• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN BERAS BULOG UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI KOTA LANGSA SKRIPSI OLEH : FAUZIAH RAHMADINA SIREGAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN BERAS BULOG UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI KOTA LANGSA SKRIPSI OLEH : FAUZIAH RAHMADINA SIREGAR"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN BERAS BULOG UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI KOTA LANGSA

SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S1) Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Admiistrasi

Publik

OLEH :

FAUZIAH RAHMADINA SIREGAR 140903054

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2018

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini di setujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Fauziah Rahmadina Siregar

Nim 140903054

Judul : Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa

Medan, Mei 2018

Dosen Pembimbing Ketua Program Studi,

Ilmu Administrasi Publik

Drs. Robinson Sembiring, M.Si Dr. Tunggul Sihombing, MA

NIP : 196004201988031002 NIP : 195908141986011002

Wakil Dekan I FISIP USU MEDAN

Husni Thamrin, S.Sos, M.Si

(3)

HALAMAN PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa ;

1. Karya tulis ilmiah saya dalam bentuk skripsi dengan Judul “ Implementasi Kebijakan Pengadan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa’’

adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapat gelar akademik, baik di Universitas Sumatera Utara maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya tulis ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji.

3. Dalam karya tulis ini, tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran di dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena skripsi ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma dan ketentuan hukum yang berlaku di perguruan tinggi.

Medan, 25 April 2018 Yang membuat Pernyataan

Fauziah Rahmadina Siregar NIM 140903054

(4)

ABSTRAK

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGADAAN BERAS BULOG UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN PANGAN DI KOTA LANGSA

Kebijakan pengadaan beras BULOG yang menjadi tugas Perum BULOG berdasarkan Instruksi Presiden nomor 05 tahun 2015 tentang pengadaan beras BULOG yang mana pada instruksi presiden tersebut menugaskan BULOG untuk bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan beras. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, Teknik pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan melakukan wawancara, observasi, dan dokumentasi dengan teknik analisis deskriptif yang menggambarkan fenomena sesungguhnya dari kejadian di lapangan dengan pendekatan teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli yang mengemukakan keberhasilan suatu kebijakan dipengaruhi oleh hubungan antar organisasi, karakteristik dan kemampuan agen pelaksana, sumber daya organisasi, dan kondisi lingkungan .

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan di Kota Langsa belum terlaksana dengan maksimal.

Terdapat beberapa kendala yang menjadi penghambat terlaksananya kebijakan ini sehingga pengadaan beras terhitung dari tahun 2014-2018 belum mencapai target yang sudah ditentukan oleh Perum BULOG pusat.

Kata kunci : Implementasi Kebijakan, pengadaan beras, ketahanan pangan

(5)

ABSTRACT

The policy of supplying BULOG rice which is the duty of the National Logistics Agency is based on Presidential Instruction number 05 of 2015 concerning procurement of rice from BULOG which in the presidential instruction assigns BULOG to be responsible for the implementation of rice procurement. This study aims to determine the implementation of Bulog Rice Procurement Policy to realize food security in the city of Langsa.

The research method used in this study is a qualitative approach, Data collection techniques used by the author are by conducting interviews, observations, and documentation with descriptive analysis techniques that describe the real phenomena of events in the field with the theoretical approach of G. Shabbir Cheema and Dennis A. Rondinelli who argued that the success of a policy is influenced by relations between organizations.

characteristics and capabilities of implementing agents, organizational resources, and environmental conditions.

The results of this study indicate that the Implementation of Bulog Rice Procurement Policy to Achieve Resilience in the City of Langsa has not been implemented optimally. There are several obstacles that hamper the implementation of this policy so that the procurement of rice from 2014-2018 has not reached the target set by the central BULOG

Keywords: Policy Implementation, rice procurement, food security

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Shalawat beserta salam juga penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam karena berkat beliau, penulis dapat merasakan zaman yang penuh ilmu ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi persyaratan Kurikulum Sarjana Strata S-1 pada Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini adalah Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih mempunyai banyak kekurangan, baik dari segi bahasa dan penulisan yang digunakan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis. Pada penyelesaian skripsi ini, penulis sangat banyak mendapatkan bantuan, masukan motivasi, dan doa dari berbagai pihak, Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr.

Muryanto Amin, S.Sos, M.Si.

2. Bapak Dr. Tunggul Sihombing, M.A selaku Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Asima Yanty S. Siahaan M.A, Ph.D sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Publik , Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Robinson Sembiring, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi saya yang sudah membimbing saya selama penyusunan skripsi.

(7)

5. Kepada seluruh Dosen Program Studi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memnerikan begitu banyak ilmu kepada penulis selama masa perkuliahan.

6. Kepada Kepala Perum BULOG Subdivre Langsa Bapak Hendy Ismail Siregar SE.MM yang telah memberi izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi di Kantor Perum BULOG Subdivre Langsa serta seluruh pegawai yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, dan memberikan banyak informasi terkait penelitian ini.

7. Kepada seluruh pegawai Dinas Pertanian Kota Langsa yang telah meluangkan waktu untuk mengarahkan, membimbing, dan memberikan banyak informasi terkait penelitian yang penulis lakukan.

8. Kepada Seluruh Informan yang berasal dari pengusaha kilang padi, pedagang pengecer, dan masyarakat yang telah sangat baik meluanglan waktunya untuk keperluan penelitian ini.

9. Kepada Kak Dian Siregar, Bang Rudi Manurung, dan Bang Suhendri, dan Kak Siti yang telah sangat baik dalam memberikan arahan dan membantu penulis dalam urusan administrasi selama perkuliahan.

10. Kepada kedua orang tua tercinta Hendy Ismail Siregar SE.MM dan Ilmah Irwani SE yang senantiasa sabar, tulus, dan memberikan penuh kasih sayang dalam membesarkan, mendidik, mendoakan, membimbing, dan mendukung secara moril dan materil penulis hingga saat ini.

11. Kepada kakak dan adik kandung saya Rizka Hilda Siregar SE dan Doli Muhaymin Siregar yang telah memberikan semangat dan arahan kepada penulis serta tak lupa mendo’akan untuk kelancaran penulisan skripsi.

12. Kepada seluruh keluarga yang telah mendo’akan agar diberikan kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi.

(8)

13. Kepada Alwi Dahlan Ritonga, Satria Sumarlan, Elviana, Aulia Rizki, Ardina Viralista, dan Laila Zuriatina yang sangat berperan penting dalam menemani dan menjadi teman diskusi selama pembuatan skripsi.

14. Kepada sahabat yang sedari awal masuk dalam perkuliahan Murni Rahmaini Siregar, Vinka Rozanna, Dumayanti Batubara, Ashifa Rizki, Ardina Viralista, Ony Noviantari, Tania Chandra yang sangat setia dan selalu menemani serta memberikan banyak tawa semasa perkuliahan

15. Kepada abang dan kakak senior Ilmu Administrasi Publik yang sudah memberikan banyak pelajaran dan pengetahuan bagi penulis.

16. Kepada adik-adik Ilmu Administrasi Publik Stambuk 2015, 2016, dan 2017 yang sudah memberikan semangat bagi penulis, semoga adik-adik dapat menjalankan perkuliahan dengan baik.

17. Kepada HMI Komisariat FISIP USU yang telah memberikan proses, ilmu, pembelajaran, dan keluarga yang tidak bisa ditemukan ditempat lainnya.

18. Kepada kawan-kawan seperjuangan HMI Komisariat FISIP USU periode 2017-2018 Azhar Nasution, Nurhamidah, Satria Sumarlan, Yudha Pratama, Murni Rahmaini Siregar, Dwiki Hermawan, Guntur Kustiarangga, Hary Cahya, Fikri Muda, Bay Hikmah, Arian Naufal, Ahmad Fahrezy, Nur’aini, Delila Novani, dan Anhar Setiadi yang telah memberikan banyak kesan, pesan, kisah, dan pembelajaran yang luar biasa bagi penulis.

