• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) DI SD SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) DI SD SKRIPSI"

Copied!
248
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) DI SD

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Anita Wulandari NIM: 161134214

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

(4)

iv PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT, atas segala pertolongan dan petunjuknya sehingga skripsi ini dapat selesai tepat pada waktunya. Tentunya dalam pembuatan skripsi ini banyak pihak yang senantiasa mendukung. Saya persembahkan skripsi ini kepada:

1. Allah SWT yang telah melimpahkan segala pertolongan dan kemudahan dalam setiap proses pembuatan skripsi.

2. Orangtua tercinta saya Bapak Sarno dan Ibu Saminem yang senantiasa memberikan dukungan, semangat dan doa sehingga diberikan kelancaran dalam pembuatan skripsi.

3. Simbah putri saya Semi yang selalu memberikan nasehat dan doa.

4. Teman laki-laki saya Luthfi Taufik yang senantiasa memberikan masukan dukungan dan doa sejak awal pembuatan skripsi sampai dengan selesai.

5. Sahabat dan teman-teman saya yang selalu memberikan semangat dan bantuan.

6. SD Kanisius Duwet yang sudah bersedia memberikan izin pengambilan data skripsi.

7. Siswa kelas V SD Kanisius Duwet sebagai subjek penelitian.

8. Keluarga besar kelas 7E yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

9. Ibu Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc selaku dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh disiplin dan motivasi demi terselesaikannya skripsi ini.

10. Ibu Ika Yuli Listyarini, M.Pd. dan Ibu Maria Aprita Kusuma, S.Pd selaku ahli yang bersedia melakukan validasi instrumen penelitian.

11. Teman-teman satu payung yang sudah bekerjasama dalam pembuatan skripsi.

12. Segala pihak yang telah mendukung dan membantu dalam setiap proses pembuatan skripsi.

(5)

v MOTTO

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhan tersebut untuk kebaikan dirinya sendiri.”

(QS. Al-Ankabut: 6)

“Hadapi hari ini dengan berani, tanpa ada rasa takut akan apa yang terjadi esok hari”

(Anita Wulandari)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Februari 2020 Peneliti

Anita Wulandari

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Anita Wulandari

Nomor Mahasiswa : 161134214

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS

V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) DI SD.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantukan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 5 Februari 2020 Yang menyatakan

Anita Wulandari

(8)

viii ABSTRAK

PENINGKATAN SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE (TGT) DI SD Anita Wulandari

Universitas Sanata Dharma 2020

Latar belakang penelitan ini adalah rendahnya sikap ilmiah dan hasil belajar IPA siswa kelas V SD Kanisius Duwet. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan upaya peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa, 2) meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas V pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT, 3) meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Kanisius Duwet yang berjumlah 35 pada tahun ajaran 2019/2020. Objek penelitian adalah sikap ilmiah dan hasil belajar pada materi peredaran darah manusia menggunakan model pembelajaran TGT.

Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi dan soal evaluasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Rata-rata sikap terbuka pada kondisi awal yaitu 23,26 meningkat pada siklus I menjadi 64,29 dan siklus II 81,12. Rata-rata sikap berpikir kritis pada kondisi awal yaitu 22,38 meningkat pada siklus I menjadi 60,36 dan siklus II 80,48.

Kondisi awal hasil belajar adalah 57,03 dengan persentase siswa tuntas KKM yaitu 41,67%. Hasil belajar pada siklus I yaitu 61,68 dengan persentase siswa tuntas KKM adalah 48,57%. Hasil belajar pada siklus II yaitu 80,22 dengan persentase siswa tuntas KKM yaitu 91,43%. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : sikap ilmiah, hasil belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).

(9)

ix ABSTRACT

THE IMPROVEMENT SCIENTIFIC ATTITUDES AND LEARNING OUTCOMES STUDENT GRADE V IN NATURAL SCIENCE USING

COOPERATIVE LEARNING MODEL (TGT) TYPE IN SD Anita Wulandari

Sanata Dharma University 2020

Background of this research is the low scientific attitude and learning results on study of science on V grade student of SD Kanisius Duwet. The Purpose for this research is to describe efforts to improve scientific attitudes and student learning outcomes, 2) improve the scientific attitude of V grade students in natural science using the TGT type cooperative learning model, 3) improve the learning outcomes of V grade students in natural science using the TGT type cooperative learning model.

The researcher used classroom action research. The researcher used classroom action research. Subject for this experiment is 35 students five grade SD Kanisius Duwet academic year 2019/2020. Object for this experiment is scientific attitude and learning result on cardiovascular system using TGT metode.

Instrument for this experiment are interview guidance observation sheet and evaluation. Data analysis technique that is used was quantitative method.

Result of the experiment show an increase in scientific attitude and students learning result. Average for open mindedness in the first condition was 23,26 increased in cycle I become 64,29 and cycle II 81,12. Average for critical thinking in the first condition was 22,38 increased in cycle I become 60,36 and cycle II 80,48. The first condition for learning result was 57,03 with student passed passing grade 41,67%. Learning result for cycle I 61,68 with percentage students passed passing grade 48,57% learning result for cycle II 80,22 with percentage student passed passing grade 91,43%. Based on the experiment that was conducted, TGT learning method can improve scientific attitude and students learning result.

Keyword: Scientific attitude, Learning results, Cooperative learning model type Teams Games Tournaments (TGT).

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan segara berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul “Peningkatan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT”. Skripsi ini merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi S-1 PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini sangat banyak melibatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada beberapa pihak:

1. Allah SWT yang telah memberikan segala pertolongan dan kelancaran selama pembuatan skripsi ini sampai dengan selesai.

2. Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

3. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. selaku Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. selaku Wakaprodi PGSD.

5. Agnes Herlina Dwi Hadiyanti, S.Si., M.T., M.Sc. selaku dosen pembimbing 1 yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi selama pembuatan skripsi.

6. Segenap dosen dan karyawan PGSD Universitas Sanata Dharma.

7. Ibu Nimas Palmasari, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Duwet dan Ibu Maria Aprita Kusuma, S.Pd. sebagai guru kelas V.

8. Siswa kelas V SD Kanisius Duwet yang telah membantu sebagai subjek penelitian.

9. Adik saya Ayunda Widia Ardandi yang membantu pembuatan media pendukung pembelajaran.

10. Teman-teman payung skripsi (Bayu, Amel, Ayu, Anjani, Cicil) yang selalu menberikan doa dan dukungan.

11. Teman saya Bernadetta Aryani Pratiwi yang telah membantu pelaksanaan penelitian.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Definisi Operasional ... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Kajian Pustaka ... 7

