• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS S M A NE GE RI 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS S M A NE GE RI 2"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS

SM A NE GE RI 2 SURAK AR TA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

SKRIPSI

Oleh:

A.OKTIVANI INDRIANTO

K7407001

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW

DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS

SM A NE GE RI 2 SURAK AR TA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011

Oleh:

A.OKTIVANI INDRIANTO

K7407001

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi

Bidang Keahlian Khusus Pendidikan akuntansi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(3)
(4)
(5)
(6)

commit to user ABSTRAK

A.Oktivani Indrianto. STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN MODEL EKSPOSITORI TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI SISWA KELAS XI IS SMA NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/ 2011.Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Mei 2011.

Tujuan penelitian ini adalah : untuk mengetahui apakah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih baik daripada model ekspositori dalam pembelajaran akuntansi bagi siswa SMA N 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode eksperimental dengan rancangan Matched Group Design. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IS SMA N 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011, yang berjumlah 220 siswa terdiri dari enam kelas. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling, dan diperoleh hasil dua kelas yaitu kelas XI IS 2 dan kelas XI IS 1. Dalam menentukan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen juga digunakan teknik acak, diperoleh hasil kelas XI IS 1 sebagai kelompok kontrol dan kelas XI IS 2 sebagai kelompok eksperimen. Teknik pengumpulan data untuk kemampuan awal menggunakan teknik dokumentasi, yaitu dari nilai ulangan sub kompetensi sebelumnya. Pengumpulan data untuk nilai akhir menggunakan tes objektif. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis statistik t-test.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa “ Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada model ekspositori terhadap prestasi belajar siswa pada pembelajaran akuntansi kelas XI IS SMA N 2 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 teruji kebenarannya”. Hal tersebut didukung berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yaitu diperoleh harga Me = 84 dan Mk = 77,03. Dapat diartikan bahwa nilai rata-rata kelas eksperimen lebih tinggi daripada nilai rata-rata kelas kontrol. Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan dengan menggunakan t-test diperoleh nilai thit sebesar 2,978 sedangkan

(7)

commit to user

sehingga dapat disimpulkan bahwa thit > ttab atau 2,978 > 1,660. Artinya prestasi

(8)

commit to user ABSTRAC

A.Oktivani Indrianto. A RESEARCH COMPARASION COOPERATIF STUDIET TIPE JIGSAW WITH EXPOSITORY MODELS FOR ACADEMIC SKILLS AKUNTANSY IN SMA NEGERI 2 SURAKARTA, STUDENT SPECIALLY CLASS XI 2010/2011 PERIODE. Thesis, Surakarta Keguruan and Ilmu Pendidikan Faculty Sebelas Maret Unerversity of Surakarta, June 2011.

The purpose of this research is to know that teaching used cooperatif tipe Jigsaw is better than expository models in akuntansi teaching for academis skill of SMA N 2 Surakarta student period 2010/1011.

The research use experiment methode with macthed group design way. The object of this research is SMA N 2 Surakarta student period 2010/2011, about 220 student. On example of this research is taken from SMA N 2 Surakarta student, about two class. From that class, one class is function as control that is class XI IS 1 and the other is as experiment class that is class XI IS 2. About data collection, in the first skill is used documentation technique. It means taken from the value of sub competence before. In this research using analize teqnique statistic t-test.

Based on the result of the research and data analysis found the value of Me = 84 and Mk = 77,03 It means that class experiment having good score rather than class controll. Based on the account that have been done used t-test found thit

value about 2,978, db = 70 and significant value 5% the value of ttab about 1,660.

It show that thit > ttab or 2,978 > 1,660. Based on the explanation above, the

conclusion of this research is “the cooperative studied with tipe jigsaw is better than expository models for academic skill of SMA N 2 Surakarta period 2010/ 2011”. For the conclusion the academic skill of the student who teach using a cooperative tipe jigsaw is more better than student who teach using an expository models.

(9)

commit to user MOTTO

v ”Oleh perjalananmu yang jauh sudah letih lesu, tetapi engkau tidak berkata: ”Tidak ada harapan!” Engkau mendapat kekuatan yang baru, dan sebab itu engkau tidak menjadi lemah.”

(Yesaya 57: 10)

v ”In this life we can’t always do great things, but we can do small things with great love.”

(St. Theresa)

v ”Ketika suatu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun kadang kita melihat dan menyesali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah terbuka.”

