• Tidak ada hasil yang ditemukan

B. Kerangka teori

2. Modal bank

Modal adalah sejumlah harta yang diterima dari penanam modal. Harta yang diterima dari pemilik dapat berupa uang tunai atau dalam bentuk lain. Perusahaan tidak wajib mengembalikannya. Selisih antara antara aktiva dan kewajiban adalah modal (Prabowo, 2004: 16).

Modal menurut Atmaja (2008: 115) adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari item-item yang ada di sisi kanan suatu neraca, yaitu: hutang, saham biasa, saham preferen dan laba ditahan.

Modal terdiri dari dua macam, yaitu modal inti dan modal pelengkap. Modal inti merupakan modal sendiri yang tertera dalam posisi ekuitas, sedangkan modal pelengkap merupakan modal pinjaman dan cadangan revaluasi serta cadangan penyisihan penghapusan aktiva produktif. Modal inti terdiri dari (Muhammad, 2013: 512) :

a. Modal setor, yaitu modal yang disetor secara efektif oleh pemilik. Bagi bank milik koperasi modal setor terdiri dari simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

b. Agio saham, yaitu selisih dari harga saham dengan nilai nominal saham.

c. Modal sumbangan, yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan harga (apabila saham tersebut dijual).

d. Cadangan umum, yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan dengan persetujuan RUPS.

e. Cadangan tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.

f. Laba ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh RUPS diputuskan untuk tidak dibagikan.

g. Laba tahun lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak yang belum ditetapkan penggunaannya oleh RUPS.

h. Laba tahun berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang diperoleh dalam tahun berjalan.

i. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya dikonsolidasikan.

Modal pelengkap terdiri dari cadangan-cadangan yang dibentuk bukan dari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan dengan modal. Modal pelengkap dapat berupa:

a. Cadangan revaluasi aktiva tetap.

b. Cadangan penghapus aktiva yang diklasifikasikan. c. Modal pinjaman

d. Pinjaman subordinasi

e. Hak tagih dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir (kedudukannya sama dengan modal).

Modal pelengkap hanya dapat diperhitungkan sebagai modal setinggi-tingginya 100% dari jumlah inti.

3. Struktur Modal

a. Pengertian Struktur Modal

Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Dimana struktur modal ini berbeda dengan kapitalisasi karena struktur modal merupakan susunan dari jenis- jenis modal yang membentuk kapitalisasi tersebut (Riyanto, 2011: 198).

Struktur modal masih termasuk dalam lingkup keputusan pendanaan. Bidang keputusan ini berkaitan dengan sisi kiri neraca. Struktur modal berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam memilih jenis sumber dana, baik yang diperoleh dari dalam perusahaan sendiri (berupa laba ditahan) maupun dari luar perusahaan yang bersifat uncontrollable; menentukan jumlah dana setiap sumber dana tersebut atau mencari kombinasinya; mengantisipasi konsekuensinya pada tingkat biaya modal yang ditanggung perusahaan; memperhatikan pengaruhnya terhadap nilai perusahaan yang maksimal (Najmudin, 2011: 292).

b. Teori Struktur Modal

Berikut sejumlah teori-teori tentang struktur modal yang mengandung dasar-dasar pemikiran yang berbeda antara para ahli (Najmudin, 2011: 295):

1) Teori Struktur Keuangan David Durand

Teori struktur keuangan yang dikaitkan dengan nilai perusahaan di perkirakan pertama kali dikembangkan oleh David Durand pada tahun 1952. Dalam mengembangkan pendekatan ini diasumsikan pajak perusahaan adalah nol. Nilai perusahaan dapat dinila dengan tiga pendekatan sebagai berikut:

Pertama, pendekatan laba bersih (net profit). Pada pendekatan ini dinyatakan bahwa perusahaan berusaha meningkatkan jumlah hutangnya dengan asumsi biaya modal saham dan biaya hutang dianggap konstan.

Kedua, pendekatan laba operasi bersih. Pendekatan ini investor mempunyai reaksi yang berbeda pada perusahaan yang banyak menggunakan hutang. Para pengambil keputusan dalam perusahaan tidak mempertimbangkan biaya modal rata-rata karena relatif konstan sepanjang waktu.