1. Sikap Ilmiah... 7

2. Hasil Belajar ... 10

3. Model Pembelajaran Kooperatif ... 12 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) 13

(12)

xii

5. Pembelajaran IPA ... 18

6. Materi Peredaran Darah Manusia ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 19

C. Kerangka Berpikir... 22

D. Hipotesis Tindakan ... 23

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 25

A. Jenis Penelitian ... 25

B. Setting Penelitian ... 27

C. Persiapan ... 28

D. Rencana Tindakan Setiap Siklus ... 29

1. Siklus I ... 29

2. Siklus II ... 33

E. Teknik Pengumpulan Data ... 37

1. Tes ... 38

2. Non Tes ... 38

F. Instrumen Penelitian ... 39

1. Instrumen Non Tes ... 39

a. Lembar Observasi... 39

b. Pedoman Wawancara ... 41

2. Instrumen Tes ... 42

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 44

1. Uji Validitas ... 44

2. Uji Reliabilitas ... 50

H. Teknik Analisis Data ... 51

I. Kriteria Keberhasilan ... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55

A. Hasil Penelitian... 55

1. Kondisi Awal Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa ... 55

(13)

xiii

a. Kondisi awal Sikap Terbuka ... 55

b. Kondisi Awal Sikap Berpikir Kritis ... 55

c. Kondisi Awal Hasil Belajar ... 56

B. Deskripsi Pelaksanaan Tiap Siklus ... 56

C. Data Hasil Penelitian... 69

D. Rekapitulasi Data Penelitian ... 76

E. Pembahasan ... 80

1. Upaya peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT pada mata pelajaran IPA ... 80

2. Peningkatan Sikap Ilmiah Siswa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT ... 83

3. Peningkatan Hasil Belajar siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT ... 85

BAB V PENUTUP ... 87

A. Kesimpulan... 87

B. Keterbatasan Penelitian ... 88

C. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 90

LAMPIRAN ... 95

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 232

(14)

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kriteria Sikap Ilmiah ... 9

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ……….. 28

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Observasi Sikap Terbuka Siswa ... 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Observasi Sikap Berpikir Kritis Siswa ... 40

Tabel 3.4 Kisi-kisi Pedoman Wawancara ... 42

Tabel 3.5 Kisi-kisi Soal Evaluasi ... 43

Tabel 3.6 Standar Penilaian oleh Masidjo (1995: 157)... 45

Tabel 3.7 Uji Validitas Isi RPP Siklus I... 45

Tabel 3.8 Uji Validitas Isi RPP Siklus II ... 46

Tabel 3.9 Uji Validitas Soal Evaluasi ... 46

Tabel 3.10 Hasil Uji Validitas Empiris Siswa Siklus I ... 48

Tabel 3.11 Hasil Uji Validitas Empiris Siswa Siklus II ... 49

Tabel 3.12 Klasifikasi Koefisien Reliabilitas oleh Arikunto (dalam Sunarti & Rahmawati 2014: 99) ... 50

Tabel 3.13 Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 51

Tabel 3.14 Uji Reliabilitas Soal Siklus II... 51

Tabel 3.15 Kriteria Keberhasilan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa ... 54

Tabel 4.1 Kondisi Awal Hasil Belajar Siswa ………... 56

Tabel 4.2 Hasil Observasi Sikap Terbuka Siklus I ... 70

Tabel 4.3 Hasil Observasi Sikap Berpikir Kritis Siklus I ... 71

Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 72

Tabel 4.5 Hasil Observasi Sikap Terbuka Siklus II ... 73

Tabel 4.6 Hasil Observasi Sikap Berpikir Kritis Siklus II ... 74

Tabel 4.7 Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 75

Tabel 4.8 Hasil Rekapitulasi Sikap Terbuka ... 76

Tabel 4.9 Hasil Rekapitulasi Sikap Berpikir Kritis ... 77

Tabel 4.10 Rekapitulasi Hasil Belajar ... 78

Tabel 4.11 Persentase Siswa Tuntas KKM ... 79

Tabel 4.12 Rekapitulasi Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar ... 79

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Literatur Map Penelitian yang Releven ... 22

Gambar 3.1 Siklus PTK Model dari Kemmis dan Taggart ... 26

Gambar 4.1 Denah Games Tournament Pertemuan 1 ... 59

Gambar 4.2 Denah Games Tournament Pertemuan 2 ... 61

Gambar 4.3 Denah Games Tournament Pertemuan 3 ... 65

Gambar 4.4 Denah Games Tournament Pertemuan 4 ... 67

Gambar 4.5 Grafik Peningkatan Sikap Terbuka ... 76

Gambar 4.6 Grafik Peningkatan Berpikir Kritis ... 77

Gambar 4.7 Grafik Peningkatan Hasil belajar ... 78

Gambar 4.8 Ketuntasan Siswa ... 79

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 96

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... 97

Lampiran 3. Surat Izin Validitas Ahli ... 98

Lampiran 4. Hasil Validitas RPP Siklus I ... 99

Lampiran 5. Hasil Validitas RPP Siklus II ... 104

Lampiran 6. Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus I ... 110

Lampiran 7. Hasil Validitas Soal Evaluasi Siklus II ... 112

Lampiran 8. Instrumen Wawancara Guru ... 114

Lampiran 9. Hasil Wawancara Guru ... 115

Lampiran 10. Instrumen Observasi Sikap Terbuka Siklus I ... 117

Lampiran 11. Hasil Observasi Sikap Terbuka ... 118

Lampiran 12. Instrumen Observasi Sikap Berpikir Kritis ... 122

Lampiran 13. Hasil Observasi Sikap Berpikir Kritis ... 123

Lampiran 14. Soal Evaluasi Siklus II ... 130

Lampiran 15. Hasil Soal Evaluasi Siklus I ... 136

Lampiran 16. Hasil Soal Evaluasi Siklus II ... 142

Lampiran 17. Data Hasil Tabulasi Soal Evaluasi Siklus I ... 148

Lampiran 18. Data Hasil Tabulasi Soal Evaluasi Siklus II ... 150

Lampiran 19. RPP Siklus I ... 152

Lampiran 20. RPP Siklus II ... 185

Lampiran 21. Materi Pembelajaran ... 216

Lampiran 22. Kondisi Awal Sikap Ilmiah Siswa ... 225

Lampiran 23. Kondisi Awal Hasil belajar siswa ... 227

Lampiran 24. Rekapitulasi Sikap Ilmiah Sikap Ilmiah Siswa ... 228

Lampiran 25. Kriteria Penilaian Sikap Oleh Kunandar (2015: 140) ... 230

Lampiran 26. Foto-foto Kegiatan ... 231

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Bab I membahas tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Penjelasan bab I adalah sebagai berikut:

A. Latar Belakang Masalah

Wisudawati & Sulistyowati (2014: 139) mengatakan IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia, zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Konsep IPA untuk sebagian besar siswa merupakan konsep yang sulit.

Sehingga seorang guru dikatakan berhasil dalam proses pembelajaran IPA jika dia mampu mengubah pembelajaran yang semula sulit menjadi mudah, yang semula tidak menarik menjadi menarik, yang semula tidak bermakna menjadi bermakna.

Guru sering kali mengajarkan IPA terpaku dengan apa yang ada di dalam buku.

Guru menjadi kurang kreatif untuk mengembangkan proses pembelajaran yang dapat melibatkan lebih banyak kemampuan siswa. Ketika proses pembelajaran seperti itu berjalan terus menerus maka akan berdampak pada hasil belajar siswa yang semakin rendah.