(10)

commit to user PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan sebagai wujud rasa sayang,

cinta kasih dan terima kasih penulis kepada :

v Ibuku Christina Elisabeth Sri Lestari dan Bapakku Robertus

Southwel Ponco Indrianto yang selalu memberikan doa restu

sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan

lancar.

v Adikku Richardus Credo Tri Anggoro yang selalu mendukung dan

berbagi kasih dalam keluarga.

v Denny Krisna Yulianto yang telah mengembalikan senyum dan

semangatku lagi.

v Sahabat CAKA (Mami Lia, Diah Eka, Dhelyn, Phy2, Atta, Lita,

Dian TM, Anjani, Dyah S, Eka S, Yamti, Kiki, Ratna, Kusniah,

Devina, Diantina, Laila, Yuni Cembenk, Trahari, Samsul, Om Er

(Eri), Om Ed (Edi), Bang Rohmad, Mufti, Isnan, Bernad, Om

Richi (Ridwan)) yang selama ini telah berjuang, berbagi semangat

(11)

commit to user KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat, taufik dan hidayah-Nya, skipsi ini dapat diselesaikan dengan baik oleh penulis untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi dalam menyelesaikan penulisan skipsi ini dapat diatasi berkat bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, atas segala bentuk bantuannya penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial yang telah memberikan ijin penulisan skripsi ini.

3. Drs. Wahyu Adi, M.Pd., selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dengan bijaksana. 4. Dra. Sri Witurachmi, M.M, selaku pembimbing I yang telah memberikan

banyak sekali motivasi, ilmu dan arahan dengan penuh kesabaran

5. Drs. Ngadiman, M.Si selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan kesabarannya

6. Drs. H. Sudadi Mulyono, M.Si, selaku Kepala SMA Negeri 2 Surakarta, yang memberikan ijin penelitian skripsi ini.

7. Dra. TA Dwi Nurani, selaku guru yang membimbing dalam pelaksanaan penelitian ini serta guru dan staff karyawan, serta siswa SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IS 1 dan XI IS 2 yang membantu penulisan skripsi ini. 8. Teman-teman, khususnya CAKA dan semua pihak yang tidak dapat penulis

(12)

commit to user

Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapatkan imbalan dari Tuhan YME. Amin.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan perkembangan ilmu pengetahuan pada khususnya.

Surakarta, Juni 2011

(13)

commit to user DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGAJUAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... v

HALAMAN ABSTRAK ... vi

HALAMAN MOTTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Perumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. LANDASAN TEORI ... 9

A. Tinjauan Pustaka ... 9

1. Belajar ... 9

a. Pengertian belajar ... 9

b. Prinsip-prinsip Belajar ... 10

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 12

(14)

commit to user

a. Pengertian Pembelajaran ... 14

b. Komponen Pembelajaran ... 15

c. Model Pembelajaran ... 16

3. Studi Komparasi ... 17

4. Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

b. Unsur-Unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif ... 22

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif ... 22

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif ... 25

e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 26

f. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif ... 26

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 27

a. Hakikat Teknik Jigsaw ... 27

b. Langkah-langkah Teknik Jigsaw ... 28

c. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Jigsaw ... 29

6. Pembelajaran Ekspositori ... 30

a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori ... 30

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori ... 31

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Ekspositori ... 32

d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Ekspositori ... 33

e. Prinsip Penggunaan Model Pembelajaran Ekspositori ... 34

7. Prestasi Belajar ... 36

8. Akuntansi ... 36

B. Penelitian Yang Relevan ... 37

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Perumusan Hipotesis ... 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 44

1. Tempat Penelitian ... 44

(15)

commit to user

B. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ... 45

1. Populasi ... 45

2. Sampel ... 45

3. Teknik Pengambilan Sampel ... 46

C. Teknik Pengumpulan Data ... 46

1. Variabel Penelitian ... 46

2. Metode Pengumpulan Data ... 47

3.Instrumen Penelitian ... 48

D. Rancangan Penelitian ... 53

E. Teknik Analisis Data ... 55

1. Prasyarat Analisis ... 55

2. Pengujian Hipotesis ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 57

A. Deskripsi Data ... 57

1. Deskripsi data Umum ... 57

a. Sejarah SMA N 2 Surakarta ... 57

b. Visi, Misi dan Tujuan SMA N 2 Surakarta ... 62

c. Guru dan Staf ... 65

d. Struktur Organisasi ... 68

e. Kurikulum ... 69

2. Deskripsi Data Khusus ... 73

a. Data Nilai Kemampuan Awal ... 73

b. Data nilai Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi ... 76

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 78

C. Pengujian Hipotesis ... 79

1. Hipotesis Pertama ... 79

2. Hipotesis kedua ... 79

D. Pembahasan Hasil Analisis Data ... 79

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 83

(16)

commit to user

B. Implikasi ... 85

C. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88

LAMPIRAN ... 90

(17)

commit to user DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Dalam Penelitian 41

