• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

3. Model Pembelajaran Kooperatif

anggota sebanyak 5-6 orang.

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran dengan kegiatan bertanding atau berlomba diantara beberapa tim atau kelompok dengan anggota yang heterogen, bertujuan untuk memperoleh poin, permainan disesuaikan dengan mata pelajaran.

5. IPA adalah suatu pengetahuan tersusun secara sistematis berupa kumpulan data hasil observasi atau pengamatan dan eksperimen yang berkaitan dengan gejala-gejala alam, seperti benda mati maupun hidup yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa baik yang dapat diamati dengan indra maupun yang tidak dapat diamati dengan indra.

6. Siswa Kelas V SD adalah anak usia 9 sampai 10 tahun yang sedang menjalani pendidikan jenjang awal pada tingkatan atau kelas V.

7. Peredaran Darah Manusia adalah materi kelas V tema 4 yaitu sehat itu penting yang membahas tentang organ peredaran darah, sistem peredaran darah, gangguan peredaran darah dan cara memelihara organ peredaran darah pada manusia.

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Sikap Ilmiah

a. Pengertian Sikap Ilmiah

Maulise (2010: 2) mengatakan sikap ilmiah merupakan sikap atau tindakan yang harus muncul dari diri siswa yang dilandasi oleh pengalaman dan wawasan dalam berinteraksi dengan fenomena-fenomena yang baru, seperti sikap seorang ilmuan dalam melakukan penelitian untuk mendapat suatu pengetahuan. Pada dasarnya sikap ilmiah merupakan keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seseorang ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar di seluruh hal yang dilakukan siswa. “Sikap juga merupakan salah satu aspek yang berpengaruh pada hasil belajar siswa’’. Menurut Wijaya (2008: 22) sikap ilmiah merupakan sikap-sikap yang harus dimiliki seseorang pada saat melakukan keterampilan proses ilmiah untuk menghasilkan produk ilmu biologi, baik konsep, prinsip, teori atau hukum. Winkel (dalam Sutopo, 2016: 124) mengatakan sikap ilmiah merupakan kemampuan internal seseorang yang berperan dalam pengambilan suatu tindakan. Lebih-lebih terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak (kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek).

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap ilmiah adalah suatu tindakan yang harus dimiliki seseorang untuk berinteraksi dan bereaksi terhadap suatu obyek, pada saat melakukan keterampilan proses ilmiah untuk menghasilkan produk ilmu biologi, baik konsep, prinsip, teori atau hukum ataupun terhadap fenomena-fenomena yang baru diperoleh. Sikap ilmiah pada penelitian ini meliputi sikap terbuka dan sikap berpikir kritis.

b. Dimensi Sikap Ilmiah

Harlen (dalam Bundu, 2006: 141) mengatakan bahwa dimensi sikap ilmiah adalah sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikir terbuka dan kerjasama, sikap ketekunan,

8 sikap peka terhadap lingkungan. Menurut Purnama (dalam Putra, 2010: 6) dimensi sikap ilmiah adalah sikap jujur, sikap terbuka, sikap toleran, sikap skeptis, sikap optimis, sikap pemberani, sikap kreatif. Pendapat lain dikemukakan oleh Gega (dalam Bundu, 2006: 40) ia mengatakan dimensi sikap ilmiah terdiri dari sikap ingin tahu, sikap penemuan, sikap berpikir kritis dan sikap ketekunan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi sikap ilmiah adalah sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikir terbuka, sikap kerjasama, sikap ketekunan, sikap peka terhadap lingkungan, sikap jujur, sikap terbuka, sikap toleran, sikap skeptis, sikap optimis, sikap pemberani, sikap kreatif.

Pada penelitian ini menggunakan dua dimensi sikap ilmiah yaitu sikap terbuka dan berpikir kritis.

1) Sikap Terbuka

Sikap terbuka artinya bersedia menerima masukan, kritik, sanggahan atas apa yang disusunnya (Herabudin 2010: 70). Pendapat lain dikemukakan oleh Surya (2010: 3) sikap terbuka adalah kesediaan untuk menerima kehadiran orang lain maupun kesediaan untuk menerima pendapat, pandangan, masukan, saran dan kritikan dari orang lain, maka sebenarnya kedua ahli ini memiliki pengertian yang sama. Menurut Anwar (2009: 112) sikap terbuka adalah kemauan untuk mendengar pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentas, kritik dan keterangan dari orang tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap terbuka adalah kesediaan untuk mendengar dan menerima pendapat, masukan, kritik, sanggahan dari orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat dan masukan tersebut tidak digunakan karena kurang sesuai.