19. Kepada kawan-kawan AKAPELA yang sudah memberikan banyak kisah yang tidak dapat dilupakan bagi penulis.

20. Kepada adik-adik stambuk 2015 Muhammad Tara, Faishal, Fitri Haryani, Riri, Taufik, Fitrah, Hilman, Dafa, Agung, Ghazzy, Irma, Valan, Diti, Dina, Ayu, Bagus, Hanif, Roby, Ridho, Mila, Pida, Annisa Rahmi, Bima, Fadlan, Wahid, Andre, Barid yang saat ini sedang menduduki sebagai Presidium HMI Komisariat FISIP USU Periode 2018-2019.

(9)

21. Kepada adik-adik Senja Annisa Isnadini, Afifah, Syifa Utami, Fatma Zahra, Yuli Assari, Putri Rizki, Anggi Putri, Torrez, Naufal, Fadlan, Yogi, Sayyid, Ramadhan dan adik-adik senja lainnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas canda, tawa, dan cerita, semoga adik-adik senja tetap semangat dalam berproses.

22. Kepada Adik-adik panitia temuramah 2018 yang sedang mengukir kisah nya, semoga adik-adik tetap setia digaris perjuangan dan tak bosan dalam mencari ilmu, selamat berproses.

23. Kepada abang-abang dan kakak-kakak yang sudah memberikan banyak ilmu Randa Sinaga, Afgan Fadillah, Fahri Riza, Marlan Lase, Andry Ansari, Randa Tanadi, Fadhli Mahsan, Haris Fadhil, Ricki, Yudha, Rien, Alwi, Alid, Faiz, Alm. Aziz, Una, Fani, Aqillah, Faisal Qarim, dan Rasyid.

24. Kepada Alumni HMI FISIP USU yang sudah memberikan nasihat dan ilmu bagi penulis selama ini.

25. Kepada kawan-kawan SYFM (Sumatran Youth Food Movement)

26. Kepada Sahabat-sahabat IPS2 SMAN 4 Medan yang sudah menemani sejak masa sekolah.

27. Kepada sahabat-sahabat yang selalu memberikan tawa dan cerita ketika bertemu Titha, Irwansyah, Dimas, Karin, dan Rara.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untum skripsi ini . Terima kasih.

Medan, 18 Oktober 2018

Penulis

Fauziah Rahmadina Siregar

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN PERNYATAAN ...

HALAMAN PENGESAHAN...

ABSTRAK ...

ABSTRACT ...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR STRUKTUR...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR FOTO...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 7

Tujuan Peneltian ... 7

Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

Kebijakan Publik ... 9

Definisi Kebijakan Publik ... 9

Implementasi kebijakan ... 10

Model Implementasi Kebijakan Publik ... 12

Model Implementasi Kebijakan Van Meter dan Van Horn ... 12

(11)

Model impelemntasi kebijakan G. Shabbir Cheema dan

Dennis A. Rondinelli ... 13

Ketahanan Pangan ... 16

Konsep Ketahanan Pangan ... 17

Definisi Konsep... 18

BAB III METODE PENELITIAN ... 20

Bentuk Penelitian ... 20

Lokasi Penelitian ... 20

Informan Penelitian ... 21

Teknik Pengumpulan Data ... 25

Teknik Analisis data... 26

Validitas Data ... 27

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 29

Sejarah, Visi, dan Misi Perusahaan ... 29

Sejarah Perusahaan ... 29

Visi Perusahaan ... 31

Misi Perusahaan ... 31

Tugas, Fungsi, dan Tujuan Perusahaan ... 31

Tugas Perum BULOG ... 31

Fungsi Perum BULOG... 33

Tujuan Perum BULOG ... 33

Struktur Organisasi ... 34

Kepala Subdivre Langsa ... 35

Kepala Seksi Pengadaan, Pelayanan Publik, dan Analisa Pasar... 35

Kepala Seksi Komersial dan Pengembangan Bisnis ... 36

(12)

Kepala Seksi Administrasi dan Keuangan ... 36

Kepala Seksi Akuntansi, Manajemen, Resiko, dan Kepatuhan ... 37

Kasir 37 Kepala Gudang... 37

Kerani 38 Juru Timbang ... 38

Kepala Unit Pengolahan ... 38

Staff Perawatan Kualitas ... 38

Staff Subdivre ... 39

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 40

Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa ... 40

Hubungan Antar Organisasi... 40

Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana ... 53

Sumber Daya Organisasi ... 58

Kondisi Lingkungan ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 77

Kesimpulan ... 77

Hubungan Antar Organisasi... 77

Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana ... 78

Sumber Daya Organisasi ... 79

Kondisi Lingkungan ... 79

Saran ... 80

Hubungan Antar Organisasi... 80

Karakteristik dan Kemampuan Agen Pelaksana ... 80

(13)

Sumber Daya Organisasi ... 80 Kondisi Lingkungan ... 81 DAFTAR PUSTAKA ... 82

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.2.2.1 Model Implementasi Kebijakan Menurut G. Shabbir Cheema dan

Dennis A. Rondinelli ... 13 Gambar 4.2.1.1 Tugas Perum BULOG ... 32

(15)

DAFTAR STUKTUR

Struktur Organisasi Perum BULOG ... 34

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1.1 Harga Pembelian Pemerintah Sesuai Instruksi Presiden

Nomor 5 Tahun 2015 ... 4

1.1.2 Daftar Target dan realisas Pengadaan Beras BULOG Dalam Negeri Periode 2014-2018 Perum BULOG Langsa ... 5

3.3.1 Informan Penelitian ... 21

Data Penggilingan-penggilingan Padi Subdivre Langsa ... 42

Laporan Data Seleksi Mitra Kerja Subdivre Langsa Tahun 2018 ... 45

5.1.2.1 Tabel Jumlah Pegawai Perum BULOG Subdivre Langsa ... 54

5.1.3.1 Data Peralatan Perum BULOG Subdivre Langsa dalam Pelaksanaan Pengadaan Beras ... 60

Tabel 5.1.4.1 Data Luasan Lahan Pertanian dan Produksi Beras Di Wilayah Kerja Subdivre Langsa tahun 2018/2019 ... 67

Tabel 5.1.4.2 Daftar Jumlah Desa Perkecamatan Tahun 2018 ... 73

(17)

DAFTAR FOTO

Foto 5.1.1.1 Kondisi Hubungan Antara BULOG Subdivre Lngsa dengan

Mitra Kerja ... 46 Foto 5.1.1.2 Hubugnan antara BULOG dengan Para Implementor Lainnya ... 48 Foto 5.1.1.3 Penyaluran bansos Rastra BULOG Kepada Kecamatan

Bandar Mulia ... 51 Foto 5.1.3.1 Gudang Beras BULOG ... 61 Foto 5.1.3.2 Mesin Penggilingan Padi ... 62

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara LAMPIRAN 2. Pedoman Observasi LAMPIRAN 3. Pedoman Dokumentasi

LAMPIRAN 4. Matriks Transkrip Wawancara LAMPIRAN 5 Transkrip Observasi

LAMPIRAN 6. Transkrip Dokumentasi

(19)

BAB I PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG

Pangan merupakan bahan-bahan yang di makan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan energi bagi makhluk hidup. Pangan juga dapat diartikan sebagai sumber gizi.

Manusia tidak mungkin dapat bertahan hidup tanpa adanya ketersediaan bahan pangan.

Pangan diartikan sebagai kebutuhan manusia yang menjadi kebutuhan pokok (basic need). Kelangkaan pangan dapat menyebabkan tindakan-tindakan yang dapat mengganggu stabilitas komponen lain. Tanpa adanya pangan yang cukup, maka akan terjadi kelaparan yang mengakibatkan stabilitas suatu negara menjadi terganggu baik dari aspek ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan, dan politiknya.

Selain itu, Pangan juga merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk dapat mempertahankan hidup. Masalah pemenuhan pangan bagi seluruh penduduk di suatu wilayah seharusnya menjadi sasaran utama kebijakan suatu negara. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduknya. Pertahanan pangan juga sangat penting untuk mendukung pertahanan keamanan. Untuk itulah, ketahanan pangan mempunyai pengaruh yang penting terhadap keamanan.