Hasil belajar IPA di Indonesia sampai saat ini masih tergolong rendah hal tersebut tidak hanya disebabkan oleh proses pembelajaran yang kurang tepat tetapi juga dikarenakan sikap yang ada di dalam diri siswa. Pophan (dalam Haryanti, 2007: 38) mengatakan bahwa sikap sangat menentukan keberhasilan seorang peserta didik untuk mencapai ketuntasan dalam proses belajar. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa terdapat keterkaitan antara hasil belajar yang diperoleh siswa dengan sikap yang dimilikinya. Sama halnya dengan sikap lainnya sikap ilmiah juga memiliki hubungan yang sangat erat dengan hasil belajar. Sardinah, dkk (2012:

2) mengatakan apabila siswa tidak memiliki sikap ilmiah dalam suatu pembelajaran, maka akan berdampak negatif pada produk yang mereka hasilkan.

Oleh sebab itu sikap ilmiah menjadi syarat mutlak yang harus diketahui dan dimiliki siswa. Terdapat dua dimensi sikap ilmiah yang penting untuk dimiliki siswa yaitu sikap terbuka dan sikap berpikir kritis. Dengan adanya sikap terbuka siswa akan

(18)

2 menemukan hal-hal baru dari siswa lain seperti argumen, saran ataupun kritikan yang dapat membantu dalam proses pembelajaran. Sikap berpikir kritis juga perlu dimiliki siswa sebab sikap berpikir kritis ini akan mendorong siswa untuk berperilaku dan berpikir dengan taraf yang tinggi tidak hanya pada taraf yang rendah.

Permasalahan ini juga ditemukan pada saat melakukan wawancara di dua SD yaitu SD Negeri Nogopuro dan SD Kanisius Jomegatan, mendapatkan hasil bahwa mata pelajaran IPA sampai saat ini masih dipandang sulit oleh siswa kususnya pada materi organ peredaran darah manusia. Hal tersebut juga ditemukan ketika dilakukan observasi dan wawancara di SD Kanisius Duwet pada tanggal 7 Agustus 2019. Observasi dilaksanakan di kelas V dengan jumlah siswa 35 orang. Observasi difokuskan untuk melihat sikap ilmiah yaitu sikap terbuka dan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran. Observasi terhadap sikap terbuka mendapatkan hasil siswa yang menerima perbedaan pendapat berjumlah 15 dari 35 siswa yang ada.

Siswa yang menanggapi pendapat teman berjumlah 9 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang bersedia memperbaiki pendapat yang kurang tepat berjumlah 14 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang bersedia menggunakan saran yang diberikan teman berjumlah 7 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang tidak memaksakan pendapat pribadi berjumlah 12 dari 35 siswa yang ada. Rata-rata sikap terbuka kelas pada kondisi awal yaitu 23,26.

Pada observasi sikap berpikir kritis menunjukan hasil, siswa yang mendeskusikan kembali pendapat teman berjumlah 6 dari 35 siswa yang ada. Siswa menanyakan hal yang tidak diketahui berjumlah 9 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru berjumlah 11 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang mengkategorikan semua pilihan jawaban berjumlah 8 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang menganalisis semua data yang diperoleh berjumlah 13 dari 35 siswa yang ada. Rata-rata sikap berpikir kritis kelas pada kondisi awal adalah 22,38.

Ketika proses pembelajaran berlangsung guru menggunakan beberapa metode pembelajaran yaitu penugasan, tanya jawab dan ceramah. Metode ceramah digunakan oleh guru pada sebagian besar waktu pembelajaran. Guru menggunakan

(19)

3 media pembelajaran berupa gambar dan video. Untuk mengetahui hasil belajar tahun sebelumnya maka dilakukan wawancara dengan guru kelas V. Wawancara tersebut mendapatkan hasil bahwa materi organ peredaran darah manusia merupakan materi yang sulit bagi siswa ditandai dengan hasil belajar yang kurang memuaskan. Sebanyak 15 siswa mendapat nilai di atas KKM dan 21 siswa mendapat nilai dibawah KKM dengan jumlah siswa 36 orang. KKM adalah kriteria ketuntasan minimal. KKM yang berlaku untuk mata pelajaran IPA kelas V di SD Kanisius duwet adalah 64. Rata-rata nilai kelas V materi organ peredaran darah tahun ajaran 2018/2019 yaitu 57,03. Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran IPA yang dilakukan tersebut belum ideal.

Permasalahan ini perlu diberikan solusi pembelajaran yang tepat sehingga dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka peneliti memilih menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu model pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar pada siswa secara berkelompok dengan anggota sebanyak 5 - 6 orang. Trianto (dalam Natalia, 2007: 49) mengatakan bahwa terdapat berbagai tipe dalam pembelajaran kooperatif diantaranya adalah Student Teams Achievement Division (STAD), Teams Games Tournament (TGT), Think-Pair-Share (TPS), Numbered Head Together (NHT) dan model-model lainnya.

Sebelumnya telah dilakukan kegiatan studi pustaka, terhadap tiga peneliti yang pernah melakukan penelitian berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan dinyatakan berhasil. Berikut ini data penelitian terdahulu terhadap model pembelajaran kooperatif tipe TGT: 1) penelitian dilakukan oleh Sugiantana, dkk (2013) mendapatkan hasil bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA dan sikap ilmiah. Pada siklus I mendapatkan hasil belajar sebesar 75 dan meningkat pada siklus II menjadi 88,47. Pada siklus I sikap ilmiah siswa mendapatkan hasil sebesar 81,4 dan meningkat pada siklus II menjadi 85. 2) Penelitian dilakukan oleh Wulandari, dkk (2014) mendapatkan hasil bahwa model pembelajaran TGT berpengaruh terhadap hasil belajar IPA siswa, dengan perolehan data rata-rata hasil belajar IPA siswa yang menggunakan model pembelajaran TGT yaitu 83,39. 3) Penelitian dilakukan oleh Hasim, dkk (2019) mendapatkan hasil

(20)

4 bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa dengan data pada siklus I yaitu 67,36 dan meningkat pada siklus II menjadi 87,92.

Hasil studi pustaka tersebut dapat menjadi dasar penelitian ini untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT.

Ciri khas yang membedakan model pembelajaran TGT dengan model pembelajaran kooperatif lainnya adalah adanya turnamen yang mempertandingkan antar kelompok (Taniredja dkk, 2014: 73). Pada model pembelajaran TGT ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota kelompoknya bertujuan untuk memperoleh poin. Model pembelajaran TGT memiliki kelebihan yaitu 1) siswa berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok, 2) memiliki banyak kemampuan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan, 3) adanya tournament pada TGT membuat suasana kelas lebih menyenangkan. Dalam turnamen siswa ingin menjadi pemenang sehingga memotivasi siswa dalam belajar, 4) mengembangkan kemampuan, mengungkapkan ide atau gagasan secara verbal dan membandingkan dengan ide-ide orang lain.

Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan penelitian dengan judul

“Peningkatan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) di SD”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana upaya meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di SD Kanisius Duwet?

2. Apakah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD hKanisius Duwet?

3. Apakah model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Duwet?

(21)

5 C. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

1. Mendeskripsikan upaya peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA melalui model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di SD Kanisius Duwet.

