• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI

3. Nilai Praksis

2.1.3 Model Pembelajaran Berbasis Masalah

2.1.3.1 Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Tan dalam Rusman (2011:229) pembelajaran berbasis masalah (PBM) merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Pada kenyataannya, tidak semua guru memahami konsep PBM tersebut, baik disebabkan oleh kurangnya keinginan dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keilmuan maupun karena kurangnya dukungan sistem untuk meningkatkan kualitas keilmuan tenaga pendidik. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu

14 sekiranya ada sebuah bahan kajian yang mendalam tentang apa dan bagaimana PBM ini untuk selanjutnya diterapkam dalam sebuah proses pembelajaran, sehingga dapat memberi masukan, khususnya kepada guru tentang PBM, yang merupakan pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abad ke-21 dan umumnya kepada para ahli dan praktisi pendidikan yang memusatkan perhatiannya pada pengembangan dan inovasi sistem pembelajaran.

Rusman (2011:232) mengemukakan PBM untuk membantu menunjukkan dan memperjelas cara berpikir serta kekayaan dari struktur dan proses kognitif yang terlibat di dalamnya. PBM mengoptimalkan tujuan, kebutuhan, motivasi yang mengarahkan suatu proses belajar yang merancang berbagai macam kognisi pemecahan masalah. Dalam proses PBM, siswa belajar bahwa bekerja dalam tim dan kolaborasi itu penting untuk mengembangkan proses kognitif yang berguna untuk meneliti lingkungan, memahami permasalahan, mengambil dan menganalisis data penting, dan mengelaborasi solusi.

Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2011:241), mengemukakan bahwa PBM merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran. PBM merangsang berpikir tingkat tinggi siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di dalamnya belajar bagaimana belajar. PBM menggunakan berbagai kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata,

15 kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kopleksitas yang ada.

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa PBM adalah pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata yang dimaksudkan agar siswa dapat berpikir kritis dan analitis dalam mencari solusi dan menemukan pengetahuan yang baru. PBM menuntut aktivitas mental siswa dalam memahami suatu konsep, prinsip, dan keterampilan melalui situasi atau masalah yang disajikan di awal pembelajaran. PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu.

2.1.3.2 Karakteristik PBM

Dalam PBM ada beberapa karakteristik yang dapat membedakan PBM dengan pendekatan lainnya. Seperti yang dikatakan Tan dalam Rusman (2011:232-233) bahwa karakteristik PBM adalah:

1. Permasalahan yang menjadi strating point dalam belajar;

2. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur;

3. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspektive);

4. Permasalahan, menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar;

16 6. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaannya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam PBM; 7. Belajar adalah kolaboratif, komunikasi, dan kooperatif;

8. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan;

9. Keterbukaan proses dalam PBM meliputi sintesis dan integrasi dari sebuah proses belajar dan,

10.PBM melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan proses belajar. 2.1.3.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Fogarty dalam Rusman (2011:243), langkah-langkah yang dilalui oleh siswa dalam sebuah proses sebuah proses PBM adalah : (1) menemukan masalah; (2) mendefinisikan masalah; (3) mengumpulkan fakta; (4) pembuatan hipotesis; (5) penelitian; (6) rephrasing masalah; (7) menyuguhkan alternatif; dan (8) mengusulkan solusi.

Ibrahim dan Nur (2000:13) dan Ismail (2002:1) dalam Rusman (2011:243) mengemukakan bahwa langkah-langkah PBM adalah:

Tabel 1. Langkah-langkah PBM

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1 Orientasi siswa pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa yang terlibat pada aktivitas pemecahan masalah 2 Mengorganisasi

siswa untuk belajar

Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3 Membimbing pengalaman individu atau

Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

17 kelompok pemecahan masalah

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Membantu siswa dalam melaksanakan dan meyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya 5 Menganalsis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan

2.1.3.4 Tujuan PBM

Tan, Ibrahim dan Nur dalam Rusman (2011:242) mengemukakan tujuan PBM, yaitu: (1) membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah; (2) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata; (3) menjadi para siswa yang otonom. PBM melibatkan siswa dalam penyelidikan pilihan sendiri yang memungkinkan mereka menginterprestasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun pemahamannya tentang fenomena itu.

Menurut Rusman (2011:238), tujuan PBM adalah penguasaan isi belajar dari disiplin heuristik dan keterampilan pemecahan masalah. PBM juga berhubungan dengan belajar tentang kehidupan yang lebih luas (lifewide learning), keterampilan memakai informasi, kolaboratif dan belajar tim, dan keterampilan reflektif dan evaluatif. Tujuan PBM diharapkan dapat memberdayakan siswa untuk menjadi seorang individu yang mandiri dan mampu menghadapi setiap permasalahan dalam hidupnya di kemudian hari.