Kegagalan Negara dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dapat menimbulkan dampak-dampak yang sangat serius. Saat ini Indonesia sedang mengalami krisis pangan. Dilakukannya impor beras oleh pemerintah menjadi perseteruan oleh masyarakat terutama para petani. Dalam berita (merdeka.com: Idris Rusadi Putra, 11 September 2018 pukul 21.35 WIB) dikatakan bahwa ‘‘makin lama kondisi pangan

(20)

Indonesia makin mengenaskan. Mayoritas kebutuhan bahkan dipenuhi dari impor. Impor pangan ini juga bahkan telah membuat nilai tukar Rupiah loyo’’. Hal tersebut membenarkan bahwa kondisi pangan Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Dalam pembahasan pangan, tidak dapat terlepas dari perberasan. Pemerintah telah membuat keputusan bahwa Perum BULOG menjadi pelaksana dalam salah satu nawacita yang dibuat oleh Presiden Joko Widodo yaitu ketahanan pangan. Pengadaan beras merupakan salah satu kebijakan pemerintah yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan. Adapun Konsep pengadaan beras dilakukan pemerintah sebagai intervensi dari sisi produsen pada saat suplai melimpah karena panen raya. Untuk melindungi petani dari tingkat harga yang rendah karena kurang kuatnya nilai tawar petani saat panen, pemerintah menggunakan instrumen HPP yang sebelumnya disebut dengan Harga Dasar (HD).

Dengan dibuatnya HPP, harapannya pasar akan menjadikan HPP sebagai patokan dalam membeli beras petani sehingga petani menjadi terlindungi. Dengan pengadaan BULOG yang menjadi alternatif pasar, pengadaan dalam negeri akan mampu menjadi jaminan pasar dan harga bagi produksi dalam negeri sehingga petani masih tetap bersemangat untuk memproduksi beras untuk menjaga ketersediaan pasokan pangan nasional. Melalui pengadaan gabah/beras dalam negeri, pilar ketersediaan ketahanan pangan dapat diwujudkan.

Pada dasarnya, kebijakan pengadaan gabah/beras guna mewujudkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia nomor 17 tahun 2015 diartikan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

(21)

agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Untuk mewujudkan ketahanan pangan, BULOG mempunyai peran penting melalui Tugas publiknya. Salah satunya adalah melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah/beras dalam negeri oleh Perum BULOG. Untuk itu melalui kebijakan ini, diharapkan BULOG dapat mewujudkan ketahanan pangan sesuai dengan aturan.

BULOG merupakan organisasi publik yang bergerak pada bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah) serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Peran BULOG sebagai komoditi pangan menjadikan BULOG sebagai pengendali harga di masyarakat, biasanya jika harga beras terlampau tinggi BULOG akan mengendalikan harga pasar dengan cara operasi pasar yang bertujuan untuk menekan lonjakan harga. (Maya novitasari, 2014:02)

Sesuai dengan amanat Inpres No.5 tahun 2015 tentang kebijakan pengadaan gabah/beras dan penyaluran beras oleh pemerintah, yang merupakan pengejawantahan intervensi pemerintah dalam perberasan nasional untuk memperkuat ketahanan pangan.

Secara garis besar dalam Inpres tersebut disebutkan bahwa dalam melaksanakan kebijakan pengadaan gabah/beras melalui pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) yang sudah ditetapkan. Kemudian juga ditetapkan kebijakan untuk menjaga stabilitas harga beras dalam negeri.

Sehubungan dengan terbitnya instruksi presiden nomor 5 tahun 2015 tersebut, harga pembelian pemerintah dimaksud terlampir sebagaimana tabel dibawah ini.

(22)

Tabel 1.1.1

Harga pembelian pemerintah sesuai instruksi presiden nomor 5 tahun 2015

No Komoditas Harga (Rp./kg) Persyaratan

1 GKP di petani

GKP di penggilingan

3.700 3.750

- kadar air maks. 25%

- kotoran/butir hampa maks. 10%

2 GKG di penggilingan GKG di Gudang BULOG

4.600 4.650

- kadar air maks. 14%

- kotoran atau butir hampa maks. 3 3 Beras di gudang BULOG 7.300 - kadar air maks. 14%

- butir patah maks. 20%

- Derajat Sosoh min. 95%

- Butir menir maks. 2%

Sumber: BULOG SUBDIVRE LANGSA Keterangan:

GKP: Gabah Kering Panen GKG: Gabah Kering Giling

Selama ini, pengamanan HPP dilakukan Perum BULOG melalui pembelian gabah/beras dalam negeri terutama saat panen raya. Mengikuti perkembangan produksi yang tidak stabil, maka penyerapan pemerintah melalui pengadaan dalam negeri oleh Perum BULOG menjadi salah satu hal penting. Suplai yang melimpah terutama saat panen raya, mengakibatkan terjadinya marketed surplus di pasar yang perlu penyerapan.

Keberhasilan Perum BULOG dalam menghimpun stok dari pengamanan HPP membantu dalam memperkuat stok beras nasional, juga membantu peningkatan pendapatan jutaan petani yang tersebar di berbagai tempat di tanah air ini sekaligus dapat mendorong stabilitas harga beras.

(23)

Dalam pencapaian target dan realisasi pengadaan beras dalam negeri, terlihat dari empat tahun terakhir yaitu tahun 2014-2018, bahwa Perum BULOG Sub Divre Langsa belum mampu memenuhi dan mencapai target yang sudah ditentukan. Hal ini sesuai berdasarkan data yang didapatkan oleh peneliti sebagai berikut:

Tabel 1.1.2

Daftar Target dan Realisasi Pengadaan Beras Dalam Negeri Periode 2014-2018 Perum BULOG Sub Divre Langsa

No. Uraian

TAHUN (Ton)

2014 2015 2016 2017 2018

1 Target 6,815. 5,300 7,383 9,089 4,686

2 Realisasi 942,23 407,09 319.94 5,437.17 335.70

% Pencapaian 13,82 7,68 4,33 59,82 7.16

Sumber: Perum BULOG Sub Divre Langsa

Hal yang menjadi pokok utama dari implementasi kebijakan adalah bagaimana memahami yang seharusnya terjadi setelah suatu kebijakan dirumuskan. Implementasi kebijakan diartikan sebagai pelaksanaan kegiatan dan mengacu pada pedoman yang telah ditetapkan sehingga setiap kebijakan yang telah dilaksanakan dapat memberikan dampak kepada masyarakat serta memberikan kontribusi dalam menanggulangi masalah yang menjadi sasaran kebijakan tersebut. Dirumuskannya kebijakan pengadaan beras menjadi sorotan masyarakat apakah proses impelentasi kebijakan tersebut sudah dapat dilaksanakan atau belum.

Dalam pelaksanaan pengadaan beras, masih terdapat masalah-masalah yang ditimbulkan dalam proses implementasi kebijakan pengadaan beras pada saat ini.

Pengusaha kilang padi yang tidak berkenan menjual berasnya kepada BULOG karena

(24)

harga yang ditawarkan jauh lebih murah dari pada harga pasaran, lebih memilih untuk menjual berasnya kepada pedagang pengecer atau kepada daerah lainnya. Apabila BULOG tidak dapat membeli beras dari pengusaha kilang padi, maka gudang penyimpanan beras akan terancam kosong dan BULOG tidak mempunyai stok beras.

Kekosongan gudang BULOG akan mengakibatkan terkendalanya penyaluran bansos rastra. BULOG harus menunggu kiriman beras dari daerah yang mempunyai surplus beras seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan untuk pemenuhan penyaluran raskin. Walaupun masyarakat setempat akan tetap menerima bansos rastra dari BULOG, akan terjadi keterlambatan waktu dalam penyalurannya. Hal ini mengakibatkan Sub Divre Langsa dianggap tidak berhasil dalam penerimaan beras hasil pengadaan setempat. Dengan demikian, terlihat bahwa pengadaan gabah/beras BULOG sangat berpengaruh terhadap ketahanan persediaan untuk memenuhi penyaluran beras raskin, bencana alam, dan operasi pasar untuk stabilisasi harga.

