• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI DATA MODEL PEMBENTUKAN AKHLAK MULIA

9. Model Mau’iẓah dan Irsyād

Mahasantri diberikan kesempatan untuk konsultasi tentang problem yang menjadi penghalang dalam proses perkuliahan.79 Hal ini seperti responden pertama yang peneliti jumpai beliau adalah dosen mata kuliah bimbingan proposal skripsi di Pondok Shabran sekaligus dosen FAI UMS memberikan arahan dan bimbingan kepada seorang mahasantri syariah asal palembang yang kebingungan ketika menghadapi skripsinya.80 Beliau dengan ramah dan penuh ketulusan menyampaikan solusi kepada

77

Wawancara dengan mahasantri Pondok Shabran, tanggal 12 Desember 2014. 78

Wawancara dengan dosen Shabran tanggal 8 Desember 2014 dan mahasantri Pondok Shabran tanggal 12 Desember 2014.

79

Dokumentasi, dikutip 11 Desember 2014, dalam Imron Rosyadi, dkk, Buku, hlm. 14. 80

mahasantri tersebut, sehingga mahasantri tersebut paham kemudian mampu menyelesaikan skripsinya.81

Konsultasi tentang kejiwaan pun boleh dilakukan.82 Ini bertujuan agar mahasantri tidak memiliki tekanan. Yangmana dampaknya dapat mengganggu psikis dan kuliah mahasantri. Hal ini seperti responden yang peneliti jumpai beliau menyampaikan arahan kepada mahasantri agar semangat dalam beribadah agar jiwa menjadi tenang dan selalu mendapat naungan Allah.83

Selain itu, problem kehidupan,84 yang sering dikeluhkan adalah masalah kiriman.85 Karena kiriman dari orang tua mahasantri tidak selamanya sesuai dengan tanggal yang diharapkan. Responden yang sekaligus pembina pondok ini beliaulah yang memberikan jalan yang baik yaitu memberikan kesempatan kepada mahasantri untuk berjualan di kantin, supaya beban mahasantri dapat dibantu.86

Hal ini juga disampaikan oleh dosen bahasa inggris beliau selalu mengajarkan untuk sering bershodaqoh agar kita mendapatkan kelapangan dari Allah. Bahkan beliau kalau mendapatkan rezeki yang lebih beliau selalu memberikan makanan dan minuman kepada mahasantri. Dan yang terakhir adalah masalah yang berkaitan dengan pembenahan, ataupun

81

Wawancara dengan mahasantri Shabran tanggal 12 Desember 2014. 82

Dokumentasi, dikutip 11 Desember 2014, dalam Imron Rosyadi, dkk, Buku, hlm. 14. 83

Observasi di Pondok Shabran tahun 2014 . 84

Dokumentasi, dikutip 11 Desember 2014, dalam Imron Rosyadi, dkk, Buku, hlm. 14. 85

Wawancara dengan mahasantri Pondok Shabran tanggal 12 Desember 2014 . 86

34

qudwah ḥasanah87 yaitu berkaitan dengan pembenahan akhlak dan tingkah laku mahasantri dalam kehidupan sehari-hari, seperti menggunakan kata-kata yang baik, etika berpakaian, dan etika tentang adab orang yang duduk dan yang berjalan. Hal ini dalam qudwah ḥasanah semua dosen yang mengajar di Shabran selalu memberikan teladan dan usuwah yang baik. 10.Model Salat Jamaah dan Salat Sunnah (Nawafil)

Dalam memberikan pembinaan ibadah kepada mahasantri maka secara konsisten maka diterapkan seperti menggerakan salat berjamaah,88 salat lail, salat duhah, dan sebagainya. Pelaksanaan menjalankan ibadah salat jamaah mahasantri bersama-sama melaksanakan berjamaah di Masjid Syarif, terkadang mahasantri menjadi imam. Ketika mendengar azan maghrib mahasantri bersama-sama menuju Masjid Syarif yang jaraknya tidak jauh dari Pondok, setelah itu mahasantri dilanjutkan dengan kelompok pengajian.89