Gambar 2. Pola Mathed Group Design 53

Gambar 3. Struktur Organisasi SMA N 2 Surakarta 66 Gambar 4. Histogram Nilai Kemampuan Awal Siswa

Kelas Eksperimen ... 72 Gambar 5. Histogram Nilai Kemampuan Awal Siswa

Kelas Kontrol... 73 Gambar 6. Histogram Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

Kelas Eksperimen ... 75 Gambar 7. Histogram Nilai Prestasi Belajar Akuntansi Siswa

Kelas Kontrol ... 76

(18)

commit to user DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif

dengan Pembelajaran Tradisional 23 Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Skripsi 44

Tabel 3. Kisi – kisi Soal Tes 47

Tabel 4. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Tryout 48 Tabel 5. Ringkasan Daya Beda Soal Tryout 49 Tabel 6. Ringkasan Uji Validitas Soal Tryout 51 Tabel 7. Daftar Guru SMA Negeri 2 Surakarta 63 Tabel 8. Daftar Nama Tenaga Administrasi SMA N 2 Surakarta 65 Tabel 9. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa

Kelas eksperimen 71

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Nilai Kemampuan Awal Siswa

Kelas Kontrol 73

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar

Akuntansi Siswa Kelas Eksperimen 74 Tabel 12. Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar

(19)

commit to user DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Soal Tryout 88

Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 99

Lampiran 3. Soal Evaluasi 126

Lampiran 4. Daftar Nama Siswa 136

Lampiran 5. Pembagian Kelompok Dalam Jigsaw 139 Lampiran 6. Tabel Persiapan Tingkat Kesukaran,

Daya Beda, Uji Validitas dan Uji Reliabilitas 140

Lampiran 7. Perhitungan Data 142

(20)

commit to user BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu proses yang penting untuk meningkatkan kecerdasan, keterampilan, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat membangun diri sendiri dan bersama-sama membangun bangsa. Disamping itu pendidikan merupakan masalah yang penting bagi manusia, karena pendidikan menyangkut kelangsungan hidup manusia. Manusia tidak hanya cukup tumbuh dan berkenbang dengan dorongan insting saja, melainkan perlu bimbingan dan dorongan dari luar dirinya agar ia menjadi manusia yang utuh.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003, menyatakan bahwa

Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisidiknas: 2003).

Pendidikan penting bagi diri sendiri, masyarakat maupun bangsa dan negara, pemerintah Indonesia telah menggunakan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dalam rangka mencapai kemajuan. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah diantaranya dengan melaksanakan wajib belajar sembilan tahun bagi warga negara, dengan diberlakukannya pendidikan dasar sembilan tahun, pemerintah mengharapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat meningkat.

Dewasa ini pendidikan hanya menitik beratkan pada tercapainya tujuan pendidikan, tetapi kurang memperhatikan proses pencapaian tujuan tersebut. Para pendidik dalam proses pencapaian tujuan pendidikan harus memperhatikan kebutuhan masyarakat dengan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kualitas

(21)

commit to user

pendidikan dapat dilakukan dengan memperbaiki kurikulum pendidikan yang ada, memperbaharui proses belajar mengajar, menganalisis hasil belajar siswa serta mengatasi permasalahan – permasalahan yang ada dalam pendidikan.

Salah satu permasalahan yang ada dalam pendidikan adalah penggunaan metode mengajar yang monoton misalnya dengan penggunaan metode tradisional seperti ceramah. Padahal dengan penggunaan metode yang monoton akan menjadikan siswa lebih cepat bosan dan berakibat kurang baik pada penerimaan materi pelajaran. Selain itu siswa hanya akan mengandalkan informasi dari guru dan mencatat informasi yang diberikan oleh guru tanpa adanya tanggapan balik dari siswa. Hal ini mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran akuntansi.