Selanjutnya, kinerja sumber daya dalam perusahaan ini belum maksimal. Salah satu penyebabnya adalah terbatasnya jumlah pegawai. Dalam hal ini, Semua implementor pada perum BULOG sudah memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Namun, karena terbatasnya jumlah pegawai menjadi penghambat proses implementasi kebijakan tersebut sehingga membutuhkan manajerial yang baik. Dengan demikian, sumber daya manusia dalam pelaksanaan kebijakan pengadaan gabah atau beras BULOG di kota Langsa kurang memadai.

Menurut peneliti, sesuai yang dikatakan oleh Kepala Sub Divre BULOG Langsa, Kota Langsa merupakan objek penelitian yang menarik untuk dikaji. Karena Kota Langsa merupakan salah satu kota yang menjadi lumbung beras. Selain itu sepengetahuan peneliti, BULOG Sub Divre Langsa belum pernah di teliti secara ilmiah mengenai

(25)

pengadaan gabah/beras. Sehingga penelitian ini perlu diteliti untuk menambah khasanah keilmuan yang baru. Dengan mengkaji pengadaan gabah/beras di BULOG Sub Divre Langsa, diharapkan dapat menjadi representasi keadaan BULOG di kota Lainnya. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengkaji pengadaan gabah/beras BULOG di Kota Langsa.

Berdasarkan pemaparan diatas, menjadi dasar peneliti untuk melakukan sebuah penelitian dengan judul ‘‘Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa’’.

PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

‘‘Bagaimana Implementasi Kebijakan Pengadaan Beras BULOG Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan di Kota Langsa’’

TUJUAN PENELITIAN

Sesuai dengan pemaparan masalah yang telah dirumuskan, maka adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengkaji dan menganalisis bagaimana implementasi kebijakan pengadaan beras BULOG untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kota Langsa

2. Meneliti pelaksanaan penerapan HPP (Harga Pembelian Pemerintah) beras di Kota Langsa dari tahun 2014.

3. Untuk mengetahui kegiatan-kegiatan penyaluran beras bersubsidi terhadap masyarakat miskin di Kota Langsa dari tahun 2014.

(26)

MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu mengembangkan dan menambah khazanah keilmuan dalam bidang Administrasi Publik.

2. Secara akademik, penelitian ini diharapkan mampu memberikan masukan secara akademik dan menjadi referensi tambahan dalam kajian keilmuan khususnya dalam bidang administrasi publik.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu menyumbangkan beberapa masukan dan saran dalam hal memahami dan solusi terhadap persoalan yang berkaitan dengan pengadaan beras BULOG.

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KEBIJAKAN PUBLIK

DEFINISI KEBIJAKAN PUBLIK

Secara umum kebijakan publik merupakan seluruh rangkaian tindakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengatur kepentingan umum dan mengatasi segala permasalahan yang menyangkut kepentingan masyarakat luas. Thomas R. Dye (Indiahono, 2009:17) mendefinisikan kebijakan publik adalah “apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan”. Interpretasi kebijakan menurut Dye harus dimaknai dengan dua hal penting: pertama, bahwa kebijakan haruslah dilakukan oleh badan pemerintah, dan kedua, kebijakan tersebut mengandung pilihan dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah. Dalam kebijakan publik memiliki tahapan-tahapan yang harus dilewati. Tahapan dalam kebijakan publik itu sendiri adalah penyusunan agenda, formulasi dan legitimasi kebijakan, implementasi kebijakan, evaluasi terhadap implementasi, kinerja, dan dampak kebijakan, serta muncul lah kebijakan baru.

Anderson (Budi Winarno, 2002:16) mendefinisikan kebijakan sebagai berikut:

Kebijakan merupakan arah tindakan yang mempunyai maksud yang ditetapkan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor dalam mengatasi suatu masalah atau suatu persoalan. Konsep kebijakan ini kita anggap tepat karena memusatkan perhatian pada apa yang sebenarnya dilakukan dan bukan pada apa yang diusulkan atau dimaksudkan. Selain itu, konsep ini juga membedakan kebijakan dari keputusan yang merupakan pilihan di antara berbagai alternatif yang ada.

Adapun kebijakan publik sebagaimana yang dirumuskan oleh Easton (Thoha, 2002:62-63) merupakan alokasi nilai yang otoritatif oleh seluruh masyarakat. Akan tetapi, hanya pemerintah sajalah yang berbuat secara otoritatif untuk seluruh masyarakat, dan

(28)

semuanya yang dipilih oleh pemerintah untuk dikerjakan atau untuk tidak dikerjakan adalah hasil-hasil dari nilai-nilai tersebut.

Lasswell (Nugroho, 2003:3) mendefinisikan kebijakan publik sebagai suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan proyek-proyek tertentu. Menurut pandangannya, kebijakan merupakan studi tentang proses pembuatan keputusan atau proses memilih dan mengevaluasi informasi yang tersedia, kemudian memecahkan masalah-masalah tertentu.

Dari beberapa definisi kebijakan diatas, pada dasarnya kebijakan merupakan suatu aturan-aturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatasi berbagai persoalan dan isu- isu yang ada dan berkembang di masyarakat. Hal ini juga menjadi konsep dasar rencana pemerintah atau organisasi publik yang berfungsi untuk mengatur kepentingan umum atau orang banyak dan merupakan program-program yang diterapkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan masyarakat. Dengan kata lain, kebijakan publik ini merupakan suatu keputusan - keputusan dari pemerintah yang menyangkut kepentingan masyarakat luas.

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

Implementasi kebijakan merupakan tahapan penting dalam keseluruhan struktur kebijakan dan merupakan suatu upaya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan sarana-sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu. Van Meter dan Van Horn dalam Rohman (2009: 134) mengungkapkan bahwa implementasi kebijakan yaitu:

Semua tindakan yang dilakukan oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan kepada pencapaian tujuan kebijakan yang telah ditentukan terlebih dahulu, yakni tindakan-tindakan yang merupakan usaha sesaat untuk mentransformasikan keputusan ke dalam istilah operasional, maupun usaha berkelanjutan untuk mencapai perubahan-perubahan besar dan kecil yang diamanatkan oleh keputusan-keputusan kebijakan.

(29)

Menurut Islamy (1997:106) sifat kebijakan itu kompleks dan saling tergantung, sehingga hanya sedikit kebijakan Negara yang bersifat self-executing. Maksudnya dengan dirumuskannya kebijakan tersebut sekaligus atau dengan sendirinya kebijakan itu terimplementasikan. Yang paling banyak adalah yang bersifat non self-executing, artinya kebijakan Negara perlu diwujudkan dan dilaksanakan oleh berbagai pihak sehingga mempunyai dampak yang diharapkan. (Fadillah Putra 2003: 78).

Sehubungan dengan pernyataan diatas, Pressman dan Wildavsky (1973) seperti yang dikutip oleh Abdul Wahab (1997: 65) juga mengingatkan bahwa proses untuk pelaksanaan kebijakan perlu mendapat perhatian yang seksama. Maka dari itu adalah keliru kalau ada yang beranggapan bahwa proses pelaksanaan kebijakan dengan sendirinya akan berlangsung tanpa hambatan.

Sedangkan menurut Udoji (1981) dalam Abdul Wahab (1997:59) dengan tegas mengatakan bahwa:

‘‘the execution of policies is as important if not more important than policy- making. Policies will remain dreams or blue prints file jackets unless they are implemented’’ (pelaksanaan kebijakan adalah sesuatu yang penting, bahkan mungkin jauh lebih penting dari pembuatan kebijakan. Kebijakan-kebijakan hanya akan berupa impian atau rencana yang bagus, yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak diimplementasikan). (Fadillah Putra 2003: 78).

Nugroho (2003:158), implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya (tidak lebih dan tidak kurang). Selanjutnya Nugroho (2003:158) mengemukakan bahwa perencanaan atau sebuah kebijakan yang baik akan berperan menentukan hasil yang baik.

