• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Definisi Operasional .1Keefektifan.1Keefektifan

2.1.7 Model Pembelajaran Kooperatif

Terdapat bebagai model pembelajaran yang dapat digunakan guru dalam mengajar. Salah satunya yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif menurut Arends (2008: 4-6) adalah model pembelajaran yang berupaya membantu siswa untuk mempelajari materi-materi akademis dan berbagai keterampilan untuk mencapai berbagai tujuan dan sasaran serta hubungan antar manusia yang penting. Dalam pembelajaran kooperatif siswa dituntut atau didorong untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama dalam kelompok dan mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas atau permasalahan tersebut. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa dengan latar belakang dan kondisi yang beragam untuk saling bekerja sama dan belajar untuk saling menghargai. Sehingga dalam pembelajaran kooperatif, siswa tidak hanya diarahkan untuk mencapai prestasi akademik semata namun juga untuk diarahkan agar masing-masing siswa memiliki sikap toleransi terhadap keberagaman dan pengembangan keterampilan sosial.

Selain itu, Suprijono (2013: 54) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau lebih diarahkan oleh guru. Selanjutnya menurut Shoimin (2014:45) pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara berkelompok yang terdiri dari 4-5 orang untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep dan menyelesaikan persoalan. Dengan pembelajaran kooperatif siswa akan terlatih untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab.

Menurut Hamzah dan Muhlisrarini (2014:160) pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam tim kecil dengan tingkat kemampuan yang berbeda-beda untuk meningkatkan pemahaman tentang suatu pokok bahasan dan mendorong masing-masing anggota tim untuk bertanggung jawab atas apa yang diajarkan guna membantu teman-temannya dalam belajar sehingga tercipta suatu atmosfer prestasi. Belajar dikatakan belum selesai apabila masih terdapat anggota kelompok yang belum menguasai materi.

Dari beberapa pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan cara berkelompok untuk dapat saling bertukar pengetahuan dan pengalaman. Kelompok dibentuk secara heterogen dengan memperhatikan kemampuan, gender, dan karakter sehingga dalam pembelajaran masing-masing siswa dapat memperoleh pengetahuan yang merata antara satu siswa dengan siswa lainnya.

Dalam kelas kooperatif, siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka

miliki dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Pembelajaran kooperatif dapat membantu membuat perbedaan menjadi bahan belajar dan bukan merupakan suatu masalah. Hal ini karena kelas kooperatif bergerak dari sistem pengelompokkan berdasarkan kemampuan menuju pengelompokan yang lebih heterogen.

2.1.8.1 Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Rusman (2014:206) menyebutkan ciri-ciri pembelajaran kooperatif, yang meliputi:

a) Pembelajaran secara tim

Tim dalam pembelajaran kooperatif merupakan wadah bagi siswa untuk belajar dan menemukan hal yang baru. Dalam kelompok tersebut siswa belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

b) Didasarkan pada manajemen kooperatif

Manajemen kooperatif yang dimaksudkan adalah dengan menerapkan fungsi manajemen dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif yang meliputi: 1) fungsi perencanaan untuk merencanakan langkah-langkah maupun tujuan pembelajaran yang akan dicapai; 2) fungsi organisasi menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar; 3) fungsi kontrol, bahwa dalam pembelajaran kooperatif, perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik secara tes maupun non tes.

Kerja sama merupakan pokok dalam pembelajaran koperatif untuk mendorong tercapainya tujuan pembelajaran.

d) Keterampilan bekerja sama

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk mau dan sanggup bekerja sama dalam kelompok untuk mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

2.1.8.2 Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie: 31) unsur-unsur pembelajaran kooperatif meliputi:

a) Prinsip ketergantungan positif

Keberhasilan pembelajaran kooperatif bergantung pada usaha yang dilakukan masng individu dalam kelompok, sehingga masing-masing anggota kelompok memiliki peran dalam tercapainya keberhasilan kelompok.

b) Tanggung jawab perseorangan

Masing-masing anggota kelompok dalam pembelajaran kooperatif memiliki tanggung jawab dan tugas yang akan mendukung keberhasilan kelompok. c) Interaksi tatap muka

Pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertatap muka dan berdiskusi serta bertukar informasi yang berkaitan dengan pembelajaran.

Dalam pembelajaran kooperatif, siswa didorong untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam pembelajaran.

e) Evaluasi proses kelompok

Adanya waktu untuk mengevaluasi kegiatan kelompok dan hasil kerja sama sehingga pada kegiatan selanjutnya dapat berjalan lebih efektif.