Ketiga, pendekatan tradisional. Pendekatan ini menyatakan bahwa perusahaan mempunyai struktur modal yang optimal ketika nilai perusahaan maksimum, atau struktur modal yang membuat biaya modal rata-rata menjadi minimum. Hal ini dapat terjadi karena diasumsikan bahwa resiko perusahaan tidak mengalami perubahan sampai pada struktur modal tertentu atau pada leverage tertentu.

2) Teori Struktur Modal MM

Modigliani dan Miller yang dikenal dengan MM menyatakan bahwa dalam pasar yang bekerja dengan baik, nilai pasar suatu perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Namun pernyataan MM tersebut didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat ketat yang tidak realistis. Asumsi yang dianggap tidak realistis tersebut diantaranya adalah tidak adanya brokerage costs, tidak adanya pajak, tidak adanya biaya kebangkrutan, investor memiliki informasi yang sama dengan manajemen mengenai peluang investasi dan tidak terpengaruhnya laba sebelum pajak (EBIT) oleh penggunaan hutang.

Salah satu asumsi teori MM yang pertama adalah tidak ada pajak dan diproposisikan menjadi 3 yaitu:

Proporsi I. Nilai perusahaan merupakan kapitalisasi laba operasi bersih (EBIT) atau laba sebelum bunga dan pajak dengan tingkat kapitalisasi (K˳) yang konstan sesuai dengan tingkat resiko perusahaan. Konsep ini juga memberikan argumentasi bahwa struktur modal perusahaan tidak memengaruhi nilai perusahaan.

Proporsi II. Biaya ekuitas pada perusahaan yang mempunyai hutang merupakan jumlah dari: biaya ekuitas untuk perusahaan yang tidak mempunyai hutang pada perusahaan yang sama kelas

resikonya dan resiko premium dari ukuran perusahaan yang bergantung pada selisih antara biaya ekuitas dengan biaya hutang serta jumlah hutang yang digunakan.

Proporsi III. Investasi baru yang dilakukan akan meningkatkan nilai perusahaan. Artinya nilai perusahaan akan meningkat minimum sebesar nilai investasi.

Semua proporsi yang dikemukakan teori MM diatas, secara jelas menyatakan bahwa nilai perushaan tidak bergantung pada struktur modal perusahaan.

Selanjutnya jika diasumsikan ada pajak, maka teori MM juga meliputi 3 proporsi:

Proporsi I. Nilai perusahaan yang mempunyai hutang akan meningkat sebesar pajak yang dihemat (tax-shield).

Proporsi II. Biaya ekuitas perusahaan yang mempunyai hutang akan meningkat sebesar hutang digunakan, tetapi biaya ekuitas ini lebih kecil dari biaya ekuitas dengan tidak ada pajak. Artinya pajak memberikan pengaruh pengurangan terhadap biaya ekuitas perusahaan.

Proporsi III. Tingkat keuntungan internal (IRR) projek investasi yang dilakukan harus lebih besar dari biaya ekuitas dikurangi proporsi pajak atau biaya ekuitas penggunaan dana.

Modigliani – Miller awalnya mengasumsikan kondisi ekonomi yang bebas pajak. Kemudian kerangka mereka diubah

menjadi ada pajak. Dalam kerangka pemikiran yang dirubah tersebut dinyatakan bahwa akan ada tambahan nilai dengan adanya peningkatan penggunaan hutang karena adanya manfaat (penghematan) pajak yang timbul dengan menggunakan hutang tersebut (Najmudin, 2011: 300).

3) Teori Trade-Off

Teori trade off menyatakan bahwa perusahaan berusaha menyeimbangkan antara keuntungan dari berkurangnya pajak karena adanya bunga hutang dengan biaya kesulitan keuangan karena tingginya proporsi hutang.