Dari beberapa definisi implementasi kebijakan diatas, secara garis besar implementasi kebijakan merupakan konsep dasar perencanaan dari pemerintah atau organisasi publik untuk mengatur kepentingan umum. Dengan demikian, implementasi

(30)

kebijakan publik merupakan suatu tahapan yang sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu kebijakan. Maka dari itu dalam pelaksanaan suatu kebijakan memerlukan implementasi yang efektif sehingga konsep dan kebijakan tersebut dikatakan berhasil dan berjalan.

MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN VAN METER DAN VAN HORN Model impelemntasi kebijakan Van Meter dan Van Horn dalam Budi Winarno (2002: 109), menawarkan suatu model dasar yang mempunyai enam variabel yang membentuk ikatan (linkage) antara kebijakan dan pencapaian (performance). Model ini tidak hanya menentukan hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas dan variabel terikat mengenai kepentingan-kepentingan, tetapi juga menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel-variabel bebas. Dengan menggunakan pendekatan masalah seperti ini, dalam pandangan Van Meter dan Van Horn, kita mempunyai harapan yang besar untuk menguraikan proses-proses dengan cara melihat bagaimana keputusan-keputusan kebijakan dilaksanakan dibandingkan hanya sekedar menghubungkan variabel bebas dan variabel terikat dalam suatu cara yang semena-mena. Variable tersebut dijelaskan sebagai berikut:

1. Ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan 2. Sumber-sumber kebijakan

3. Komunikasi antar organisasi dan kegiatan-kegiatan pelaksanaan 4. Karakteristik badan-badan pelaksana

5. Kondisi-kondisi ekonomi, sosial, dan politik 6. Kecenderungan Pelaksana (impelementors)

Dari variabel-variabel diatas, secara garis besar model implementasi van Meter dan Van Horn menjelaskan bahwa model ini mengandaikan implementasi kebijakan yang berjalan secara linier dari keputusan politik yang tersedia, pelaksana, dan kinerja kebijakan publik. Pada dasarnya, Proses ini merupakan sebuah abstraksi dari suatu kebijakan yang dilakukan untuk meraih kinerja implentasi kebijakan publik yang tinggi, yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel.

Model implementasi yang dikemukakan oleh Van Meter dan Van Horn ini tidak dimaksudkan untuk mengukur dan menjelaskan hasil akhir dari kebijakan pemerintah,

(31)

Implementasi

Kondisi Lingkungan

Hubungan Antar Organisasi

Sumber Daya Organisasi

Karakteristik dan Kemampuan agen pelaksana

namun lebih tepatnya untuk mengukur dan menjelaskan apa yang dinamakan pencapaian program tersebut karena menurutnya suatu kebijakan mungkin diimplementasikan secara efektif, tetapi tidak dapat memperoleh dampak substansial yang sesuai karena kebijakannya yang tidak disusun dengan baik atau mungkin karena keadaan lainnya.

Kemudian, model Van Meter dan Van Horn juga memberikan penjelasan- penjelasan bagi pencapaian-pencapaian dan kegagalan program. Model ini menitikberatkan pada sikap, perilaku dan kinerja para perilaku di dalam implementasi kebijakan

2.2.2 MODEL IMPLEMENTASI KEBIJAKAN MENURUT G. SHABBIR CHEEMA DAN DENNIS A. RONDINELLI

Gambar 2.2.2.1

Sumber : Teori G. Shabbir Cheema dan Dennis A.Rodinelli dalam Subarsono 2005:101 Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori, dan Aplikasinya.

(32)

Model implementasi menurut G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rodinelli memberikan beberapa variabel sebagai berikut:

1. Hubungan antar organisasi

a. Kejelasan dan konsistensi sasaran program b. Pembagian fungsi antar instansi yang pantas

c. Standarisasi prosedur perencanaan, anggaran, implementasi dan evaluasi d. Ketepatan, konsistensi dan kualitas komunikasi antar instansi

e. Efektifitas jejaring untuk mendukung program 2. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

A. Instansi Pelaksana

a. Keterampilan teknis, manajerial, dan politis tugas

b. Kemampuan untuk mengkoordinasi, mengontrol, dan mengintegrasikan keputusan

c. Dukungan dan sumber daya politik instansi d. Sifat komunikasi internal

e. Hubungan yang baik antara instansi dengan pihak di luar instansi dan CSR B. Kinerja dan Dampak

a. Tingkat sejauh mana program dapat mencapai sasaran yang telah ditetapkan b. Adanya perubahan kemampuan administratif pada organisasi lokal

c. Berbagai keluaran dan hasil yang lain 3. Sumber daya organisasi

a. Kontrol terhadap sumber daya

b. Keseimbangan antara pembagian anggaran dan kegiatan program c. Ketepatan alokasi anggaran

d. Pendapatan yang cukup untuk pengeluaran e. Dukungan pemimpin politik pusat

f. Dukungan pemimpin politik lokal g. Komitmen birokrasi

4. Kondisi Lingkungan

a. Struktur pembagian kebijakan b. Karakteristik struktur politik local c. Kendala sumber daya

d. Sosio kultural

e. Derajat keterlibatan para penerima program f. Tersedianya infrastruktur fisik yang cukup

Berdasarkan variabel-variabel yang dikemukakan oleh G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rodinelli menjelaskan bahwa dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Sehingga diperlukan koordinasi dan kerjasama antar instansi bagi keberhasilan suatu program. Selain itu juga dijelaskan tentang karakteristik dan kemampuan agen pelaksana mencakup struktur

(33)

birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan mempengaruhi implementasi suatu program.

Kemudian, Implementasi kebijakan juga perlu didukung sumber daya baik sumber daya manusia (human resources) maupun sumber daya non manusia (non human resources). Selain sumber daya juga adanya faktor lingkungan dimana lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud mencakup lingkungan sosio kultural. Dari model implementasi dari G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli, terdapat faktor yang menentukan keberhasilan suatu implementasi kebijakan yang diterapkan. Apabila kita ingin mengetahui kebijakan yang diterapkan, gagal atau berhasilnya dapat diukur berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan.

Dalam membahas penelitian ini, penulis menggunakan model implementasi kebijakan dari G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondinelli, karena model ini dianggap mampu menjelaskan dan menganalisis permasalahan yang akan diteliti. Kemudian model implementasi ini dapat menawarkan kerangka berpikir untuk menjelaskan dan menganalisis proses implementasi kebijakan. Model ini juga memberikan penjelasan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yang dapat diukur dari proses pencapaian hasil aktor (outcomes) yaitu, tercapai atau tidaknya tujuan yang ingin diraih dan dapat mengukur keberhasilan implementasi kebijakan yang sangat ditentukan oleh tingkat implementability kebijakan. Model ini menitik beratkan pada empat variabel yang menentukan keberhasilan kebijakan yaitu dari Hubungan antar Organisasi, Karakteristik dan Kemampuan agen pelaksana, Sumber Daya, Organisasi, dan Kondisi Lingkungan.

(34)

2.3 KETAHANAN PANGAN

Food Agricultural Organization (FAO) yang didirikan pada tanggal 16 Oktober 1945 dan bermarkas di Roma sebagai lembaga yang berada di bawah Persatuan Bangsa- Bangsa (PBB) dan berkewenangan mengurus berbagai persoalan pangan dunia dan hasil- hasil pertanian. Usaha-usaha yang telah dilakukan FAO dalam menjaga ketahanan pangan salah satunya adalah memberikan pendidikan bagi masyarakat di Negara-negara anggota dalam bidang pertanian dan pangan dan memperbaiki produksi dan distribusi di bidang pertanian.

FAO (1997) menyatakan situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya, dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.

