SKRIPSI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN BERAS BULOG DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI
KABUPATEN PINRANG
Oleh:
UMMI KALSUM
Nomor Induk Mahasiswa : 105611123016
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTASILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
ii
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN BERAS BULOG DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN PINRANG
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)
Disusun dan Diajukan Oleh:
Ummi Kalsum
Nomor Stambuk: 105611123016
Kepada
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021
iii
iv
v
vi
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh”
Alhamdulillahirabil’ alamin, karya ini penulis persembahkan:
Untuk diri sendiri, terima kasih sudah mau bertahan sampai detik ini, terima kasih atas semua usaha dan upayanya, terima kasih ketika sedih, patah, kecewa, bahkan dititik paling rendah sudah mau sabar meskipun isi kepala mau meledak, terima kasih sudah mau menerima keadaan meskipun merasa tidak adil untuk dijalani, terima kasih sudah mampu berdiri di kaki sendiri, terima kasih untuk berproses menjadi lebih baik, dan terima kasih juga sudah mau berusaha menyadarkan diri bahwa diri sendiri ternyata tidak seburuk itu.
Dan teruntuk kepada dua orang hebat dalam hidup saya, ayahanda dan ibunda. Keduanyalah yang membuat segalanya menjadi mungkin sehingga saya bisa pada tahap dimana skripsi ini akhirnya selesai. Terima kasih atas segala pengorbanan, nasihat dan doa baik yang tidak pernah berhenti kalian berikan kepada saya. Terima kasih atas semua cinta yang telah ayah dan ibu berikan kepada saya dan telah mengisi dunia saya dengan begitu banyak kebahagiaan sehingga seumur hidup tidak cukup untuk menikmati semuanya. ketika dunia menutup pintunya pada saya, ayah dan ibu membuka lengannya untuk saya. Saya ingin melakukan yang terbaik untuk setiap kepercayaan yang diberikan. Dan saya akan tumbuh untuk menjadi yang terbaik yang saya bisa. Pencapaian ini adalah persembahan istimewa saya untuk kedua orangtua saya.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
vii
“Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarkatuh”
Penulis panjatkan rasa syukur yang tidak terhingga kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat Dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pinrang” dapat terselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag., Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang senantiasa perduli akan mahasiswa Unismuh Makassar agar dapat dekat dan selalu berbagai cerita apapun itu.
2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makkasar yang senantiasa selalu mendampingi kami dalam segala hal dan selalu memberikan perhatian penuh pada kami, selain itu Ibu juga selalu berbagi dan bertukar pikiran mengenai apa saja beserta jajarannya.
viii
Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beserta jajarannya.
4. Bapak Dr. H. Muhammadiah M.M selaku Pembimbing I dan Bapak Dr.
Drs.H. Anwar Parawangi, M.Si., selaku Pembimbing II yang senantiasa mendampingi, memberikan bimbingan, mengarahkan, mengoreksi serta selalu mendorong dan membantu untuk memberikan semangat pada penulis hingga penyelesaan skripsi ini.
5. Seluruh Bapak/Ibu Dosen baik Pengajar atau Asistennya, seluruh Staf Pegawai di ruang lingkup Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmu pengetahuan sejak penulis duduk di bangku perkuliahan sampai penulis selesai di Universitas Muhammadiyah Makassar.
6. Teristimewa kedua Orang Tua saya Bapak Asis dan Ibu Saripah, dan seluruh Keluarga Besar penulis, Terima kasih banyak atas doa dan kasih sayangnya serta bimbingan dan dukungan moril selama ini. Kalian sosok ayah dan ibu yang hebat untukku, penulis sungguh merasa bersyukur memiliki seorang ayah dan ibu yang telah berkorban tanpa pamrih dalam membesarkan, mendidik dan mendoakan keberhasilan penulis, yang tiada hentinya memberi motivasi disertai segala pengorbanan yang tulus dan ikhlas.
ix
membahagiakan kedua orangtua dan mengangkat derajat mereka.
8. Pihak Kantor Perum BULOG Cabang Pembantu Pinrang dan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Pinrang serta Masyarakat Kabupaten Pinrang yang telah membantu penulis dalam penelitian.
9. Teman-teman seperjuangan Ilmu Administrasi Negara Angkatan Federasi 2016 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unisversitas Muhammadiyah Makassar yang penulis kasihi, terima kasih perjuangan selama ini yang selalu setia bersama dalam suka dan duka, sama-sama pejuang toga, sama-sama punya mimpi yang sama dan sampai titik ini akan selalu bersama hingga akhir nafas terakhir.
10. Teman-teman KKP angkatan XIX Kabupaten Barru, satu posko Kecamatan Barru yang penuh perhatian dan selalu memberikan pancaran warna-warni hidup selama 2 bulan lamanya dan mengajarkan arti kebersamaan dan persaudaraan yang tak pernah saya lupakan sampai di akhir hidup saya kelak.
11. Bapak dan Ibu Kantor Kecamatan Barru, Kabupaten Barru dan masyarakat Kabupaten Barru terima kasih atas kebaikan, dukungan, pembelajaran, pengalaman, dan kasih sayangnya kurang lebih 2 bulan semasa penulis KKP (Kuliah Kerja Profesi).
12. Sahabat-sahabat saya yaitu Isnaeni Safitri, Ade Alifianti, Nurmila Indah Sari, Muthia Fadilla Utami, Musdalifah dan Husnaeni yang tak pernah
x
berbagai hal dan kenangan-kenangan indah itu selamanya akan tersimpan dalam hati ini dan selamanya tak pernah saya lupakan sampai kami dipertemukan kembali di akhirat nanti Aamiiin.
13. Serta teman-teman CESIST HUMANIERA FISIP UNISMUH terima kasih telah memberi warna, cerita, pengalaman dan kenangan dalam masa kepengurusan di BSO HUMANIERA FISIP UNISMUH tahun 2018- 2019.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan. Dengan segala keterbatasan dan demi kesempurnaan skripsi ini, maka penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, semoga karya skripsi ini bermanfaat dan dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan.
Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
xi
Dibimbing Oleh Muhammadiah dan Anwar Parawangi
Implementasi kebijakan adalah suatu aspek penting dari keseluruhan proses kebijakan yang ada. Selain itu implementasi kebijakan merupakan tahapan yang dapat dilakukan setelah kebijakan ditetapkan dengan bentuk tindakan yang nyata dan dengan bentuk operasional kegiatan. Maka, dari itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi kebijakan pengadaan beras BULOG dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Pinrang.
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang menjelaskan kondisi objek secara ilmiah, dengan informan sebanyak 11 (sebelas) orang yang berdasarkan pandangan dari penulis bahwa informan tersebut memiliki pengetahuan mengenai masalah yang diteliti, antara lain: Kepala Perum BULOG Cabang Pembantu Pinrang, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Staf Perum BULOG Cabang Pembantu Pinrang, Pengusaha kilang padi dan Masyarakat penerima bansos. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dikumpulkan dengan menggunakan instrument berupa: observasi dan dokumentasi serta dikembangkan dengan wawancara terhadap informan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa salah satu bentuk aspek standar dan sasaran kebijakan pelaksanaan pengadaan beras BULOG belum maksimal.
Hal ini dapat dilihat dari kurangnya sumber daya manusia dalam pelaksanaan pengadaan beras BULOG, kemampuan pegawai yang masih belum maksimal dalam mengontrol dan mengkoordinasi kegiatan pengadaan beras BULOG, dan pengadaan beras BULOG yang terhitung dari tahun 2018-2020 belum mencapai target yang sudah ditentukan oleh Perum BULOG Pusat.
