menanamkan nilai-nilai yang menyangkut agama, penafsiran isi ayat-ayat suci al-Qur’an, dan juga konsep bernegara. Nilai-nilai keagamaan yang dimaksud didalam penelitian ini adalah nilai-nilai ajaran Islam. Tuhan yang dibincangkan adalah Tuhan bagi umat Islam, Allah SWT. Begitu pula dengan ayat-ayat suci yang dijabarkan adalah kitab suci umat Islam, yaitu al-Qur’an. Secara intens, penanaman nilai-nilai ini dilakukan pada tiga lapis pintu masuk indoktrinasi yang sistematis. Ketiganya bersifat urutan atau berupa tahapan yang umum dilakukan dari mulai menjadi calon anggota hingga pembinaan-pembinaan pasca menjadi anggota NII. Tiga lapis pintu masuk itu adalah tilawah, hijrah dan tazkiah.

1) Tilawah

Tilawah adalah proses pemberian materi muqari kepada calon anggota yang ditargetkan. Tempat pemberian materi atau kegiatan tilawah ini berlangsung ditempat yang tertutup, yaitu calon anggota

dibawa ke malja (berupa kost-kostan). Calon anggota mendapat materi disalah satu ruangan/kamar di dalam malja. Di dalamnya terdapat Meskipun tilawah ini dilakukan di malja, calon tilawah tidak diperkenankan untuk datang sendiri ke malja tanpa didampingi oleh pembawa/pengawal. Kegiatan tilawah ini diisi dengan pemberian materi agama oleh muqari yang dibuat sangat menarik sehingga target yang sebelumnya belum pernah mendapatkan ilmu agama seperti ini dibuat terperangah. Ayat-ayat Al-Qur’an menjadi kunci pemberian pemahaman kepada calon anggota karena memang bagi seorang muslim, Al-Qur’an tidak dapat disangkal lagi kebenarannya dan dianggap sebagai tuntunan Allah SWT untuk hambanya sehingga tidak dapat terbantahkan, calon anggota sangat percaya dengan semua materi tersebut.

Materi yang diberikan dalam kegiatan tilawah ini terbagi menjadi: a) Penanaman nilai tentang makna ibadah

Makna ibadah menurut NII dibagi menjadi 2, yaitu:

(1) Ibadah ritual, adalah pengabdian kepada Tuhan dalam bentuk yang tata caranya telah diatur dan ditentukan oleh agama (dien), seperti: sholat , zakat, puasa dan haji.

(2) Ibadah universal, adalah segala bentuk aktivitas dari segala aspek kehidupan, seperti ideologi, politik, sosial, ekonomi, budaya dan hukum. Bagi ajaran NII pelaksanaan ibadah

ritual “hanya” mendapat pahala sepersekian persen dari keseluruhan ibadah. Pelaksanaan yang lebih penting dan lebih baik dimata Allah adalah ibadah universalnya. Dan untuk memantapkan calon target, muqari mengutip surat Adz Dzariat: 56, artinya “Dan tidaklah aku ciptakan seluruh jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepadaKu”.

Dari ayat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan manusia diciptakan itu adalah untuk beribadah, yaitu menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Berarti manusia diperintahkan untuk seratus persen menjalankan apa yang ada di dalam Al-Qur’an. Dari ayat tersebut, muqari memberikan penafsiran bahwa dari segala aspek kehidupan, selama ini manusia belum menjalankannya

sebanyak seratus persen. Pertama, dari segi ibadah ritualnya, segi sosial, ekonomi dan politik. Muqari juga menyatakan bahwa sepertiga ibadah yang kita jalankan hanya ibadah ritual karena aspek kehidupan lainnya yang dijalankan oleh masyarakat Indonesia belum sepenuhnya. Dan muqari menekankan bahwa Tuhan tidak suka jika manusia tidak melaksanakan ibadah dengan tuntas. Hal ini yang membuat calon target bimbang dan ingin mencari tahu lebih dalam lagi. Target juga dikejutkan dengan pemahaman agama seperti harus menggunakan dasar ajaran Islam dan harus hijrah ke negara Islam, karena seluruh ajarannya berdasarkan ayat Al-Qur’an. Dari keterangan muqari itu, calon target tersadarkan bahwa ibadah keseharian yang dia jalankan selama ini ternyata belum sempurna. Penerimaan konsep ibadah ini masih dapat diterima