2. Meningkatkan sikap ilmiah siswa kelas V pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di SD Kanisius Duwet.

3. Meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) di SD Kanisius Duwet.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang bermakna bagi:

1. Siswa

Manfaat penelitian ini bagi siswa adalah membantu meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar dengan menggunakan suatu model pembelajaran.

2. Guru

Manfaat penelitian bagi guru adalah dapat mendorong guru untuk menemukan model pembelajaran yang tepat dalam meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA di sekolah.

3. Sekolah

Manfaat penelitian ini bagi sekolah yaitu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di SD Kanisius Duwet. Sekaligus sebagai sarana perbaikan pembelajaran di masa mendatang terutama membantu sekolah dalam pemilihan model pembelajaran yang tepat dan efektif.

4. Peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti yaitu dapat menambah keterampilan dalam penyelesaian masalah yang ada di dalam kelas, dengan

(22)

6 menggunakan model pembelajaran sehingga dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Sikap Ilmiah adalah suatu tindakan yang harus dimiliki seseorang untuk berinteraksi dan bereaksi terhadap suatu obyek, pada saat melakukan keterampilan proses ilmiah untuk menghasilkan produk ilmu biologi, baik konsep, prinsip, teori atau hukum ataupun terhadap fenomena-fenomena yang baru diperoleh.

2. Hasil Belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup ranah kognitif yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

3. Model Pembelajaran Kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar pada siswa secara berkelompok dengan anggota sebanyak 5-6 orang.

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran dengan kegiatan bertanding atau berlomba diantara beberapa tim atau kelompok dengan anggota yang heterogen, bertujuan untuk memperoleh poin, permainan disesuaikan dengan mata pelajaran.

5. IPA adalah suatu pengetahuan tersusun secara sistematis berupa kumpulan data hasil observasi atau pengamatan dan eksperimen yang berkaitan dengan gejala-gejala alam, seperti benda mati maupun hidup yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa baik yang dapat diamati dengan indra maupun yang tidak dapat diamati dengan indra.

6. Siswa Kelas V SD adalah anak usia 9 sampai 10 tahun yang sedang menjalani pendidikan jenjang awal pada tingkatan atau kelas V.

7. Peredaran Darah Manusia adalah materi kelas V tema 4 yaitu sehat itu penting yang membahas tentang organ peredaran darah, sistem peredaran darah, gangguan peredaran darah dan cara memelihara organ peredaran darah pada manusia.

(23)

7 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka

1. Sikap Ilmiah

a. Pengertian Sikap Ilmiah

Maulise (2010: 2) mengatakan sikap ilmiah merupakan sikap atau tindakan yang harus muncul dari diri siswa yang dilandasi oleh pengalaman dan wawasan dalam berinteraksi dengan fenomena-fenomena yang baru, seperti sikap seorang ilmuan dalam melakukan penelitian untuk mendapat suatu pengetahuan. Pada dasarnya sikap ilmiah merupakan keyakinan, opini, dan nilai-nilai yang harus dipertahankan oleh seseorang ketika mencari atau mengembangkan pengetahuan baru. Sikap merupakan tingkah laku yang bersifat umum yang menyebar di seluruh hal yang dilakukan siswa. “Sikap juga merupakan salah satu aspek yang berpengaruh pada hasil belajar siswa’’. Menurut Wijaya (2008: 22) sikap ilmiah merupakan sikap-sikap yang harus dimiliki seseorang pada saat melakukan keterampilan proses ilmiah untuk menghasilkan produk ilmu biologi, baik konsep, prinsip, teori atau hukum. Winkel (dalam Sutopo, 2016: 124) mengatakan sikap ilmiah merupakan kemampuan internal seseorang yang berperan dalam pengambilan suatu tindakan. Lebih-lebih terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak (kecenderungan untuk bereaksi terhadap obyek).

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap ilmiah adalah suatu tindakan yang harus dimiliki seseorang untuk berinteraksi dan bereaksi terhadap suatu obyek, pada saat melakukan keterampilan proses ilmiah untuk menghasilkan produk ilmu biologi, baik konsep, prinsip, teori atau hukum ataupun terhadap fenomena-fenomena yang baru diperoleh. Sikap ilmiah pada penelitian ini meliputi sikap terbuka dan sikap berpikir kritis.

b. Dimensi Sikap Ilmiah

Harlen (dalam Bundu, 2006: 141) mengatakan bahwa dimensi sikap ilmiah adalah sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikir terbuka dan kerjasama, sikap ketekunan,

(24)

8 sikap peka terhadap lingkungan. Menurut Purnama (dalam Putra, 2010: 6) dimensi sikap ilmiah adalah sikap jujur, sikap terbuka, sikap toleran, sikap skeptis, sikap optimis, sikap pemberani, sikap kreatif. Pendapat lain dikemukakan oleh Gega (dalam Bundu, 2006: 40) ia mengatakan dimensi sikap ilmiah terdiri dari sikap ingin tahu, sikap penemuan, sikap berpikir kritis dan sikap ketekunan.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dimensi sikap ilmiah adalah sikap ingin tahu, sikap respek terhadap data/fakta, sikap berpikir kritis, sikap penemuan dan kreativitas, sikap berpikir terbuka, sikap kerjasama, sikap ketekunan, sikap peka terhadap lingkungan, sikap jujur, sikap terbuka, sikap toleran, sikap skeptis, sikap optimis, sikap pemberani, sikap kreatif.

Pada penelitian ini menggunakan dua dimensi sikap ilmiah yaitu sikap terbuka dan berpikir kritis.

1) Sikap Terbuka

Sikap terbuka artinya bersedia menerima masukan, kritik, sanggahan atas apa yang disusunnya (Herabudin 2010: 70). Pendapat lain dikemukakan oleh Surya (2010: 3) sikap terbuka adalah kesediaan untuk menerima kehadiran orang lain maupun kesediaan untuk menerima pendapat, pandangan, masukan, saran dan kritikan dari orang lain, maka sebenarnya kedua ahli ini memiliki pengertian yang sama. Menurut Anwar (2009: 112) sikap terbuka adalah kemauan untuk mendengar pendapat, argumentasi, kritik, dan keterangan orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat, argumentas, kritik dan keterangan dari orang tersebut tidak diterima karena tidak sepaham atau tidak sesuai.

Berdasarkan pendapat ketiga ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sikap terbuka adalah kesediaan untuk mendengar dan menerima pendapat, masukan, kritik, sanggahan dari orang lain, walaupun pada akhirnya pendapat dan masukan tersebut tidak digunakan karena kurang sesuai.

2) Berpikir Kritis

Tapilouw (dalam Susanto, 2013: 122) mengatakan bahwa berpikir kritis merupakan cara berpikir disiplin dan dikendalikan oleh kesadaran. Cara berpikir ini mengikuti alur logis dan rambu-rambu pemikiran yang sesuai dengan fakta atau teori yang diketahui. Tipe berpikir ini mencerminkan pikiran yang terarah. Sedikit

(25)

9 berbeda dengan pendapat Tapilouw, Anggelo (dalam Susanto, 2013: 122) menjelaskan pengertian berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir tingkat tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, menyintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi.