Kata kunci : Implementasi Kebijakan, Pengadaan Beras, Ketahanan Pangan
xii
HALAMAN PENERIMAAN TIM ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... xi
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 11
B. Konsep dan Teori Implementasi Kebijakan ... 14
C. Model Implementasi Kebijakan ... 17
D. Ketahanan Pangan ... 26
E. Kerangka Pikir ... 37
F. Fokus Penelitian ... 38
G. Deskripsi Fokus ... 39
xiii
B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 42
C. Informan ... 43
D. Teknik Pengumpulan Data ... 45
E. Teknik Analisis Data ... 46
F. Teknik Pengabsahan Data ... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 51
B. Hasil Penelitian ... 66
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 93
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
LAMPIRAN ... 99
xiv
Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 44
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kabupaten Pinrang ... 52
Tabel 4.2 Data Mitra Kerja BULOG KCP Pinrang ... 69
Tabel 4.3 Daftar Target dan Realisasi Pengadaan Beras BULOG... 88
xv
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Publik George C Edward III ... 22
Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan Publik Merilee S. Grindle ... 24
Gambar 2.4 Skema Kerangka Pikir ... 37
Gambar 4.1 Struktur Organisasi Perum BULOG Kabupaten Pinrang ... 56
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki potensi yang tinggi pada sektor pertanian, ketersediaan pangan masih mengalami masalah di Indonesia, menurut Jokolelono (2011). Hal itu berkaitan dengan adanya masalah sektor pertanian dan pembangunan pedesaan. Dengan adanya pekerjaan yang berkelanjutan dan promosi kegiatan komersial untuk daerah pedesaan sangat penting dilakukan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankan kepadatan penduduk pedesaan (Holiencinova, 2016). Pertambahan penduduk memerlukan lahan yang semakin luas, tidak hanya saja memperluas pemukiman namun juga sebagai ruang perluasan kegiatan-kegiatan perekonomian salah satunya di sektor pertanian untuk meningkatkan jumlah produksi dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat yang turut meningkat. Produksi atau persediaan beras merupakan sumber yang utama kebutuhan dan terpenuhinya suatu kebutuhan pada tingkat ketahanan pangan beras tersebut.
Salah satu isu strategis dalam pembangunan suatu negara yaitu merupakan ketahanan pangan (Simatupang, 2007). Untuk mewujudkan ketahanan pangan yang merupakan berperan penting dalam penyedia pangan utama adalah sektor pertanian, terlebih pada negara sedang berkembang karena mempunyai peran ganda yang merupakan sebagai salah satu dari sasaran utama pembangunan dan salah satu instrument utama dalam pembangunan ekonomi.
Pangan khususnya beras tidak boleh kurang, apabila kekurangan pangan akan berpengaruh pada kesehatan, gizi buruk, sekaligus menurunkan kualitas sumber daya manusia. Dampak lain yang ditimbulkannya apabila kekurangan pangan yaitu terganggunya stabilitas politik, ekonomi, keamanan dan ketergantungan pada negara lain. Oleh karena itu Indonesia harus memiliki ketahanan maupun kedaulatan pangan secara berkelanjutan. Masalah yang dihadapi kedepan adalah merupakan ironi, negara harus mampu meningkatkan produksi beras untuk menyediakan pangan secara berkecukupan dan berkelanjutan.
Ketahanan pangan tidak lepas dari Undang-Undang No. 18 tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan, yang disebutkan dalam undang-undang tersebut bahwa ketahanan pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang terdiri atas tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, merata, aman, beragam, bergizi, terjangkau dan tidak bertentangan pada keyakinan, agama, dan budaya masyarakat, agar aktif, produktif dan dapat hidup sehat secara berkelanjutan.
Pokok-pokok pemikiran yang terdapat pada Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan yaitu Pemerintah wajib mengelola stabilitas pasokan dan harga pangan pokok agar terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat, Pemerintah mengelola cadangan pokok, Pemerintah wajib mengeola distribusi pangan pokok dari daerah produsen ke daerah konsumen dan Pemerintah mewujudkan pangan yang bergizi bagi masyarakat.
Program ketahanan pangan bertujuan yaitu untuk menjadi pilar ketahanan nasional dan menjamin hak atas pangan yang menjadi basis pembentukan sumberdaya manusia yang berkualitas menurut Haryanto (2014), Tujuan pembangunan dalam ketahanan pangan yaitu untuk menjaga ketersediaan dan konsumsi pangan secara aman, cukup, bergizi dan bermutu, baik pada tingkat rumah tangga, daerah hingga nasional. Dewan Ketahanan Pangan Indonesia dalam Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 2010 menyatakan bahwa padi adalah merupakan komoditas pangan yang strategis di Indonesia. Produksi beras terkonsentrasi pada wilayah sulawesi selatan yaitu pada Kabupaten Pinrang merupakan salah satu penghasil beras yang terbesar di Sulawesi Selatan, Pulau Sulawesi merupakan wilayah penting bagi produksi tanaman pangan, terutama beras sebagai lumbung pangan.
Dalam pembahasan pangan, tidak terlepas dari perberasan. Pemerintah telah membuat keputusan bahwa perum BULOG menjadi pelaksana dalam salah satu nawacita yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo yaitu ketahanan pangan. Pengadaan beras merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan. Adapun konsep pengadaan beras yang dilakukan pemerintah sebagai intervensi dari sisi produsen pada saat suplai melimpah karena panen raya. Pemerintah menggunakan instrument HPP yang sebelumnya disebut harga dasar (HD) untuk melindungi petani pada harga tingkat yang rendah karena petani saat panen kurang kuat nilai tawarnya.
Dengan dibuatnya HPP, harapannya pasar dapat menjadikan HPP sebagai suatu patokan dalam membeli beras petani agar petani dapat
terlindungi. Dengan pengadaan BULOG yang menjadi alternatif pasar, pengadaan dalam negeri merupakan jaminan pasar serta harga bagi produksi dalam negeri agar petani masih tetap bersemangat dalam memproduksi beras untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan nasional. Melalui pengadaan gabah/beras dalam negeri, pilar ketersediaan pada ketahanan pangan dapat diwujudkan.
Sesuai dengan amanat Inpres No. 5 Tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah yaitu merupakan salah satu pengejawantahan intervensi pemerintah pada perberasan nasional dalam memperkuat ketahanan pangan. Secara garis besar dalam inpres tersebut disebutkan bahwa dalam melaksanakan kebijakan pengadaan gabah/beras melalui dengan pembelian gabah/beras dalam negeri sesuai dengan ketentuan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) yang sudah ditetapkan dan kemudian ditetapkan kebijakaan sehingga dapat menjaga stabilitas harga beras dalam negeri.
Mengingat strategisnya kebutuhan pangan bagi masyarakat, maka pemerintah mendirikan suatu Lembaga yang khusus menangani masalah pangan terutama beras, yaitu Badan Urusan Logistik (BULOG). BULOG adalah salah satu lembaga pemerintah yang dibentuk pada tahun 1967 yang ditugaskan oleh pemerintah dalam penyediaan bahan pokok dan mengendalikan stabilitas harga terutama pada tingkat konsumen. Peran BULOG tersebut dikembangkan lagi yaitu dengan ditambah mengendalikan harga produsen dengan melalui instrument harga dasar agar petani padi
terlindungi. Dalam perkembangan selanjutnya, peran BULOG tidak hanya terbatas pada pengendalian harga dan beras saja tetapi BULOG juga penyediaan komoditas lain seperti gula pasir, kedelai, tepung terigu, minyak goreng, telur, daging dan pakan ternak serta bumbu-bumbuan, yang dilakukan secara insidentil terutama saat situasi harga meningkat (Saifullah,2001:2).
Untuk melaksanakan fungsinya BULOG yaitu membentuk Dolog-dolog (Depot Logistik) di berbagai setiap provinsi, sub-Dolog di beberapa kabupaten dan gudang Dolog atau sub-Dolog yang tersebar di seluruh Indonesia (Sudiro
& Babang, 1982 hl.533). Seiring dengan semangat otonomi daerah BULOG dapat menyerahkan kebijakan dan keleluasaan kepada Dolog sebagai pelaksana di daerah dalam merencanakan pengelolaan anggaran untuk pengadaan beras sesuai dengan kebutuhan wilayah kerja serta menanggung risiko dari segala keputusan oleh operasional Dolog (Sapuan, 2001).
Dengan demikian kebijakan operasional Dolog yang diarahkan pada deteksi dini akan efektif apabila fungsi penyimpanan beras untuk kebutuhan wilayah kerja diselaraskan dengan pola perubahan kondisi permintaan dan penawaran, sehingga fluktuasi harga maupun pasokan beras di pasar yang ekstrim pada musim panen dan paceklik akan stabil serta biaya penyimpanan sebagai fungsi jumlah pengadaan stok menjadi efisien. Dengan demikian setiap Dolog akan lebih mandiri serta mampu mewujudkan peran ganda yakni, menjalankan misi ketahanan pangan dan aktivitas ekonomi dalam usaha logistik.
