• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRANSKRIPSI DAN ANALISIS NASYID

5.2 Model Notas

Berdasarkan beberapa pertimbangan, dalam menentukan model notasi untuk menuliskan musik atau nyanyian nasyid di pondok pesantren tersebut maka penulis menggunakan model notasi barat, hal ini disebabkan atas beberapa pertimbangan :

1. Karena sulitnya untuk menemukan suatu bentuk notasi yang yang dapat dikategorikan “cocok”, ideal untuk digunakan mentranskripsikan musik dan nyanyian nasyid .Disamping itu dalam tradisi musik lokal dimana motif dari musik lokal yang diangkat kedalam tonus atau nada pada musik dan nyanyian nasyid tersebut, ada beberapa yang belum memiliki sistem notasi tersendiri misalnya dalam suku batak, melayu, dan lainnya. Khusus pada kebudayaan Jawa sistem penulisan nada mereka sudah ada, namun untuk menyeragamkan penulisan sistem musik pada tulisan ini maka penulis memilih model notasi barat.

157

2. Untuk melihat sejauh mana keuntungan dari penggunaan notasi musik barat pada pembahasan musik nasyid. Bahwa dalam beberapa hal, sistem penulisan notasi musik barat tersebut dapat digunakan untuk mempelajari elemen-elemen musik nasyid. Misalnya penggunaan garis para nada (Notasi Balok) untuk setiap nada, yang dapat menggambarkan tinggi rendahnya nada dan simbol-simbol yang diperlukan. Dalam membedakan durasi sebuah not dengan durasi not yang lainnya dalam pembagian divisi pola ritem. Bahkan sampai pada pembagian yang lebih kecil dapat dilakukan sistem tersebut.

3. Karena notasi musik barat dapat dikenal secara umum dan sudah biasa dipakai para etnomusikolog serta lazim digunakan orang–orang secara umum sebagai alat bantu untuk belajar musik, sehingga sistem notasi musik barat tersebut cukup komunikatif diantara orang-orang umum.

Berdasarkan itulah saya memutuskan untuk menggunakan cara penulisan notasi musik barat tersebut di dalam penulisan transkripsi musik nasyid pondok pesantren yang akan dibahas ini. Namun perlu dijelaskan bahwa karena sistem notasi musik barat tersebut belum dapat menyajikan seluruh bunyi dan fenomena musik pada nasyid, maka memungkinakan akan terdapat penambahan simbol-simbol cara penulisan yang berbeda dengan cara yang lazim digunakan didalam penulisan musik barat yang konvensional itu.

158

Dalam proses pentranskripsian penulis membuat atau menggunakan simbol-simbol notasi barat seperti dibawah ini :

1. Garis Paranada

Dalam notasi balok, paranada adalah lima garis horisontal tempat not ditulis. Not dapat diletakkan di garis atau di antara garis (spasi) paranada. Simbol musik yang sesuai, bergantung pada efek yang diharapkan, ditempatkan pada garis berdasarkan nada atau fungsi yang sesuai. Notasi musik ditempatkan berdasarkan nada, notasi perkusi ditempatkan berdasarkan instrumen, dan nada berhenti dan nada lainnya ditempatkan berdasarkan kesepakatan.

Garis paranada diberi nomor dari bawah ke atas; garis paling bawah disebut garis pertama dan garis paling atas disebut garis kelima. Not yang terletak di garis atau spasi lebih tinggi berarti memiliki tinggi nada lebih tinggi.

Not pada paranada dibaca dari kiri ke kanan. Not yang terletak di sebelah kiri dimainkan sebelum not di sebelah kanan.

159 2. Tanda Kunci

Tanda kunci adalah tanda yang menentukan letak nama nada pada garis paranada. Untuk membaca notasi musik kita menggunakan urutan abjad seperti:

C D E F G A B C

a) Kunci G (Treble Clef)

Kunci G menentukan not yang ada pada garis kedua menjadi nada G.

b) Kunci F (Bass Clef)

Kunci F menentukan not yang ada pada garis keempat menjadi nada F.

