• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

3. Modal Sosial dalam Bidang Pendidikan

Coleman menyebutkan bahwa modal sosial memberikan kontribusi lebih pada modal manusia selain itu modal sosial memiliki keterkaitan erat dengan prestasi pendidikan (John Field, 2010: 73). Penelitian yang dilakukan oleh

24

Coleman berkonsentrasi pada pendidikan dan prestasi belajar anak – anak kulit hitam yang berprestasi di sekolah lanjutan Amerika. Hasil dari penelitian ini adalah mereka – para anak- anak kulit hitam – memiliki modal sosial yang kuat dalam hal jaringan dan kepercayaan. Dengan keterbatasan yang ada, mereka memanfaatkan jaringan dan kepercayaan yang mereka pegang teguh sehingga dapat tetap menorehkan prestasi. Berdasarkan penelitian yang mendalam ini Coleman akhirnya berpendapat bahwa modal sosial dapat menawarkan sumber daya pendidikan signifikan bagi kaum – kaum yang dianggap kurang beruntung salah satunya dalam hal ekonomi (John Field, 2010: 76). Dalam konteks yang lebih luas, kemudian mulai muncul penelitian yang mengkonfirmasikan dampak modal sosial bagi modal manusia. Secara umum, penelitian ini menyimpulkan bahwa pengaruh modal sosial baik adanya, karena modal sosial diasosiasikan dengan tingkat prestasi yang lebih tinggi, dan hal ini tampaknya berlaku bagi anak – anak muda dari latar belakang yang kurang menguntungkan. Pendapat ini sejalan dengan pernyataan yang pernah disampaikan Lagulo bahwa modal sosial dapat ‘menghilangkan’ nasib malang kelas sosial dan lemahnya modal budaya (John Field, 2010: 80).

Dijelaskan oleh Fukuyama dalam Siti Irene A. D (2014: 16) bahwa modal sosial mengembangkan dunia pendidikan karena salah satu cara untuk menghasilkan atau meningkatkan perbendaharaan modal sosial adalah secara langsung melalui pendidikan. Desentralisasi pendidikan Indonesia saat ini telah mengubah struktur kewenangan dalam tatanan pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan pada satuan pendidikan dalam melakukan proses interaksi sosial

25

sebagai dasar bagi semua bentuk kegiatan manusia. Rekonstruksi dalam kebijakan pendidikan yang desentralistik masih berproses dan membutuhkan dukungan sosial. Dalam hal ini modal sosial dibutuhkan untuk mempercepat tujuan desentralisasi pendidikan. Modal sosial dinilai dapat merubah sumber daya individu menjadi sumber daya sosial yang dapat berperan dalam perbaikan

kualitas pendidikan. Penjelasan lebih rinci menjelaskan bahwa Human Capital

merupakan nilai tambah actor yang berguna bagi majikan dan buruh dan hal ini dipengaruhi oleh pendidikan masing –masing. Modal sosial diyakini merupakan modal penting untuk membangun hubungan – hubungan sosial yang penting dalam pertumbuhan anak. Bahkan dengan modal sosial yang dapat dikembangkan dalam dunia pendidikan nantinya dapat melahirkan generasi muda yang berpendidikan dan berkarakter. Realitas sosial menunjukkan kecenderungan bahwa dunia pendidikan masih belum mengembangkan dan memanfaatkan modal sosial yang dimiliki. (Siti Irene A. D, 2014: 20 -61).

Belajar sebagai inti dari pendidikan seharusnya menjadi proses yang membangun kesadaran orang tentang aset yang dimiliki dalam bentuk modal sosial, modal manusia, dan modal identitas (Siti Irene A. D, 2014:30). Tom Sculler merancang kerangka konseptual yang memberikan gambaran sederhana mengenai hubungan antar tiga dimensi pokok modal yang terlibat dalam proses untuk menganalisis hasil belajar.