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan tujuan model pembelajaran berbasis masalah dengan sendirinya akan mengembangkan kemampuan siswa

18 dalam menghadapi masalah. Siswa dilatih menemukan permasalahan dari hal yang dihadapinya serta merumuskan dengan jelas. Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan dengan jelas diharapkan siswa terlatih dalam kemungkinan-kemungkinan jawaban, dan mampu memilih jawaban yang terbaik, dan selanjutnya menguji jawaban tersebut, serta selanjutnya mengevaluasinya

19 2.1.4 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

2.1.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Wiharyanto (2008:5) mendefinisikan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan pendidikan pendahuluan bela negara. PKn dapat menumbuhkan dan mengembangkan rasa kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan kebenaran Pancasila merupakan satu-satunya alat pemersatu bangsa yang paling mungkin, rela berkorban, dan memberikan kemampuan awal bela negara. PKn membawa peserta didik untuk menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, berdisiplin dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

Utami (2010:66) mengemukakan PKn merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di tingkat SD/MI/SDLB. Mata pelajaran PKn ini berfokus pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila UUD 1945. PKn juga dapat digunakan untuk menumbuhkan dan kesadaran bernegara, serta membentuk sikap dan perilaku cinta tanah air yang bersendikan kebudayaan bangsa.

Menurut Rosdijati (2010:66), PKn dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi kehidupan berbangsa. PKn disusun secara sistematis, komperensif, dan terpadu dalam proses pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan

20 bermasyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam dari PKn.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan Pendidikan Kewarganegaraan adalah satu bidang ilmu atau mata pelajaran yang mempunyai tujuan untuk mengembangkan logika, daya nalar, dan kecerdasan peserta didik untuk dapat menentukan sikap dalam hidup berbangsa dan bernegara sebagai landasan penanaman dan pengembangan nilai serta perilaku demokrasi sebagai warga negara di masa depan. PKn membawa peserta didik untuk menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis berkeadaban, berdisiplin dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila.

2.1.4.2 Ruang Lingkup PKn

Badan standar nasional pendidikan (BSNP) dalam Fathurrohman dan Wuri (2011:8), menjelaskan ruang lingkup mata pelajaran PKn meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan negara kesatuan republik Indonesia (NKRI) , partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan jaminan keadilan; 2. Norma, hukum, dan peraturan, meliputi: tertib dalam kehidupan keluarga, tata

tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional;

21 3. Hak asasi manusia (HAM), meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban warga masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM;

4. Kebutuhan warga negara, meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai anggota masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan negara;

5. Konstitusi negara, meliputi : proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi;

6. Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintahan pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi;

7. Pancasila, meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi Negara, proses perumusan Pancasila dan dasar negara, pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka; 8. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri

Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, mengevaluasi globalisasi.

2.1.4.3 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar PKn di SD

Standar kompetensi yang akan digunakan adalah 4. Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya, dan kompetensi dasarnya adalah 4.1

22 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya, dan 4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya. 2.1.5 Globalisasi

2.1.5.1 Pengertian Globalisasi

Menurut Syarbaini (2011:190), definisi globalisasi dapat dirumuskan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari aspek hubungan antara manusia karena perkembangan teknologi informasi. Globalisasi merupakan suatu proses untuk meletakkan dunia dibawah satu unit yang sama tanpa dibatasi oleh kedudukan geografi suatu negara. Melalui proses ini dunia tidak lagi mempunyai perbatasan dengan ruang udara dan terbuka luas untuk memasuki oleh berbagai informasi yang disalurkan melalui media komunikasi, seperti internet dan media elektronik. Perkembangan ini memungkinkan hubungan antara sebuah negara dengan negara lain dan hubungan sesama manusia dilakukan secara singkat.

Menurut James Petras dalam Syarbaini (2011:190-191), proses globalisasi adalah aliran modal, komoditas, teknologi dan tenaga kerja berskala dan berjangka panjang melintasi perbatasan negara. Globalisasi dirumuskan sebagai fenomena yang menjadikan dunia mengecil dari aspek hubungan antara manusia karena perkembangan teknologi informasi. Para pemikir Barat menyatakan bahwa globalisasi adalah sebagai suatu proses kehidupan, seperti politik, ideologi, sosial budaya, ekonomi yang dapat dirasakan oleh seluruh umat manusia di dunia.

Sunarto (2006:102) mengemukakan globalisasi adalah proses mendunia atau menjadi satu dunia. Proses ini membuat dunia menjadi semakin kecil dan dekat. Semakin kecil dan dekat dalam artian hubungan antar-manusia kini dapat

23 dilakukan dengan mudah, cepat, dan murah. Jarak dan batas-batas geografi negara tidak lagi menjadi halangan untuk saling berhubungan. Semua ini menjadi mungkin berkat kemajuan teknologi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan globalisasi adalah proses masuknya ke ruang lingkup dunia menjadi satu karena perkembangan teknologi. Proses ini membuat dunia menjadi semakin kecil dan dekat. Semakin kecil dan dekat dalam artian hubungan antar-manusia kini dapat dilakukan dengan mudah, cepat, dan murah. Jarak dan batas-batas geografi negara tidak lagi menjadi halangan untuk saling berhubungan. Semua ini menjadi mungkin berkat kemajuan teknologi. 2.1.5.2 Proses Globalisasi