Not-not di kunci G dan kunci F :

C D E F G A B C D E F G

160 3. Bentuk dan nilai not

Panjangnya nada satu not digambarkan dengan bentuk yang berbeda-beda dan nila yang berbeda-beda pula. Berikut table bentuk dan nilai not beserta tanda istirahat nya:

4. Tanda Birama (Time Signature)

a) Garis birama (bar line), birama (bar), dan garis penutup (double barlines)

Penulisan rangkaian not selalu dipisahkan oleh garis-garis, oleh karena itu kita memperoleh garis birama, birama, dan garis penutup.

161 b) Tanda Birama (Time Signature)

Irama sebuah lagu ditunjukan oleh angka yang brada di belakang kunci yang kita sebut tanda birama. Tanda birama menerangkan cara menghitung ketukan-ketukan yang terdapat pada lagu tersebut.

 Tanda birama : 4/4 atau yang biasa dikenal dengan symbol

4 = ada 4 ketukan dalam setiap birama

4 = nilai setiap ketukan adalah satu not seperempat

 Tanda birama :

3 = ada 3 ketukan dalam satu birama

4 = nilai setiap ketukan adalah satu not seperempat

5. Tie Not

Tie not adalah garis lengkung yang menghubungkan dua not yang bernada sama. Nila not pertama ditambah dengan nilai not kedua, tetapi hanya not pertama yang dibunyikan, sedangkan not kedua tidak dibunyikan lagi.

162 6. Accidental

Jarak terdekat di antara dua not pada papan piano adalah setengah nada (semitone). Di dalam satu nada (whole tone) terdapat 2 setengah nada.

a) Sharp/kres ( ฀฀ # ) : Fungsinya ialah menaikan setengah nada.

D D kres (dis)

b) Flat /mol (฀฀฀ ) : Fungsinya ialah menurunkan setengah nada.

B B mol (bes)

c) Natural/pugar ( ) : membataklan fungsi kres atau mol agar kembali ke nada semula.

163 7. Key Signature (Tanda Mula)

Tanda mula adalah istilah untuk kelompok kres atau mol yang terletak setelah kunci. Tanda mula digunakan untuk menghindari terlalu banyak menulis tanda kres dan mol yang terdapat di dalam lagu. Jika ada tanda mula di belakang kunci, ini berarti semua not yang mempunyai nama yang sama dengan not yang di tanda mula harus di beri kres atau mol juga. Contoh:

Setiap nada F, C, G dan D harus di kres juga

Setiap nada B, E, dan A harus di beri mol juga.

8. Simbol-simbol Lainnya

a) Staccato : not dimainkan secara terputus-putus.

b) Legato : not-not yang dihubungkan oleh garis penghubung dimainkan secara lembut dan bersambung.

164

c) (

) Nada-nada yang dimainkan seluruhnya diturunkan satu oktav lebih rendah.

d)

e) Bentuk birama yang digunakan untuk menuliskan not-not perkusi.

Notasi dengan symbol berbentuk X di atas digunakan utuk menuliskan not-not perkusi.

5.3Analisis

Pada bagian analisis, penulis menganalisis melodi dan ritme yang telah ditranskripsi dan lirik lagu pada musik tersebut, guna melihat hubungan teks tersebut dengan melodi.

165

Transkrip lagu yang dimainkan oleh santri pondok pesantren Ar- Raudhatul Hasanah, dengan judul lagu “Demi Masa” cipta “Raihan” dapat di lihat di lampiran.

Untuk menganalisis nasyid ini penulis mengacu pada tulisan William P. Malm yang menawarkan beberapa karakteristik dalam mendeskripsikan melodi, yaitu Tangga nada, Jumlah Interval, Jumlah Nada, Nada Dasar (pitch centre), Pola Kadensa, Wilayah Nada (ambitus), Formula Melodi, dan Kontur (garis melodi).

5.3.1 Tangga nada

Tangga nada yang digunakan dalam musik nasyid ini dapat dikatakan menggunakan tangga nada musik barat yang dikenal dengan istilah “skala harmoni minor”. Dalam tulisan ini yang saya maksudkan sebagai tangga nada adalah susunan dari nada-nada yang dipakai dalam melodi pada nasyid tersebut.