Skenario bagi perusahaan syariah yang erkaitan dengan penghematan pajak karena bunga. Teori trade off sangat tidak relevan untuk perusahaan syariah. Dalam kerangka konsep syariah dapat dikatakan bahwa tidak terdapat penghematan pajak atas biaya bunga karena memang tidak ada hutang berbunga, sedangkan biaya kesulitan keuangan masih cukup relevan.

Menurut Vogel dan Hayes dalam Najmudin (2011) menulis bahwa dalam konteks syariah, alasan penghematan pajak karena hutang cukup lemah. hal tersebut sebagian karena tidak adanya biaya bunga secara langsung walaupun mungkin uang pembayaran sewa (beban hutang tidak langsung) dapat menjadi pengurangan pajak dan sebagian karena relatif

sedikitnya pajak penghasilan yang dibayarkan di sejumlah negara islam.

4) Teori Agensi

Jensen dan Mecking (1976) mengemukakan teori agensi (agency theory). Dalam teori ini diuraikan mengenai adanya hubungan antara pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan. JM menguraikan adanya konflik antara principal dengan agent yang disebutkan bahwa biaya agensi merupakan hasil penjumlahan a) pengeluaran untuk pemantauan (monitoring) oleh pemilik (principal), b) pengeluaran dalam rangka pengikatan oleh agent, dan c) biaya lain-lain yang berkaitan dengan pengendalian perusahaan.

5) Teori Informasi Asimetri

Asumsi lain yang dikemukakan oleh MM adalah adanya informasi yang simetri, yakni bahwa investor memiliki informasi yang sama dengan yang dimiliki oleh para manajer mengenai prospek perusahaan. Aspek informasi ini berkaitan dengan signaling theory, yakni suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan akan memberikan petunjuk bagi para investor bagaimana mereka harus menilai prospek perusahaan tersebut.

Myres dan Majluf (1984)berpendapat bahwa ada tiga persoalan penting yang harus dipilih mengenai tujuan

manajemen pada posisi informasi asimetri. Pertama, manajemen perusahaan bertindak atas keinginan seluruh pemegang saham dan menghilangkan setiap konflik kepentingan antara pemegang saham yang lama dengan yang baru. Kedua, manajemen bertindak atas kepentingan pemegang saham lama dan diasumsikan pemegang saham tersebut bersikap pasif. Ketiga, manajemen bertindak atas kepentingan pemegang saham lama tetapi diasumsikan bahwa pemegang saham tersebut menyeimbangkan secara rasional portofolionya sesuai dengan yang diperoleh dari tindakan perusahaan. Tinjauan terhadap teori agensi dan teori informasi asimetri tentang struktur modal dari sudut pandang syariah hampir serupa dengan tinjauan yang telah disampaikan pada bagian teori pecking order.

c. Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Penelitian mengenai struktur modal menghasilkan sejumlah temuan dan dilamnya tercakup banyak faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal, yaitu (Brigham & Houston, 2011: 137):

1) Stabilitas penjualan, perusahaan yang penjualannya relatif stabil dengan aman mengambil lebih banyak hutang dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi daripada perusahaan yang penjualannya tidak stabil.

2) Struktur aktiva, perusahaan yang mempunyai jenis aktiva sesuai untuk jaminan kredit akan cenderung menggunakan banyak hutang karena kemudahan yang dimiliki.

3) Operating leverage, perusahaan dengan operating leverage yang lebih kecil lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena interaksi operating leverage dan keuangan yang memengaruhi penurunan penjualan terhadap laba operasi dan arus kas bersih secara keseluruhan.

4) Tingkat pertumbuhan, perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang atau mengandalkan modal eksternal daripada perusahaan yang pertumbuhannya lebih lambat.

5) Profitabilitas, perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Dengan tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan dengan dana internal.

6) Pajak, bunga hutang adalah beban yang dapat dikurangkan untuk tujuan perpajakan dan pengurangan tersebut sangat bernilai bagi perusahaan pada tarif pajak yang tinggi. Karena itu makin tinggi tarif pajak makin besar keuntungan dari penggunaan hutang.

7) Pengendalian, pengaruh akibat penerbitan surat-surat hutang dan saham terhadap posisi pengendalian manajeman bisa memengaruhi struktur modal.

