• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEOR

B. Evaluasi Alat Permainan Edukatif

2. Model-model Evaluasi Alat Permainan Edukatif

Pada pelaksanaan evaluasi alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta diperlukan desain evaluasi agar evaluasi dapat dilakukan dengan cara yang sesuai. Desain evaluasi adalah kerangka proses melaksanakan evaluasi dan rencana menjaring dan memanfaatkan data sehingga dapat diperoleh informasi yang mencukupi (Wirawan, 2012: 147). Pada desain tersebut terdapat komponen penting untuk menentukan evaluasi itu sendiri yaitu model evaluasi.

Model evaluasi dapat digunakan sebagai acuan untuk melaksanakan evaluasi. Terdapat beberapa model evaluasi yang dapat digunakan untuk mengevaluasi, diantaranya yaitu: CIPP (Context, Input, Process and Product), Evaluasi Model Stake (Countenance Model), Formatif-Summatif Evaluation Model, Discrepancy model dan lain sebagainya. Model CIPP merupakan model evaluasi yang banyak digunakan oleh para evaluator. Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam dan kawan-kawan (1967) di Ohio State University, (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2004:29). Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan kedalam 4 dimensi, yaitu Context, Input, Process and Product. Keempat dimensi tersebut merupakan komponen dari proses sebuah program kegiatan(Eko Putro Widoyoko, 2010: 181).

Evaluasi model Stake (countenance Model) merupakan model yang menekankan adanya dua dasar kegiatan dalam evaluasi, yaitu Description dan Judgement, dan membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan yaitu Antecedent (Context), Transaction (Process), dan Outcomes (Output) (Farida Yusuf Tayibnapis, 2008: 22). Formatif-Summatif Evaluation Model merupakan model yang menunjuk adanya tahapan dan lingkungan objek yang dievaluasi, yaitu evaluasi yang dilakukan pada program yang masih berjalan (disebut evaluasi formatif) dan ketika program sudah selesai berjalan

(disebut evaluasi formatif), (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, 2004: 25).

Discrepancy model adalah model evaluasi yang dikembangkan oleh Malcolm Provus, kata discrepancy adalah istilah dari bahasa inggris yang diterjemahkan kedalam bahasa indonesia menjadi

“kesenjangan” (Eko Putro Widoyoko, 2010: 186). Model ini menekankan pada pandangan adanya kesenjangan, dimana kesenjangan tersebut merupakan persyaratan umum bagi semua kegiatan evaluasi, yaitu mengukur adanya perbedaan antara yang seharusnya tercapai dengan yang sudah riil tercapai (Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar (2004: 31).

Dari berbagai model evaluasi di atas, model evaluasi yang akan digunakan adalah model evaluasi Discrepancy. Model ini mengukur besarnya kesenjangan yang ada sehingga dengan diketahuinya kesenjangan tersebut dapat dilakukan perbaikan setiap komponen yang belum terpenuhi. Sehingga pada penelitian ini akan diketahui mengenai pemenuhan syarat pembuatan alat permainan edukatif pada alat permainan edukatif sudut agama di Mataram indah Yogyakarta.

Melalui evaluasi ini dapat menentukan apakah alat permainan edukatif sudut agama sesuai dengan syarat pembuatan alat permainan edukatif atau belum sehingga dapat diambil kesimpulan adanya

perbaikan atau tidak terhadap alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta.

Adapun untuk melakukan evaluasi dibutuhkan langkah-langkah sistemis dalam pelaksanaanya. Setidaknya terdapat lima langkah yang harus terpenuhi dalam pelaksanaanya. Langkah-langkah tersebut antara lain:

a. Menetapkan standar evalusi

Tahap awal dari pelaksanaanya evaluasi discrepancy adalah menetapkan standar evaluasi. Standar evaluasi pada penelitian ini adalah standar yang akan menjadi pembanding dan menetapkan spesifikasi apa yang akan dibandingkan. Standar evaluasi pada penelitian ini adalah syarat pembuatan alat permainan edukatif menurut Rudi Budima (2014: 28), yang menjelaskan bagaimana alat permainan edukatif dirancang dan dikembangkan untuk anak usia dini. Selain itu juga dijelaskan syarat-syarat pembuatan alat permainan edukatif dan bagaimana tahapan awal mulai dari analisis kebutuhan alat permainan edukatif hingga pada contoh- contoh proses pembuatan alat permainan edukatif.