Dalam melakukan pencacahan tersebut saya mulai dari nada awal hingga nada terakhir. yang masih dalam wilyah satu oktaf. Kemudian penulisan nada-nada tersebut dilakukan dalam garis para nada dan disusun berdasarkan urutan-urutannya dari nada terendah hingga nada yang tertinggi dalam satu oktaf. Adapun nada-nada yang digunakan dan terdapat dalam melodi nasyid ialah sebagai berikut:

166

Dengan demikian Melodi yang digunakan memiliki 7 nada (diatonic). nada-nada tersebut terdiri dari D E F G A Bb C# D, dalam aturan musik barat disebut tangga nada ini disebut dengan tangga nada minor harmoni.

5.3.2 Nada Dasar

Dalam penelitian ini saya akan mempergunakan cara untuk menemukan nada dasar pada sebuah komposisi yaitu menggunakan pendekatan yang dilakukan oleh Bruno Nettl dalam “Theory and Method in Ethnomusicology” sebagai berikut :

“(1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada- nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut. (2) Kadang- kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, biarpun jarang dipakai. (3) Nada yang dipakai akhirnya (awal) komposisi, dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut. (4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi pas ditengah-tengah dapat dianggap penting. (5) Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan. Umpamanya sebuah posisi yang digunakan oktav (nada pertama tesebut boleh dianggap lebih penting). (6) adanya

167

tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas. (7) Harus diingat bahwa barang kali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-patokan diatas. Untuk sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut”. (1964 : 127, terjemahan Marc Perlman, M.A).

Lihat tabel berikut ini :

Nada Jumlah Nada D 101 E 38 F 56 G 44 A 64 Bb 47 C 11 C# 28

Sesuai dengan table diatas, maka yang menjadi tonalitas berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl tersebut adalah :

168

1. Nada yang paling sering dipakai adalah nada D dan yang paling jarang dipakai adalah E dan C

2. Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar adalah D

3. Nada yang dipakai sebagai nada awal adalah nada D dan yang paling akhir dengan durasi paling lama adalah nada D

4. Nada yang menduduki posisi paling rendah adalah nada D, dan nada yang menduduki posisi tengah-tengah adalah A

5. Nada yang memiliki oktafnya paling banyak adalah nada D 6. Tekanan ritmis cenderung kepada nada D.

7. Melalui pengalaman dan pengenalan akrab membuktikan adanya kecendrungan besar untuk menggunakan nada D sebagai nada dasar dari nyanyian nasyid tersebut.

5.3.3 Wilayah Nada

Yang dimaksud dengan wilayah nada adalah daerah (ambitus) antara nada yang paling rendah dengan nada yang paling tinggi dalam satu komposisi lagu. Wilayah nada yang dapat dilihat pada melodi vocal tersebut tersebut adalah sebagai berikut:

F4

169

5.3.4 Frekwensi Pemakaian Nada

Memperhatikan frekwensi pemakaian nada (Jumlah nada- nada), dilakukan dengan mencacah masing-masing nada berdasarkan hasil transkripsi yang dibuat. Melalui sistem pencacahan tersebut maka frekwensi pemakaian nada tersebut dapat dilihat. Namun sebagai catatan perlu diperhatikan bahwa frekwensi di lihat dari banyaknya jumlah getaran perdetik, dengan satuan Hertz (Hz) yang telah ditetapkan oleh ahli fisika yang disesuaikan juga dengan peraturan musik barat. Dan nada-nada yang digunakan oleh vocal memiliki frekuensi sebagai berikut:

147 165 175 196 220 247 262 278 294 330 349

5.3.5 Interval

Yang dimaksud dengan interval adalah jarak dari nada yang satu dengan nada yang lainnya naik ataupun turun (Manoff, 1991 : 71).

berikut ini adalah tabel Interval dari keseluruhan nada-nada yang dipakai pada lagu nasyid tersebut tersebut :

170

No. Interval Jumlah Interval

1 Prime Perfect 84 2 Seconde Minor 92 3 Seconde Mayor 119 4 Ters Minor 47 5 Ters Mayor 18 6 Kwart Perfect 23 7 Kwint Perfect 14 8 Sexta Minor 2 9 Oktaf Perfect 3

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada penggunaan tonus atau nada pada vocal nasyid adalah lebih banyak memakai interval Seconde Mayor, dan kemudian diikuti dengan interval Second Minor.