oleh calon target, mengingat belum ada “penyimpangan besar”

dalam penginterpretasian ayat-ayat Al-Quran. Namun, sebenarnya inilah konsep dasar yang ditanamkan kepada target untuk bergabung dangan NII.

b) Penanaman nilai tentang sifat kuasa Allah

Disini muqari mengkaitkan sifat kuasa Allah SWT dengan Al-Qur’an surat Al-Maidah (5) : 44 yang artinya sebagai berikut:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat di dalamnya (ada) petunjuk dan cahaya (yang menerangi) yang dengan kitab itu diputuskan perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada Allah, oleh orang alim mereka dan pendeta- pendeta mereka, disebabkan mereka diperintahkan memelihara kitab-kitab Allah dan mereka menjadi saksi terhadapnya. Oleh karena itu, janganlah kamu takut kepada manusia, (tetapi) takutlah kepada-Ku. Dan janganlah kamu jual ayat-ayatKu dengan harga murah. Barang siapa yang tidak memutuskan apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang kafir”.

Dengan bukti ayat Al-Qur’an diatas, maka tidak ada bantahan dari calon anggota untuk mempercayai materi yang disampaikan oleh muqari. Pembinaan akidah diarahkan pada trilogi tauhid: rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah. Tauhid rububiyah berarti meyakini bahwa tidak ada aturan, ketentuan dan keputusan kecuali Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sehingga kehidupan pribadi atau sosial hanya boleh diatur dengan hukum atau syariat Islam. Sedangkan tauhid mulkiyah adalah keyakinan bahwa hanya ada satu lembaga kekuasaan tertinggi, yakni mulkiyah Allah, yang didelegasikan kepada ulil amri dengan Darul Islam atau NII-nya. Adapun tauhid uluhiyah mengakui bahwa hanya Allah-lah yang patut menjadi Tuhan, sehingga menuntut adanya perwujudan konkret dari peribadatan manusia yang beriman dalam bentuk jamaah atau umat. dengan demikian, teologi NII berkisar dan bermuara pada tiga hal: hukum Islam, umat Islam dan negara Islam.

Di dalam Al-Qur’an, surat paling awal (al-Fatihah) dan paling akhir (an-Nas) merupakan konsep dasar trilogi akidah, juga menjadi konsep global tentang negara Islam. Maka seluruh isi Al-Qur’an yang diimplementasikan menjadi tekhnis pelaksanaan hidup bernegara harus bisa dirujuk pada konsep dasar tersebut. Surat al-Fatihah ayat 2,4 dan 5 digunakan sebagai unsur pokok tauhid, begitu juga dengan ayat 1,2,3 surat an-Nas. Ayat-ayat ini kemudian ditafsiri sebagai definisi ad-din (negara) yang penjabarannya sebagai berikut: (Peneliti Insep, 2011:123)

Al-Fatihah An-Nas

(2) Rabb al-alamin (1) Rabb an-Nas (4) Malik yaum ad-din (2) Malik an-Nas

(5) Iyyaka Na’bud (3) Ilah an-Nas

Ayat-ayat di atas sepadan, dan kesepadanan ini mengindikasikan trilogi tauhid. Kata rabb berarti rububiyah, malik berarti mulkiyah, dan ilah/ibadah berarti uluhiyah. Adapun trilogi akidah ini ditafsirkan sesuai dengan NII, bahwa yang dimaksud dengan rububiyah adalah undang-undang (hukum Islam), mulkiyah adalah tempat berlakunya undang- undang tersebut (negara Islam), dan uluhiyah sebagai warga negara (umat Islam warga NII). Kemudian memberikan penjelasan bahwa, negara adalah wadah dan tempat pelaksanaan ibadah secara (kaffah). Sah atau tidaknya ibadah tergantung

pada sarana (tempat) ibadah itu, yakni negara sehingga pembentukan NII merupakan keharusan yang tidak boleh ditawar-tawar. Dan trilogi ini digambarkan oleh NII dengan perumpamaan pohon yang baik, sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Ibrahim:24-25:

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan ini untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.

