• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORETIK, KERANGKA BERPIKIR DAN

2. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran merupakan satu kesatuan yang utuh antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran. Pada dasarnya model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.21 Pada kamus Inggris-Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily, kooperatif (cooperative) artinya bekerjasama.22 Sedangkan secara etimologi pembelajaran kooperatif (cooperative learning) mempunyai arti belajar bersama antara dua orang atau lebih. Sedangkan pembelajaran kooperatif dalam artian yang lebih luas memiliki definisi yang antara lain adalah belajar bersama yang melibatkan antara 4-5 orang, yang bekerja bersama menuju kelompok kerja dimana tiap anggota bertanggung jawab secara individu sebagai bagian dari hasil yang tak akan bisa dicapai tanpa adanya kerjasama antar kelompok. Dengan kata lain, anggota kelompok saling ketergantung positif.23

Dilihat dari definisi tersebut, model pembelajaran kooperatif mengandung pengertian berpikir bersama dalam kelompok dan saling membantu antar sesama dalam menyelesaikan tugas. Selain itu model pembelajaran kooperatif dapat mengembangan kemampuan berpikir kritis, kemampuan komunikasi, kemampuan sosial dan sebagainya, yang pada akhirnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa ke arah yang lebih baik.

21 Akhmad Sudrajat, “Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran” dari http://www.psb-psma.org/content/blog/pengertian-pendekatan-strategi-metode-taktik-dan-model-pembelajaran, 21 Agustus 2010, 13.31 WIB.

22

John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris- Indonesia: An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), Cet. XXIII, h. 147.

23

Adapun ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:24

1) Siswa bekerja dalam kelompok untuk mencapai tujuan belajar. 2) Kelompok-kelompok dibentuk terdiri dari siswa yang mempunyai

kemampuan rendah, sedang, dan tinggi.

3) Bila memungkinkan, kelompok-kelompok terdiri dari ras, budaya dan jenis kelamin yang beragam.

4) Sistem reward-nyaberorientasi pada kelompok maupun individu. Pada model pembelajaran kooperatif, keberhasilan tidak semata-mata diperoleh dari guru, tetapi juga keterampilan yang dilakukan oleh siswa. Untuk mencapai keberhasilan yang optimal, maka sangat dipengaruhi oleh keterlibatan anggota dari masing-masing kelompok. Lungdren menyusun keterampilan-keterampilan kooperatif tersebut secara terinci dalam tiga tingkatan keterampilan, yaitu:25

1) Keterampilan kooperatif tingkat awal, antara lain:

a) Berada dalam tugas, yaitu menjalankan tugas sesuai dengan tanggung jawabnya.

b) Mengambil giliran dan berbagi tugas, yaitu menggantikan teman dengan tugas tertentu dan mengambil tanggung jawab tertentu dalam kelompok.

c) Mendorong adanya partisipasi, yaitu memotivasi semua anggota kelompok untuk berkontribusi.

d) Menggunakan kesepakatan, yaitu menyamakan pendapat (persepsi).

2) Keterampilan kooperatif tingkat menengah, antara lain: a) Mendengarkan dengan aktif

b) Bertanya, yaitu meminta atau menyampaikan kemabali informasi.

24

Richard I. Arends, Learning to Teach…, h. 5. 25

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, h. 46.

c) Menafsirkan, yaitu menyampaikan kembali informasi dengan kalimat yang berbeda.

d) Memeriksa ketepatan, yaitu membandingkan jawaban, memastikan bahwa jawaban tersebut benar.

3) Keterampilan kooperatif tingkat mahir

Keterampilan kooperatif pada tingkat mahir yaitu mengelaborasi, artinya memperluas konsep, membuat kesimpulan dan menghubungkan pendapat-pendapat dengan topik tertentu.

b. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan model pembelajaran kooperatif berbeda dengan kelompok tradisional. Pada kelompok tradisional hal yang terlihat adalah kompetisi antar siswa, artinya sesama siswa tidak saling peduli. Sedangkan tujuan dari model pembelajaran kooperatif adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting, yaitu :26

1) Hasil belajar akademik

Salah satu aspek penting model pembelajaran kooperatif adalah bahwa selain membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik diantara para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya. Para pengembang model ini juga telah menunjukkan, model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

26

Isjoni, Cooperative Learning-Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok, (Bandung : Alfabeta, 2009), Cet. 2, h. 27.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Model pembelajaran kooperatif mempunyai efek terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, strata sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain. 3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki karena manusia adalah makhluk sosial. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.

Dari tujuan pembelajaran kooperatif dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2 Hasil yang Diperoleh Pelajar dari Cooperative Learning

(Sumber : Richard I Arends 2009: 5)

Cooperative learning Prestasi akademis Toleransi dan penerimaan keanekaragaman

c. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima karakteristik dalam model pembelajaran kooperatif harus diterapkan. Lima karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :27

1) Saling Ketergantungan Positif (Positive Interdependence)

Saling ketergantungan positif menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok.

Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok.

Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu

mempelajari bahan yang ditugaskan.

Beberapa cara membangun saling ketergantungan positif yaitu:

a) Menumbuhkan perasaan peserta didik bahwa dirinya merupakan bagian dalam kelompok, pencapaian tujuan terjadi jika semua anggota kelompok mencapai tujuan. Peserta didik harus bekerja sama untuk mencapai tujuan.

b) Mengusahakan agar semua anggota kelompok mendapatkan penghargaan yang sama jika kelompok mereka berhasil mencapai tujuan.

c) Mengatur sedemikian rupa sehingga peserta didik belum dapat menyelesaikan tugas, sebelum mereka menyatukan perolehan tugas mereka menjadi satu.

d) Setiap peserta didik ditugasi dengan tugas atau peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terikat dengan peserta didik lain dalam kelompok. 2) Tanggung Jawab Perseorangan (Personal responsibility)

Tujuan dari kelompok belajar kooperatif adalah membuat tiap-tiap anggota menjadi individu yang lebih kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota

27

Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 58.

yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama. Artinya mereka harus dapat menyelesaikan tugas yang sama. Beberapa cara menumbuhkan tanggung jawab perseorangan adalah sebagai berikut :

a) Kelompok belajar jangan terlalu besar. b) Melakukan assesmen terhadap setiap siswa.

c) Memberi tugas kepada setiap siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik didepan kelas.

d) Mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu dalam membantu kelompok.

e) Menugasi seorang anak didik untuk berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya.

f) Menugasi anak didik mengajar temannya.

3). Interaksi Promotif (Face to Face Promotive Interaction)

Yaitu interaksi yang langsung terjadi antar siswa tanpa adanya perantara. Ciri-ciri interaksi promotif adalah:

a) Saling membantu secara efektif dan efisien.

b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.

c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien. d) Saling mengingatkan

e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi.

f) Saling percaya.

g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama. 4). Komunikasi antaranggota (Interpersonal Skill)

Diantara tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih anak didik untuk mampu berpartisipasi aktif dan berkomunikasi. Untuk dapat mencapai tujuan peserta didik harus:

b) Mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius. c) Saling menerima dan saling mendukung.

d) Mampu menyelesaikan konflik secara tepat. 5). Pemrosesan kelompok (Group processing)

Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan konstribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Untuk peserta didik dalam struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur

reward-nya. Struktur tugas berhubungan bagaimana tugas

diorganisir. Sedangkan struktur tujuan dan reward mengacu pada kerjasama yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan maupun

reward.

Ada kekhawatiran dalam pembelajaran kooperatif bahwa pelaksanaan di kelas akan menimbulkan kekacauan atau membuat siswa tidak aktif. Maka perlu menerapkan lima karakteristik yang telah dijelaskan. Selain itu, guru perlu memahami langkah-langkah model pembelajaran kooperatif. Terdapat enam fase pada pembelajaran kooperatif yaitu sebagai berikut:28

Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase – fase Tingkah Laku Guru

FASE 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

FASE 2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan kepada siswa dengan jalan demontsrasi atau lewat bahan bacaan.

FASE 3

Mengorganisasikan siswa

ke dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien

FASE 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

28

Trianto, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher, 2007), Cet. I, h. 48.

FASE 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

FASE 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

d. Kelebihan Model Pembelajaran Kooperatif

Dengan menerapkan pembelajaran kooperatif siswa memiliki banyak keuntungan yang dirasakan. Beberapa kelebihan ketika pembelajaran kooperatif diterapkan dengan baik, diantaranya sebagai berikut :

1) Dalam pembelajaran kooperatif siswa dapat saling bekerja sama sehingga saling ketergantungan positif. Tidak dengan pembelajaran tradisional yaitu terjadinya kompetisi antar siswa yang lebih mementingkan diri sendiri.

2) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.

3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok daripada individu.

5) Pembelajaran kooperatif mendorong komunikasi antar siswa, dan hasilnya adalah pembelajaran yang lebih baik dan hubungan antar individu yang semakin membaik.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu sistem pembelajaran yang kuat untuk meningkatkan kepercayaan diri sebagai seorang pembelajar dan pemecah masalah dan lebih menghargai dengan adanya keanekaragaman dari berbagai siswa.

e. Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table

Salah satu tipe yang ditawarkan pembelajaran kooperatif seperti yang telah disebutkan di atas adalah pembelajaran kooperatif tipe round table. Pembelajaran tipe round table ini sering juga disebut pembelajaran keliling kelompok, atau meja bundar. Menurut mathematics and science program, pembelajaran kooperatif tipe round table merupakan pembelajaran yang beraktifitas untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi.29 Menganalisis berupa menganalisa, membandingkan, membedakan, dan memilih secara tajam. Mensintesis terdiri dari mendesain, berhipotesis, merencanakan, membuat dan mencipta sedangkan mengevaluasi terdiri dari menaksir, memilih, memutuskan, menolak, dan mempertahankan.