5.3.6 Pola Kadensa

Kadensa : (1) Penutup bagian akhir komposisi berdasarkan akord-akord utama yang menegaskan pertangganadaan. (2) Deretan nada berupa hiasan yang bebas, sebagai persiapan bagi akhir komposisi. (Latifah Kodijat 1989 : 10) dalam kaitannya disini, pola kadensa adalah akord-akord yang digunakan di akhir bait lagu.

Berikut beberapa pola kadensa yang terdapat dalam nyanyian nasyid:

171

Pola Kadensa VI – VII – i (skala minor)

Pola Kadensa i – v – V – i

Pola Kadensa III – iv – V ( skala minor)

Pola Kadensa VII – VI – i (skala minor)

Terdapat beberapa pola kadensa lain yang sama seperti pola kadensa di atas, namun perbedaan hanya terletak pada lirik lagunya.

Dalam hal ini pola kadens dapat dilihat dari nada-nada pada akhir frase sebelum menuju ke frase yang baru dan pola kadens juga dapat dilihat pada akhir dari nyanyian tersebut. Apabila dilihat dari progresi diatas terlihat bahwa setiap akhir nada dalam satu kalimat

172

selalu diakhiri oleh acord Dm, dan pada akhir lagu juga ditutup dengan accord Dm.

5.3.7 Kantur (Countur)

Yang dimaksud dengan kantur disini adalah garis atau alur melodi dalam sebuah lagu. Ada beberapa istilah yang digunakan untuk membedakan kantur. Seperti yang dikemukakan oleh William P Malm (1977) yakni, ascending (Menaik), descending (Menurun), pendulous (melengkung), terraced (berjenjang), dan statis apabila gerakan-gerakan intervalnya terbatas.

Dari beberapa istilah tersebut, maka penulis dapat melihat kantur yang terdapat pada tonus lagu nasyid diatas. Perjalanan melodi bila dilihat dari kalimat pertama nada vocal sebelum memasuku lirik, pergerakan melodi dimulai dengan menurun dari nada yang tinggi ke nada yang rendah (descending) kemudian ketika masuknya lagu, nada juga dimulai nada yang tinggi ke nada yang rendah dan terjadi dua kali pengulangan dengan lirik yang berbeda, kemudian setelah itu masuk musik vocal dengan pergerakan melodi naik (ascending), kemudian nada diulang kembali dengan pergerakan melodi yang menurun. Pada bait ke dua sebelum refren pergerakan melodi diawal kalimat melodi turun (descending) dan setelah sampai ditengah kalimat nada kembali naik (ascending). Pada bait ketiga yaitu pada refren didapati pergerakan melodi yang statis, hal ini terlihat karena banyak menggunakan nada yang sama

173

walaupun terdapat kenaikan dan penurunan namun sedikit, oleh Karen itu dapat dikatakan secara umum adalah statis.

5.3.8 Bentuk (Form)

Ada beberapa istilah untuk menyatakan bentuk (form) dalam nyanyian. Oleh William P Malm dapat dibedakan atas beberapa istilah, yakni nyanyian yang diulang-ulang, bentuk ini disebut repetitive, bentuk nyanyian yang memiliki formula melodi yang kecil dengan kecendrungan pengulangan-pengulangan dalam keseluruhan nyanyian disebut iterative, bentuk nyanyian yang dalam pengulangannya pada proses pertama terjadi penyimpangan melodis ini disebut reverting, nyanyian dengan pengulangan melodi yang sama tetapi dengan teks nyanyian yang selalu baru, bentuk ini disebut strophic, nyanyian dengan bentuk yang terus berubah dan materi melodi yang selalu baru, bentuk ini disebut dengan progresive. (Lihat terjemahan Rizaldi Siagian 1987)

Berdasarkan kriteria yang disebutkan diatas maka penulis dapat melihat bahwa bentuk (form) dari ke lima motif musik nyanyian antifon tersebut adalah merupakan bentuk Progresive, dimana bentuk melodinya berubah dengan teks yang berbeda dan selalu berubah.

