• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Model Implementasi Kebijakan

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan ditentukan oleh beberapa faktor atau variabel, dan variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.

Dibawah ini akan dijelaskan secara ringkas model-model implementasi kebijakan publik yaitu sebagai berikut:

1. Model Implementasi Kebijakan oleh Van Meter dan Van Horn

Model ini disebut a model of the policy implementation process (model implementasi kebijakan).

Argumen yang diberikan adalah bahwa perbedaan-perbedaan dalam suatu proses implementasi kebijakan dapat dipengaruhi oleh sifat kebijakan.

Pendekatan ini berusaha untuk dapat menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi pada suatu model konseptual yang mepertalikan kebijakan dengan prestasi kerja (performance). Implementasi kebijakan akan berhasil apabila dalam perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sedangkan kesepakatan terhadap tujuan terutama pada orang-orang yang mengoperasikan program di lapangan relatif tinggi.

Berikut enam variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik yaitu sebagai berikut:

1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan

Tingkat keberhasilan kinerja implementasi kebijakan dapat diukur nya apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan tersebut realistis dengan sosio-kultur yang ada pada level pelaksanaan kebijakan. Apabila suatu ukuran atau tujuan dari kebijakan tersebut terlalu ideal untuk dilakukan ditingkat masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan sulit direalisasikan hingga titik dinyatakan berhasil.

2. Sumber Daya

Keberhasilan suatu proses implementasi kebijakan tergantung pada kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia.

Manusia adalah merupakan sumber daya yang paling penting dalam menentukan keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya yang dimaksud adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan sumber daya lain (finansial dan waktu).

3. Karakteristik Badan Pelaksana

Pusat perhatian terhadap badan pelaksana meliputi organisasi formal dan informal karena kinerja implementasi sangat dipengaruhi oleh ciri-ciri yang cocok dengan badan pelaksananya. Misalnya dalam implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk dapat merubah sikap atau perilaku manusia secara radikal maka badan pelaksana harus berkarakter ketat dan keras pada aturan atau sanksi hukum.

4. Sikap Para Pelaksana

Suatu implementasi kebijakan dapat ditolak oleh orang-orang yang bertanggung jawab apabila tujuan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya bertentangan dengan nilai pribadi pelaksana, kesetian-kesetian ekstra organisasi, perasaan akan kepentingan diri sendiri, atau karena adanya hubungan yang lebih disenangi.

5. Komunikasi antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana

Prospek implementasi yang efektif ditentukan dengan adanya kejelasan ukuran dan tujuan yang dinyatakan dan adanya konsistensi dan ketepatan dalam mengkomunikasikan ukuran dan tujuan tersebut.

Apabila semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak yang terlibat dalam proses implementasi tersebut, maka peluang kesalahan-kesalahan akan sangat kecil terjadi, dan begitupun sebaliknya.

6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik

Keberhasilan suatu kebijakan publik didorong oleh lingkungan eksternal. Apabila lingkungan sosial, ekonomi dan politik tidak kondusif maka dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu upaya dalam mengimplementasikan kebijakan harus memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternalnya.

Adapun gambar proses implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn sebagai berikut:

Gambar 3.1 model proses implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn

2. Model Implementasi Kebijakan oleh George C Edwar III

Menurut pandangan Edward III (1980) model implementasi kebijakan ini bersifat top down, yang dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Keempat variabel tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Komunikasi

Pada variabel ini, ada 3 hal yang paling diperlukan yaitu (1) transimisi atau penyaluran yang baik dapat menghasilkan implementasi yang juga baik, (2) pelaksana kebijakan menerima kejelasan sehingga dalam pelaksanaan kebijakan tidak terjadi kebingunan, 3) dalam pelaksanaan kebijakan harus konsistensi, apabila yang dikomunikasikan berubah-ubah maka akan membingunkan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.

2. Sumber daya

Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan sehingga efektif dan efisien, tanpa sumber daya kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja tidak diwujudkan untuk memberikan pemecahan masalah yang ada di lingkungan masyarakat dalam upaya meberikan pelayanan kepada masyarakat.