Mengingat pentingnya ilmu akuntansi dalam berbagai bidang kehidupan manusia, maka perlu diperhatikan mutu pengajaran mata pelajaran akuntansi yang di ajarkan di tiap jenjang dan jenis pendidikan. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang ilmu akuntansi, maka siswa harus menempuh proses belajar mengajar yang baik. Belajar akan lebih berhasil bila telah diketahui tujuan yang ingin dicapai. Salah satu cara untuk memperoleh pengetahuan akuntansi yang baik dan untuk mengatasi berbagai kelemahan dalam proses belajar mengajar adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat agar setiap kegiatan belajar mengajar tidak sia-sia dan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akuntasi khususnya.

(22)

commit to user

Pengamatan sementara yang telah dilakukan di kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta adalah rendahnya prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran Akuntansi. Rata – rata 12 dari 36 siswa tiap kelas belum mencapai standar nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran Akuntansi yaitu 70. Siswa lebih sering mengobrol dengan teman saat pelajaran sedang berlangsung. Selain itu diketahui bahwa selama ini guru menggunakan metode yang dalam kegiatan belajar mengajar didominasi ceramah oleh guru, sebagian ada yang mengikuti dengan baik namun banyak sebagian lagi tidak memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Didalam pembelajaran, guru dianggap sebagai sumber segala informasi, guru yang mendominasi kelas, guru langsung membuktikan dalil-dalil, dan guru memberikan contoh-contoh soal. Sedangkan siswa harus mendengarkan, melaksanakan pola-pola yang diterapkan guru, mencontoh cara-cara yang dilakukan guru dalam menyelesaikan soal-soal yang dapat mengakibatkan siswa bertindak pasif. Hal ini dapat menimbulkan kurangnya kemandirian siswa, sehingga kemampuan siswa untuk menganalisa dan menyelesaikan suatu permasalahan kurang berkembang secara baik. Kebanyakan siswa hanya mengandalkan penjelasan dari guru tentang materi terkait. Hal inilah yang membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

Model pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam mengajar selama ini menerapkan model pembelajaran ekspositori yang didimonasi dengan metode ceramah, tanya jawab dan pemberian tugas. Model ekspositori merupakan model pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal/ langsung dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Guru menyampaikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib. Dalam memberikan informasi dan penjelasan kepada siswa, guru menggunakan alat bantu seperti gambar, bagan, grafik, dan lain-lain disamping memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyaan.

(23)

commit to user

kesulitan dalam mempelajari akuntansi di tingkat lanjut. Masih banyak siswa yang merasa kesulitan dalam memahami konsep akuntansi, maka perlu dicari suatu model dalam pembelajaran akuntansi yang bermanfaat, efektif dan efisien serta membuat siswa tertarik dan termotivasi untuk mempelajari dan memahami konsep akuntansi. Untuk itu pengajar perlu mengubah model pembelajaran yang terpusat pada guru dengan menggunakan model pembelajaran yang terpusat pada siswa. Salah satunya yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif yang menekankan aktivitas siswa dalam kelompok-kelompok kecil.

Suasana menyenangkan dalam pembelajaran lebih mengarah kepada metode apa yang digunakan guru dalam mengajar, siswa akan sangat terfokus perhatiannya bila guru menerapkan metode pengajaran yang dapat menarik perhatian siswa selama pembelajaran berlangsung. Oleh karenanya guru perlu tahu berbagai metode pengajaran yang dapat dipilih untuk dilaksanakan dalam pembelajaran. Alternatif model pembelajaran inovatif yang menarik serta dapat menjadikan siswa aktif adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Terdapat beberapa metode dalam model pembelajaran kooperatif misalnya jigsaw, teams group tournament, group investigation, think pair share. Jigsaw dipilih karena merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang menyenangkan. Teknik yang digunakan dalam jigsaw memiliki kesamaan dengan teknik ”Pertukaran Kelompok ke Kelompok” dengan suatu perbedaan penting yaitu bahwa setiap peserta didik ditugaskan untuk mengajarkan sesuatu. Model pembelajaran tipe Jigsaw tidak hanya mengarahkan siswa untuk berdiskusi tapi mengajarkan agar setiap siswa memikul suatu tanggung jawab yang jelas dalam kelompoknya.