5.4 Gaya

Gaya adalah karakter musik yang yang disebabkan oleh unsur-unsur musik itu sendiri. Dari keseluruhan transkripsi yang dilakukan dapat kita lihat

174

bahwa vocal dalam nasyid secara keseluruhan menggunakan 7 nada, disertai dengan nada ke 7 yang diturunkan setengah laras. Sehingga menjadi 8 nada yang digunakan dalam nyanyian.

Terdapat beberapa pengulangan lagu dan lirik dalam satu komposisi musik tersebut. Pada Pada komposisi nasyid tersebut diawali dengan permainan alat musik sebagai pengantar. yang kemudian setelah itu masuklah musik vocal bersamaan dengan alat musik lainnya. Ditengah-tengah komposisi setelah sebagian teks dinyanyikan terdapat juga musik instrumental di tegah-tengah yang kemudian dilanjutkan kembali oleh vocal. Terdapat klimaks pada lagu tersebut yang biasa disebut dengan reffrein di tengah-tengah lagu.

Teks atau lirik nasyid tersebut merupakan kata-kata berisikan nasehat- nasehat kepada umat Islam untuk menjalankan perintah-perintah agama. Lagu nasyid ini diiciptakan oleh salah satu group nasyid dari Malaysia yaitu group nasyid Raihan, namun dinyanyikan kembali dan diaransemen oleh nasyid pesantren Raudhah.

Tidak hanya vocal yang berperan dalam melantunkan lirik-lirik lagu tersebut. Namun para pemain alat musik disamping memainkan alat musik juga menyanyikan lagu tersebut secara bersama-bersama di saat-saat yang ditentukan, dan mereka disebut dengan backing vocal.

5.5 Hubungan Teks Dengan Melodi

Karakteristik yang sangat penting diperhatikan dalam suatu musik vokal adalah hubungan antara musik (nada) dengan tekstual (teks nyanyian, seperti yang dikemukakan oleh W.P.Malm 1977: 9)

175

“bila suatu not dipakai untuk masing-masing suku kata dari teks nyanyian tersebut disebut dengan silabis, dan jika satu suku kata mempunyai beberapa buah not disebut dengan melismatis “

Mengaplikasikan pernyataan tersebut dalam lagu nasyid tersebut maka istilah melismatis dan silabis dipakai. Dimana ada kalanya satu nada dipakai untuk satu suku kata, dan ada pula satu nada dipakai untuk satu atau lebih suku kata.

Lebih lanjut jumlah melismatis dan silabis dapat dirincikan berdasarkan jumlah nada yang dipakai. Melismatis yang terdiri dari dua (2) nada terdapat sebanyak tiga (9) buah, melismatis yang terdiri dari tiga (3) nada terdapat sebanyak enam (8) buah, dan sisanya ialah berbentuk silabis. Dengan demikian telah diketahui bahwa penggunaan silabis yang lebih dominan dibandingkan dengan melismatis.

176

BAB VI PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pondok Pesantren Modern Ar-Raudhatul Hasanah merupakan tempat dimana para santri dan santriwati belajar dan mondok di sana. Jenjang pendidikan selama 6 tahun tersebut melahirkan kader-kader Islam yang berakhlak mulia. Terdapat banyak kegiatan terjadwal yang dilakukan selama mondok di sana, diantaranya belajar dikelas dipagi hari, . Dan pada siang hari diwajibka istirahat olah raga di sore hari, dan malamnya dilanjutkan dengan belajar malam di kelas.

Banyak kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sore hari diantaranya seperti olah raga, pramuka,belajar ilmu bela diri seperti karate dan silat, dan juga aktivitas-aktivitas kesenian seperti marching band dan nasyid. Hal ini dilakukan pada hari-hari yang telah dijadwalkan.