Pendapat lain dikemukakan oleh Helmawati (2019: 139-140) berpikir kritis adalah berpikir yang memeriksa, menghubungkan, dan mengevaluasi semua aspek dari situasi atau masalah, termasuk di dalamnya mengumpulkan, mengorganisasi, mengingat, dan menganalisis informasi.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan berpikir kritis adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi yang disadari meliputi menganalisis, memeriksa, menyintesis, menghubungkan, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Pada saat siswa melakukan kegiatan berpikir kritis secara bersamaan sikap berpikir kritis akan tampak. Sikap berpikir kritis ini merupakan tingkah laku yang ditunjukkan siswa pada saat melakukan kegiatan berpikir kritis.

Pada penelitian ini menggunakan dua dimensi sikap ilmiah dengan indikator sebagai berikut:

Tabel 2.1 Dimensi Sikap Ilmiah

No. Sikap Ilmiah Indikator

1. Sikap Terbuka Menghargai pendapat teman

Mau mengubah pendapat jika kurang Menerima saran yang diberikan teman Tidak merasa paling benar

2. Sikap Berpikir Kritis Meragukan temuan teman

Menanyakan setiap perubahan/hal baru Mengulangi kegiatan yang dilakukan Tidak mengabaikan data meskipun kecil

Pada Penelitian ini menggunakan dua sikap ilmiah untuk diteliti yaitu sikap terbuka dan berpikir kritis. Pada sikap terbuka memiliki 4 indikator yaitu: 1) menghargai pendapat teman, 2) mau mengubah pendapat jika kurang, 3) menerima saran yang diberikan teman, 4) tidak merasa paling benar. Pada sikap berpikir kritis memiliki 4 indikator yaitu: 1) meragukan temuan teman, 2) menanyakan setiap

(26)

10 peubahan/hal baru, 3) mengulangi kegiatan yang dilakukan, 4) tidak mengabaikan data meskipun kecil.

2. Hasil Belajar

a. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja (Slameto 2010: 138). Menurut Sudjana (dalam Parwati dkk, 2018: 24) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pendapat lain dikemukakan oleh Kunandar (2014: 62) hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat ahli diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku mencakup ranah kognitif yang diperoleh peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar.

b. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi hasil belajar terbagi menjadi dua yaitu faktor internal adalah faktor yang datang dari diri siswa, antara lain minat belajar, motivasi belajar, bakat, dan persepsi, baik persepsi siswa terhadap mata pelajaran maupun terhadap guru pengajar. Kedua yaitu faktor eksternal adalah faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti lingkungan belajar, lingkungan keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, dan perhatian orang tua dalam membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami anak. Faktor internal sangat penting dalam menentukan hasil belajar seseorang. Minat belajar merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembelajaran. Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang dan diperhatikan terus-menerus disertai dengan rasa senang (Slameto, 2010: 57). Adapun pendapat Muhadi (dalam Rusman, 2017: 130-131) tentang faktor yang mempengaruhi hasil belajar yaitu:

(27)

11 1) Faktor Internal

a. Faktor fisiologis meliputi kondisi kesehatan yang prima, tidak dalam kondisi lemah. Hal-hal tersebut dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

b. Faktor psikologis, meliputi Intelegensi (IQ), perhatian, minat, bakat, motivasi, kognitif dan daya nalar siswa.

2) Faktor Eksternal

a. Faktor lingkungan, meliputi lingkungan fisik dan lingkungan sosial.

b. Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Misalnya kurikulum, sarana dan guru.

Pendapat lain dikemukakan oleh Parwati, dkk (2018: 37-49) faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal:

a. Faktor fisiologis: berkaitan dengan kondisi fisik seorang individu meliputi keadaan jasmani dan keadaan fungsi jasmani/fisiologis.

b. Faktor psikologis: adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat mempengaruhi proses belajar meliputi kecerdasan siswa, motivasi, minat, sikap, bakat dan percaya diri.

c. Faktor kelelahan: faktor ini dapat dibedakan menjadi dua macam, kelelahan jasmani dan rohani (psikis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh atau beristirahat. Kelelahan jasmani terjadi karena kekacauan di dalam tubuh, sehingga darah tidak lancar pada bagian-bagian tertentu. Sedangkan kelelahan rohani terlihat dari kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. Hal ini dapat terjadi kerena terus-menerus memikirkan masalah yang di anggap berat tanpa istirahat.

2) Faktor Eksternal:

a. Faktor keluarga: cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar belakang kebudayaan.

(28)

12 b. Faktor sekolah: metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, media, waktu sekolah, keadaan sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, metode belajar, tugas rumah.

c. Faktor masyarakat: kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yaitu:

1) Faktor Internal:

adalah faktor yang datang dari diri siswa, baik secara fisik, psikologis, dan persepsi.

2) Faktor Eksternal:

yaitu faktor yang datang dari luar diri siswa, seperti lingkungan belajar, lingkungan keluarga, latar belakang sosial ekonomi keluarga, masyarakat dan perhatian orang tua dalam membantu mengatasi kesulitan belajar yang dialami anak.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Slavin (dalam Taniredja dkk, (2011: 55) mengatakan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah suatu model pembelajaran di mana dalam sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Pendapat lain dikemukakan oleh Sugandi (dalam Taniredja, 2011: 55-56) cooperative learning merupakan sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Menurut Sanjaya (dalam Rusman, 2013) cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang memberikan kesempatan belajar pada siswa secara berkelompok dengan anggota sebanyak 5-6 orang.

(29)

13 4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

a. Pengertian Teams Games Tournament (TGT)

Model pembelajaran kooperaktif tipe Teams Games Tournament (TGT), atau pertandingan permainan tim dikembangkan secara asli oleh David De Vries dan Keath Edward (dalam Trianto, 2009: 83). Pada model ini siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Menurut Saco (dalam Rusman, 2012: 224), model pembelajaran TGT yaitu siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Setiap kelompok beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan heterogen.

Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga di selingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka).

Penjelasan lain dikemukakan oleh Shoimin (2017: 203) model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status, melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya dan mengandung unsur permainan dan penghargaan.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas dapat ditarik kesimpulan model pembelajaran TGT adalah kegiatan bertanding atau berlomba diantara beberapa tim atau kelompok dengan anggota yang heterogen, bertujuan untuk memperoleh poin, permainan disesuaikan dengan mata pelajaran. Dengan adanya penjelasan diatas dapat dilihat bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) Menurut Nur & Wilkan (dalam Trianto, 2009: 84) secara runtut implementasi TGT terdiri dari 4 komponen utama, antara lain: Persentasi guru, Kelompok belajar, Turnamen, dan Pengenalan kelompok.

1) Guru menyiapkan kartu soal, lembar kerja siswa dan alat/bahan.

2) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok berjumlah 5 orang).

3) Siswa mendengarkan pengarahan dari guru.

(30)

14 4) Siswa memperhatikan pertanyaan yang diberikan guru.

5) Siswa bekerja dalam kelompok.

6) Siswa diberikan kuis pada akhir pembelajaran untuk memastikan bahwa semua tim telah menguasai pelajaran.