Adapun Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No. 24 Tahun 2020 Tentang Penetapan Harga Pembelian Pemerintah untuk Gabah dan Beras.
Tabel 1.1 Harga Pembelian Pemerintah sesuai Permendag No. 24 Tahun 2020
No Komoditas Harga
(Rp./kg)
Persyaratan 1. GKP di petani
GKP di penggilingan
4.200 4.250
- kadar air maks. 25%
- kadar hampa/kotoran maks. 10%
2. GKG di penggilingan GKG di gudang BULOG
5.250 5.300
- kadar air maks. 14%
- kadar hampa/kotoran maks. 3%
3. Beras Di Gudang Perum BULOG
8.300 - kadar air maks. 14%
-butir patah maks. 20%
-butir menir maks. 2%
-derajat sosoh min. 95%
Sumber: BULOG KCP Pinrang, 2021 Keterangan:
GKP : Gabah Kering Panen GKG : Gabah Kering Giling
Pengamanan HPP yang dilakukan oleh Perum BULOG dengan melalui pembelian gabah/beras dalam negeri pada saat panen raya yang mengikuti perkembangan produksi yang tidak stabil, maka penyerapan pemerintah yang dilakukan melalui pengadaan dalam negeri oleh Perum BULOG merupakan salah satu hal penting. Suplai yang melimpah terjadi pada saat panen raya, mengakbiatkan terjadinya marked suplus di pasar sehingga perlu penyerapan.
Keberhasilan oleh Perum BULOG untuk menghimpun stok dari pengamanan HPP dapat membantu dalam peningkatan pendapatan jutaan petani yang tersebar di berbagai tempat di tanah air dan dapat memperkuat stok beras nasional, sekaligus dapat mendorong stabilitas harga beras.
Yang menjadi pokok utama dari implementasi kebijakan adalah bagaimana memahami yang seharusnya terjadi setelah kebijakan tersebut dirumuskan. Implementasi kebijakan dapat diartikan sebagai pelaksanaan kegiatan dan mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan sehingga kebijakan yang dilaksanakan dapat memberi dampak kepada masyarakat serta memberi kontribusi dalam menanggulangi masalah yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Dengan dirumuskannya kebijakan pengadaan beras menjadi sorotan masyarakat apakah proses implementasi tersebut sudah terlaksana atau belum.
Dalam pengadaan beras, ada beberapa masalah yang ditimbulkan dalam proses implementasi kebijakan pengadaan beras saat ini. Adanya pengusaha kilang padi yang tidak berkenan menjual berasnya kepada BULOG karena harga pembelian lebih murah dari pada harga pasaran. Jadi sebagian dari para pengusaha kilang padi lebih memilih menjual berasnya kepada pedagang pengecer atau ke derah lain. Sehingga apabila BULOG tidak membeli beras dari pengusaha kilang padi maka gudang tempcat penyimpanan beras akan kosong dan tidak mempunyai stok beras.
Terjadinya kekosongan gudang maka akan menyebabkan terkendalanya penyaluran bansos rastra. Dengan demikian BULOG harus menunggu kiriman beras dari daerah lain yang mempunyai surpus beras seperti Jawa Tengah, Jawa
Barat, dan Jawa Timur. Meskipun masyarakat setempat tetap menerima bansos rastra dari BULOG dengan keterlambatan waktu penyaluran. Hal ini mengakibatkan BULOG Cabang Pembantu Pinrang belum bisa dikatakan berhasil dalam penerimaan hasil pengadaan beras setempat. Dengan melihat hal tersebut bahwa pengadaan beras sangat berpengaruh terhadap ketahanan persediaan untuk memenuhi kebutuhan penyaluran beras raskin, bencana alam, dan operasi pasar untuk stabilisasi harga.
Dan salah satu yang menjadi faktor penghambat proses implementasi kebijakan tersebut adalah kinerja sumber daya dalam perusahaaan ini belum makasimal yaitu terbatasnya jumlah pegawai. Sehingga membutuhkan manajerial yang baik, dengan hal ini, sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan beras BULOG di kabupaten pinrang kurang memadai.
Namun yang menjadi permasalahan adalah masih terjadi penyaluran bansos yang tidak optimal meresahkan masyarakat kecil, penetapan HPP yang masih rendah belum mensejahterahkan petani, dan kebijakan impor pangan starategis berlawanan dengan cita-cita kemandirian pangan. selain dari itu lembaga stabilisasi harga pada saat ini masih bertumpu pada BULOG yang juga dituntut untuk menghasilkan laba, sehingga distribusi beras yang merupakan sebagai makanan pokok rakyat Indonesia sehingga pada saat ini belum optimal.
Dengan adanya fenomena tersebut, menurut peneliti di Kabupaten Pinrang merupakan objek yang menarik untuk dikaji, karena Kabupaten Pinrang merupakan salah satu daerah yang menjadi lumbung beras di Sulawesi
Selatan. dan selain itu, sepengetahuan peneliti, Perum BULOG di Kabupaten Pinrang belum pernah diteliti secara ilmiah mengenai pengadaan beras.
Sehingga penelitian ini perlu diteliti untuk menambah pengetahuan yang baru.
Oleh sebab itu peneliti terdorong untuk mengkaji pengadaan beras BULOG di Kabupaten Pinrang.
Berdasarkan pemafaran tersebut, menjadi dasar peneliti untuk melakukan sebuah penelitian dengan mengangkat judul tentang
“Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan Di Kabupaten Pinrang”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dijelaskan sebelumnya maka yang menjadi rumusan masalah untuk penelitian ini adalah bagaimana implementasi kebijakan pengadaan beras BULOG dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Pinrang ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fenomena dari pokok permasalahan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis implementasi kebijakan pengadaan beras BULOG dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Pinrang.
D. Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Kegunaan Praktis
Penelitian ini dapat diharapkan dengan memberikan masukan-masukan dan saran kepada Perum BULOG dalama hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan pengadaan beras BULOG di Kabupaten Pinrang.
2. Kegunaan Teoritis
a. Bagi Universitas, sebagai tambahan informasi dan referensi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian berikutnya yang berkaitan dengan Perum BULOG dalam Ketahanan Pangan.
b. Bagi masyarakat, sebagai tambahan informasi mengenai peran dan tugas Depot Logistik dalam peningkatan ketahanan pangan.
11 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Yang Relevan
Seperti halnya dengan judul yang telah diangkat oleh peneliti, maka ada beberapa penelitian terdahulu yang dapat digunakan sebagai rujukan dalam penelitian ini yaitu, sebagai berikut:
1. Penelitian Rosmery Elsye (2015)
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rosmery Else pada tahun 2015 dengan mengangkat sebuah judul “Implementasi Kebijakan Program Raskin Dalam Rangka Meningkatkan Ketahanan Pangan Keluarga Miskin Di Kelurahan Pelaihari Kecamatan Pelamihari Kabupaten Tanah Laut”.
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi kebijakan program RASKIN dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan keluarga miskin di Kelurahan Pelaihari dinilai belum sepenuhnya dirasakan oleh RTS-PM. Hal ini selain dipengaruhi oleh indikator kinerja program yang belum tercapai, juga dipengaruhi oleh` banyak sedikitnya jumlah anggota keluarga dari masing-masing RTS-PM.
Dalam pelaksanaan Program RASKIN Kelurahan Pelaihari ada beberapa faktor yang menjadi kendala yaitu jarak antara titik distribusi dengan penerima manfaat, masih rendahnya kesadaran petugas dalam pendistribusian RASKIN, tidak tersedianya fasilitas khusus tempat penyimpanan RASKIN beserta alat timbang beras yang tidak memadai, kurangnya kordinasi kelurahan dengan perum BULOG Divre Kal-Sel
mengenai standar waktu pendistribusian RASKIN, serta RTS-PM tidak memiliki sikap kritis terhadap program RASKIN.
2. Penelitian Suryati (2014)
Adapun penelitian yang terdahulu yang dilakukan oleh Suryati dengan judul “Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah (Studi Pada Program Peningkatan Produksi Beras Nasional P2BN di Kabupaten Kotawaringin Barat”. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis faktor-faktor yang dapat menyebabkan kurang berhasilnya implementasi kebijakan ketahanan pangan daerah pada program peningkatan produksi beras (P2BN) di Kabupaten Kotawaringin Barat.