2) Berpikir Kritis

Tapilouw (dalam Susanto, 2013: 122) mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan cara berpikir disiplin dan dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini mengikuti alur logis dan rambu-rambu pemikiran yang sesuai dengan fakta atau teori yang diketahui. Tipe berpikir ini mencerminkan pikiran yang terarah. Sedikit

9 berbeda dengan pendapat Tapilouw, Anggelo (dalam Susanto, 2013: 122) menjelaskan pengertian berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Helmawati (2019: 139-140) berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi atau masalah, termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisasi, mengingat, dan menganalisis informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan berpikir kritis adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi yang disadari meliputi menganalisis, memeriksa, menyintesis, menghubungkan, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Pada saat siswa melakukan kegiatan berpikir kritis secara bersamaan sikap berpikir kritis akan tampak. Sikap berpikir kritis ini merupakan tingkah laku yang ditunjukkan siswa pada saat melakukan kegiatan berpikir kritis.

Pada penelitian ini menggunakan dua dimensi sikap ilmiah dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 2.1 Dimensi Sikap Ilmiah

No. Sikap Ilmiah Indikator

1. Sikap Terbuka Menghargai pendapat teman

Mau mengubah pendapat jika kurang Menerima saran yang diberikan teman Tidak merasa paling benar

2. Sikap Berpikir Kritis Meragukan temuan teman

Menanyakan setiap perubahan/hal baru Mengulangi kegiatan yang dilakukan Tidak mengabaikan data meskipun kecil

Pada Penelitian ini menggunakan dua sikap ilmiah untuk diteliti yaitu sikap terbuka dan berpikir kritis. Pada sikap terbuka memiliki 4 indikator yaitu: 1) menghargai pendapat teman, 2) mau mengubah pendapat jika kurang, 3) menerima saran yang diberikan teman, 4) tidak merasa paling benar. Pada sikap berpikir kritis memiliki 4 indikator yaitu: 1) meragukan temuan teman, 2) menanyakan setiap

10 peubahan/hal baru, 3) mengulangi kegiatan yang dilakukan, 4) tidak mengabaikan data meskipun kecil.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Slameto 2010: 138). Menurut Sudjana (dalam Parwati dkk, 2018: 24) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pendapat lain dikemukakan oleh Kunandar (2014: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup ranah kognitif yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal adalah faktor yang datang dari diri siswa, antara lain minat belajar, motivasi belajar, bakat, dan persepsi, baik persepsi siswa terhadap mata pelajaran maupun terhadap guru pengajar. Kedua yaitu faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti lingkungan belajar, lingkungan keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, dan perhatian orang tua dalam membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami anak. Faktor internal sangat penting dalam menentukan hasil belajar seseorang. Minat belajar merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang dan diperhatikan terus-menerus disertai dengan rasa senang (Slameto, 2010: 57). Adapun pendapat Muhadi (dalam Rusman, 2017: 130-131) tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

11 1) Faktor Internal

a. Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam kondisi lemah. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b. Faktor psikologis, meliputi Intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.

2) Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan, meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

b. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Misalnya kurikulum, sarana dan guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Parwati, dkk (2018: 37-49) faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal:

a. Faktor fisiologis: berkaitan dengan kondisi fisik seorang individu meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis.

b. Faktor psikologis: adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar meliputi kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

c. Faktor kelelahan: faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam, kelelahan jasmani dan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh atau beristirahat. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani terlihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Hal ini dapat terjadi kerena terus-menerus memikirkan masalah yang di anggap berat tanpa istirahat.

2) Faktor Eksternal:

a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

12 b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media, waktu sekolah, keadaan sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1) Faktor Internal:

adalah faktor yang datang dari diri siswa, baik secara fisik, psikologis, dan persepsi.

2) Faktor Eksternal:

yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti lingkungan belajar, lingkungan keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, masyarakat dan perhatian orang tua dalam membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami anak.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (dalam Taniredja dkk, (2011: 55) mengatakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pendapat lain dikemukakan oleh Sugandi (dalam Taniredja, 2011: 55-56) cooperative learning merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2013) cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar pada siswa secara berkelompok dengan anggota sebanyak 5-6 orang.

13 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

a. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperaktif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (dalam Trianto, 2009: 83). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Saco (dalam Rusman, 2012: 224), model pembelajaran TGT yaitu siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan heterogen.

Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga di selingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Penjelasan lain dikemukakan oleh Shoimin (2017: 203) model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penghargaan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan model pembelajaran TGT adalah kegiatan bertanding atau berlomba diantara beberapa tim atau kelompok dengan anggota yang heterogen, bertujuan untuk memperoleh poin, permainan disesuaikan dengan mata pelajaran. Dengan adanya penjelasan diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Menurut Nur & Wilkan (dalam Trianto, 2009: 84) secara runtut implementasi TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara lain: Persentasi guru, Kelompok belajar, Turnamen, dan Pengenalan kelompok.

1) Guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa dan alat/bahan.

2) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok berjumlah 5 orang).

3) Siswa mendengarkan pengarahan dari guru.

