• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN LITERATUR

B. Literasi Informasi

2. Model Literasi Informasi

Model literasi informasi pertama kali dimunculkan oleh Paul Zurkowski pada tahun 1974, President of The International Industry Association, selanjutnya banyak bermunculan model-model literasi informasi yang bisa dipergunakan untuk perkembangan pendidikan diantaranya The Big6 (Einsenberg and Berkowitz 1990), Empowering 8 (2006), Pathways to Knowledge Model (Marjorie Pappas and Ann Tepe 1997), INFOhio DIALOGUE Model (INFOhio model DIALOGUE, 1998)27

a. The Big6

The Big6 adalah model literasi informasi yang dikembangkan oleh Michael B. Eisenberg dan Robert E. Berkowitz pada tahun 1987. Literasi Informasi terdiri atas enam keterampilan dan dua belas indikator. Model information literacy The Big6 membuat lebih mudah untuk melihat hubungan antara proses resesrch dan menggunakan sumber-sumber informasi internet secara efektif. Pendekatan ini berfokus pada proses pemecahan masalah informasi.28 Ini adalah pendekatan sistematis untuk mengatur masalah informasi dan untuk mengorganisir informasi dari berbagai sumber.

27

Ida Farida, dkk., Information Literacy Skills: Dasar Pembelajaran Seumur Hidup (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005),h. 23-36.

28

James Carey, “Michael Einsbreng and Robert Berkowitz’s Big6 information problem solving-model” Librraries Unlimited, Vol 19, No 5 (Januari 2003), h. 1-2.Diakses pada tanggal 2 Januari 2015 dari http://e-resources.perpusnas.go.id/library.php?id=00001

Model literasi informasi The Big6 adalah sebagai spesialis media perpustakaan sekolah harus melihat proses, serta pada kinerja siswa. Spesialis media perpustakaan sekolah tahu bahwa keterampilan The Big6 dan standar literasi informasi nasional memberikan model penelitian kuat alat penelitian untuk mengintegrasikan teknologi ke dalam setiap bidang kurikulum. Guru yang menggunakan keterampilan The Big6 bisa memperoleh apresiasi dari standar literasi informasi nasional dengan melihat mereka dalam kerangka literasi.29 Model Literasi Informasi The Big6 terdiri dari enam langkah dan setiap keterampilan terdiri atas dua langkah:

1. Definisi Karya Ilmiah (Definition)

a. Tentukan masalah

b. Mengidentifikasi kebutuhan informasi

Langkah pertama pada stategi literasi informasi adalah memperjelas dan memahami persyaratan permasalahan atau suatu tugas. Seseorang perlu mengetahui lebih dulu dengan pasti permasalahan apa yang harus dipecahkan. Pertanyaan mendasar apa yang perlu mereka cari jawabannya. Setelah mengetahui dengan pasti, kemudian langkah selanjutnya adalah mencari tahu informasi apa yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah sedalam dalamnya.

2. Strategi Pencarian informasi (Information Seeking Skills)

29

Scott Lanning, Essential Reference Services for Today’s School Media Specialist

a. Menentukan sumber yang ingin digunakan b. Memilih sumber terbaik

Langkah kedua, setelah mengetahui masalah dan informasi yang diperlukan, langkah selanjutnya adalah mengatur stategi pencarian terhadap informasi tersebut. Pada langkah ini peneliti mencari dimana harus mendapatkan sumber, dan sumber apa saja yang sesuai dengan tugas karya ilmiah. Banyak sumber yang bagus untuk diangkat baik sumber cetak maupun non cetak antara lain: buku, kamus, ensiklopedia, CD-ROOM dan lain sebagainya.

3. Lokasi dan Akses (Location and Access)

a. Mengalokasikan sumber secara intelektual dan fisik b. Menemukan informasi dalam sumber

Langkah ketiga adalah memeriksa sumber informasi yang didapatkan. Setelah dikumpulkan sumber informasi maka akan dipilih mana yang memang isinya bermanfaat dalam tugas karya ilmiah. Dipilih mana yang sesuai dan yang tidak sesuai topik.

4. Pemanfaatan Informasi (Use of Information)

a. Menghubung-hubungkan antar informasi b. Menyarikan informasi yang relevan

Pada langkah keempat yaitu mulai dilakukan pengorganisasian atas informasi yang berguna untuk mengembangkan pengetahuan dan solusi atas permasalahan

yang didapatkan terhadap pemecahan masalah karya ilmiah.. Beberapa permasalahan yang didapatkan membedakan antara fakta dan pendapat, membedakan karakter yang sama, mencari informasi tambahan apabila dibutuhkan, menyusun ide dan informasi secara logis.