Hasil penelitian dari Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Daerah (Studi Pada Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu belum optimal. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah organisasi pelaksana implementasi kebijakan yang kurang yang mampu menggerakan organisasi, disposisi atau komitmen pelaksana yang masih rendah, sumberdaya kurang memadai, dan Kebijakan Top Down, identifikasi permasalahan tidak diidentifikasikan sejak dini, Komunikasi dan Koordinasi kurang, keterpaduan dan kondisi eksternal yang sangat berpengaruh besar terhadap keberhasilan dalam peningkatan produksi beras antrara lain faktor alam, kondisi lahan, serangan hama penyakit tanaman, adanya alih fungsi lahan pertanian pangan ke non pangan.
3. Penelitian Isnaeni Dewi Putri (2016)
Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Isnaeni Dewi Putri dengan judul “Implementasi Kebijakan Ketahanan Pangan Di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman DIY”. Penelitian ini bertujuan untuk dapat mengetahui implementasi kebijakan ketahanan pangan di Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta dengan program mina padi dan apa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa program mina padi mampu meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Peningkatan produktivitas lahan dilihat dari jumlah peningkatan hasil produksi yang bukan hanya padi tetapi juga ikan, implementasi program mina padi di Kecamatan Pakem sudah baik dengan melihat lima indikator dari teori implementasi kebijakan.
Pelaksanaan mina padi sudah sesuai dengan standar yang ditetapkan.
hubungan organisasi berjalan baik dengan adanya komunikasi dan koordinasi antar organisasi, sumberdaya cukup memadai, karakteristik agen pelaksana yang sudah baik dengan adanya kewenangan dan pemisahan tugas yang jelas. Kondisi ekonomi, sosial, politik yang baik dengan adanya respon dan dukungan dari elite politik. Disposisi implementor sudah baik dengan adanya komitmen dari implementor program mina padi di Kecamatan Pakem. Hambatan dalam pelaksanaan program ini adalah mindset masyarakat yang sulit diubah untuk beralih dalam menggunakan sistem pertanian mina padi serta modal awal pelaksanaan mina padi yang cukup besar.
B. Konsep dan Teori Implementasi Kebijakan 1. Kebijakan Publik
Kebijakan adalah suatu keputusan yang telah dibuat oleh pemerintah atau lembaga yang berwenang untuk menyelesaikan masalah sehingga tercapai tujuan yang diinginkan oleh masyarakat (Abidin, 2012:19). Menurut Carl Friedrich (dalam Indiahono, 2009:18) menyatakan bahwa kebijakan adalah sebagai tindakan yang mengarah untuk mencapai tujuan yang dapat diusulkan oleh individu, kelompok, dan pemerintah yang berada dalam lingkungan tertentu yang berhubungan dengan adanya kendala-kendala tertentu dalam mendapatkan peluang untuk mencapai tujuan tertentu.
H. Hugh Heglo (dalam Abidin , 2010:6) menyebutkan bahwa kebijakan merupakan sebagai suatu tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan dapat digolongkan sebagai suatu rumusan kata- kata dan sebagai suatu alat analisis, oleh Karena itu isi dari kebijakan tersebut lebih dapat dipahami oleh para analisis dari pada oleh para perumus atau pelaksana kebijakan tersebut. Beberapa isi dari kebijakan yaitu sebagai berikut:
1. Pertama, yaitu untuk mencapai tujuan yang dikehendaki dicapai bukan tujuan yang hanya sekedar diinginkan saja.
2. Kedua, suatu rencana atau proposal merupakan cara tertentu untuk mencapainya.
3. Ketiga, yaitu program atau langkah tertentu yang telah mendapatkan persetujuan atau pengesahan dalam mencapai tujuan yang dimaksud.
4. Keempat, yaitu adanya keputusan tindakan tertentu yang diambil dalam menentukan tujuan, membuat rencana dan melaksanakan serta mengevaluasi program tersebut.
5. Kelima, yaitu dampak yang dapat timbul dari program tersebut dalam masyarakat.
Kebijakan publik adalah merupakan peraturan atau perundangan yang dapat digunakan sebagai dasar tindakan pemerintah dalam melayani dan mengatur masyarakat di berbagai bidang kehidupan. Kebijakan publik diartikan sebagai keputusan yang telah dibuat oleh pemerintah sebagai strategi untuk mencapai tujuan negara tersebut. Kebijakan publik yang berbentuk undang-undang atau peraturan daerah merupakan jenis kebijakan yang membutuhkan kebijakan publik penjelas atau peraturan pelaksanaan.
Kebijakan publik yang biasanya langsung operasional yaitu inpres, keppres, kepmen, dan keputusan kepala daerah serta keputusan kepala dinas, dll (Nugroho, 2014:357).
2. Pengertian Implementasi Kebijakan
Implementasi kebijakan merupakan salah satu bagian dalam proses kebijakan. Baik Edwar III (1980) maupun Anderson (1978) keduanya sepakat dalam memberikan pengertian bahwa implementasi kebijakan publik adalah suatu proses kegiatan adminisratif yang dilaksanakan setelah kebijakan ditetapkan dan disetujui (Tachjan, 2006). Implementasi kebijakan adalah merupakan tahap yang paling penting dalam proses suatu kebijakan publik.
Program kebijakan tersebut harus diimplementasikan agar mempunyai tujuan
yang diinginkan. Suharto (2008) dan juga Nugroho (2014) keduanya menyatakan bahwa suatu kebijakan tersebut tidak akan berarti apabila tidak diimplementasikan, sebagus dan sebaik apapun formulasi pada kebijakan publik, apabila dalam implementasinya tidak terlaksana dengan maksimal, maka formulasi kebijakan tersebut hanya menjadi sebuah wacana tanpa arti.
Van Meter dan Van Horn (dalam Muhammad Ridha Suaib, 2016:82) mendefinisikan implementasi kebijakan sebagai “Policy ipmlementation encompasses those action by public and provate individuals (and groups) that are directed at the achievent of goals and objectives set forth in prior policy decisions”. Definisi tersebut mengartikan bahwa implementasi kebijakan adalah suatu tindakan-tindakan yang dilaksanakan oleh pemerintah atau swasta baik secara individu atau kelompok yang mengarah pada pencapaian suatu tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan mengamati pendapat tersebut dapat diartikan bahwa sumber-sumber dalam mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya oleh pembuat kebijakan, di dalamnya mencakup dana, manusia dan kemampuan organisasi yang dilakukan baik oleh individu atau kelompok dan pemerintah maupun swasta.
Daniel A. Mazmanian Dan Paul Sabatier (dalam Solihin Abdul Wahab, 1997:68) menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan sebagai pelaksana keputusan kebijakan dasar, yang biasanya berbentuk undang-undang, tetapi juga berbentuk perintah-perintah atau keputusan badan eksekutif atau keputusan badan peradilan. Sedangkan menurut Wahab
(Jeane Elisaberh Langkai 2020:45) dalam pandangan Denhard dan Denhard menyatakan bahwa implementasi merupakan tahap tindakan atau aksi dimana semua perencanaan dirumuskan menjadi suatu kebijakan yang dapat dioperasikan. Dan menurut Taufan L.A 2013 menyatakan bahwa implementasi adalah merupakan kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksana kebijakan sehingga dapat memperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan dan sasaran dari kebijakan itu sendiri.
Study implementasi yang paling utama yaitu mempelajari bagaimana kinerja suatu kebijakan, dan mengkaji secara kritis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap suatu kebijakan untuk mencapai tujuan kebijakan tersebut (Effendi, 2000). Keterlibatan aktor-aktor dalam perumusan kebijakan menjadi ciri khusus dari suatu kebijakan publik, dimana suatu kebijakan diformulasikan oleh penguasa dalam suatu sistem politik yaitu para petinggi suku, anggota-anggota eksekutif, legislatif, yudikatif adimistrator dan semacamnya (Budi Winarno, 2000:18). Sedangkan tujuan lain dalam mempelajari implementasi kebijakan publik yaitu menyangkut konflik dan keputusan serta siapa yang memperoleh apa dari suatu kebijakan tersebut (Wahab, 1997:59).
C. Model Implementasi Kebijakan
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan ditentukan oleh beberapa faktor atau variabel, dan variabel tersebut saling berhubungan satu sama lain.