(24)

commit to user

Dari pemaparan masalah di atas, penulis ingin melakukan penelitian untuk menguji baik tidaknya pencapaian prestasi belajar siswa menggunakan metode Jigsaw dibandingkan menggunakan model ekspositori dalam mengajarkan siswa untuk memahami konsep akuntansi. Oleh karena itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul : “Studi Komparasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Dengan Model Ekspositori Terhadap Prestasi Belajar Mata Pelajaran Akuntansi Siswa Kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2010/ 2011”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka ada beberapa masalah yang perlu diidentifikasi. Masalah- masalah tersebut adalah:

1. Keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang. Terlihat dari adanya siswa yang tidak mau bertanya pada guru apabila tidak mengerti materi yang diberikan dan berbicara sendiri dengan temannya..

2. Kemampuan guru dalam meningkatkan semangat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kurang, belum menerapkan metode pembelajaran yang bisa membuat siswa tertarik.

3. Sarana dan prasarana belajar yang digunakan siswa kurang. Siswa hanya mengandalkan penjelasan dari guru tentang materi pelajaran yang terkait. 4. Terdapat beberapa siswa yang belum mencapai standar KKM, sehingga

prestasi belajar tergolong rendah.

C. Pembatasan Masalah

(25)

commit to user 1. Model pembelajaran

Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk dapat mencapai tujuan belajar. Dalam hal ini adalah perbandingan antara model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dengan model ekspositori.

a. Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Langkah-langkah teknik Jigsaw adalah:

1) Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang).

2) Materi pelajaran yang diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3) Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya.

4) Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok ahli untuk mendiskusikannya.

5) Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali ke kelompoknya bertugas mengajar teman-temannya.

6) Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswa dikenai tagihan berupa kuis individu.

(26)

commit to user

menguasai materi pelajaran secara optimal. Terdapat beberapa langkah dalam pelaksanaan model pembelajaran Ekspositori yaitu:

1) Persiapan 2) Penyajian 3) Korelasi 4) Menyimpulkan 5) Mengaplikasikan

2. Prestasi belajar dalam penelitian ini diukur dari kemampuan kognitif siswa. 3. Mata pelajaran akuntansi yang dijadikan sebagai objek penelitian dikhususkan

pada pokok bahasan Kertas kerja di SMA Negeri 2 Surakarta kelas XI IPS.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang dikemukakan di atas, maka permasalahan yang menjadi pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi antara pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model ekspositori di kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011?

2. Apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw lebih baik daripada model ekspositori dalam pembelajaran mata pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui adakah perbedaan prestasi belajar mata pelajaran akuntansi antara pengajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan model ekspositori di kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011.

(27)

commit to user

pelajaran akuntansi siswa kelas XI IS SMA Negeri 2 Surakarta tahun pelajaran 2010/ 2011.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, penulis, dan pembaca. manfaat tersebut antara lain:

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan khasanah keilmuan kependidikan khususnya pada mata pelajaran Akuntansi dan dapat dijadikan referensi pada penelitian yang akan datang.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

Diharapkan dengan penelitian ini para siswa mendapatkan kemudahan dalam belajar memahami konsep mata pelajaran Akuntansi yang disampaikan oleh guru, sehingga hasil yang didapat akan memuaskan.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan dalam memanfaatkan dan menggunakan model pembelajaran, serta media yang sesuai kompetensi yang dimiliki siswa pada pelajaran yang bersangkutan, dalam rangka peningkatan pemahaman konsep mata pelajaran akuntansi dan hasil pembelajaran tersebut.

c. Bagi Sekolah

(28)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Belajar a. Pengertian Belajar

Belajar merupakan suatu proses seseorang memperoleh kecakaapan, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak kecil sampai akhir hayat seseorang. Artinya, proses belajar tidak akan pernah berhenti. Hal ini karena manusia selalu berkembang mengikuti perubahan yang terjadi pada lingkungan yang ada di sekitarnya sehingga proses belajar pada manusia tidak akan pernah berhenti.

Menurut Slameto (2003: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Gage (1984) dalam Martinis Yamin (2003: 98) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses di mana organism berubah perilakunya diakibatkan pengalaman. Sedangkan menurut Ausebel (1968) dalam Martinis Yamin (2003: 102), dalam teori bermaknanya menjelaskan bahwa belajar merupakan proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.

Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, maka dapat peneliti simpulkan bahwa belajar adalah proses mengaitkan informasi baru yang dilakukan seseorang sebagai upaya untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.

