• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

B. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran merupakan usaha yang dilakukan secara sengaja, terarah, dan terencana dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali, dengan maksud agar terjadi belajar pada diri seseorang (Eveline Siregar & Hartini Nara, 2011:13).

1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model atau acuan pembelajaran dimana dalam proses pembelajaran yang berlangsung, peserta didik mampu belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen atau dengan karakteristik yang berbeda-beda (Slavin, 2005).

Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis. Hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif (Trianto, 2009:56).

2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi pembelajaran yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajaran yang lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai tidak hanya kemampuan akademik dalam pengertian penguasaan materi pelajaran, tetapi juga adanya unsur kerja sama untuk penguasaan materi tersebut. Adanya kerja sama inilah yang menjadi ciri khas dari cooperative learning (Rusman, 2010:206). Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuanoleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen kooperatif mempunyai tiga fungsi, yaitu : fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan, fungsi manajemen sebagai organisasi, dan fungsi manajemen sebagai kontrol.

c. Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok, oleh karenanya prinsip kebersamaan atau kerja sama perlu ditekankan dalam pembelajaran kooperatif.

d. Keterampilan Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok (Rusman, 2010:206)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu bentuk pembelajaran dimana siswa belajar di dalam kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok dilakukan secara heterogen dan dilihat dari berbagai aspek diantaranya adalah prestasi akademik, jenis kelamin, ras, dan latar belakang sosial budaya. Dalam pembelajaran ini, siswa dituntut untuk berperan aktif di dalam kelompok, mampu bekerja sama, dan bertanggung jawab atas keberhasilan belajar semua anggota kelompok. Dengan demikian, model pembelajaran kooperatif diharapkan dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.

3. Tipe-tipe Pembelajaran Kooperatif

Terdapat beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, walaupun prinsip dasar dari pembelajaran kooperatif ini tidak berubah. Jenis-jenis model tersebut adalah sebagai berikut : a. Student Teams Achievement Division (STAD)

Dalam STAD, siswa dibagi menjadi kelompok beranggotakan 4-5 orang yang beragam kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. Guru menyajikan pelajaran dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa diberikan tes tentang materi tersebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan untuk saling membantu.

b. Jigsaw

Pembelajaran tipe Jigsaw ini dikenal juga dengan kooperatif para ahli karena anggota setiap kelompok dihadapkan pada permasalahan yang berbeda. Tetapi permasalahan yang dihadapi setiap kelompok sama, setiap utusan dalam kelompok yang berbeda membahas materi yang sama, kita sebut sebagai tim ahli yang bertugas membahas permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya hasil pembahasan itu dibawa ke kelompok asal dan disampaikan pada anggota kelompoknya.

c. Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Dalam model pembelajaran ini, guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5-6 siswa yang heterogen. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki dan melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang dipilih kemudian mempresentasikan laporannya kepada seluruh kelas.

d. Make a Match (Membuat Pasangan)

Guru mempersiapkan kartu yang berisi persoalan dan kartu yang berisi jawabannya. Setiap siswa mencari dan mendapatkan sebuah kartu soal dan berusaha menjawabnya. Setiap siswa mencari kartu yang cocok dengan persoalannya. Kartu kemudian dikumpulkan kembali dan dikocok untuk diteruskan ke babak selanjutnya.

e. Think Pair Share (TPS)

Pada tipe ini, guru menyajikan materi secara klasikal dan memberikan persoalan kepada siswa. Kemudian siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan dengan teman sebangku (think-pairs) dan hasilnya dipresentasikan.

f. Numbered Head Together (TGT)

Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang terdiri dari 3-5 siswa dan kepada setiap anggota kelmpok diberi nomor antara 1 sampai dengan 5. Kemudian guru mengajukan suatu pertanyaan dan siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan

tersebut serta meyakinkan bahwa setiap anggota dalam kelompok tersebut mengetahui jawabannya. Guru memanggil nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mencoba untuk menjawab pertanyaan tersebut dan menjelaskannya untuk seluruh kelas (Trianto, 2009:68).

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Tipe Teams Games Tournament (TGT) dikembangkan oleh De Vries dan Slavin pada tahun 1978 di John Hopkins University. Slavin menyatakan bahwa TGT merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 4 sampai 5 orang yang memiliki kemampuan, jenis kelamin, dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyajikan materi dan peserta didik bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Tugas yang diberikan dikerjakan bersama-sama dengan anggota kelompoknya. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya sebelum mengajukan pertanyaannya kepada guru. Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT ini memungkinkan peserta didik untuk belajar lebih rileks di samping dapat

menumbuhkan rasa tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar.