Dibawah ini akan dijelaskan secara ringkas model-model implementasi kebijakan publik yaitu sebagai berikut:
1. Model Implementasi Kebijakan oleh Van Meter dan Van Horn
Model ini disebut a model of the policy implementation process (model implementasi kebijakan).
Argumen yang diberikan adalah bahwa perbedaan-perbedaan dalam suatu proses implementasi kebijakan dapat dipengaruhi oleh sifat kebijakan.
Pendekatan ini berusaha untuk dapat menghubungkan antara isu kebijakan dengan implementasi pada suatu model konseptual yang mepertalikan kebijakan dengan prestasi kerja (performance). Implementasi kebijakan akan berhasil apabila dalam perubahan yang dikehendaki relatif sedikit, sedangkan kesepakatan terhadap tujuan terutama pada orang-orang yang mengoperasikan program di lapangan relatif tinggi.
Berikut enam variabel yang mempengaruhi implementasi kebijakan publik yaitu sebagai berikut:
1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
Tingkat keberhasilan kinerja implementasi kebijakan dapat diukur nya apabila ukuran dan tujuan dari kebijakan tersebut realistis dengan sosio- kultur yang ada pada level pelaksanaan kebijakan. Apabila suatu ukuran atau tujuan dari kebijakan tersebut terlalu ideal untuk dilakukan ditingkat masyarakat, maka kebijakan publik tersebut akan sulit direalisasikan hingga titik dinyatakan berhasil.
2. Sumber Daya
Keberhasilan suatu proses implementasi kebijakan tergantung pada kemampuan dalam memanfaatkan sumber daya yang telah tersedia.
Manusia adalah merupakan sumber daya yang paling penting dalam menentukan keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber daya yang dimaksud adalah Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan sumber daya lain (finansial dan waktu).
3. Karakteristik Badan Pelaksana
Pusat perhatian terhadap badan pelaksana meliputi organisasi formal dan informal karena kinerja implementasi sangat dipengaruhi oleh ciri- ciri yang cocok dengan badan pelaksananya. Misalnya dalam implementasi kebijakan publik yang berusaha untuk dapat merubah sikap atau perilaku manusia secara radikal maka badan pelaksana harus berkarakter ketat dan keras pada aturan atau sanksi hukum.
4. Sikap Para Pelaksana
Suatu implementasi kebijakan dapat ditolak oleh orang-orang yang bertanggung jawab apabila tujuan kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya bertentangan dengan nilai pribadi pelaksana, kesetian- kesetian ekstra organisasi, perasaan akan kepentingan diri sendiri, atau karena adanya hubungan yang lebih disenangi.
5. Komunikasi antar Organisasi dan Aktivitas Pelaksana
Prospek implementasi yang efektif ditentukan dengan adanya kejelasan ukuran dan tujuan yang dinyatakan dan adanya konsistensi dan ketepatan dalam mengkomunikasikan ukuran dan tujuan tersebut.
Apabila semakin baik koordinasi komunikasi diantara pihak yang terlibat dalam proses implementasi tersebut, maka peluang kesalahan- kesalahan akan sangat kecil terjadi, dan begitupun sebaliknya.
6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik
Keberhasilan suatu kebijakan publik didorong oleh lingkungan eksternal. Apabila lingkungan sosial, ekonomi dan politik tidak kondusif maka dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Oleh karena itu upaya dalam mengimplementasikan kebijakan harus memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternalnya.
Adapun gambar proses implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn sebagai berikut:
Gambar 3.1 model proses implementasi kebijakan menurut Van Meter dan Van Horn
2. Model Implementasi Kebijakan oleh George C Edwar III
Menurut pandangan Edward III (1980) model implementasi kebijakan ini bersifat top down, yang dipengaruhi oleh empat variabel yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Keempat variabel tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Komunikasi
Pada variabel ini, ada 3 hal yang paling diperlukan yaitu (1) transimisi atau penyaluran yang baik dapat menghasilkan implementasi yang juga baik, (2) pelaksana kebijakan menerima kejelasan sehingga dalam pelaksanaan kebijakan tidak terjadi kebingunan, 3) dalam pelaksanaan kebijakan harus konsistensi, apabila yang dikomunikasikan berubah- ubah maka akan membingunkan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.
2. Sumber daya
Sumber daya adalah faktor yang paling penting dalam implementasi kebijakan sehingga efektif dan efisien, tanpa sumber daya kebijakan hanya tinggal di kertas menjadi dokumen saja tidak diwujudkan untuk memberikan pemecahan masalah yang ada di lingkungan masyarakat dalam upaya meberikan pelayanan kepada masyarakat.
3. Disposisi
Implementor yang baik harus memiliki disposisi yang baik, maka akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik seperti yang telah ditetapkan oleh pembuat kebijakan. Disposisi dalam implementasi dan karakteristik sikap yang dimiliki oleh implementor yaitu seperti;
kejujuran, komunikatif, komitmen, cerdik dan sifat demokratis. Proses implementasi menjadi tidak efektif dan efisien apabila implementasi kebijakan memiliki sikap atau presfektif yang berbeda dengan pembuat kebijakan.
4. Struktur birokrasi
Struktur birokrasi mempunyai peranan penting dalam implementasi kebijakan. Salah satu aspek struktur birokrasi adalah adanya prosedur operasi yang standar (standar operasional prosedur) atau SOP yang berfungsi menjadi pedoman bagi setiap implementor dalam bertindak.
Struktur organisasi yang terlalu panjang maka cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan red-tape yaitu prosedur yang rumit dan kompleks yang dapat menyebabkan aktivitas organisasi tidak fleksibel.
Adapun gambar proses implementasi kebijakan menurut George Edward III sebagai berikut:
Gambar 3.2 proses implementasi kebijakan menurut George Edward III 3. Model Implementasi Kebijakan oleh Merilee S, Grindle
Model ini dikenal dengan implementation as A and Administrative Process. Proses pencapaian hasil akhir (outcomes) merupakan alat ukur keberhasilan suatu implementasi kebijakan, dengan tercapai atau tidaknya
Bureaucratic Structure
Implementation
Communication
Dispositions Resources
tujuan yang diinginkan tersebut. Keberhasilan suatu implementasi dapat dilihat dari dua hal yaitu:
1. Dilihat dari prosesnya, yaitu apakah pelaksanaan suatu kebijakan apakah pelaksanaan sesuai dengan yang telah ditentukan (design) yang merujuk pada aksi kebijakan.
2. Apakah suatu tujuan kebijakan sudah tercapai, dimensi ini dapat diukur dengan melihat dua faktor, yaitu dampaknya terhadap masyarakat baik secara individu atau kelompok dan tingkat perubahan yang telah terjadi.
Keberhasilan suatu implementasi kebijakan publik menurut Grindle (dalam Agustino, 2008:154) yaitu ditentukan pada tingkat implementability kebijakan itu sendiri yang meliputi konten dan konteks kebijakan :
1. Konten kebijakan, terdiri atas kepentingan-kepentingan yang dapat mempengaruhi tipe manfaat, letak pengambilan keputusan, pelaksanaan program, derajat perubahan yang ingin dicapai serta sumber-sumber daya yang digunakan.
2. Konteks kebijakan, yaitu yang terdiri dari kepentingan-kepentingan dan strategi aktor yang terlibat, kekuasaan, karakteristik suatu lembaga serta rezim yang berkuasa dengan adanya tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana kebijakan.
Adapun gambar proses implementasi kebijakan menurut Merilee S.
Grindle sebagai berikut:
Gambar 3.3 proses implementasi kebijakan menurut Merilee S. Grindle Faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A. Gunn (dalam Riant Nugroho, 2003:170- 174) , kebijakan negara dapat diimplementasikan dengan baik sesuai dengan syarat-syarat berikut:
Apakah tujuan tercapai
Tujuan kebijakan
Program aksi dan proyek khusus yang direncanakan dan dibiayai
Apakah program dan
proyek dilaksanakan
sesuai rencana?