8) Sikap manajemen, sikap manajemen yang lebih konservatif daripada manajemen lainnya akan menggunakan jumlah hutang yang lebih kecil daripada rata-rata industri.

9) Sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas, tanpa melihat analisis para manajer atas faktor-faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka sendiri. Perilaku pemberi pinjaman dan perusahaan penilai kredibilitas sering kali memengaruhi keputusan struktur keuangan.

10) Kondisi pasar, kondisi pasar saham dan obligasi yang mengalami perubahan baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memberi arti yang penting pada struktur modal perusahaan yang optimal.

11) Kondisi internal perusahaan, kondisi internal perusahaan juga dapat memiliki pengaruh pada sasaran struktur modal.

12) Fleksibilitas keuangan, tujuan menjaga fleksibilitas keuangan yang dilihat dari sudut pandang operasional artinya adalah menjaga kapasitas pinjaman cadangan yang memadai.

d. Indikator Struktur Modal

Indikator dalam struktur modal diantaranya menurut Dewi dan Badjra (2014) Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt To Equity

Ratio (DER). Rasio ini membandingkan jumlah modal pemilik yang

dapat dijaminkan untuk pembayaran hutang-hutang kepada pihakk luar. Semakin kecil tingkat debt to equity ratio semakin baik yang semakin kecil proporsi hutang yang harus dijaminkan dengan modal sendiri (Arista & Astohar, 2012). Proksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah DER, rumusnya:

4. Growth Opportunity

a. Pengertian Growth Opportunity

Growth Opportunity adalah peluang pertumbuhan suatu

perusahaan di masa yang akan datang (Mai, 2006). Menurut Sartono (2008: 120) semakin cepat pertumbuhan perusahaan maka semakin besar kebutuhan dana untuk pembiayaan ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang, maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai dividen tetapi lebih baik digunakan untuk pembiayaan investasi.

Didasarkan pada keyakinan kreditor atas dana yang ditanamkan ke dalam perusahaan dijamin oleh besarnya aset yang

dimiliki perusahaan. Selain itu, indikator pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari kenaikan penjualan dari tahun ke tahun. Suatu perusahaan yang berada dalam industri yang mempunyai laju pertumbuhan penjualan yang tinggi, harus menyediakan modal yang cukup untuk membelanjai pengeluaran perusahaan. Perusahaan yang bertumbuh pesat cenderung lebih banyak menggunakan hutang daripada perusahaan yang tumbuh secara lambat. Bagi perusahaan dengan tingkat pertumbuhan penjualan dan laba yang tinggi, kecenderungan menggunakan hutang sebagai sumber dana eksternal yang lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat pertumbuhan penjualannya rendah (Sunarto, 2009).

Menurut Rodoni & Ali (2010: 147) pertumbuhan perusahaan secara tidak langsung akan berpengaruh pada pendanaan ekuitas yang signifikan, walaupun pada keadaan dimana biaya kebangkrutan rendah. Peningkatan pertumbuhan penjualan akan mengurangi jumlah kewajiban dari perusahaan yang pada akhirnya struktur modal dari perusahaan akan berkurang (Kesuma, 2009).

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi akan berupaya meningkatkan aktiva tetap yang dimiliki perusahaan, sehingga perusahaan membutuhkan dana lebih besar pada masa yang akan datang, namun tetap harus dapat mempertahankan tingkat laba (Meutia, 2016).

b. Indikator Growth Opportunity

Growth Opportunity bisa dilihat dari segi pertumbuhan asetnya, pertumbuhan penjualannya dan pertumbuhan labanya (Afiyan, 2018). Dalam beberapa penelitian growth biasa dihitung dengan rumus:

Total Aset (Total Aktiva)

Keterangan :

Total Asset (t) = Nilai total asset pada tahun bersangkutan Total Asset (t-1) = Nilai total asset pada tahun sebelumnya

5. Profitabilitas

a. Pengertian Profitabilitas

Profitabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung nilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, rasio ini memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan, hal ini ditunjukan lewat laba yang dihasilkan melalui penjualan dan pendapatan investasi (Kasmir, 2014: 196).