Sebagaimana yang dicontohkan oleh responden pertama, beliau juga dosen Pondok Shabran sekaligus mantan direktur Pondok Shabran. Rumah beliau tidak jauh juga jaraknya dari masjid syarif tempat mahasantri melaksanakan salat berjamaah. Setelah azan isya, maka mahasantri langsung melaksanakan salat isya secara berjamaah di Masjid Syarif bersama responden, dan bersama warga di sekitar Saripan.90

87

Dokumentasi, dikutip 11 Desember 2014, dalam Imron Rosyadi, dkk, Buku, hlm. 14. 88

Dokumentasi, dikutip 11 Desember 2014, dalam Imron Rosyadi, dkk, Buku, hlm. 15. 89

Observasi di Pondok Shabran tahun 2011-2014. 90

Selesai melaksanakan salat isya, maka mahasantri kembali ke asrama untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Terkadang ada mahasantri yang makan adapula mahasantri yang dengan jiwa disiplin langsung menyiapkan diri untuk mengikuti perkuliahan. Setelah selesai kuliah mahasantri balik ke asrama kemudian tidur. Pukul 04:00 mahasantri dibangunkan untuk melaksanakan salat subuh.91 Kemudian mahasantri mengikuti kelompok pengajiannya masing-masing.92

Untuk pelaksanaan salat dzuhur biasanya mahasantri melaksanakan secara berjamaah di Masjid Fadlurrahman kampus 1 UMS. Setelah selesai perkuliahan kampus, mahasantri ada yang langsung pulang, namun ada pula mahasantri yang belum pulang karena ada kegiatan lain.93

Pukul 15:00 mahasantri dibangunkan untuk melaksanakan salat ashar berjamaah di Masjid. Setelah melaksanakan salat ashar bagi mahasantri yang mempunyai amanah untuk mengajar TPA (Taman Pendidikan Al-qur’an) Maka tanpa ada paksaan mahasantri tersebut berangkat menuju TPA tempat ia mengajar.94

Adapun pelaksanaan ṣalat sunnah95 mahasantri, yaitu dilaksanakan secara berjamaah, katakanlah salat tahajud. Salat tahajud dilaksanakan tiga kali dalam sepekan yaitu malam Selasa, malam Jumat, dan malam Sabtu.96

91

Observasi di Pondok Shabran, tahun 2011-2014. 92

Wawancara dengan mahasantri tanggal 12 Desember 2014. 93

Wawancara dengan mahasantri tanggal 12 Desember 2014. 94

Observasi di Pondok Shabran, tahun 2011-2014. 95

Dokumentasi, dikutip 11 Desember 2014, dalam Imron Rosyadi, dkk, Buku, hlm. 15. 96

36

Untuk salat tahajud biasanya dibuatkan jadwal imam.97 Jadi masing-masing mahasantri mendapat giliran untuk menjadi imam salat tahajud.

Setelah pukul 03:00 mahasantri dibangunkan dengan alarm yang telah di design dengan baik.98 Kemudian mahasantri segera mengambil air wudhu untuk melaksanakan salat tahajud berjamaah. Jika ada mahasantri yang belum bangun, maka akan dibangunkan oleh musyrif dengan mendatangi setiap kamar dan membangunkan mahasantri yang masih tidur.99 Salat tahajud diawali dengan salat iftitā 2 raka‘at (rak‘ātain khāfifatain). Cara melaksanakannya yaitu pada raka’at pertama setelah takbiratul irām membaca do’a iftitā kemudian dilanjutkan dengan surat

al-Fātiah. Lalu ruku’, kemudian sujud, lalu berdiri kembali. Setelah itu

dilanjutkan raka’at kedua, tata cara pelaksanaannya seperti raka’at pertama. Setelah duduk tahyatul akhir maka langsung salam ke kanan lalu dilanjutkan ke kiri. Tata cara salat tahajud yang dilakukan adalah 2+2+2+2, kemudian ditutup dengan salat witir 3 raka’at atau 2+4+4 dan di tutup dengan witir 3 rakaat.100

Dokumen terkait