Slavin (2005:143) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TGT terdiri dari lima langkah tahapan, yaitu:

a. Tahap Penyajian Kelas (Class Presentation).

Pada awal pembelajaran, guru menyampaikan materi yang akan dipelajari, tujuan pembelajaran, dan memberikan motivasi (prasyarat belajar). Guru memberikan penjelasan materi secara garis besar. Pada tahap penyajian kelas ini, peserta didik harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu peserta didik untuk bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game, karena skor game juga menentukan skor kelompok.

b. Tahap Belajar dalam Kelompok (Teams)

Kelompok biasanya terdiri dari 4 atau 5 peserta didik yang anggotanya beragam. Dilihat dari prestasi akademik, jenis kelamin, rasa atau etnis. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota agar bekerja dengan baik dan optimal.

Kelompok merupakan bagian yang utama dalam TGT. Jika ada satu anggota yang tidak bisa mengerjakan soal atau memiliki pertanyaan yang terkait dengan soal tersebut, maka teman sekelompoknya mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan

soal atau pertanyaan tersebut. Jika dalam satu kelompok tersebut tidak ada yang bisa mengerjakan, maka peserta didik dapat meminta bimbingan guru.

Setelah belajar kelompok selesai, guru meminta kepada perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok. Dalam pembelajaran TGT guru bertugas sebagai fasilitator berkeliling dalam kelompok jika ada kelompok yang mengalami kesulitan.

c. Permainan (Games)

Permainan terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan peserta didik yang diperoleh dari penyajian kelas dan belajar dalam kelompok. Peserta didik yang benar dalam menjawab pertanyaan tersebut akan mendapatkan skor.

d. Pertandingan (Tournaments)

Turnamen dilakukan pada akhir pelajaran setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok telah melaksanakan kerja kelompok terhadap lembar kegiatan. Sebelum turnamen dilakukan, guru membagi peserta didik ke dalam meja-meja turnamen. Setelah masing-masing peserta didik berada dalam meja turnamen berdasarkan unggulan masing-masing kemudian guru membagikan satu set perangkat soal turnamen. Satu set perangkat

turnamen terdiri dari soal turnamen, kartu soal, lembar jawaban, dan lembar skor turnamen.

e. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Guru mengumumkan kelompok yang menang dan memberikan reward. Tim mendapatkan julukan “Super Team” jika rata-rata skor 45 atau lebih, “Great Team” apabila rata-rata mencapai 40-45, dan “Good Team” apabila rata-rata 30-40.

Gambar 2.1 Skema Pembagian Kelompok dalam TGT TEAM A

TEAM B TEAM C

Skor siswa dibandingkan dengan rerata skor yang mereka peroleh sebelumnya dan poin yang diperoleh siswa sesuai dengan seberapa jauh siswa tersebut dapat melampaui prestasi yang telah dilalui sebelumnya. Berikut ini merupakan beberapa tabel sistem perhitungan

A1 A2 A3 A4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

B1 B2 B3 B4 Tinggi Sedang Sedang Rendah

C1 C2 C3 C4 Tinggi Sedang Sedang Rendah Meja Turnamen 1 Meja Turnamen 2 Meja Turnamen 3 Meja Turnamen 4

skor peningkatan pada model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) :

Tabel 2.1 Perhitungan Skor Peningkatan

Skor Kuis Poin

Kemajuan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 10-1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30

Adapun kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran kooperatif tipe TGT, disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 2.2 Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran kooperatif tipe TGT

Kelebihan Kekurangan

1. Keterlibatan peserta didik dalam belajar mengajar.

2. Peserta didik menjadi bersemangat dalam belajar.

3. Pengetahuan yang diperoleh peserta didik bukan semata-mata dari guru, tapi juga melalui konstruksi oleh peserta didik itu sendiri.

4. Dapat menumbuhkan sikap positif dalam diri sendiri, seperti kerja sama, toleransi, serta bisa menerima pendapat orang lain. 5. Hadiah dan penghargaan yang diberikan

akan memberikan dorongan bagi peserta didik untuk mencapai hasil yang lebih tinggi. 6. Pembentukan kelompok-kelompok kecil

dapat mempermudah guru untuk memonitor peserta didik dalam belajar dan bekerjasama.

1. Bagi para pengajar pemula, model ini membutuhkan waktu yang banyak. 2. Membutuhkan

sarana dan prasarana yang memadai seperti persiapan soal turnamen. 3. Peserta didik terbiasa belajar dengan adanya hadiah.

Dokumen terkait