26

Gambar 1 . Kerangka Konseptual Sumber: Siti Irene A. D, 2014: 30

Dinamika dari item di atas dapat digunakan untuk menganalisis kompleksitas dalam proses pembelajaran. Analisis mengenai eksistensi modal yang dimiliki individu tak dapat dipisahkan dari modal sosial, modal identitas, dan modal manusia yang saling berhubungan. Ketika modal sosial berubah ada kemungkinan

Modal Identitas

Rencana/ Target

Motivasi Belajar Kenyamanan

Kesehatan Keahlian

Keluarga

Konsep Diri

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan)

Konsep Diri Rencana/ Target

Kenyamanan

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan)

Keluarga Motivasi Belajar

Kesehatan Keahlian

Teman dan Relasi Pengetahuan

Kualifikasi Partisipasi Masyarakat

Modal Manusia Modal Sosial

Modal Identitas Modal Identitas Konsep Diri Rencana/ Target Modal Identitas Kenyamanan Motivasi Belajar Konsep Diri Rencana/ Target Modal Identitas

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kenyamanan Motivasi Belajar Konsep Diri Rencana/ Target Modal Identitas Modal Identitas Konsep Diri Modal Identitas Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Modal Identitas Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Kesehatan Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Keluarga Pengetahuan Kesehatan Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas

Teman dan Relasi

Kualifikasi

Keluarga Pengetahuan

Kesehatan Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas

Teman dan Relasi

Kualifikasi

Keluarga Pengetahuan

Kesehatan Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Partisipasi Masyarakat Teman dan Relasi

Kualifikasi

Keluarga Pengetahuan

Kesehatan Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Kesehatan Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas Keluarga Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kesehatan Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas

Teman dan Relasi Pengetahuan

Modal Manusia Modal Sosial

Partisipasi Masyarakat

Kualifikasi

Teman dan Relasi Pengetahuan

Keluarga Keahlian

Perilaku dan Nilai (Kepercayaan) Kesehatan Kenyamanan Motivasi Belajar Rencana/ Target Konsep Diri Modal Identitas

27

modal manusia dan modal identitas juga mengalami perubahan. Ketiga modal serta item – item yang ada pada dinamika proses menjadi aspek penting yang perlu dipertimbangkan untuk menguatkan modal yang dimiliki.

Dalam masyarakat demokrasi pendidikan adalah dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat yang berarti pendidikan bukan milik pemerintah semata. Pendidikan diharapkan menjadi sarana untuk menumbuhkan sikap demokratis, nasionalisme, dan rasa persatuan yang merupakan kapital sosial bagi sebuah masyarakat. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan suatu masyarakat terjadi apabila terdapat kapital sosial yang besar, tidak hanya memiliki dana yang cukup dan lembaga yang manajemennya baik. Semakin besar kapital sosial suatu masyarakat akan mempermudah meningkatkan taraf hidup masyarakat tersebut (Jenniefer dalam Siti Irene A. D, 2014:60). Dalam dunia pendidikan, kebijakan pendidikan akan berhasil jika didukung oleh modal sosial yang ada pada masyarakat itu. Modal sosial dipandang dapat menggerakkan masyarakat untuk merealisasikan kebijakan baru dengan optimal. Perubahan kebijakan penidikan dari sentralistik ke desentralistik menunjukkan adanya perubahan paradigm lama ke baru yang dapat melahirkan banyak masalah sehingga memerlukan bantuan masyarakat dalam menemukan solusi yang proaktif (Wasitohadi dalam Siti Irene A. D, 2014: 68).

Dalam skala yang lebih mikro, sekolah akan mudah melaksanakan berbagai kebijakan pendidikan – termasuk kebijakan desentralisasi pendidikan- jika ada dukungan sosial yang kuat berupa modal sosial. Dengan modal sosial akan dimungkinkan proses tindakan yang rasional dalam struktur sekolah dalam mengatasi masalah – masalah terkait kebijakan pendidikan. Penguatan modal

28

sosial dilakukan oleh seluruh warga sekolah dengan cara membangun kesadaran bersama bahwa modal sosial adalah aspek yang sangat penting dan dibutuhkan untuk perbaikan mutu pendidikan. Perbaikan mutu sekolah dimulai dengan memanajemen unsur – unsur modal sosial yang diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang dapat membangun budaya sekolah yang efektif bagi pengembangan sumber daya pribadi siswa. Bagi sekolah penguatan modal sosial dapat dilakukan dengan berpartisipasi melalui berbagai jaringan sosial untuk menunjukkan eksistensi sekolah tersebut. Langkah berikutnya adalah dengan memupuk rasa kepercayaan dalam organisasi maupun luar organisasi (Siti Irene A. D, 2014: 70-74).

Dokumen terkait