Akibat globalisasi ruang tempat kita hidup di dunia terasa sempit. Hal ini disebabkan menurut Robertson dalam Syarbaini (2011:191-192) karena keterkaitan dalam budaya dan sosial dalam empat unsur, yaitu sebagai berikut. 1. Individu yang menimbulkan individualisme;

2. Masyarakat nasional, yaitu menimbulkan pembentukan masyarakat sebagai negara bangsa yang modern;

3. Sistem masyarakat internasional, saling ketergantungan antarbangsa dalam berbagai pengaturan;

4. Kemanusiaan, yang menimbulkan humanisasi yang tidak membedakan ras, kelas dan gender dalam kaitan dengan kesempatan dan hak setiap manusia.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan proses globalisasi berkembang pesat karena keterkaitan budaya dan sosial serta berkembangnya teknologi komunikasi

24 antarbangsa. Kontak melalui teknologi mutakhir menggantikan kontak fisik sebagai sarana utama komunikasi antarbangsa.

2.1.5.3 Ciri-Ciri Globalisasi

Menurut Cemara (2012:61), tanda-tanda dan ciri-ciri globalisasi dapat dilihat dari hal-hal berikut ini:

1. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 2. Komunikasi yang semakin canggih;

3. Transportasi antarnegara semakin mudah; 4. Infomasi antarnegara cepat didapatkan.

Ciri-ciri yang menandakan berkembangnya globalisasi adalah sebagai berikut: 1. Adanya sikap ketergantungan suatu negara dengan negara lain, seperti

ketergantungan dalam bidang ekonomi;

2. Adanya persamaan masalah yang dihadapi oleh negara-negara di dunia, seperti pemanasan global, terorisme, krisis dunia, dan lain sebagainya;

3. Berkembangnya teknologi yang mampu meniadakan batas-batas geografis suatu negara;

4. Meningkatnya proses interaksi kultural melalui perkembangan media massa terutama televisi, film, musik, berita dan olahraga internasioanal.

Menurut Dewi (2008:44-45), beberapa ciri-ciri globalisasi yang menandakan semakin berkembangnya globalisasi di dunia:

1. Meningkatnya masalah bersama, misalnya pada bidang lingkungan hidup. 2. Berkembangnya barang-barang seperti telepon genggam, televisi, satelit, dan

25 2.1.5.4 Pengaruh Globalisasi di Lingkungan Sekitar

Tanpa disadari budaya asing yang masuk ke Indonesia telah mempengaruhi perilaku masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Cemara (2012:61), pengaruh globalisasi di lingkungan sekitar dapat dilihat dalam hal-hal sebagai berikut:

1. Makanan

Perubahan sosial akibat globalisasi dapat dilihat dari hal makanan. Misalnya, munculnya makanan cepat saji atau instan. Masyarakat dapat menikmati makanan tanpa harus bersusah payah membuat dan memaksanya. Namun makanan tersebut berbahaya karena mengandung zat kimia, seperti zat pengawet, pewarna dan perasa.

2. Pakaian

Dalam hal pakaian, masyarakat di negara berkembang biasanya suka meniru perkembangan model dari negara maju sehingga mendorong industri pakaian berkembang pesat.

3. Komunikasi

Komunikasi adalah suatu hubungan seseorang dengan orang lain. Komunikasi dapat dilakukan dengan dua orang atau lebih. Dahulu komunikasi antara wilayah menggunakan jasa pos yaitu surat yang sampainya bisa mencapai satu sampai dua hari, kemudian berkembang dengan telepon rumah. Namun, sekarang ini di era globalisasi jika akan berkomunikasi baik satu arah maupun dua arah dengan orang lain yang berbeda wilayah sangat mudah, cepat, dan murah. Sarana yang digunakan misalnya telepon kabel, telepon seluler,

26 internet, e-mail, dan faksimile. Dengan adanya alat komunikasi yang canggih kita dapat melakukan hubungan dengan siapa saja di dunia ini. Sekarang ini banyak ditemui warung-warung internet, maka orang akan mudah mencari segala macam informasi yang ada di seluruh dunia. Adanya telepon genggam merupakan alat komunikasi yang praktis, canggih, dan mudah dibawa ke mana saja.

4. Gaya hidup

Gaya hidup masyarakat mengalami pergeseran dari yang tradisional menjadi modern. Gencarnya iklan mempengaruhi keinginan masyarakat untuk memiliki barang-barang yang canggih dan modern.

2.1.5.5 Dampak Positif dan Dampak Negatif Globalisasi

Menurut Sriwilujeng (2006:333), globalisasi memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah kemudahan yang disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dampak negatifnya adalah yang berkaitan dengan perubahan sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Perubahan tersebut tentunya sudah menyimpang dari nilai adat dan agama yang kita anut.

Cemara (2012:62), mendefinisikan globalisasi memiliki pengaruh positif di lingkungan masyarakat diantaranya sebagai berikut: (1) Masyarakat menjadi maju, (2) Semangat kerja meningkat, (3) Ruang sosial semakin terbuka, (4) Pertukaran budaya, (5) Pasar semakin luas. Pengaruh negatif di lingkungan masyarakat, di antaranya sebagai berikut: (1) Membanjirnya produk luar negeri,

Dokumen terkait