Disamping pengembangan standar tersebut, ditetapkan juga tujuan atau penentuan spesifikasi tentang apa yang akan diteliti. Tujuan utama penelitian ini adalah terpenuhinya syarat pembuatan alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah

Yogyakarta. Adapun standar yang ditetapkan untuk menjadi pembanding alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta adalah syarat pembuatan alat permainan edukatif menurut Rudi Budiman, standar tersebut adalah sebagai berikut:

1) Syarat edukatif

a) Alat permainan edukatif dibuat disesuaikan dengan memperhatikan program kegiatan pendidikan (program pendidikan yang berlaku atau kurikulum yang berlaku). b) Alat permainan edukatif yang dibuat disesuaikan dengan

didaktik metodik artinya dapat membantu keberhasilan kegiatan pendidikan mendorong aktifitas dan kreatifitas anak dan sesuai dengan kemampuan (tahap perkembangan anak).

2) Syarat teknis

a) Alat permainan edukatif dirancang sesuai dengan tujuan, fungsi sarana (tidak menimbulkan kesalahan konsep) contoh dalam membuat balok bangunan ketepatan bentuk dan ukuran yang akurat mutlak dipenuhi karena jika ukurannya tidak tepat akan menimbulkan kesalahan konsep.

b) Alat permainan edukatif hendaknya multiguna, walaupun ditujukan untuk tujuan tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk tujuan pengembangan yang lain.

c) Alat permainan edukatif dibuat dengan menggunakan bahan yang mudah didapat di lingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekas/sisa.

d) Aman (tidak mengandung unsur yang membahayakan anak misalnya tajam, beracun dan lain- lain).

e) Alat permainan edukatif hendaknya awet, kuat dan tahan lama (tetap efektif walau cahaya berubah).

f) Mudah dalam pemakaian, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.

g) Dapat digunakan secara individual, kelompok dan klasikal. 3) Syarat estetika

a) Bentuk yang elastis, ringan (mudah dibawa anak) b) Keserasian ukuran (tidak terlalu besar atau terlalu kecil) c) Warna (kombinasi warna).

b. Merencanakan evaluasi menggunakan model discrepancy

Pada tahap ini adalah perencanaan proses evaluasi menggunakan model discrepancy (kesenjangan). Peneliti menyusun perencanaan evaluasi dengan segala kebutuhan sesuatu yang dibutuhkan. Penelitian ini mengusung tentang evaluasi alat

perminan edukatif sudut agama ditinjau dari syarat pembuatan alat permainan edukatif sehingga komponen yang paling pokok adalah syarat-syarat pembuatan alat permainan edukatif yang sebelumnya telah ditetapkan.

c. Mengumpulkan data di lapangan

Pada tahap ini adalah proses pengumpulan data di lapangan guna mendapatkan data yang dibutuhkan. Pada tahap ini, peneliti mengumpulkan data alat permainan edukatif sudut agama di Mataram Indah Yogyakarta. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengobservasi alat permainan edukatif satu persatu dengan menggunakan lembar observasi yang berbentuk checklist. Selain itu, pengumpulan data juga dilakukan dengan mengumpulan informasi dari beberapa pihak yang terkait dengan alat permainan edukatif (pemilik Mataram Indah dan karyawanya) dan juga dari hasil pengumpulan informasi melalui studi dokumen.

d. Mengidentifikasi kesenjangan

Pada tahap ini adalah membandingkan data yang telah diperoleh dengan standar yang telah ditetapkan. Kemudian dari proses pembandingan akan diperoeh hasil ada tidaknya kesenjangan antara data lapangan dengan standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya adalah setelah data yang dibutuhkan

terkumpul, data akan disajikan secara rapi dan mudah diolah dan tahap terakhir adalah menarik kesimpulan sebagai hasil evaluasi. e. Mengubah kondisi alat permainan edukatif dan/atau mengubah

standar

Keputusan mengenai hasil proses sebelumnya, diambil setelah seluruh data terkumpul dan melewati seluruh proses-proses diatas. Data yang telah ditemukan kesenjanganya segera diputuskan untuk mengubah syarat pembuatan alat permainan edukatif atau mengubah kondisi alat permainan edukatif atau justru mengubah melakukan keduanya. Mengubah kondisi alat permainan edukatifdapat dilakukan dengan cara memperbaiki alat permainan edukatif sehinga sesuai dengan standar yang telah dibuat.

Mengubah kondisi alat permainan edukatif dilakukan dengan cara memberikan rekomendasi kepada Mataram Indah Yogyakarta sesuai dengan data hasil penelitian yang telah diperoleh. Pemberian rekomendasi tersebut mengacu pada persentase pemenuhan syarat pembuatan alat permainan edukatif pada tiap-tiap indikator standar, sehingga rekomendasi tersebut diharapkan dapat menjadi wacana untuk Mataram Indah Yogyakarta yang kemudian dapat digunakan untuk melakukan peningkatan alat permainan edukatif.

Dokumen terkait