5. Syntetis (Synthesis)

a. Mengorganisasikan informasi dari berbagai sumber b. Mempresentasikan hasilnya

Langkah kelima, setelah sudah menyelesaikan dan menjawab permasalahan yang diungkapkan. Solusinya penyampaian dalam data yang didapatkan diungkapkan dalam presentasi didepan kelas dengan menggunakan power point berisi tentang gambaran umum permasalahan dan fakta gambar yang sedang diteliti. Dengan adanya presentase berharap bisa menjawab pertanyaan yang lebih baik demi mengoreksi pengetahuan yang baru.

6. Evaluasi (Evaluation)

a. Mengevaluasi hasil (efektivitas) b. Mengevaluasi proses (effectiency)

Langkah keenam adalah seseorang menilai bagaimana produk akhir yang dihasilkan untuk menjawab pertanyaan pada langkah pertama. Bagaimana seseorang mengevaluasi secara kritis penyelesaian tugas, pemahaman baru atas permasalahan dan apakah bisa berhasil dipecahkan atau

tidak. Selanjutnya mendapatkan apa yang harus dievaluasi dalam pemecahan masalah. Apa yang didapatkan dalam pendapat orang lain dalam presentasi didepan umum.30 b. Empowering 8 (E-8)

Model literasi informasi Empowering 8 adalah literasi informasi yang dihasilkan dari dua lokakarya atau wokshop. Lokakarya yang pertama dilakasanakan di Kolombo (Srilangka) pada bulan November 2004 (Indian Library Associantion) dan yang kedua di Patiala (India) pada bulan November 2005

(International Workshop on Information Skill for

Learning”Empowering 8.” Empowering 8 merupakan sebuah

model literasi dalam mengidentifikasi permasalahan dan penentuan informasi yang dibutuhkan dalam memecahkan masalah berdasarkan sumber-sumber pembelajaran.31

Keterampilan informasi perlu diperkenalkan dan bahkan mulai ditanamkan kepada peserta didik di sekolah. Peran perpustakaan sangat penting dalam kegiatan keaksaraan informasi. Kemampuan dalam menentukan unsur literasi informasi menurut

Empowering 8 antara lain:

1. Mengidentifikasi

Mengidentifikasi sumber-sumber informasi awal dalam menelusur informasi yang relevan sesuai oleh pemustaka.

30

Blasius Sudarsono, Literasi Informasi (information literacy): pengantar untuk

perpustakaan sekolah (Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 2007), h. 21-24. 31

Diao Ai Lien, Literasi Informasi: Tujuh Langkah Management (Jakarta: Universitas Atmajaya, 2010), h. 5.

2. Menyeleksi

Memilih dan mencari sumber-sumber informasi dalam pengumpulan yang tepat secuai dengan topik.

3. Mengeksplorasi

Memilih, menyelidiki informasi yang relevan sesuai topik 4. Mengorganisir

Memilih dan mengelola informasi dalam menyusun tugas secara mudah, membedakan antara fakta, pendapat dan fiksi, mencatat data yang relevan menggunakan visual untuk membandingkan informasi yang sesuai

5. Menciptakan

Menyiapkan informasi, mengedit, merevisi dengan membuat tugas menggunakan bahasa sendiri dan menghasilkan karya baru.

6. Mempresentasi

Meyampaikan dan mempresentasikan hasil karya penelitian dalam menyampaikan informasi kepda audiens.

7. Menilai

Menilai performance orang lain dalam mempresentasikan karya dalam tugas dilihat output dan input

Menggunakan masukan dan penilaian untuk tugas belajar selanjutnya guna menggunakan pengetahuan baru yang diperoleh.32

c. INFOhio DIALOGUE Model (Ohio)

Pada tahun 1998, INFOhio otomasi perpustakaan negara dan jaringan informasi bagi para siswa sekolah K-12 Ohio, dikembangkan oleh INFOhio model DIALOGUE bagi information

literacy (INFOhio 1998). Sebuah series lebih dari dua puluh

workshop diperkenalkan model statewide dan 230 halaman

INFOhio Information Literacy Skill Notebook yang didistribusikan

secara luas kepada para spesialis media perpustakaan sekolah Ohio dan para pendidik. Model DIALOGUE memiliki komponen-komponen berikut ini:

1. Mendefinisikan (Define) 2. Memprakarsai (Initiate) 3. Menilai (Assess) 4. Menemukan (Locate) 5. Mengorganisasi (Organize) 6. Membimbing (Guide) 7. Menggunakan (Use) 8. Mengevaluasi (Evaluation) 32

Darmono, Perpustakaan Sekolah: Pendekatan Aspek Manajemen dan Tata Kerja

Satu keunikan fitur dari model ini adalah termasuknya dengan tegas spesialisasi media perpustakaan sekolah dan pengajar atau guru untuk membimbing keseluruhan proses.33

Berdasarkan metode literasi diatas dapat diketahui ada banyak model literasi yang dapat diterapkan dan digunakan dalam proses literasi informasi di sekolah. Tetapi harus tetap memperhatikan berbagai aspek, konteks dan dampak dari proses adanya literasi informasi yang digunakan bagi pemustaka dan perpustakaan itu sendiri.

Dokumen terkait