2.1.8.3 Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Terdapat beberapa tipe model pembelajaran kooperatif yang dapat digunanakn guru dalam mengajar. Salah satunya yaitu model TAI. Model pembelajaran TAImenurut Slavin (2015: 188) merupakan model pembelajaran dengan dasar pemikiran bahwa setiap siswa memasuki kelas untuk belajar matematika dengan pengetahuan, kemampuan, dan motivasi yang sangat beragam. Dengan kemampuan yang beragam tersebut, memungkinkan beberapa siswa dengan kemampuan yang kurang akan mengalami kesulitan untuk menerima pelajaran. Sedangkan siswa yang memiliki kemampuan lebih akan lebih cepat menerima pelajaran. Dengan perbedaan tersebut maka dirancang sebuah model pembelajaran TAI yang akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang pada taraf pengajaran individual atau kelompok.

Menurut Suyitno (dalam Shoimin, 2014: 200) menyebutkan bahwa TAI termasuk dalam pembelajaran kooperatif yang mengadaptasi dari pembelajaran terhadap perbedaan individual berkaitan dengan kemampuan maupun penapaian prestasi siswa. Dalam pembelajaran dengan model TAI, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok yang heterogen. Melalui kelompok tersebut, siswa

diharapkan dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreativitas, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

2.1.8.4 Unsur-Unsur dalam Team Assisted Individualization (TAI)

Unsur-unsur dalam model pembelajaran TAI menurut Slavin (2015:195) meliputi:

a) Teams

Dalam unsur ini, siswa dikelompokkan secara heterogen dengan anggota 4-5 orang.

b) Tes penempatan

Penempatan kelompok berdasarkan pada tes awal yang diberikan sebelum siswa memulai kegiatan pembelajaran.

c) Materi-materi kurikulum

Siswa belajar secara individual mengenai materi-materi yang mencakup penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, pecahan, desimal, rasio, persen, statistik, dan aljabar.

d) Belajar kelompok

Siswa mendapat permasalahan dari guru untuk diselesaikan bersama dalam kelompok.

e) Skor tim dan rekognisi tim

Pada akhir kegiatan, masing-masing kelompok akan mendapatkan skor mereka. Skor didasarkan pada jumlah rata-rata yang dicapai masing-masing kelompok. Kriterianya yaitu Tim Super untuk perolehan nilai tertinggi, Tim

Sangat Baik untuk perolehan nilai kedua, dan Tim Baik untuk perolehan nilai ketiga.

f) Tes fakta

Tes fakta dapat berupa posstest untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa setalah melalui proses pembelajaran.

g) Unit seluruh kelas

Guru memberikan pengajaran secara klasikal dan menghentikan program individual untuk memberikan penguatan materi yang telah dipelajari siswa. 2.1.8.5 Kelebihan dan Kekurangan Model Team Assisted Individualization (TAI) Kelebihan model pembelajaran TAI menurut oleh Slavin (2015:190) adalah sebagai berikut:

a) Dapat meminimalisir keterlibatan guru dalam pemeriksaan dan pengelolaan rutin.

b) Guru setidaknya akan menghabiskan separuh dari waktunya untuk mengajar kelompok-kelompok kecil.

c) Operasional program tersebut dibuat dengan sederhana sehingga dapat dilakukan oleh siswa.

d) Memberikan motivasi kepada siswa untuk mempelajari materi-materi yang diberikan dengan cepat dan akurat.

e) Siswa dapat saling melakukan pengecekan dengan teman satu sama lain. f) Dengan membuat siswa belajar bersama kelompok yang heterogen dengan

status yang sejajar dapat membangun sikap positif saling menerima dan menghargai antar anggota kelompok.

Selain itu dalam Shoimin (2014:203) disebutkan kekurangan model TAI, yaitu:

a) Siswa yang kurang kemungkinan menggantungkan diri pada siswa yang lebih pandai.

b) Terhambatnya cara berfikir siswa yang mempunyai kemampuan lebih terhadap siswa yang kurang.

c) Bila kerja sama tidak dapat dilaksanakan dengan baik, yang akan bekerja hanyalah beberapa siswa yang pintar dan aktif saja.

2.1.8.6 Sintaks Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI)

Tahapan pembelajaran dengan menggunakan model TAI adaah sebagai berikut:

a) Placement test

Pada tahap ini guru memberikan tes awal atau pre test untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Tes awal dapat diganti dengan mengamati nilai keseharian siswa.

b) Teams

Pada tahap ini siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok yang heterogen dengan anggota 4-5 orang.

c) Teaching group

Guru memberikan materi secara singkat sebelum memberikan tugas kelompok.

Dalam tahapan ini, guru menekankan dan menciptakan persepsi bahwa keberhasilan setiap siswa ditentukan oleh keberhasilan kelompok.

e) Team study

Siswa bekerja bersama dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Pada tahap ini guru memberikan bantuan secara individual kepada siswa-siswa yang membutuhkan.

f) Fact test

Guru memberikan tes berdasarkan fakta yang telah diperoleh siswa untuk melihat keberhasilan siswa dalam memahami materi.

g) Team score and team recognition

Guru memberikan skor pada hasil kerja kelompok serta memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.

h) Whole class units

Guru menyajikan kembali materi di akhir bab sebagai penguatan atas materi yang telah dipelajari siswa (Shoimin, 2014: 201).

Dokumen terkait