Kemudian dikatakan juga oleh USAID (1992) menyatakan ketahanan pangan merupakan kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses secara fisik dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidup sehat dan produktif. Sedangkan (Heri Suharyanto, 2011:186)

Kemudian, definisi ketahanan pangan juga dikemukakan oleh FIVIMS (2005), yaitu kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik, sosial dan ekonomi memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan yang aktif dan sehat. Dilanjutkan oleh pernyataan Mercy Corps (2007), ketahanan pangan merupakan keadaan ketika semua orang pada setiap saat mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan, aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup produktif dan sehat. (Heri Suharyanto, 2011:186)

(35)

Tak jauh hal nya dengan yang dikatakan Sitanggang dan Marbun (2007), Secara umum, ketahanan pangan adalah adanya jaminan bahwa kebutuhan pangan dan gizi setiap penduduk adalah sebagai syarat utama dalam mencapai derajat kesehatan dan kesejahteraan yang tercukupi. Selain itu dikatakan juga oleh Bustanul Arifin (2005), ketahanan pangan merupakan tantangan yang mendapatkan prioritas untuk mencapai kesejahteraan bangsa pada abad millennium ini. (Bustanul, 2007:83)

2.3.1 KONSEP KETAHANAN PANGAN

Dari definisi ketahanan yang terus dikembangkan dan terus disempurnakan lagi oleh Food Agricultural Organization (FAO), artinya proses implementasi konsep ketahanan pangan yang dirumuskan oleh FAO memang tidaklah mudah, namun dapat dijadikan sebagai referensi untuk membangun ketahanan pangan. Pada kesimpulannya, konsep ketahanan pangan yang dirumuskan oleh FAO mempunyai lima konsep utama.

Konsep ketahanan yang dimaksud tersebut sebagai berikut:

a. Kecukupan pangan, yang dijelaskan melalui pangan yang bergizi untuk menunjang aktivitas dan kehidupan yang sehat

b. Akses terhadap pangan, yang dijelaskan melalui pemberian hak secara fisik, sosial, dan ekonomi untuk memperoleh pangan

c. Keamanan pangan, yang dijelaskan keterjaminan masyarakat atas kerawanan dan resiko pangan

d. Budaya pangan, yang dijelaskan melalui penyediaan pangan yang aman untuk dikonsumsi dan disesuaikan dengan kebiasaan pola makan dan preferensi terhadap pangan

e. Waktu, yang dijelaskan melalui kewajiban untuk menyediakan pangan sepanjang waktu (berkelanjutan) dengan memperhatikan kondisi ketidaktahanan pangan kronis, transien, atau siklikal. (Wahyu, 2017:62)

Konsep ketahanan pangan diatas mengemukakan bahwa sangat penting adanya konsep ketahanan pangan ini untuk menjamin kecukupan ketersediaan pangan bagi umat manusia dan terjaminnya setiap individu untuk dapat memperoleh pangan. Ketahanan pangan terwujud apabila semua orang setiap saat memiliki akses secara fisik maupun ekonomi terhadap pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhannya

(36)

sesuai dengan keinginan bagi kehidupan yang aktif dan sehat. Konsep ketahanan pangan ini dapat diterapkan untuk menyatakan situasi pangan.

2.4 DEFINISI KONSEP

Definisi konsep merupakan batasan terhadap masalah-masalah variabel yang dijadikan pedoman dalam penelitian sehingga dapat memudahkan dalam mengoperasionalkannya di lapangan. Untuk memahami dan memudahkan dalam menafsirkan banyak teori yang ada dalam penelitian maka ditentukan beberapa definisi konsep yang berhubungan dengan yang akan diteliti,

Adapun definisi konsep dari penelitian ini adalah:

a. Pengadaan gabah/beras merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi penyediaan beras sesuai adanya prosedur pengadaan gabah/beras melalui UPGB untuk menghindari dari kekurangannya gabah/beras.

b. Ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Ketika dalam sebuah rumah tangga dikatakan memiliki ketahanan pangan jika penghuninya tidak berada dalam kondisi kelaparan atau dihantui ancaman kelaparan. Ketahanan pangan merupakan ukuran kelentingan terhadap gangguan pada masa depan atau ketiadaan suplai pangan penting akibat berbagai faktor seperti kekeringan, gangguan perkapalan, kelangkaan bahan bakar, ketidak stabilan ekonomi, peperangan, dan sebagainya.

c. Implementasi merupakan suatu tahapan dalam proses kebijakan publik. Implementasi biasanya dilaksanakan setelah kebijakan sudah dirumuskan. Pada prinsipnya,

(37)

implementasi adalah cara tercapainya suatu tujuan dalam sebuah kebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

BENTUK PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Nazir (1988), metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan yaitu kualitatif dengan melakukan wawancara mendalam. Peneliti memilih pendekatan penelitian ini karena penelitian kulitatif bersifat menyeluruh (holistic), dinamis dan tidak menggeneraliasi.

LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Perum BULOG Kota Langsa, jalan Ahamd Yani no.20 Kampung Jawa Muka, Kecamatan Langsa, Kota Langsa. Penulis mengamati bahwa dalam proses mengimplementasikan kebijakan pengadaan gabah/beras masih banyak terdapat masalah dan kendala-kendala, bahkan berdampak pada kebijakan lainnya. Selain itu juga, sepengetahuan peneliti, BULOG Sub Divre Langsa belum pernah di teliti secara ilmiah mengenai pengadaan gabah/beras sehingga penelitian ini perlu diteliti untuk menambah khasanah keilmuan yang baru. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

(39)

melakukan penelitian terkait implementasi kebijakan pengadaan gabah/beras BULOG di lokasi ini.

INFORMAN PENELITIAN

Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya. Oleh karena itu, pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel (Suyanto, 2003:17). Subjek penelitian yang telah tercermin dalam fokus penelitian ditentukan dengan sengaja, subjek penelitian ini menjadi informan yang akan memberikan berbagai informasi yang akan diperlukan. Adapun informan dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 3.3.1 Informan Penelitian

No. informan Informasi yang Ingin Diperoleh Metode Jlh informan 1. Kepala Sub Divre

BULOG Langsa

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan- peraturan dalam implementasi kebijakan pengadaan beras BULOG untuk mewujudkan ketahanan pangan Kota Langsa meliputi;

 Hubungan antar organisasi

 Karakteristik dan

kemampuan agen pelaksana

 Sumber daya organisasi

Wawancara 1

(40)

 Kondisi lingkungan

2. Seksi Administrasi dan keuangan BULOG Langsa

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan- peraturan dalam implementasi kebijakan pengadaan

gabah/beras BULOG untuk mewujudkan ketahanan pangan Kota Langsa meliputi;

 Hubungan antar organisasi

 Karakteristik dan

kemampuan agen pelaksana

 Sumber daya organisasi

 Kondisi lingkungan

Wawancara 1

3. Seksi Pengadaan, Pelayanan Publik, dan Analisa & Pasar Sub Divre Perum BULOG Langsa

Informasi terkait kebijakan- kebijakan ataupun peraturan- peraturan dalam implementasi kebijakan pengadaan

gabah/beras BULOG untuk mewujudkan ketahanan pangan Kota Langsa meliputi;

 Hubungan antar organisasi

1

(41)

 Karakteristik dan

kemampuan agen pelaksana

 Sumber daya organisasi

 Kondisi lingkungan

4. Bidang Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Kota Langsa

Informasi terkait hubungan komunikasi antara BULOG dengan Dinas Pertanian Kota Langsa, kendala apa saja yang menghambat kegiatan, serta fungsi dan peran dinas terhadap pengadaan beras BULOG.

Wawancara 1

5. Bidang Tanaman Pangan dan

Hortikultural Dinas Pertanian Kota Langsa

Informasi terkait hubungan komunikasi antara BULOG dengan Dinas Pertanian Kota Langsa, kendala apa saja yang menghambat kegiatan, serta fungsi dan peran dinas terhadap pengadaan beras BULOG.

Wawancara 1

6. Pedagang pengecer Informasi mengenai koordinasi dan komunikasi antara BULOG dengan pedagang pengecer, peran dan fungsi pedagang

Wawancara 3

(42)

pengecer terhadap BULOG serta kualitas bahan pokok yang diproduksi oleh BULOG.