Kemudian muqari memberikan penjelasan bahwa NII secara filosofis mengumpamakan pohon tersebut merupakan cerminan Rububiyah (akar), Mulkiyah (batang), dan Uluhiyah (buah). Dengan demikian, segala bentuk kebaikan tersebut haruslah berbentuk suatu aturan atau Undang-Undang (rububiyah), negara (mulkiyah) dan umat (uluhiyah) . Ketiga unsur dalam pohon ini juga serupa dengan tiga unsur ibadah kepada Allah berdasarkan firman Allah SWT QS. At-Taubah: 20 yang artinya:

“orang-orang yang beriman dan berhijran serta

berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan jiwa mereka lebih tinggi derajatnya di sisi Allah dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”.

Disini muqari menjelaskan bahwa tiga ciri orang yang tinggi derajatnya dan termasuk ke dalam orang-orang yang mendapat kemenangan di dalam surah itu adalah apabila dia

beriman, berhijrah dan berjihad. Selayaknya pohon yang terdiri atas tiga bagian, iman merupakan akar sebuah pohon, hijrah adalah batangnya dan jihad sebagai buahnya. Pertama-tama orang yang tinggi derajatnya harus memiliki keteguhan iman di dalam hati. Tahap selanjutnya adalah relaisasi dalam bentuk hijrah yang berkonsekuensi pada pelaksanaan jihad, dimana jihad bukanlah turun berperang membela kaum muslimin, tetapi membela dan setia pada Negara Islam Indonesia.

c) Penanaman nilai anti Republik Indonesia

Indoktrinasi nilai-nilai anti-Republik Indonesia yang diberikan oleh muqari untuk calon anggota baru / target bertentangan dengan nilai-nilai kewarganegaraan yang sebelumnya didapatkan di sekolah pada umumnya. Di awal penjabarannya, muqari membeberkan keadaan Indonesia saat ini, yaitu kondisi umum yang sering muncul di media massa, seperti bencana alam yang seakan tiada henti, korupsi merajalela, pembunuhan, pemerkosaan, maraknya perzinaan, serta mabuk-mabukan dan narkoba yang telah menjadi gaya hidup remaja. Hal tersebut terjadi karena selama ini manusia tidak menggunakan Al-Qur’an untuk menuntun hidupnya, padahal Allah SWT telah menurunkannya untuk dijadikan sumber peraturan, seperti telah terjabar dalam surah Ar-Rad: 37, yang artinya sebagai berikut:

“Dan demikianlah, kami telah menurunkan Al-Qur’an itu sebagai peraturan yang benar...”.

Ingkarnya umat muslim terhadap kitab Allah saat ini disamakan dengan kondisi negara Mekah pada zaman Nabi Muhammad hidup di masa Jahiliyah. Rasulullah hidup di era penuh kekafiran dengan pemimpinnya seorang raja kafir, yaitu Abu Jahal. Abu Jahal berarti bodoh. Ia memimpin Kerajaan Mekah dengan semena-mena, melakukan banyak kecurangan, dan tidak memikirkan penderitaan rakyatnya. Sebagaimana negara Indonesia saat ini, pemimpinnya dianggap kurang menaruh perhatian pada permasalahan rakyat. Terlebih hukum yang digunakan adalah hukum Pancasila, yang dipandang sebagai hukum kesesatan, hukum buatan manusia, sedangkan hukum yang dipandang baik adalah bila menggunakan hukum Al-Qur’an yang bersumber dari Allah SWT. Dan kondisi tersebut kemudian dikaitkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an berikut: QS. Al-Maidah (5) : 50

“Apakah hukum Jahiliah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?”