Menurut Slavin (dalam Rusman, 2012: 225) pembelajaran kooperatif TGT terdiri dari lima langkah tahapan yaitu tahapan penyajian kelas (class precentation), belajar dalam kelompok (teams), permainan (games), pertandingan (tournament), dan penghargaan kelompok (team recognition). Pendapat lain dikemukakan oleh Ngalimun (2014: 167) langkah-langkah model pembelajaran TGT yaitu pembentukan kelompok 4 siswa heterogen, siapkan meja tournament secukupnya, pelaksanaan tournament, pergeseran tempat duduk, penghargaan kelompok.

Menurut Shoimin (2017: 204) langkah-langkah model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Penyajian Kelas

Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran atau dengan ceramah.

2) Kelompok (teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4-5 siswa yang anggotanya heterogen dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, dan ras atau etnik.

3) Games

Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok.

Biasanya game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor.

4) Tournament

Biasanya tournament dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan persentasi kelas.

5) Team Recognize (penghargaan kelompok)

Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing kelompok akan mendapatkan hadiah apabila rata-rata skor memenuhi krteria yang ditentukan.

(31)

15 Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Penyajian kelas

Guru menyampaikan materi dan siswa harus benar-benar memperhatikan.

2) Pembagian kelompok (teams)

Kelompok terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen.

3) Games (tournament)

Semacam lomba cerdas cermat, dengan peserta perwakilan dari setiap kelompok. Soal dapat diberikan dalam bentuk pertanyaan lisan atau dalam bentuk kartu soal yang dipilih secara acak.

4) Penghargaan kelompok

Perolehan skor anggota kelompok dirata-rata menjadi skor kelompok. Individu dan kelompok yang mencapai kriteria skor tertentu mendapat penghargaan.

5) Evaluasi

Kuis yang diberikan pada akhir pembelajaran untuk memastikan bahwa semua tim telah menguasai pelajaran.

c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran TGT

Taniredja, dkk (2014: 72-73) mengatakan bahwa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan model pembelajaran TGT

a. Siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.

b. Rasa percaya diri siswa menjadi lebih tinggi.

c. Motivasi belajar siswa bertambah.

d. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap pokok bahasan.

2) Kekurangan model pembelajaran TGT

a. Sering terjadi tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya.

b. Kekurangan waktu dalam proses pembelajaran.

c. Kemungkinan terjadi kegaduhan apabila guru tidak bisa mengelola kelas.

Pendapat lain mengenai kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT dikemukakan oleh Slavin (2010: 142), terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan dalam penggunaan TGT sebagai berikut:

(32)

16 1) Kelebihan model pembelajaran TGT

a. Siswa mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir dan kerjasama kelompok.

b. Meningkatkan hubungan yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda.

c. Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk meningkatkan keberhasilan kelompok.

d. Terjadinya interaksi antar siswa seiring dengan meningkatkan kemampuan siswa dalam berpendapat.

e. Siswa belajar dengan lebih rileks disamping menumbuhkan rasa tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

f. Adanya turnamen pada TGT membuat suasana kelas lebih menyenangkan.

Dalam turnamen siswa ingin menjadi pemenang sehingga menambah motivasi dalam belajar.

g. Hasil turnamen individu akan disumbangkan pada kelompok. Hal ini dapat memacu setiap siswa untuk belajar lebih giat dan membantu siswa lain dalam kelompoknya yang mengalami kesulitan belajar.

2) Kekurangan model pembelajaran TGT

a. Sejumlah siswa awalnya mengalami kesulitan karena belum terbiasa mendapatkan perlakukan seperti ini sehingga perlu dijelaskan dengan baik agar tujuan dari turnamen akademik tercapai dengan baik.

b. Guru pada awalnya mengalami kesulitan dalam pengelolaan kelas. Akan tetapi dengan usaha yang sungguh-sungguh dan terus-menerus maka dapat terampil menerapakan metode ini.

c. Membutuhkan waktu yang relatif lama.

Menurut Shoimin (2017:207), model pembelajaran kooperatif tipe TGT memiliki kelebihan dan kekurangan yaitu:

1) Kelebihan model pembelajaran TGT

a. Model pembelajaran TGT tidak hanya membuat peserta didik yang cerdas (berkemampuan akademis tinggi) lebih menonjol dalam pekerjaan, tetapi

(33)

17 peserta didik yang berkemampuan akademik lebih rendah juga ikut aktif dan mempunyai peranan penting dalam kelompoknya.

b. Model pembelajaran ini akan menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.

c. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

Karena dalam pembelajaran ini guru menjanjikan sebuah penghargaan pada peserta didik atau kelompok terbaik.

d. Membuat peserta didik lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournament.

2) Kekurangan dari model pembelajaran TGT a. Membutuhkan waktu yang lama.

b. Guru dituntut untuk pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model ini.

c. Guru harus mempersiapkan dengan baik model ini sebelum diterapkan.

Misalnya, membuat soal untuk setiap meja tournament lomba, dan guru harus tahu ukuran akademis peserta didik yang tertinggi hingga terendah.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kelebihan dan kekurangan model pembelajaran TGT adalah sebagai berikut:

1) Kelebihan model pembelajaran TGT a. Meningkatkan keaktifan siswa.

b. Kerjasama antar kelompok dapat ditingkatkan.

c. Meningkatkan kreatifitas dalam mengembangkan jawaban.

d. Meningkatkan hubungan yang positif antar siswa.

e. Pembelajaran dapat terlaksana dengan rileks.

f. Meningkatkan interaksi antar siswa.

g. Membuat siswa semangat belajar dengan adanya pemberian penghargaan.

h. Dengan adanya kerjasama dapat mengurangi kesenjangan yang ada pada diri siswa.

i. Memberikan kesempatan belajar yang sama pada semua siswa.

j. Membuat peserta didik lebih senang dalam mengikuti pelajaran karena ada kegiatan permainan berupa tournament.

(34)

18 2) Kekurangan model pembelajaran TGT adalah:

a. Membutuhkan waktu dan persiapan yang panjang.

b. Guru harus mempersiapkan materi secara matang.

c. Pada awal permainan akan ada beberapa siswa yang kesulitan.

d. Guru mengalami kesulitan pada awal pengelolaan kelas.

5. Pembelajaran IPA

Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Menurut Wahyana (dalam Trianto, 2010: 136) IPA adalah suatu pengetahuan tersusun secara sistematis, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. Carin dan Sund (dalam Sujana, 2014: 1) mengungkapkan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis, berlaku secara umum, serta berupa kumpulan data hasil observasi atau pengamatan dan eksperimen. Pendapat lain kemukakan oleh Kardi dan Nur (dalam Trianto, 2012: 136) IPA atau ilmu kealaman adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup maupun benda mati yang diamati.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat ditarik kesimpulan ilmu pengetahuan alam (IPA) adalah suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis berupa kumpulan data hasil observasi atau pengamatan dan eksperimen yang berkaitan dengan gejala-gejala alam seperti benda mati maupun hidup yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa baik yang dapat diamati dengan indra maupun yang tidak dapat diamati dengan indra.