3. Disposisi

Implementor yang baik harus memiliki disposisi yang baik, maka akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Disposisi dalam implementasi dan karakteristik sikap yang dimiliki oleh implementor yaitu seperti;

kejujuran, komunikatif, komitmen, cerdik dan sifat demokratis. Proses implementasi menjadi tidak efektif dan efisien apabila implementasi kebijakan memiliki sikap atau presfektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan.

4. Struktur birokrasi

Struktur birokrasi mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Salah satu aspek struktur birokrasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standar operasional prosedur) atau SOP yang berfungsi menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.

Struktur organisasi yang terlalu panjang maka cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur yang rumit dan kompleks yang dapat menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.

Adapun gambar proses implementasi kebijakan menurut George Edward III sebagai berikut:

Gambar 3.2 proses implementasi kebijakan menurut George Edward III 3. Model Implementasi Kebijakan oleh Merilee S, Grindle

Model ini dikenal dengan implementation as A and Administrative Process. Proses pencapaian hasil akhir (outcomes) merupakan alat ukur keberhasilan suatu implementasi kebijakan, dengan tercapai atau tidaknya

Bureaucratic Structure

Implementation

Communication

Dispositions Resources

tujuan yang diinginkan tersebut. Keberhasilan suatu implementasi dapat dilihat dari dua hal yaitu:

1. Dilihat dari prosesnya, yaitu apakah pelaksanaan suatu kebijakan apakah pelaksanaan sesuai dengan yang telah ditentukan (design) yang merujuk pada aksi kebijakan.

2. Apakah suatu tujuan kebijakan sudah tercapai, dimensi ini dapat diukur dengan melihat dua faktor, yaitu dampaknya terhadap masyarakat baik secara individu atau kelompok dan tingkat perubahan yang telah terjadi.

Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik menurut Grindle (dalam Agustino, 2008:154) yaitu ditentukan pada tingkat implementability kebijakan itu sendiri yang meliputi konten dan konteks kebijakan :

1. Konten kebijakan, terdiri atas kepentingan-kepentingan yang dapat mempengaruhi tipe manfaat, letak pengambilan keputusan, pelaksanaan program, derajat perubahan yang ingin dicapai serta sumber-sumber daya yang digunakan.

2. Konteks kebijakan, yaitu yang terdiri dari kepentingan-kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, kekuasaan, karakteristik suatu lembaga serta rezim yang berkuasa dengan adanya tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana kebijakan.

Adapun gambar proses implementasi kebijakan menurut Merilee S.

Grindle sebagai berikut:

Gambar 3.3 proses implementasi kebijakan menurut Merilee S. Grindle Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (dalam Riant Nugroho, 2003:170-174) , kebijakan negara dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan syarat-syarat berikut:

1. Dalam melaksanakan program tersedia sumber-sumber yang memadai.

2. Terjaminnya lembaga/badan pelaksana tidak menimbulkan masalah besar pada kondisi eksternal yang dihadapi.

3. Tersedianya perpaduan sumber-sumber yang diperlukan baik sumberdaya maupun aktor karena kebijakan publik merupakan suatu kebijakan yang kompleks dan menyangkut dampak yang luas.

4. Kebijaksanaan yang akan diimplementasi tersebut harus didasari oleh suatu hubungan kualitas yang handal.

5. Hubungan yang hanya sedikit mata rantai penghubung dan kualitas yang bersifat langsung. Jika semakin sedikit hubungan sebab akibat, maka hasil yang dikehendaki pada kebijaksanaan tersebut dapat tercapai.

6. Hubungan yang saling ketergantungan harus kecil, jika hubungan yang saling ketergantungan tinggi maka implementasi tersebut tidak akan efektif apalagi hubungan tersebut adalah hubungan ketergantungan.

7. Adanya kesepakatan dan pemahaman yang mendalam untuk tujuan yang tepat dan tidak sulit dipahami.

8. Tugas yang tepat dan prioritas yang jelas merupakan suatu kunci efektifitas implementasi kebijakan.

9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna dalam kebijakan merupakan awal dari kerjasama tim serta terbentuknya sinergi.

10. Kekuasaan atau power merupakan syarat bagi efektifitas implementasi kebijakan, tanpa adanya otoritas dari kekuasaan, maka kebijakan tersebut tetap hanya kebijakan tanpa ada impak bagi target kebijakan.

Dokumen terkait