Kegiatan-kegiatan implementasi dipengaruhi oleh : 1. muatan kebijakan (policy
content), meliputi:
a). tipe manfaat
b). derajat perubahan yang dicita-citakan
c). lokasi pengambilan keputusan
d). pelaksana program e). sumber daya yang
disediakan
2. konteks implementasi, meliputi:
a). kekuatan, kepentingan dan strategi dari aktor-aktor yang terlibat.
b). karakteristik kelembagaan.
c). konsistensi/kepatuhan dan responsivitas.
Hasil akhir : a. Dampak terhadap
masyarakat, perorangan dan kelompok b. Tingkat
perubahan dan penerimanya
Pengukuran keberhasilan
1. Dalam melaksanakan program tersedia sumber-sumber yang memadai.
2. Terjaminnya lembaga/badan pelaksana tidak menimbulkan masalah besar pada kondisi eksternal yang dihadapi.
3. Tersedianya perpaduan sumber-sumber yang diperlukan baik sumberdaya maupun aktor karena kebijakan publik merupakan suatu kebijakan yang kompleks dan menyangkut dampak yang luas.
4. Kebijaksanaan yang akan diimplementasi tersebut harus didasari oleh suatu hubungan kualitas yang handal.
5. Hubungan yang hanya sedikit mata rantai penghubung dan kualitas yang bersifat langsung. Jika semakin sedikit hubungan sebab akibat, maka hasil yang dikehendaki pada kebijaksanaan tersebut dapat tercapai.
6. Hubungan yang saling ketergantungan harus kecil, jika hubungan yang saling ketergantungan tinggi maka implementasi tersebut tidak akan efektif apalagi hubungan tersebut adalah hubungan ketergantungan.
7. Adanya kesepakatan dan pemahaman yang mendalam untuk tujuan yang tepat dan tidak sulit dipahami.
8. Tugas yang tepat dan prioritas yang jelas merupakan suatu kunci efektifitas implementasi kebijakan.
9. Komunikasi dan koordinasi yang sempurna dalam kebijakan merupakan awal dari kerjasama tim serta terbentuknya sinergi.
10. Kekuasaan atau power merupakan syarat bagi efektifitas implementasi kebijakan, tanpa adanya otoritas dari kekuasaan, maka kebijakan tersebut tetap hanya kebijakan tanpa ada impak bagi target kebijakan.
D. Ketahanan Pangan
1. Pengertian Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan menurut Undang-Undang No. 7 tahun 1996 adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga dan tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, merata, aman dan terjangkau. Ada beberapa indikator ketahanan pangan rumah tangga yaitu : (1) penurunan produksi pangan, (2) tingkat ketersediaan pangan dirumah tangga, (3) tingkat kerusakan tanaman, ternak, dan perikanan, (4) proporsi pengeluaran pangan terhadap pengeluaran total, (5) perubahan kehidupan sosial meliputi menjual/menggadaikan aset dan migrasi, (6) fluktuasi harga pangan utama pada umumnya dikonsumsi rumah tangga,(7) keadaan gizi masyarakat, dan (8) keadaan konsumsi pangan seperti kebiasaan makan, kuantitas dan kualitas pangan (suhardjo dalam Rachman dan Ariani, 2002).
Ketahanan pangan tidak lepas dari UU No. 18 tahun 2012 tentang pangan, disebutkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa Ketahanan Pangan adalah suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi perseorangan sampai dengan negara, yang meliputi tersedianya pangan yang cukup, merata, aman, baik jumlah maupun mutunya, beragam, terjangkau dan bergizi serta tidak bertentangan dengan keyakinan, agama, dan budaya masyarakat, agar dapat hidup aktif, sehat dan produktif secara berkelanjutan.
(http://www.bulog.co.id/ketahananpangan.php.acses.02/02/2020).
Pangan identik dengan beras karena jenis pangan ini merupakan salah satu makanan pokok utama bagi warga Indonesia. Pengaruh beras sangat
besar dalam bidang ekonomi yaitu untuk pertumbuhan dan dinamika ekonomi pedesaan, penyerapan tenaga kerja, serta lingkungan yang menjaga tata guna air dan udara bersih, dan sosial politik sebagai ketertiban dan keamanan serta perekat bangsa. Beras adalah salah satu sumber utama sebagai pemenuhan gizi yang meliputi protein, lemak, kalori dan vitamin. Ketahanan pangan dapat diartikan apabila terpenuhinya suatu pangan dengan ketersediaan yang cukup, serta tersedianya setiap saat di semua daerah, mudah diperoleh, dan aman untuk dikonsumsi dan harga yang terjangkau. Hal ini merupakan wujud dari bekerjanya sub sistem konsumsi, sub sistem distribusi dan sub sistem ketersediaan. Program peningkatan ketahanan pangan bertujuan untuk mengoperasikan pembangunan untuk mengembangkan sistem ketahanan pangan pada tingkat masyarakat hingga tingkat nasional.
a. Tujuan dan sasaran Ketahanan Pangan (http://www.deptan.go.id) Tujuan dari program ketahanan pangan yaitu sebagai berikut:
1) Untuk Meningkatnya ketersediaan pangan 2) Untuk Mengembangkan diversifikasi pangan 3) Untuk Mengembangkan kelembagaan pangan 4) Untuk Mengembangkan usaha penegelolaan pangan
Pada program ketahanan pangan ada sasaran yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:
1) Agar tercapainya suatu ketersediaan pangan ditingkat masyarakat dan ditingkat regional.
2) Mendorong masyarakat agar berpartisipasi dalam mewujudkan ketahanan pangan untuk meningkatkan keanekaragaman konsumsi pangan masyarakat dan melakukan pengalihan konsumsi non beras untuk menurunkan ketergantungan pada pangan pokok beras.
b. Faktor yang menentukan ketahanan pangan
Menurut Yustika, Ahmad Erani (2008:6), faktor yang menentukan ketahanan pangan adalah sebagai berikut:
1) Lahan
Lahan pertanian merupakan suatu masalah akibat konversi yang tidak bisa diatasi dapat berakibat distribusi lahan yang timpang.
Bertambahnya jumlah petani gurem atau petani yang tidak memiliki lahan sendiri atau lahan yang kecil tidak dapat menghasilkan produksi yang optimal semakin banyak disebabkan karena pertumbuhan penduduk di pedesaan tersebut. Naiknya harga jual atau sewa lahan karena lahan pertanian yang semakin terbatas, sehingga para petani hanya sedikit yang mampu menyewa atau membeli lahan tersebut, dan dalam distribusi lahan tambah besar mengakibatkan kepincangan.
2) Infrastruktur
Indonesia dibidang pertanian masih kurang kokoh dalam mendukung ketahanan pangan disebabkan karena lambannya pembangunan infrastruktur, menurutnya syarat yang paling penting untuk mendukung pertanian yang maju yaitu pembangunan infrastruktur pertanian. Infrastruktur di Indonesia diperlukan
perbaikan agar tidak terjadi kendala dalam penyaluran produk pertanian yang tidak mengganggu arus pendapatan petani.
3) Teknologi dan Sumber Daya Manusia
Kualitas teknologi dan sumber daya manusia sangat menentukan keberhasilan dalam mencapai ketahanan pangan di Indonesia. Apabila pengetahuan atau wawasan petani mengenai teknologi pertanian, standar kualitas, dan pemasaran masih rendah maka dapat dipastikan bahwa dalam pemakaian teknologi dan input-input modern tidak akan menghasilkan output yang optimal. Lagi pula, teknologi dan SDM adalah merupakan dua faktor-faktor yang bersifat komplementer, dan berlaku disemua sektor, termasuk pertanian.
4) Energi
Dalam kegiatan pertanian energi berperan penting lewat dua jalur yaitu langsung dan tidak langsung. Jalur langsung yang digunakan oleh para petani dalam bertani seperti menggunakan traktor yaitu adalah energi meliputi BBM atau listrik. Sedangkan tidak langsung yaitu alat-alat transportasi dan komunikasi yang merupakan energi yang digunakan oleh pabrik pupuk dan pabrik yang membuat input- input lainnya.
5) Dana
Keterbatasan dana dapat membuat rapuhnya ketahanan pangan.
Sektor yang paling sedikit mendapat kredit dari perbankan dan juga dana investasi di Indonesia yaitu sektor pertanian diantara sektor-
sektor ekonomi lainnya. Berdasarkan SP 2003, jumlah petani yang pernah mendapatkan kredit bank hanya sekitar 3,06%, sedangkan para petani lainnya menggunakan uang sendiri untuk membiayai kegiatan bertani.