14 4) Siswa memperhatikan pertanyaan yang diberikan guru.

5) Siswa bekerja dalam kelompok.

6) Siswa diberikan kuis pada akhir pembelajaran untuk memastikan bahwa semua tim telah menguasai pelajaran.

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 225) pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari lima langkah tahapan yaitu tahapan penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalimun (2014: 167) langkah-langkah model pembelajaran TGT yaitu pembentukan kelompok 4 siswa heterogen, siapkan meja tournament secukupnya, pelaksanaan tournament, pergeseran tempat duduk, penghargaan kelompok.

Menurut Shoimin (2017: 204) langkah-langkah model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Penyajian Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran atau dengan ceramah.

2) Kelompok (teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.

3) Games

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.

Biasanya game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

4) Tournament

Biasanya tournament dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan persentasi kelas.

5) Team Recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing kelompok akan mendapatkan hadiah apabila rata-rata skor memenuhi krteria yang ditentukan.

15 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi dan siswa harus benar-benar memperhatikan.

2) Pembagian kelompok (teams)

Kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen.

3) Games (tournament)

Semacam lomba cerdas cermat, dengan peserta perwakilan dari setiap kelompok. Soal dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan atau dalam bentuk kartu soal yang dipilih secara acak.

4) Penghargaan kelompok

Perolehan skor anggota kelompok dirata-rata menjadi skor kelompok. Individu dan kelompok yang mencapai kriteria skor tertentu mendapat penghargaan.

5) Evaluasi

Kuis yang diberikan pada akhir pembelajaran untuk memastikan bahwa semua tim telah menguasai pelajaran.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT

Taniredja, dkk (2014: 72-73) mengatakan bahwa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan model pembelajaran TGT

a. Siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

b. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.

c. Motivasi belajar siswa bertambah.

d. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan.

2) Kekurangan model pembelajaran TGT

a. Sering terjadi tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

b. Kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.

c. Kemungkinan terjadi kegaduhan apabila guru tidak bisa mengelola kelas.

Pendapat lain mengenai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT dikemukakan oleh Slavin (2010: 142), terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan TGT sebagai berikut:

16 1) Kelebihan model pembelajaran TGT

a. Siswa mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir dan kerjasama kelompok.

b. Meningkatkan hubungan yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda.

c. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok.

d. Terjadinya interaksi antar siswa seiring dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpendapat.

e. Siswa belajar dengan lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

f. Adanya turnamen pada TGT membuat suasana kelas lebih menyenangkan.

Dalam turnamen siswa ingin menjadi pemenang sehingga menambah motivasi dalam belajar.

g. Hasil turnamen individu akan disumbangkan pada kelompok. Hal ini dapat memacu setiap siswa untuk belajar lebih giat dan membantu siswa lain dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar.

2) Kekurangan model pembelajaran TGT

a. Sejumlah siswa awalnya mengalami kesulitan karena belum terbiasa mendapatkan perlakukan seperti ini sehingga perlu dijelaskan dengan baik agar tujuan dari turnamen akademik tercapai dengan baik.

b. Guru pada awalnya mengalami kesulitan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi dengan usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus maka dapat terampil menerapakan metode ini.

c. Membutuhkan waktu yang relatif lama.

Menurut Shoimin (2017:207), model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

1) Kelebihan model pembelajaran TGT

a. Model pembelajaran TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pekerjaan, tetapi

17 peserta didik yang berkemampuan akademik lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompoknya.

b. Model pembelajaran ini akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.

c. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

Karena dalam pembelajaran ini guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.

d. Membuat peserta didik lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournament.

2) Kekurangan dari model pembelajaran TGT a. Membutuhkan waktu yang lama.

b. Guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.

c. Guru harus mempersiapkan dengan baik model ini sebelum diterapkan.

Misalnya, membuat soal untuk setiap meja tournament lomba, dan guru harus tahu ukuran akademis peserta didik yang tertinggi hingga terendah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan model pembelajaran TGT a. Meningkatkan keaktifan siswa.

b. Kerjasama antar kelompok dapat ditingkatkan.

c. Meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan jawaban.

d. Meningkatkan hubungan yang positif antar siswa.

e. Pembelajaran dapat terlaksana dengan rileks.

f. Meningkatkan interaksi antar siswa.

g. Membuat siswa semangat belajar dengan adanya pemberian penghargaan.

h. Dengan adanya kerjasama dapat mengurangi kesenjangan yang ada pada diri siswa.

i. Memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua siswa.

j. Membuat peserta didik lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournament.

18 2) Kekurangan model pembelajaran TGT adalah:

a. Membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang.

b. Guru harus mempersiapkan materi secara matang.

c. Pada awal permainan akan ada beberapa siswa yang kesulitan.

d. Guru mengalami kesulitan pada awal pengelolaan kelas.

Dokumen terkait