Kegiatan-kegiatan ibadah pun dapat dikatakan sangat sering dilakukan, seperti halnya shalat lima waktu beserta shalat sunahnya. kemudian ceramah-ceramah pun kerap kali dilakuka setelah selesai shalat magrib. Terdapat peraturan-peraturan yang diberlakukan oleh para santri guna mendidik dan menertibkan yang diberikan oleh kakak senior selaku pengurus bidang organisasi. Organisasi ini dikenal dengan OPRH (Organisasi Pemuda Ruaudhatul Hasanah). Terdapat sanksi yang diberlakukan apabila terdapat diantara santri/santriwati yang melakukan pelanggaran tertentu.

177

Hidup didalam pesantren segala kelakuannya telah diatur sedemikian rupa, bahkan sampai dengan hal-hal kecil sekalipun ada aturannya. Jauh berbeda dengan mereka yang tinggal di luar pesantren. Di pesantren para murid dituntut untuk mandiri, orang tua tidak memiliki peran dalam mengurusi kehidupan anaknya di pesantren. Oleh karena itu kebersamaan menjadi sangat penting dilingkungan seperti ini.

Nasyid merupakan bagian dari kegiatan ekstrakurikuler yang telah terjadwal. jadwal latihan pun diatur. Sehingga masing-masing group memiliki waktu latihannya di ruangan dan dengan alat musik yang disediakan sehingga tidak terbentur dengan group-group yang lain. Bagi santri-santri yang aktif dalam latihan, dan yang dianggap memiliki bakat diambil dan dibentuk group yang baru dan dipersiapkan untuk aktif dalam mengisi acara- acara dan juga dapat menjadi peserta di berbagai festival di luar pesantren, demi mengharumkan nama pondok pesantren tersebut.

Banyak lagu yang dimainkan sepanjang lagu tersebut memiliki pesan dakwah Islam. Baik lagu-lagu yang berbahasa Indonesia maupun bahasa Arab dapat dinyanyikan oleh seseorang sampai beberapa orang baik dengan atau tanpa alat musik. Hal ini disebabkan karena tidak semua ulama membolehkan menggunakan alat musik. Alat musik yang digunakan bermacam-macam, diantaranya ialah beberapa alat musik tradisi Arab dan ditambah dengan alat musik modern sehingga musik yang dihasilkan lebih kompleks dan familiar.

178

Group nasyid seperti ini juga didapati di berbagai pesantren lain, walaupun tidak semuannya. Yang jadi pertimbangan bagi pesantren- pesantren lain tentang di adakannya nasyid ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti tidak tercukupi dana untuk memeliki seperangkat alat nasyid yang begitu mahal dan hal yang dapat disebabkan karena pihak pesantren tersebut memiliki faham akan tidak diperbolehkannya bermusik dalam Islam. Berdasarkan hukum-hukum yang mereka yakini.

Nasyid di pondok pesantren teruslah berkembang sesuai dengan perkembangan jaman. Apalagi seringnya diadakan perlombaan antar pesantren guna mempromosikan pondok pesantren tersebut pada masyarakat umum. Sehingga banyak yang tertarik untuk mondok di pesantren tersebut, dan dapat mengharumkan nama pesantren sebagai perbandingan dan contoh bagi pesantren-pesantren lainnya.

5.2 Saran-Saran

Nasyid di Indonesia senantiasa terus berkembang sesuai dengan konteks kebudayaan dan masyarakat yang senantiasa dinamis. Kajian dari seorang sarjana dalam bidang ilmu Etnomusikologi sungguh diperlukan untuk mengungkap kasus lebih lanjut dari permasalahan nasyid di Indonesia.

Adapun manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah untuk memperluas wacana dan pengetahuan tentang nasyid sebagai media dakwah yang juga efektif dan untuk dijadikan bahan bagi usaha pengembangan khazanah musik nasyid, seperti dibentuknya suatu badan khusus yang menangani pengembangan musik tersebut.

179

Dalam dokumen STUDI DESKRIPTIF NASYID PADA PONDOK PESANTREN (Halaman 157-180)