6) Lingkungan fisik/iklim
Adanya krisis pangan tidak dapat diragukan bahwa pemanasan global turut berperan. sektor pertanian merupakan yang paling rentan terkena dampak perubahan iklim, karena pertanian di Indonesia masih sangat mengendalikan pertanian sawah yang berarti memerlukan air yang tidak sedikit (Samhadi, 2007:51)
7) Relasi Kerja
Relasi kerja yaitu dapat menentukan proporsi nisbah ekonomi yang akan dibagi kepada para pelaku ekonomi di pedesaan. Dengan pola relasi kerja yang ada di sektor pertanian akan menentukan apakah petani menikmati hasil pertaniannya atau tidak. Untuk mengidentifikasi bagaimana pola relasi kerja yang berlaku di Indonesia, nilai tukar petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang bisa dilakukan.
8) Ketersediaan input lainnya
Keterbatasan pupuk dan harganya yang meningkat terus yaitu merupakan ketersediaan input lainnya yang menjadi hambatan serius bagi pertumbuhan pertanian di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Namun selama ini pemerintah masih kurang konsisten dalam
usahanya memenuhi pupuk bersubsidi untuk petani agar ketahanan pangan tidak terganggu. Sulit diharapkan petani yang pada umumnya miskin, akan mampu meningkatkan produksi komoditas pertanian, tanpa adanya ketersediaan sarana produksi pertanian, termasuk pupuk dalam jumlah memadai dengan kualitas baik dan relatif murah.
2. Kebijakan Ketahanan Pangan
Dengan berdasarkan pada pedoman dan ketentuan hukum, serta tujuan dan strategi dalam mewujudkan ketahanan pangan, maka kebijakan dan program yang akan dilaksanakan yaitu sebagai berikut:
a. Program Jangka Pendek (sampai dengan 5 tahun)
Program jangka pendek ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi pangan nasional dengan menggunakan sumber daya yang telah tersedia dan telah teruji. Komponen utama dalam program ini yaitu sebagai berikut:
1) Eksentifikasi atau perluasan lahan pertanian (140.000 Ha/tahun) Eksentifikasi lahan pertanian ini bertujuan untuk memperluas lahan produksi pertanian, sehingga produksi pangan secara nasional sekarang terjadi peningkatan. Eksentifikasi ini dapat dilakukan terutama pada kedelai, garam dan gula karena rasio impor terhadap produksi besar (30-70%). Untuk petani miskin dan tunakisma yang memiliki keahlian/pengalaman bertani maka lahannya akan diperluas (< 0.1 Ha). Sedangkan untuk dimanfaatkan sebagai lahan usahatani yaitu lahan yang kering potensial seluas 31 juta Ha.
2) Intensifikasi
Program ini mengarah pada peningkatan produksi melalui peningkatan produksi pertanian. Intensifikasi untuk lahan-lahan pertanian yang produktif serta yang subur dan termasuk daerah lumbung pangan seperti Subang, Kerawang dan daerah pantura lainnya di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan provinsi lainnya.
3) Diversifikasi
Untuk meningkatkan produksi pangan pokok alternatif selain beras, penurunan konsumsi beras dan peningkatan konsumsi pangan pokok alternatif yang bergizi, yang berimbang serta berbasis pada pangan lokal merupakan tujuan dari kegiatan diversifikasi. Diversifikasi ini dilakukan untuk mempercepat suatu implementasi teknologi pasca panen dan pengolahan pangan lokal yang telah diteliti kedalam industri.
4) Revitalisasi Industri pasca panen dan pengolahan pangan
Untuk pencegahan bahan baku dari kerusakan, pengolahan bahan baku menjadi bahan setengah jadi dan produk pangan merupakan salah satu revitalisasi/restrukturisasi industri pasca panen dan pengolahan pangan serta penekanan kehilangan hasil dan penurunan mutu karena teknologi penanganan pasca panen yang kurang baik.
5) Revitalisasi dan Restrukturisasi Kelembagaan Pangan
Untuk mendukung pembangunan kemandirian pangan, maka fungsi dan peran lembaga pangan seperti UKM, kelompok tani, dan Koperasi direvitalisasi dan restrukturisasi. Meneg Koperasi dan UKM dan Deptan yang dibantu oleh Depperindang yaitu lembaga kemitraan yang perlu di dorong dan koordinator untuk tumbuhnya usaha bidang pangan. Untuk alokasi dana dalam kegiatan ini yang berupa koordinasi antar instansi dan departemen dalam melahirkan kebijakan pada kelembagaan pangan, jadi kebutuhan dana dibebankan pada anggaran masing-masing departemen.
6) Kebijakan Mikro
Untuk mendorong tercapainya ketahanan pangan dalam waktu 1-5 tahun kebijakan dalam bidang pangan dikaji dan ditelaah ulang.Hal yang perlu dikaji seperti tarif bea masuk, pajak produk pangan, retribusi, iklim investasi dan penggunaan produksi dalam negeri serta kredit usaha.
b. Program Jangka Menengah (5-10 tahun)
Pada Program jangka menengah ini ditujukan adanya pemantapan dalam pembangunan ketahanan pangan yang lebih efektif dan efisien dan berdaya saing yang tinggi. Berikut beberapa program yang perlu untuk dilakukan yaitu:
1) Pengaturan luasan lahan pertanian yang dimiliki petani dan perbaikan undang-undang tanah pertanian yang didalamnya
pemilikan lahan pertanian oleh bukan petani. Pembagian keuntungan kepada pemilik atau sistem bawon dan penggarap.
2) Modernisasi pertanian yaitu lebih mendekatkan pada peningkatan produktivitas dan efisiensi lahan pertanian, alat dan mesin pertanian, pengendalian hama terpadu pasca panen dan pengolahan pangan dan penggunaan bibit unggul.
3) Adanya pengembangan jaringan dan sistem informasi antar instansi, pada lembaga yang terkait dalam bidang pangan dan pola kemitraan bisnis pangan yang berkeadilan.
4) Agar aktivitas kegiatan pertanian lebih dinamis maka perlu pengembangan sarana dan prasarana jalan di pertanian.
c. Program Jangka Panjang (>10 tahun)
1) Lahan pertanian dapat dikelola dengan lebih efektif dan efeisien maka perlu melakukan konsolidasi lahan, karena untuk menggiatkan aktivitas ekonomi dan pedesaan yaitu dengan masuknya alatan dan mesin.
2) Melakukan perluasan pemilikan lahan pertanian yang dilakukan oleh para petani.
3. Peran Pemerintah Dalam Ketahanan Pangan
Pokok-pokok pemikiran yang terdapat Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Ketahanan Pangan yaitu ada 4 peranan dan kewajiban pemerintah dalam pemenuhan pangan di Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pemerintah wajib mengelola stabilitas pasokan dan harga pangan pokok agar terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat.
2. Pemerintah wajib mengelola distribusi pangan pokok dari daerah produsen ke daerah konsumen.
3. Pemerintah mengelola cadangan pokok
4. Pemerintah mewujudkan pangan yang bergizi bagi masyarakat.
(https://m.merdeka.com/uang/empat-peran-dan-kewajiban-pemerintah- dalam-pemenuhan-pangan-ri.html)
d. Perum BULOG
BULOG adalah sebuah lembaga pengatur pangan yang sangat dipercayai oleh pemerintah orde baru. VMF (Voeding Midlen Founds) merupakan lembaga pengatur pangan yang sudah ada di masa penjajahan Belanda. VMF bertugas untuk menjual, membeli dan mengadakan persediaan bahan makanan. (jurnal.volume5,nomor1,april2016)
Badan Urusan Logistik (BULOG) dibentuk pada tanggal 10 Mei 1967 yang berdasarkan keputusan Presiden Kabinet Nomor 114/Kep/1967 dengan tugas pokok untuk mengamankan persediaan pangan untuk menegakkan eksistensi pada pemerintah yang baru. Dalam Keppres RI Nomor 272/1967 dimana eksistensi BULOG sebagai lembaga monopoli perdagangan pangan Indonesia. Sedangka dalam Inpres No. 1/1967 BULOG dinyatakan sebagai Single Purchasing Agency dan Bank Indonesia ditunjuk sebagai Single Financing Agency (Hidayat, 2008. Hlm 26).