Pembelajaran kooperatif tipe round table dilakukan oleh setiap kelompok yang mengelilingi sebuah meja, masing-masing anggota kelompok memegang satu pensil dan selembar kertas. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan yang berbeda kepada setiap siswa, siswa pun menuliskan jawabannya diatas kertas dan diputar ke anggota yang lainnya. Pembelajaran kooperatif tipe round table dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan kelompok ini, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang lain. 30 Hal ini pun senada dengan yang diutarakan oleh Isjoni bahwa dalam keliling kelompok masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota lain.31

29Wina Rayendri, “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Round Table dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis”, Skripsi Sarjana UPI (Bandung : Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia, 2005), h. 13

30

Yudha M. Saputra, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Bandung : CV. Bintang WarliArtika, 2008), h. 76.

31

Isjoni, Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi Antar Peserta Didik, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2009), Cet ke-1, h. 133-134

Mathematics and Science Program menguraikan lebih lanjut tentang langkah pembelajaran kooperatif tipe round table, yaitu :

1) Masing-masing anggota dalam kelompok mengerjakan suatu pertanyaan/masalah.

2) Jawaban diberikan pada anggota lain (sebelah kanan) untuk dianalisis, diulang atau diterima untuk dimodifikasi.

3) Jawaban yang telah dianalisis dan dievaluasi tersebut diberikan lagi pada anggota lain untuk dianalisis kembali dan dievaluasi.

4) Begitu seterusnya hingga semua anggota kelompok telah membaca, menganalisis pertanyaan dan mengevaluasi jawaban.

Selain itu ada pula yang mengemukakan cara-cara belajar kooperatif tipe round tabel ini, yaitu :32

1) Salah satu anak didik dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.

2) Anak didik berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.

3) Demikian seterusnya. Giliran bicara dapat dilaksanakan menurut arah putaran jarum jam atau dari kiri ke kanan.

Adapun langkah-langkah pembelajaran round table adalah sebagai berikut :33

1) Penyampaian tujuan 2) Penjelasan tugas

3) Guru membagikan kertas kerja

4) Siswa mengerjakan tugas dengan menuangkan idenya di kertas kerja secara bergilir searah jarum jam. Giliran dibatasi oleh waktu

5) Kesimpulan 6) Penyajian hasil 7) Feed back oleh guru

32

Yudha M. Saputra, Strategi Pembelajaran Kooperatif, (Bandung : CV. Bintang WarliArtika, 2008), h. 76

33

I Wayan Kasub Abadi, "model Pembelajaran", dari

8) Evaluasi

Dari serangkaian langkah yang dikemukakan di atas, maka pembelajaran kooperatif tipe roundtable ini secara sistematik adalah sebagai berikut:

1) Siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang beranggotakan 4-5 orang

2) Setiap anggota memegang selembar kertas yang berisi pertanyaan yang berbeda-beda, selanjutnya pertanyaan tersebut dianalisa dan dicari solusi pemecahannya.

3) Dalam waktu yang sudah ditentukan, lembar jawaban atas pertanyaan itu diberikan pada anggota lain untuk dianalisis dan di evaluasi.

4) Begitu seterusnya, sampai semua pertanyaan itu selesai dijawab dan dianalisis.

5) Dilakukan diskusi kelas untuk mengemukakan, mempertahankan hasil pekerjaannya, dengan giliran bicara bisa sesuai arah perputaran arah jarum jam.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe roundtable, langkah pertama siswa dibagi menjadi beberapa kelompok. Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif tipe roundtable ini dilakukan secara heterogen, sehingga cukup seimbang dalam setiap kelompok yang dikelompokkan berdasarkan tingkat kemampuan siswa yaitu siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi diskusi satu arah. Langkah kedua, setiap anggota kelompok diberikan soal yang berbeda-beda untuk dicari pemecahannya dengan waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini siswa dilatih untuk berpikir dan bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan, selain itu siswa juga dilatih kecepatannya dalam menyelesaikan tugas tersebut berdasarkan waktu yang telah ditentukan. Langkah ketiga, siswa memutar soal dan hasil jawabannya kepada anggota lain dan siswa tersebut mendapatkan soal baru yang harus dicari pemecahannya. Pada tahap ini siswa dilatih kecermatan dan ketelitiannya untuk menganalisis

jawaban dari anggota kelompok yang lain dan memberikan kontribusinya. Langkah keempat, masing-masing anggota kelompok melakukan diskusi atas jawaban-jawaban dari soal-soal yang diberikan. Pada tahap ini siswa dilatih untuk berani mengemukakan pendapatnya dan pada tahap ini pula terjadi interaksi antara siswa. Langkah kelima, masing-masing perwakilan anggota kelompok mempresentasikan hasil diskusinya, disini siswa dilatih untuk berani mengemukakan dan mempertahankan hasil pekerjaannya.

Dokumen terkait