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva dan modal sendiri, (Sartono, 2008: 122). Profitabilitas dapat menunjukkan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas juga merupakan tingkat keuntungan bersih yang

mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya (Sudarsi, 2002: 19).

Menurut Hanafi (2008: 42) profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan atau laba pada tingkat penjualan, asset dan modal saham.

b. Macam-macam Rasio Profitabilitas 1) Net Profit Margin (NPM)

Rasio NPM memberikan informasi laba yang digunakan sebagai presentasi dari penjualan untuk gambaran para pemegang saham. Perusahaan yang memiliki NPM relatif besar cenderung memiliki kemampuan untuk bertahan dalam kondisi yang sulit. Cara menghitung NPM adalah sebagai berikut:

NPM =

Profit after tax adalah laba bersih setelah pajak dan salesadalah penjualan.

2) Return On Asset (ROA)

Dalam profitabilitas penelitian ini menggunakan ROA (Return On Assets) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto (Wiratna, 2015: 114). Keunggulan ROA menurut (Munawir, 2006: 91):

a) ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan modal yang sensitive terhadap setiap hal yang mempengaruhi keadaan keuangan perusahan.

b) ROA dapat mempertimbangkan posisi perusahaan dengan rasio industri sehingga dapat mengetahui apakah perusahaan berada rendah di bawah rata-rata industri atau sebaliknya.

c) ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masing-masing produk yang dihasilkan perusahaan.

d) ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh setiap divisinya dan pemanfaatan akuntansi.

e) ROA dapat digunakanuntuk kepentingan perencanaan serta sebagai pengontrol.

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus yaitu:

X 100%

3) Return On Equity (ROE)

Return On Equity (ROE) rasio yang digunakan untuk menghitung pengembalian atas ekuitas, dengan rumus sebagai berikut:

ROE=

Menurut Sumardiono (1999) rasio ROE sangat penting bagi pemilik atau pemegang saham. Apabila rasionya lebih kecil

daripada bunga bank, pemilik perusahaan mungkin akan menjual sahamnya.

4) Earning Per Share (EPS)

Menurut Harnanto (2003: 476) EPS adalah salah satu indikator tentang kinerja financial efektifitas manajemen, potensi laba dan deviden dimasa mendatang. EPS adalah laba per lembar saham yang mana digunakan sebagai informasi penting dalam laporan keuangan serta digunakan sebagai pengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba. Cara menghitung EPS adalah sebagai berikut:

EPS =

Profit after tax adalah laba bersih setelah pajak dan number of common share outstanding adalah jumlah saham biasa dalam peredaran (Rangkuti, 2005: 155).

c. Faktor-faktor yang mempengaruhi profitabilitas

Menurut Hanafi (2008: 42) beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas, diantaranya:

1) Jenis Perusahaan

Perusahaan yang menjual barang konsumsi atau jasa biasanya akan memiliki keuntungan yang stabil dari pada perusahaan yang memproduksi barang-barang modal.

2) Umur Perusahaan

Perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri

3) Skala Perusahaan

Jika skala ekonomi perusahaan lebih tinggi, maka perusahaan dapat menghasilkan produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah tersebut merupakan cara untuk memperoleh laba yang diinginkan.

4) Harga Produksi

Biaya produksi yang relatif lebih murah akan memliki keuntungan yang lebih baik dan stabil dibandingkan perusahaan yang biaya produksinya mahal.

5) Habitat Bisnis

Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan (habitual basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil daripada (non habitual basis).

6) Produk yang Dihasilkan

Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang modal.

d. Indikator Profitabilitas

Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan beberapa indikator diantaranya (Petronila dan Mukhlasin, 2003) :

1) Laba operasi, 2) Laba bersih,

3) Tingkat pengembalian investasi atau aktiva, dan 4) Tingkat pengembalian ekuitas pemilik

6. Risiko Bisnis

a. Pengertian Risiko Bisnis

Resiko bisnis atau Business Risk maupun resiko keuangann merupakan suatu ketidakpastian yang harus dihadapi oleh para investor dan eksekutif perusahaan. Resiko bisnis secara langsung akan berdampak kepada laba operasi perusahaan sebelum bunga dan pajak atau Earning Before Interest And Taxes (EBIT) di masa datang. Hal yang paling fatal adalah pendapatan dari perusahaan tersebut tidak akan mampu menutup biaya operasionalnya (Hendra, 2009: 214).