6. Materi Peredaran Darah Manusia

Pada penelitian ini memilih menggunakan materi peredaran darah manusia karena di tingkat SD materi ini masih menjadi kesulitan bagi siswa. Materi peredaran darah manusia ini diajarkan di kelas V tema 4 yaitu sehat itu penting dengan kompetensi dasar sebagai berikut: 2.4 menunjukkan sikap ilmiah (terbuka dan berpikir kritis) dalam proses pembelajaran, 3.4 memahami organ peredaran darah dan fungsinya pada hewan dan manusia serta cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia. Secara garis besar materi yang akan disampaikan terbagi menjadi empat diantaranya: 1) organ peredaran darah dan fungsinya, 2) sistem peredaran darah besar dan kecil, 3) ganguan peredaran darah manusia, dan

(35)

19 4) cara memelihara kesehatan organ peredaran darah manusia. Cakupan materi yang akan disampaikan yaitu: 1) organ peredaran darah manusia dan fungsinya mengenai jantung, paru-paru, pembuluh darah. 2) materi sistem peredaran darah akan disampaikan alur peredaran darah besar dan alur peredaran darah kecil serta bagian-bagian apa saja yang dilewati darah. 3) materi ganguan peredaran darah manusia akan disampaikan jenis-jenis ganguan peredaran darah manusia dan penyebabnya. 4) materi cara memelihara kesehatan organ peredaran darah akan disampaikan diantaranya berbagai olahraga yang dapat menjaga kesehatan organ dan juga upaya pencegahan gangguan peredaran darah manusia.

Organ peredaran darah manusia meliputi jantung, paru-paru, pembuluh darah dan darah (Irene, dkk 2016: 3-5). Pembuluh darah merupakan saluran tempat mengalirnya darah dari jantung ke seluruh tubuh dan dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Pembuluh darah terdiri atas dua jenis, yaitu pembuluh nadi dan pembuluh balik Pembuluh nadi disebut arteri. Pembuluh balik disebut vena (Subekti 2017: 4- 5).

Gangguan peredaran darah manusia terbagi menjadi dua yaitu gangguan peredaran darah non keturunan. Gangguan peredaran darah nonketurunan meliputi anemia, leukimia, demam berdarah, hipertensi dan hipotensi. Gangguan peredaran darah keturunan yaitu hemofilia dan talasemia (Irene, dkk 2016: 31-32).

Cara mencegah gangguan peredaran darah berdasarkan gangguan peredaran darah. Cara-cara memelihara organ peredaran darah diantaranya dengan menjaga makanan yang dikonsumsi dan olahraga (Irene, dkk 2016: 49-63).

B. Penelitian Yang Relevan

Sebagai penunjang dalam penelitian ini digunakan tiga penelitian yang relevan dengan penelitan ini. Penelitian tersebut adalah sebagai berikut: pertama, penelitian dilakukan oleh (Sugiartana, dkk 2013) dengan judul Penerapan Model TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA dan sikap ilmiah siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT). Jenis penelitian yaitu Penelitian Tindakan Kelas (PTK) mendapatkan hasil pada siklus I nilai hasil belajar siswa

(36)

20 adalah 75 meningkat pada siklus II menjadi 88,47 dengan peningkatan sebesar 13,47. Sedangkan untuk hasil dari sikap ilmiah siswa pada siklus I yaitu 81,4 meningkat pada siklus II menjadi 85 dengan peningkatan sebesar 3,6. Jadi hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajran TGT dapat meningkatkan hasil belajar dan sikap ilmiah siswa kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa. Keterkaitan antara penelitian yang dilakukan oleh (Sugiantana, dkk 2013) dengan penelitian ini adalah sama-sama melihat peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA SD.

Kedua, penelitian dilakukan oleh (Wulandari, dkk 2014) dengan judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 5 Sanur Pada Tahun Ajaran 2013/2014. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifkan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran TGT dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri 5 Sanur. Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan sampel penelitian siswa kelas Va berjumlah 41 orang sebagai kelompok eksperimen yang mengikuti pembelajaran dengan model TGT dan 40 siswa kelas Vb sebagai kelompok kontrol yang mengikuti pembelajaran konvensional.

Penelitian tersebut mendapatkan hasil kelompok eksperimen memperoleh nilai rata-rata sebesar 83,39 dan kelompok kontrol memperoleh rata-rata nilai sebesar 70,78. Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 5 Sanur tahun ajaran 2013/2014. Keterkaitan penelitian yang dilakukan oleh (Wulandari, dkk 2014) dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur hasil belajar siswa dengan model pembelajaran TGT.

Ketiga, penelitian dilakukan oleh (Hasim, dkk 2019) dengan judul Penerapan Model Pembelajaran TGT Berbantu Media Gambar Seni untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA. Jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) mendapatkan hasil pada siklus I keaktifan belajar siswa mendapatkan rata- rata 68,89 dengan kategori cukup aktif dan persentase keaktifan belajar siswa

(37)

21 41,66%, Sedangkan untuk hasil belajar siswa siklus I memperoleh nilai rata-rata kelas 67,36 dengan kategori sedang dan persentase ketuntasan 52,77%. Pada siklus II nilai rata-rata keaktifan meningkat menjadi 87,78 dengan kategori aktif dan persentase keaktifan belajar siswa 97,22%. Untuk hasil belajar siswa siklus II meningkat menjadi 87,92 dengan kategori tinggi dan persentase ketuntasan 100%.

Berdasarkan penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Keterkaitan penelitian yang dilakukan oleh (Hasim dkk, 2019) dengan penelitian ini adalah sama-sama mengukur tentang hasil belajar menggunakan model pembelajaran TGT.

Ketiga penelitian di atas memiliki relevansi dengan penelitian ini sesuai dengan yang telah dipaparkan di atas. Ketiga penelitian tersebut tentunya dapat menjadi dasar penelitian ini karena penggunaan model pembelajaran TGT dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar IPA siswa. Peneliti berpendapat bahwa penggunaan model pembelajaran TGT ini perlu diterapkan dalam upaya peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas V SD Kanisius Duwet.

Ketiga penelitian di atas dapat menunjukkan bahwa model pembelajaran TGT dapat memberikan pengaruh sehingga sikap ilmiah dan hasil belajar siswa meningkat.

Penelitian terdahulu tersebut menjadi dasar dilaksanakannya penelitian tentang sikap ilmiah dan hasil belajar IPA menggunakan model pembelajaran TGT di SD Kanisius Duwet. Disajikan literatur map penelitian yang releven adalah sebagai berikut:

(38)

22 Gambar 2.1 Literatur map penelitian yang releven

Gambar 2.1 Literatur map penelitian yang relevan berisi tentang tiga penelitian terdahulu yang menjadi dasar acuan yang digunakan pada penelitian ini.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilaksanakan di SD Kanisius Duwet terdapat beberapa masalah yang dialami siswa diantara hasil belajar pada materi peredaran darah yang masih rendah. Hasil belajar yang masih rendah tersebut dapat ditunjukkan dengan adanya data awal terdapat 15 siswa memperoleh nilai di bawah KKM dan 21 siswa mendapat nilai di atas KKM dari data 36 siswa.

Observasi terhadap sikap terbuka mendapatkan hasil siswa yang menerima perbedaan pendapat berjumlah 15 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang menanggapi pendapat teman berjumlah 9 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang bersedia memperbaiki pendapat yang kurang tepat berjumlah 14 dari 35 siswa yang ada.

