• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

4. Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemapuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Sifat model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru biasanya membagi kelompok lalu diberi tugas tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif dan ada juga yang pasif. Sementara itu, pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif. Hubungan kerja seperti ini memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Anita Lie (2002: 17), menyebutkan bahwa ”Sistem pembelajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur”.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa cooperative learning atau pembelajaran kooperataif adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar dan bekerjasama dengan siswa lain dalam satu kelompok kecil untuk meningkatkan belajar siswa.

commit to user

Dengan model pembelajaran ini, maka persaingan yang biasanya muncul di kelas akan tergantikan oleh bentuk kerjasama antarsiswa. Selain itu, kesenjangan kemampuan di antara siswa akan berkurang karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang kurang pandai.

Ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning (pembelajaran kooperatif).

1) Model kompetisi

Dalam model pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang pula guru memakai imbalan sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesama pembelajar. Teknik imbalan yang didasari oleh teori behaviorisme ini banyak mewarnai sistem penilaian hasil belajar. Tujuan utama dalam model kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik hingga paling jelek. Pencapaian tujuan secara kompetitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Seseorang dapat memperoleh tujuannya jika dan hanya jika yang lainnya gagal untuk memperoleh tujuannya

b) Terciptanya korelasi negatif diantara tujuan yang dicapai c) Ketergantungan negatif

d) "Jika saya berenang, kamu tenggelam, jika kamu berenang, saya tenggelam"

e) Pencapaian tujuan individu

f) Evaluasi dengan cara membandingkan (Norm Referenced) g) Pemenang diberi hadiah

2) Model individual

Alternatif menarik dari model pengajaran kompetisi yang dewasa ini banyak diterapkan adalah model pengajaran individual. Dalam sistem ini, setiap anak didik belajar dengan kecepatan yang sesuai dengan kemampuan mereka sendiri. Jadi dengan kata lain ank didik tidak bersaing dengan siapa-siapa melainkan dengan diri mereka sendiri. Pola

commit to user

penilaiannya juga berbeda dalam sistem kompetisi. Dalam model ini pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Pencapaian tujuan secara individual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Setiap pencapaian tujuan seseorang tidak berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lainnya

b) Tidak ada korelasi antara pencapaian tujuan-tujuan c) Tidak ada saling ketergantungan

d) "Dalam hal ini kita sendirian" e) Tujuan individual

f) Hadiah untuk hasil kerja sendiri 3) Model pembelajaran kooperatif

Perkembangan dari dua model diatas adalah model pembelajaran yang menganut falsafah homo homini socius, yakni model pembelajaran gotong royong. Dimana kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting. Pencapaian tujuan secara kooperatif ditandai dengan ciri-ciri:

a) Ketika salah seorang anggota mencapai tujuannya, demikian pula dengan anggota lainnya

b) Korelasi positif diantara tujuan-tujuan yang tercapai c) Ketergantungan positif

d) Kita berenang dan tenggelam bersama-sama e) Tujuan kelompok

f) Evaluasi berbasis kritesia dan dorongan g) Hadiah untuk hasil kelompok

Sejalan dengan perkembangan model pembelajaran, model pembelajaran kooperatif lah yang lebih banyak dilirik para pendidik. Karena dengan penerapan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang disempurnakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan pendidikan (KTSP), guru mempunyai kebebasan dalam metode pembelajaran yang akan diterapkan. Dalam menciptakan pembelajaran yang lebih bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta siswa dalam pembelajaran. Dari sini maka harus

commit to user

dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain.

Karp dan Yoels dalam Anita Lie (2002: 6) menyatakan bahwa strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.

Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar.

Cooperative Learning (CL) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis dari teori belajar sosial Robert Bandura. Cooperative Learning dipopulerkan oleh Spencer Kagan, Robert Slavin dan juga Johnson&Johnson. Cooperative Learning didefinisikan sebagai grup pelajar yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, menyelesaikan sebuah tujuan (Artz &Newman,990, p.448). Model cooperative learning memerlukan kerjasama siswa dan ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiahnya. Idenya adalah setiap pelajaran dibentuk dengan suatu cara dimana siswa harus bekerja sama (berkooperasi) untuk meraih tujuan pembelajaran mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model CL, mapu mendorong proses belajar dan kemampuan akademik siswa, meningkatkan kemampuan mengingat siswa (retention), meningkatkan kepuasan siswa dengan pengalaman belajar yang dialaminya, membantu siswa mengembangkan kecakapan dalam komunikasi oral, mengembangkan kecakapan sosial siswa,

commit to user

membangun harga diri (self-esteem) siswa, membantu mendorong hubungan positif antar ras/suku/bangsa.

b. Unsur – unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooparatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdependence (saling ketrgantungan positif) 2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3) Face to face promotive interactive (interaktif promotif) 4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Menurut Lungred dalam Isjoni (2009: 13), menyebutkan bahwa ada tujuh unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

4) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para anggota kelompok.

5) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

Sesungguhnya perlu kita ketahui perbedaan pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisional yang biasa digunakan guru dalam kelas, yaitu:

commit to user

Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional

Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kooperatif a. Guru sering membiarkan adanya

siswa mendominasi kelompok atau hanya menggantungkan diri pada kelompok.

b. Pemimpin kelompok sering dipilih oleh guru.

c. Akuntabilitas individual sering diabaikan, sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota yang lain menjadi “benalu”

d. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung

e. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

a. Saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memeberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

b. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir.

c. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran pada setiap kelompok. Tiap kelompok diberi umpan balik dari hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan, dan siapa yang siap dalam memberikan bantuan.

d. Adanya keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja kelompok diajarkan secara langsung, seperti: kepemimpinan, komunikasi, serta mengelola konflik.

f. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpesonal.

(Sugiyanto, 2010: 42) Selain perbedaan antara pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran tradisisonal, tiga konsep sentral yang menjadi kareteristik

commit to user

pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin yang dikutip Isjoni (2009: 21), yaitu:

1) Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill).

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

Menurut Slavin cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan stuktur kelompok yang heterogen. Sedangkan Sunal dan Hans, mengemukakan cooperative

commit to user

learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. (dalam Isjoni, 2009: 12).

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif

Menurut Cilibert-Macmilan dalam Isjoni (2009: 23) ”Bila dibandingkan dengan pembelajaran yang masih konvesional, cooperative learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat dari aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan kelompok”.

Selanjutnya Jarolimek dan Parker yang dikutip Isjoni (2009: 24) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif, yakni:

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu:

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,

3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,

commit to user

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain pasif.

Sedangkan faktor dari luar (ekstern) yaitu lingkungan kelas itu sendiri. e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim, et al. (2000) dalam Isjoni (2009: 27), merangkum tiga tujuan penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Hasil belajar akademik.

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

f. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010: 43) ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya:

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

2) Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, ketrampilan, informasi, perilaku sosial, dan pandangan – pandangan.

commit to user

3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen

5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

10) Meningnkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Dokumen terkait