Dari ayat tersebut ditafsirkan bahwa kondisi jahiliah Indonesia saat ini mengantarkan warga RI termasuk kedalam golongan orang-orang kafir, zalim, dan fasik. Tidak hanya itu,

segala perbuatan baik, termasuk ibadah ritual yang dijalankan selama ini, hanyalah sia-sia. Ini diibaratkan seperti shalat di sajadah, lalau sajadah itu terkena kotoran cicak, shalat yang kita laksanakan tidak sah, batal, karena telah terkena najis. Disini muqari mengungkapkan bahwasanya calon anggota dianggap kafir dan ibadahnya belum diterima, karena kita tinggal di tanah yang kafir dan kita tinggal diantara orang-orang kafir. Walaupun kita sudah beribadah sesuai kemampuan kita, tetap saja itu belum sempurna. Di dalam Al-Qur’an, orang yang masih mengerjakan ibadah setengah-setengah seperti itu adalah kafir yang sebenar-benarnya. Inilah dasar bagi nilai-nilai anti-RI yang ditanamkan oleh NII kepada anggota barunya. Doktrin di atas juga menjadi doktrin cuci otak (brain-washing). Materi doktrin yang calon anggota baru dapat di atas membuat mereka memikirkan kembali kondisi Indonesia saat ini. Doktrin-doktrin ini pun akhirnya kebenaran yang dapat diterima tanpa ada bantahan.

d) Penanaman nilai tentang pentingnya berhijrah

Disini muqari menjelaskan kepada calon anggota bahwa ibadah selama ini tidak diterima oleh Allah. Oleh karena itu, solusi yang diberikan adalah calon anggota harus berhijrah atau berpindah kewarganegaraan dari WNI menjadi warga NII. Perpindahannya bukanlah dengan mengubah KTP atau kertas

administrasi lainnya, melainkan berpindah secara jiwa. Muqari memberikan penjelasan bahwa perpindahan ini juga dilakukan oleh Nabi Muhammad dari sebelumnya berada di negara jahiliah Mekah ke Negara Madinah yang disebut juga Negara Yastrib. Materi ini sangat menekankan betapa pentingnya berhijrah, calon anggota disadarkan oleh muqari tentang makna ibadah dan keharusan berpindah dari negara RI yang disebut negara bathil ke negara Islam yang haq yaitu Negara Islam Indonesia, yang dapat dikomunikasikan seperti berikut:

Tabel : Komunikasi yang ditekankan dan dilakukan untuk meyakinkan target / calon anggota untuk melaksanakan hijrah

Pertanyaan (Muqari) Jawaban (Target)

Apa itu hijrah? Pindah

Pindah dari mana? Dari RI ke NII

Kenapa hijrah? Karena di RI tidak berlaku hukum Islam

Apa tujuan hijrah? Ibadah

Apa itu ibadah?

Menjadi umat Islam, tinggal di negara Islam, mematuhi hukum Islam

Apa hukum hijrah? Wajib

Apa itu wajib? Harus dikerjakan Kalau tidak dikerjakan? Dosa

Kenapa dosa? Karena meninggalkan ibadah yang wajib

Disebut apa dia? Kafir

Dari kondisi di atas, kemudian muqari mengaitkan surah At-Taubah ayat: 22 yang artinya:

“Orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan diri mereka lebih tinggi derajatnya di sisi Allah, dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan”.

Adapun yang menjadi penekanan adalah ayat tersebut berisikan kewajiban untuk berhijrah bagi setiap umat Islam. Untuk memperkuat keyakinan calon anggota terhadap kepentingan hijrah, ayat tersebut dikaitkan kembali dengan ayat

lainnya yang juga berisi kewajiban berhijrah, yaitu QS. An-Nisa :100 yang artinya:

“Barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barang siapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasulnya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju) maka sesungguhnya telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang”.