7. Masyarakat Informasi mengenai koordinasi dan komunikasi antara BULOG dengan masyarakat, peran dan fungsi masyarakat terhadap BULOG serta kualitas beras yang disalurkan.

Wawancara 4

8. Pengusaha Kilang Padi

Informasi mengenai koordinasi dan komunikasi antara BULOG dengan pengusaha kilang padi, peran dan fungsi pengusaha kilang padi terhadap BULOG, apa saja kendala pengusaha kilang padi terhadap pengadaan beras ini, serta bagaimana peran dan fungsi pengusaha kilang padi.

wawancara 3

Dari informan tersebut, diharapkan nantinya akan mendapatkan informasi lebih banyak mengenai Pengadaan beras BULOG khususnya di Kota Langsa. Melalui informan, peneliti mendapat informasi lebih rinci mengenai implementasi kebijakan pengadaan gabah/beras BULOG untuk mewujudkan ketahanan pangan di Kota Langsa.

(43)

TEKNIK PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian ini diperlukan data, keterangan dan informasi, untuk itu penelitian menggunakan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang dimaksud sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi antara pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden). Komunikasi tersebut dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Wawancara yang dilakukan juga mengacu kepada pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya.

b. Observasi

Observasi adalah pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan.

Melalui observasi peneliti dapat memperoleh pandangan mengenai apa yang sebenarnya dilakukan dan melihat langsung keterkaitan yang terdapat didalamnya dan kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan dilapangan berdasarkan pedoman wawancara untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkenaan dengan topik penelitian.

Aspek yang diamati peneliti meliputi, gambaran lokasi penelitian, lingkugan fisik pada umumnya, unit bantuan, proses kegiatan dalam pelaksanaan bantuan, pelaksana program, dan fasilitas atau sarana lainnya yang terkait.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan catatan- catatan atau dokumen-dokumen yang ada dilokasi penelitian atau sumber-sumber lain yang terkait dengan objek penelitian.

(44)

TEKNIK ANALISIS DATA

Analisis Data adalah proses pencarian dan penyusunan data yang sistematis melalui transkip wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi yang secara akumulasi menambah pemahaman peneliti terhadap yang ditemukan. Terdapat beberapa langkah dalam melakukan analisis data sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data dilakukan dengan merangkum dan memfokuskan hal-hal yang penting tentang penelitian dengan mencari tema dan pola hingga memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Display Data/Penyajian Data

Penyajian data bermakna sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan penarikan tindakan.

Penyajian data ini dilakukan dalam bentuk uraian atau teks yang bersifat naratif, bagan dan dalam bentuk tabel.

3. Penarikan Kesimpulan

Tahap penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan suatu tahap lanjutan dimana pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data. Artinya, interpretasi peneliti atas temuan dari suatu wawancara atau sebuah dokumen. Setelah kesimpulan diambil, peneliti kemudian mengecek ulang proses reduksi dan penyajian data untuk memastikan tidak ada kesalahan yang dilakukan. Jadi, teknik analisis data kualitatif yaitu dengan melakukan reduksi data dan menyajikan data dengan analisa terhadap masalah yang ditemukan dilapangan, sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang diteliti kemudian menarik kesimpulan.

(45)

VALIDITAS DATA

Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih sempurna perlu dilakukan validitas data. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan cara triangulasi data. Secara metodologis, pendekatan eksperimental melalui observasi tidaklah cukup untuk menemukan “kebenaran data’’, tetapi harus menggunakan metode triangulasi seperti dikatakan Denzin (1978) yaitu metode, sumber data, peneliti dan teori. Uji keabsahan data dapat dilakukan dengan triangulasi pendekatan dengan melakukam metodologis terhadap masalah tertentu yang dapat dilakukan yaitu :

1. Triangulasi Kejujuran Peneliti.

Cara ini dilakukan untuk menguji kejujuran, subjektivitas, dam kemampuan merekam data oleh peneliti di lapangan. Hal ini perlu dilakukan triangulasi terhadap peneliti, yaitu dengan meminta bantu peneliti lain melakukan pengecekan langsung, wawancara ulang, serta merekam data yang sama di lapangan. Hal ini adalah sama dengan proses verifikasi terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan oleh seorang peneliti.

2. Triangulasi dengan Sumber Data.

Dilakukan dengan membandingkan dan mengecek baik kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan cara yang berbeda dalam metode kualitatif yang dilakukan Moeleong, (2006) : Penilaian hasil penelitian dilakukan oleh responden;

Mengoreksi kekeliruan oleh sumber data; Menyediakan tambahan informasi secara sukarela; memastikan informan dalam kancah penelitian, menciptakan kesempatan mengikhtisarkan sebagai langkah awal analisis data; Menilai kecukupan menyeluruh data yang dikumpulkan.

3. Triangulasi dengan Metode

Triangulasi ini dilakukan untuk melakukan pengecekan terhadap penggunaan metode pengumpulan data, apakah informasi yang didapat dengan metode interview sama dengan metode observasi, atau apakah hasil observasi sesuai dengan informasi ketika di interview. Begitu pula teknik ini dilakukan untuk meguji sumber data, apakah sumber data ketika di interview dan di observasi akan memberikan informasi yang sama atau berbeda.

4. Triangulasi dengan Teori.

Triangulasi dengan teori menurut Lincoln dan Guba (1981:307 dalam Moeloeng), berdasarkan anggarapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa dengan derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori. Hal ini dapat dilakukan sebagai pembanding teori dengan menyertakan usaha pencarian teori dan cara lainnya untuk mengorganisasikan data yang mungkin mengarahkan pada upaya penemuan penelitian yang lebih relevan.

Keempat macam triangulasi diatas, peneliti dalam melakukan analisis data dengan menggunakan triangulasi sumber data dan teknik. Triangulasi sumber data dalam

(46)

penelitian ini dilakukan dengan membandingkan data hasil wawancara dari para informan yang dituju. Sedangkan triangulasi teknik dilakukan dengan mengkroscek / mengecek data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data yaitu data yang diperoleh dari wawancara,kemudian dicek dengan observasi dan dokumentasi.

(47)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Sejarah, Visi dan Misi Perusahaan Sejarah Perusahaan

Perjalanan Perum BULOG dimulai pada saat dibentuknya BULOG tepatnya pada tanggal 10 Mei 1967 berdasarkan keputusan presidium kabinet No.114/U/Kep/5/1967, dengan tujuan pokok untuk mengamankan penyediaan pangan dalam rangka menegakkan eksistensi Pemerintahan baru. Selanjutnya direvisi melalui Keppres No.39 tahun 1969 tanggal 21 Januari 1969 dengan tugas pokok melakukan stabilisasi harga beras, dan kemudian direvisi kembali melalui Keppres No.39 tahun 1987, yang dimaksudkan untuk menyongsong tugas BULOG dalam rangka mendukung pembangunan komoditas pangan yang multi komoditas.

Perubahan berikutnya dilakukan melalui Keppres No.103 tahun 1993 yang memperluas tanggung jawab BULOG mencakup koordinasi pembangunan pangan dan meningkatkan mutu gizi pangan, yaitu ketika Kepala BULOG dirangkap oleh Menteri Negara Urusan Pangan.

Pada tahun 1995, keluar Keppres No.50, untuk menyempurnakan struktur organisasi BULOG yang pada dasarnya bertujuan untuk lebih mempertajam tugas pokok, fungsi, serta peran BULOG. Oleh karena itu, tanggung jawab BULOG lebih difokuskan pada peningkatan stabilisasi dan pengelolaan persediaan bahan pokok dan pangan. Tugas pokok BULOG sesuai Keppres tersebut adalah mengendalikan harga dan mengelola persediaan beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam rangka

(48)

menjaga kestabilan harga bahan pangan bagi produsen dan konsumen serta memenuhi kebutuhan pangan berdasarkan kebijaksanaan umum Pemerintah. Namun tugas tersebut berubah dengan keluarnya Keppres No.45 tahun 1997, dimana komoditas yang dikelola BULOG dikurangi dan tinggal beras dan gula. Kemudian melalui Keppres No.19 tahun 1998 tanggal 21 Januari 1998, Pemerintah mengembalikan tugas BULOG seperti Keppres No.39 tahun 1968. Selanjutnya melalu Keppres No.19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas yang ditangani BULOG kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI).

Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG dibatasi hanya untuk menangani komoditas beras. Sedangkan komoditas lain yang dikelola selama ini dilepaskan ke mekanisme pasar. Arah Pemerintah mendorong BULOG menuju suatu bentuk badan usaha mulai terlihat dengan terbitnya Keppres No.29 tahun 2000, dimana didalamnya tersirat BULOG sebagai organisasi transisi (tahun 2003) menuju organisasi yang bergerak di bidang jasa logistik di samping masih menangani tugas tradisionalnya. Pada Keppres No.29 tahun 2000 tersebut, tugas pokok BULOG adalah melaksanakan tugas Pemerintah di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian harga beras (mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah–HPP), serta usaha jasa logistik sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Arah perubahan tesebut semakin kuat dengan keluarnya Keppres No.166 tahun 2000, yang selanjutnya diubah menjadi Keppres No. 103/2000. Kemudian dirubah lagi dengan Keppres No.03 tahun 2002 tanggal 7 Januari 2002 dimana tugas pokok BULOG masih sama dengan ketentuan dalam Keppers No.29 tahun 2000, tetapi dengan nomenklatur yang berbeda dan memberi

(49)

waktu masa transisi sampai dengan tahun 2003. Akhirnya dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah RI No.7 tahun 2003 BULOG resmi beralih status menjadi Perusahaan Umum (Perum) BULOG.

Visi Perusahaan

Visi Perum BULOG adalah Menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan.

Misi Perusahaan

Misi dari Perum BULOG yaitu:

1. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada masyarakat.

2. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya manusia yang professional, teknologi yang terdepan dan sistem yang terintegrasi.

3. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa melakukan perbaikan yang berkelanjutan.

4. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok.

Tugas, Fungsi, dan Tujuan Perusahaan Tugas Perum BULOG

Tugas publik Perum BULOG merupakan amanat dari Inpres No. 3 tahun 2012 tentang Kebijakan Pengadaan Gabah/Berita dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, yang merupakan pengejawantahan intervensi pemerintah dalam perberasan nasional untuk memperkuat ketahanan pangan.

(50)

Gambar 4.2.1.1

Sumber: bumn.go.id

Ketiga tugas publik BULOG tersebut saling terkait dan memperkuat satu sama lain sehingga dapat mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga maupun nasional yang lebih kokoh. Ketiga tugas publik tersebut adalah pertama, melaksanakan kebijakan pembelian gabah/beras dalam negeri dengan ketentuan Harga Pembelian Pemerintah (HPP). Kegiatan ini diwujudkan dalam bentuk pengadaan gabah dan beras dalam negeri oleh Perum BULOG. Tugas kedua, menyediakan dan menyalurkan beras bersubsidi bagi kelompok masyarakat berpendapatan rendah yang diwujudkan dalam pelaksanaan program RASKIN.

Sedangkan tugas ketiga, menyediakan dan menyalurkan beras untuk menjaga stabilitas harga beras, menanggulangi keadaan darurat, bencana, dan rawan pangan.

Kegiatan ketiga dilaksanakan Perum BULOG dalam bentuk pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP).

(51)

Fungsi Perum BULOG

1. Merencanakan, mengoordinasikan, megendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengadan gabah/beras dan pangan pokok lain

2. Merencanakan, mengoordinasikan, megendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan operasional dan tugas pelayanan publik

3. Merencanakan, mengoordinasikan, megendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan usaha komersil dan pengembangan bisnis

4. Merencanakan, mengoordinasikan, megendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan keuangan

5. Merencanakan, mengoordinasikan, megendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan SDM dan umum

6. Merencanakan, mengoordinasikan, megendalikan, dan mengevaluasi pelaksanaan pembinaan Subdivre, Kansilog, Gudang, Pusat distribusi dan Unit pengolahan

Tujuan Perum BULOG

Tujuan BULOG adalah turut serta membangun ekonomi nasional khususnya dalam rangka pelaksanaan program pembangunan nasional di bidang pangan.

(52)

5.

KEPALA

ASDIV PRATAMA II BIDANG OPP

KA. SEKSI GASAR, ADA DN,

DAN PELAYANAN

PUBLIK

KA. SEKSI KOMERSIAL DAN PENGEMBANGAN

BISNIS

KA. SEKSI ADMINISTRASI

DAN KEUANGAN

KA. SEKSI AKUNTANSI, MANAJEMEN RESIKO DAN KEPATUHAN

STAF PERAWATAN

KUALITAS

STAF SUBDIVRE

LANGSA KASIR

STAF SUBDIVRE

LANGSA

GUDANG GBB SEURIGET

UNIT PENGOLAHAN

SEURIGET

KERANI JURU

TIMBANG Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Perum BULOG

Gambar 4.3.1

Struktur Organisasi Perum Bulog Subdivre Langsa

Sumber : Perum Bulog Subdivre Langsa (2017)

(53)

Kepala Subdivre Langsa

Tugas kepala subdivre langsa adalah melaksanakan kegiatan pengadaan, operasional dan pelayanan publik, komersial dan pengembangan bisnis, pengelolaan administrasi dan keuangan, akuntansi serta manajemen resiko dan kepatuhan.

Kepala Seksi Pengadaan, Pelayanan Publik, dan Analisa & Pasar

Tugas kepala seksi pengadaan, pelayanan publik, dan analisa & pasar adalah sebagai berikut:

a. Melakukan pengamatan dan pengumpulan data harga gabah, beras, dan pangan pokok lain serta melakukan market intelligence

b. Penyiapan data permintaan dan pasokan komoditas, perencanaan penyaluran c. Penyediaan data statistik, seleksi dan evaluasi mitra kerja pengadaan gabah/beras

dan pangan pokok lain, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pengadaan

gabah/beras PSO dan komersial serta pangan pokok lain meliputi serealia (jagung dan kedelai), hasil industri (gula, minyak goring, dan tepung terigu), dan

holtikultura dan pangan lain (bawang, cabai, daging sapi, daging ayam, telur ayam, dan lainnya)

d. Penghitungan kebutuhan yang meliputi bahan pendukung (karung pembungkus, benang kuralon, dan lainnya), L/C pengadaan, biaya eksploitasi

e. Penyiapan administrasi pengadaan f. Pengelolaan pergudangan

g. Administrasi dan operasional persediaan, perawatan, pengendalian mutu, dan angkutan

h. Administrasi dan operasional persediaan, perawatan, pengendalian mutu, dan angkutan

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tujuan jangka pendek adalah melakukan review arah, tujuan, pendekatan program yang terkait dengan kebijakan ketahanan pangan (program desa mandiri

Penelitian ini dilakukan (1) Untuk mengetahui apakah Economic Order Quantity dalam pengadaan beras pada Gudang Bulog Baru 303 Kartasura layak diimplementasikan,

Pernyataan bahwa prioritas riset dan pengembangan teknologi dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional perlu diarahkan untuk memberikan dukungan terhadap pengelolaan

Beberapa kebijakan yang terkait dengan upaya untuk mewujudkan kemandirian pangan antara lain adalah; (a) kebijakan yang mempunyai dampak sangat positif dalam jangka pendek,

Sedangkan tujuan jangka pendek adalah melakukan review arah, tujuan, pendekatan program yang terkait dengan kebijakan ketahanan pangan (program desa

Kedua program tersebut di atas kemudian dijabarkan ke dalam 9 kegiatan yaitu: (1) Perumusan kebijakan ketahanan pangan melalui analisis ketersediaan, cadangan pangan dan

Kaitan makna teori kebijakan tersebut dengan ketahanan pangan dari proyeksi prioritas pemerintah yang dituang dalam sebuah kebijakan yang implementatif dan

penganekaragaman pangan, serta masih banyak dinas dinas di Kota Sukabumi yang belum menerapkan kebijakan tersebut khususnya di Bidang Ketahanan Pangan Kota