Dalam rangka melaksanakan tugas dan fungsinya, status hukum BULOG di sahkan menjadi Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND) berdasarkan Keppres RI No 39 tahun 1978. setelah BULOG di sahkan menjadi sebuah lembaga diatur oleh Keppres, maka status hukum kegiatan yang telah sah, kegiatan yang dilakukan BULOG semakin lugas tanpa halangan apapun. Menurut Sumarkoco Sudiro dan Bambang (1982), dalam menjalankan fungsinya BULOG membentuk Dolog-dolog (depot logistik di setiap provinsi, dibeberapa kabupaten yaitu gudang Dolog/sub-Dolog yang tersebar diseluruh Indonesia). Perum BULOG merupakan lembaga yang ditugasi oleh pemerintah untuk melaksanakan kebijakan perberasan, peran BULOG masa depan sangat terkait dengan rumusan kebijakan yang ditetapkan.
Secara operasional, BULOG sudah melaksanakan tugasnya yang berkaitan dengan penyimpanan cadangan beras atau pangan lain di gudang BULOG untuk keperluan cadangan pangan pemerintah dalam memenuhi outlet rutin kepada masyarakat miskin atau pemerintah, pembelian gabah/beras atau pangan lain untuk melindungi petani atau keperluan lain, cadangan beras yang ditujukan untuk keperluan insidentil penanganan akibat bencana alam, keadaan darurat lain. atau pengungsian. Dalam rangka distribusi atau perdagangan beras atau pangan merupakan jaringan yang dapat difungsikan dalam membantu sistem logistik nasional bagi masyarakat dan jaringan serta sistem yang dikembangkan sudah cukup luas jangkauannya sampai ke desa-desa.
E. Kerangka Pikir
Kerangka pikir dalam penelitian ini menggambarkan alur pemikiran peneliti mengenai fokus penelitian yaitu Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pinrang.
Dengan mengacu kepada model implementasi kebijakan menurut George C Edward III, peneliti menggunakan teori Edward III yaitu sumber daya, komunikasi, disposisi, dan struktur birokrasi.
Dengan demikian, maka diharapkan dapat mampu meningkatkan terwujudnya Ketahanan Pangan bagi masyarakat di Kabupaten Pinrang.
Peneliti diharapkan mampu melakukan analisis dilapangan secara lebih mendalam dan mampu menemukan jawaban atas rumusan masalah dalam penelitian ini.
Adapun kerangka pikir diatas dapat digambarkan sebagai berikut:
C
Terwujudnya Ketahanan Pangan bagi masyarakat di Kabupaten Pinrang
Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di
Kabupaten Pinrang
Teori George C Edward III 1. Komunikasi
2. Sumber daya 3. Disposisi
4. Struktur birokrasi
F. Fokus Penelitian
Menurut Cresswell (dalam Tesiana 2013:39), fokus adalah merupakan konsep utama yang dibahas dalam suatu penelitian ilmiah. Fokus perlu ditetapkan untuk menciptakan penelitian yang terkonsentrasi. Untuk memperdalam suatu penelitian maka dalam penelitian kualitatif ini, perlu menetapkan fokus penelitian. Dalam penetapan fokus ini lebih berdasarkan pada kebaruan informasi yang telah didapatkan dari adanya situasi sosial. Hal ini sangatlah penting karena dapat membatasi studi serta dapat mengarahkan pelaksanaan dan pengamatan yang lebih akurat.
Dengan itu, maka ruang lingkup penelitian diharapkan dapat memudahkan peneliti untuk lebih fokus pada penelitian yang akan dilakukan, yaitu mengenai “Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Dalam Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pinrang”. Adapun ruang lingkup dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan secara mendalam, fenomena terkait bagaimana Perum BULOG dan Depot Logistik dalam hubungan komunikasi, ketersediaan sumber daya, disposisi atau karakteristik sikap dan struktur birokrasi untuk melaksanakan kegiatan pengadaan beras BULOG dalam mewujudkan ketahanan pangan bagi masyarakat Kabupaten Pinrang.
G. Deskripsi Fokus
Untuk terlaksananya Kebijakan Pengadaan Beras BULOG untuk mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pinrang ada empat indikator untuk mengukur keberhasilan tersebut yaitu:
1. Komunikasi
Komunikasi yaitu melakukan hubungan koordinasi komunikasi atau melakukan kerjasama dengan instansi lain untuk mendapatkan dukungan dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan beras BULOG di Kabupaten Pinrang. Hubungan komunikasi dilakukan dengan beberapa instansi yaitu Dinas Ketahanan Pangan, mitra kerja, dan masyarakat. Hal penting dalam komunikasi ini yaitu tentang kebijakan pengadaan beras BULOG di Kabupaten Pinrang sehingga terwujudnya ketahanan pangan.
2. Sumber Daya
Sumber daya yang dimaksud adalah sumber daya manusia dan sumber daya non manusia. Dalam proses pelaksanaan kebijakan pengadaan beras di Kabupaten Pinrang diperlukan adanya dukungan dari sumber daya manusia yaitu para implementor, dan sumber daya non manusia yaitu anggaran dan fasilitas yang diperlukan dalam Proses Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG di Kabupaten Pinrang.
Sumber daya manusia dalam pelaksanaan beras BULOG merupakan implementor Perum BULOG Cabang Pembantu Pinrang yang memiliki kualitas dan kemampuan, tetapi sumber daya manusia ini masih kurang memadai sehingga membutuhkan sumber daya manusia dalam jumlah
banyak. Dan sumber daya non manusia yaitu dari segi finansial yang sudah cukup memadai karena setiap anggaran dikeluarkan langsung oleh Perum BULOG. Sedangkan dari segi fasilitas sudah cukup memadai dengan adanya sarana dan prasarana yang tersedia.
3. Disposisi
Disposisi yaitu sikap implementor dalam pelaksanaan pengadaan beras BULOG dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Pinrang yang meliputi respon para pelaksana terhadap pengadaan kebijakan beras BULOG yang akan dilaksanakan, kognisi yaitu proses pelaksanaan pengadaan beras BULOG di Kabupaten Pinrang yang sesuai dengan kebijakan, dan nilai-nilai yang dimiliki para pelaksana pengadaan beras BULOG.
Respon para implementor dalam kegiatan program pengadaan beras sudah cukup baik dan dengan adanya kebijakan ini para implementor menerima kebijakan pengadaan beras untuk ketahanan pangan. Dan implementor juga memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan pengadaan beras ini sehingga terwujud ketahanan pangan di Kabupaten Pinrang.
4. Struktur Birokrasi
Struktur Birokrasi yaitu prosedur operasi yang standar atau SOP (standar operasional prosedur) yang berfungsi sebagai pedoman atau petunjuk bagi implementor dalam pelaksanaan pengadaan beras BULOG dalam mewujudkan ketahanan pangan di Kabupaten Pinrang.
Kebijakan pengadaan beras, BULOG hanya menjalankan sesuai dengan tupoksi masing-masing bidang terkait kebijakan tersebut. Dalam pembagian kebijakan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, BULOG Cabang Pembantu Pinrang hanya sebagai operasionalisasi kebijakan yang telah ditetapkan.
Dan dalam proses operasional dan teknisnya dilapangan melibatkan pihak- pihak yang terkait seperti bidang pengadaan dan keuangan.
42 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 2 (dua) bulan, dimulai tanggal 15 Desember 2020 sampai dengan 23 Februari 2021. Dan adapun lokasi penelitian ini yaitu Kantor BULOG Cabang Pembantu Pinrang yang beralamat di jl Jenderal Sudirman, Macorawalie, Watang Sawitto, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan 91212. Penulis mengambil lokasi ini untuk melakukan penelitian dikarenakan ketertaikan penulis melihat bagaimana pelaksanaan Pengadaan Beras BULOG dalam mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pinrang.
B. Jenis dan Tipe Penelitian 1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, Agar penelitian ini terarah sesuai dengan tujuan maka pada penelitian ini dengan maksud mencari data sesuai realitas permasalahan yang ada dengan mengaitkan pada pembuktian konsep maupun teori yang digunakan. Berdasarkan dengan judul penelitian ini, maka tujuan peneliti yaitu untuk mengetahui bagaimana Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG dalam mewujudkan Ketahanan Pangan di Kabupaten Pinrang.