Disinilah calon target merasa bahwa hijrah itu memang suatu keharusan yang tidak terbantahkan karena Al-Qur’an sudah memberikan petunjuk untuk hijrah kepada umat Islam.

e) Prasyarat untuk hijrah menjadi anggora NII

Ketika calon anggota menyatakan diri telah siap untuk menjadi anggota NII dan bersedia diangkat sumpahnya (baiat), proses ini dinamakan musyahadatul hijrah. Syarat awal yang

diberikan adalah apa yang terdapat pada Al-Qur’an surah Al- Maidah ayat 90, yaitu larangan meminum khamr (minuman berakohol), berjudi, menyembah berhala, dan perbuatan keji yang dilakukan setan lainnya. Syarat lain yang dijabarkan adalah larangan untuk mencuri, merokok dan berzina. Syarat tidak boleh berzina di sini mencakup larangan berpacaran. Oleh karena itu, bila calon anggota sungguh-sungguh ingin pindah ke Negara Islam, dia harus memutuskan pacarnya. Pilihan lainnya adalah mengajak pacarnya untuk turut berhijrah.

Larangan tersebut dijelaskan muqari dengan menggunakan contoh-contoh nyata yang ada di sekitar kita, seperti larangan merokok karena sudah terbukti banyak kerugian dari kegiatan merokok, seperti tidak baik untuk kesehatan, menghamburkan uang, dan merugikan orang lain yang tidak merokok. Sementara itu, alasan larangan untuk berpacaran adalah karena hal tersebut mendekati zina, sedangkan Allah sangat mengharamkan perbuatan zina. Di dalam negara Islam, tidak ada istilah berpacaran. Jika memang telah ada kecocokan dengan sesama anggota atau bila calon anggota mengajak pacarnya untuk berhijarah, dia tetap tidak diperbolehkan berdekatan secara intens, apalagi sempat bersentuhan dan akan disarankan untuk segera menikah.

Syarat masuk lainnya untuk berhijarah adalah kewajiban membayar sedekah hijrah. Dana yang dibebankan untuk berhijrah memiliki banyak alasan dan dengan besaran nominal yang berbeda-beda. Itu tergantung di daerah mana calon anggota masuk menjadi anggota NII. Untuk daerah Salatiga besaran sedekah hijrah antara satu orang dengan lainnya berbeda-beda, ini dilihat dari kemampuan keuangan calon anggota. Kisaran besar dana hijrah untuk Salatiga adalah sebesar Rp. 750.000,- sampai dengan Rp. 2.000.000,- tiap orang.

Disini penulis dikenakan biaya untuk hijrah sebesar Rp. 800.000,-. Alasan Muqari adanya sedekah hijrah ialah

untuk akomodasi, biaya makan dan biaya transportasi hijrah. Karena pelaksanaan hijrah dilaksanakan terpusat di Jakarta. Selain itu, dana tersebut dimanfaatkan untuk membersihkan jiwa dan kas negara. Sedekah hijrah ini bersifat wajib yang dibebankan kepada semua calon anggota.

6) Kewajiban untuk menjaga kerahasiaan seluruh materi yang telah disampaikan (security).

Kerahasiaan kenggotaan NII yang dilakukan oleh anggotanya tidak hanya pada lokasi atau tempat malja (kost), tetapi juga materi yang disampaikan dilarang diberitahukan kepada siapapun. Alasan yang diberikan Abi M kepada penulis waktu menjadi anggota baru adalah karena ilmu yang diperoleh

masih minim, sehingga hanya akan menimbulkan keraguan dan dapat menyebabkan kesalahpahaman. Selain itu prinsip yang digunakan oleh Abi M adalah prinsip kahfi yang berasal dari Nabi Muhammad SAW ketika berhijrah dan menyiarkan agama Allah beliau melakukannya secara sembunyi-sembunyi, seperti itulah keadaan NII sekarang ini, dan diperintahkan untuk diam- diam dan sembunyi-sembunyi dalam mengumpulkan umat hingga saatnya futuh atau keadaan menang nanti.

Dokumen terkait