Siswa yang bersedia menggunakan saran yang diberikan teman berjumlah 7 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang tidak memaksakan pendapat pribadi berjumlah 12 dari

(Sugiartana, dkk 2013) Penerapan Model TGT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas VB SD Negeri 3 Banjar Jawa.

(Wulandari, dkk 2014) Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games

Tournament) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri 5 Sanur Pada Tahun Ajaran 2013/2014.

(Hasim, dkk 2019) Penerapan Model Pembelajaran TGT Berbantu Media Gambar Seni untuk Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA

Wulandari, A (2019)

Peningkatan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Kelas V dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (TGT) di SD

(39)

23 35 siswa yang ada. Rata-rata sikap terbuka kelas pada kondisi awal yaitu 23,26.

Pada sikap berpikir kritis mendapatkan hasil observasi, siswa yang mendeskusikan kembali pendapat teman berjumlah 6 dari 35 siswa yang ada. Siswa menanyakan hal yang tidak diketahui berjumlah 9 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diberikan guru berjumlah 11 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang mengkategorikan semua pilihan jawaban berjumlah 8 dari 35 siswa yang ada. Siswa yang menganalisis semua data yang diperoleh berjumlah 13 dari 35 siswa yang ada. Rata-rata sikap berpikir kritis kelas pada kondisi awal adalah 22,38. Hal tersebut dapat terjadi karena guru tidak menggunakan model maupun media pembelajaran yang inovatif. Permasalahan di atas sangat memprihatinkan sehingga sangat perlu untuk diberikan solusi yang tepat. Solusi yang diberikan yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament. Dalam model pembelajaran Teams Games Tournament ini memuat 6 langkah yaitu penyajian kelas, pembagian kelompok, games (tournament), penghargaan kelompok, evaluasi. Langkah-langkah tersebut dapat meningkatkan sikap terbuka dan berpikir kritis siswa. Pada pelaksanaan pembelajaran menggunakan 2 jenis media pendukung yaitu alat peraga sistem peredaran darah dan media kartu. Kedua media ini dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa karena nantinya siswa diharuskan untuk menjawab kartu soal yang mengandung materi pembelajaran yang akan dipelajari siswa. Untuk mewujudkan hal tersebut maka dilaksanakan penelitian dengan judul Peningkatan Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Kelas V Dalam Pembelajaran IPA Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) Di SD.

D. Hipotesis Tindakan

1. Upaya peningkatan sikap ilmiah dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas V di SD Kanisius Duwet dapat dilakukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) melalui 5 langkah yaitu: 1) penyajian kelas, 2) pembagian kelompok, 3) games (tournament), 4) penghargaan kelompok, 5) evaluasi.

(40)

24 2. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan

sikap ilmiah siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Duwet.

3. Model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPA di SD Kanisius Duwet.

(41)

25 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Pada Bab 3 dibahas mengenai jenis penelitian, waktu penelitian, tempat penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK). PTK adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerja sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Kusuma & Dwitagama (2010: 9). Menurut Mulyasa (dalam Taniredja dkk, 2010: 20), terdapat 6tujuan dari PTK yaitu: 1) memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran, 2) meningkatkan layanan prefesional dalam konteks pembelajaran, 3) khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima, 4) memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasaran, 5) memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan, 6) membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) karena permasalahan muncul pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas dan memerlukan tindakan untuk memperbaikinya menuju kondisi yang lebih baik. Pada penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Mc Taggart. Tahapan penelitian tindakan kelas menurut Kemmis dan Taggart (dalam Kunandar, 2010: 70-76) meliputi perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Siklus penelitian tindakan kelas model dari Kemmis dan Taggart tersaji pada gambar 3.1

(42)

26 Gambar 3.1 Siklus PTK Model dari Kemmis dan Mc Taggart

Dalam melaksanakan penelitian, mengacu pada keempat tahapan kunci dari penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart yang meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.

1. Perencanaan

Adalah upaya yang dilakukan untuk merancang tindakan perbaikan una mengatasi masalah. Perencanaan ini perlu disusun secara sistematis logis dan kontekstual.

2. Tindakan

Tindakan yang dimaksud dalam penelitian merupakan implementasi yang dilakukan secara sadar dan terkendali sebagai upaya untuk mengadakan perbaikan, peningkatan, atau perubahan sesuai dengan perencanaan.

3. Observasi

Observasi dalam penelitian berfungsi untuk merekam data proses pelaksanaan tindakan yang diberikan.

Perencanaan

Refleksi Tindakan

Observasi

SIKLUS 1

Perencanaan

Refleksi

Observasi

SIKLUS 2

Tindakan

(43)

27 4. Refleksi

Refleksi yang dimaksud dalam penelitian adalah kegiatan analisis, mengingat, mempertimbangkan mengenai hasil tindakan yang telah dilakukan. Hasil dari refleksi dapat dijadikan sebagai rekomendasi perbaikan yang akan menjadi pertimbangan dalam merencanakan siklus berikutnya.

Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Permasalahan yang ada dalam penelitian ini yaitu belum optimalnya sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA SD Kanisius Duwet. Oleh karena itu, melalui pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa kelas V pada pembelajaran IPA di SD Kanisius Duwet dapat meningkat.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Duwet yang beralamatkan di Jl.

Kabupaten No.99, Duwet, Sendangadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta 55285.

2. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas V semester 1 tahun ajaran 2019/2020 SD Kanisius Duwet, dengan jumlah siswa 35 orang terdiri dari 17 siswa laki-laki dan 18 siswa perempuan.

3. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada materi peredaran darah manusia menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) SD Kanisius Duwet.

4. Waktu Penelitian

Penelitian inI dilaksanakan pada tanggal 18-21 November 2019, yaitu dengan melakukan observasi, wawancara, dan penelitian langsung akan disajikan jadwal pelaksanaan penelitian:

Referensi

Dokumen terkait

Bertolak dari berbagai permasalahan di atas, dalam penelitian ini penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai peran dari pemerintah daerah Kabupaten

Nilai daya dukung dan penurunan berdasarkan program Metode Elemen Hingga sebesar 285,46 ton dan 11,42 mm nilai ini tidak jauh berbeda dengan secara analitis.. Kata Kunci :

Data atau Variabel yang digunakan adalah perkiraan ( Estimasi ) pendapatan dari asset asset yang sudah ada pada Warnet MyNet untuk tahun 2008 ke depan yang beralamat di jalan Akses

Untuk menghitung daya dukung ultimate dan penurunan pondasi tiang pancang dari data Sondir dan SPT digunakan secara analitis dan menggunakan program Metode

[r]

Pengaruh Implementasi Electronic Procurement (E- Proc) Dalam Pengadaan Barang/ Jasa Terhadap Perwujudan Good Governance Di Balai Besar Wilayah Sungai

Pada makalah ini akan dipaparkan mengenai pengembangan digital library yang ditujukan untuk perpustakaan Smk Yasmida Ambarawa .Teknologi dan komunikasi tak

Untuk menarik minat pencari informasi bentuk elektronik misalnya website, maka dapat dibuatkan tampilan gambar yang menarik sekaligus informasi yang up to date. Pada kesempatan