Menurut Bringham dan Houston dalam Puspida dan Budiyanto (2013) menyatakan bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian mengenai proyeksi pengembalian atas aktiva di masa mendatang. Suatu perusahaan mempunyai risiko bisnis yang kecil apabila permintaan akan produknya stabil, harga-harga masukan dan produknya relative konstan, harga produknya dapat segera

disesuaikan dengan kenaikan biaya, dan penjualannya menurun. Apabila hal-hal lain tetap sama, makin rendah risiko bisnis perusahaan, makin tinggi risiko hutang yang optimal.

Pengukuran terhadap risiko bisnis dapat dilakukan dengan menggunakan koefisien variasi dari keuntungan atau laba. Dalam penelitian ini pengukuran risiko bisnis menggunakan nilai varian dari ROE (return on equity) (Atmaja, 2008: 225). Resiko bisnis diukur menggunakan rumus:

b. Faktor-faktor risiko bisnis

Beberapa faktor yang mempengaruhi risiko bisnis suatu perusahaan dipengaruhi oleh karakteristik-karakteristik industri, namun pada tingkat tertentu perusahaan dapat mengendalikannya. Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko bisnis antara lain (Brigham dan Houston, 2011: 120) :

1) Variabilitas permintaan

Risiko bisnis akan semakin kecil apabila permintaan atas produk perusahaan semakin konstan.

2) Variabilitas Harga jual

Perusahaan akan menghadapi risiko bisnis yang lebih tinggi dari perusahaan sejenis apabila harga jual atas produk perusahaan lebih fluktuatif.

3) Variabilitas Harga Input

Perusahaan yang memperoleh input dengan harga yang sangat tidak pasti juga menghadapi risiko yang tinggi.

4) Kemampuan untuk menyesuaikan harga output terhadap perubahan harga input. Kemampuan ini sangat diperlukan ketika tingkat inflasi tinggi.

5) Proporsi Biaya Tetap

Risiko bisnis akan meningkat ketika sebagian besar biaya perusahaan merupakan biaya tetap. Hal ini terjadi ketika permintaan menurun, namun biaya tetap yang ditanggung perusahaan tidak menurun.

c. Landasan Hukum Risiko Bisnis

Kondisi pada masa depan yang dihadapi nanti akan terjadi secara tidak pasti. Hal tersebut seperti dinyatakan dalam potongan ayat al-Qur’an Surah ke 31 Lukman Ayat 34 berikut:



34. dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok[1187].

[1187] Maksudnya: manusia itu tidak dapat mengetahui dengan pasti apa yang akan diusahakannya besok atau yang akan diperolehnya, Namun demikian mereka diwajibkan berusaha.

d. Indikator Risiko Bisnis

Indikator risiko dalama Amalia (2014), diantaranya: 1) ROE

Return On Equity (ROE) rasio yang digunakan untuk menghitung pengembalian atas ekuitas,

2) EBIT

EBIT atau laba sebelum bunga dan pajak, laba operasional, laba usaha dan laba sebelum pajak yang hanya berfokus pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan dari operasi.

7. Pajak

a. Pengertian Pajak

Menurut Soemitro, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontrapestrasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Prabowo, 2004: 1).

Pajak yang dikemukakan oleh Adriani ialah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung

dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Prabowo, 2004: 2).

Ada berbagai macam proksi pengukuran pajak diantara lain

Effective Tax Rate (ETR), Book Tax Difference (BTD),

Discretionary Permanent BTDs (DTAX), Unrecognize Tax Benefit, Tax Shelter Activity, dan Marginal Tax Rate (MTR) (Yoehana, 2013). Proksi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan Effective Tax Rate (ETR), dengan rumus sebagai

Dokumen terkait