Slameto (2003: 3-5), menjelaskan tentang ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu :

1) Perubahan terjadi secara sadar

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

(29)

commit to user 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau berarah 6) Perubahan mencakup seluruh aspek atau tingkah laku

Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Seseorang dianggap telah belajar apabila telah terjadi perubahan-perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut sebagai hasil dari interaksinya dengan orang lain atau lingkungan. Selain itu, aspek-aspek perubahan dalam belajar tersebut juga saling berhubungan erat sama satu lain. Di mana, perubahan-perubahan tersebut menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

b. Prinsip-prinsipBelajar

Proses belajar tidak berlangsung secara instan. Prosesnya bersifat kompleks, tapi dapat dianalisis dalam prinsip-prinsip belajar agar kita tahu teknik belajar yang baik. Prinsip-prinsip belajar menurut Slameto (2003: 27-28) ialah:

1) Berdasarkan prasarat yang diperlukan untuk belajar.

a) Dalam belajar setiap siswa diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat untuk siswa dapat mencapai tujuan instruksional.

c) Belajar perlu lingkungan menantang dimana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery. 3) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu

dengan pengertian yang lain) sehingga mendapatkan pengertian yang diharapkan. Sesuai materi/bahan yang harus dipelajari

(30)

commit to user

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya. b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan instruksional yang harus dicapainya. 4) Syarat keberhasilan belajar

a) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar. b) Repetisi, dalam proses belajar perlu adanya ulangan berkali-kali agar

pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa.

Terdapat beberapa perubahan tingkah laku yang terjadi dalam belajar, diantaranya:

1) Perubahan yang terjadi secara sadar

Individu yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan, misalnya ia akan menyadari bahwa pengetahuannya bertambah, kemampuannya bertambah, dan kebiasaannya bertambah.

2) Perubahan dalam belajar bersifat fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri individu berlangsung terus menerus dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi proses berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Bersifat aktif berarti bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu itu sendiri.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan bersifat menetap atau permanen.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

(31)

commit to user

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Seorang yang belajar sesuatu akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan dan pengetahuan. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Slameto (2003: 54-57), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan, yaitu faktor intern dan dan faktor ekstern.

1) Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri individu yang sedang belajar yang meliputi faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

a) Faktor jasmaniah, yaitu faktor yang berasal dari anggota badan individu sendiri. Faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. (1) Faktor kesehatan adalah kondisi segenap badan beserta

bagian-bagiannya terbebas dari penyakit.

(2) Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan.

b) Faktor psikologis, yaitu faktor yang mempengaruhi kondisi kejiwaan individu. Ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psokologis yang mempengaruhi belajar yaitu:

(1) Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui atau menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat.

(2) Perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi.

(3) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

(32)

commit to user

(6) Kematangan adalah tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, di mana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

(7) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberikan respon atau bereaksi. c) Faktor kelelahan, yaitu faktor yang disebabkan karena daya tahan tubuh

menurun. Faktor kelelahan ada dua, kelelahan jasmani dan kelelahan rohani,

(1) Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan untuk membaringkan tubuh.

(2) Kelelahan rohani dapat dilihat adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2) Faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar individu, yaitu faktor

keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

a) Faktor keluarga, yaitu siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga.

b) Faktor sekolah, yaitu faktor yang terdapat dalam lingkungan sekolah sehingga mempengaruhi belajar siswa.

c) Faktor masyarakat. Yang termasuk faktor masyarakat adalah kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

(33)

commit to user

siswa sangat diperlukan guna memelihara dan meningkatkan semangat belajar siswa. Bagi siswa motivasi belajar dapat menumbuhkan semangat belajar sehingga siswa terdorong untuk melakukan perbuatan belajar.

Sedangkan faktor dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor metode pembelajaran yang digunakan. Seorang guru dalam menyampaikan materi perlu memilih metode mana yang sesuai dengan keadaan kelas maupun keadaan siswa dan tujuan pembelajaran, sehingga siswa merasa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang diajarkan. Dengan variasi metode, diharapkan dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa. Selain faktor metode pembelajaran, faktor eksternal yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor lingkungan. Lingkungan merupakan suatu komponen sistem yang ikut menentukan keberhasilan proses pendidikan Lingkungan sekolah yang kondusif akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar.

2. Pembelajaran dan Model Pembelajaran a. Pengertian Pembelajaran

Gino et al (1999: 30) menjelaskan bahwa istilah “pembelajaran” sama dengan “instruction” atau “pengajaran”. Purwadarminta (1976: 22) dalam Gino et al (1999: 30) mengatakan bahwa Pengajaran mempunyai arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan sebagai perbuatan mengajar, tentunya ada yang mengajar yaitu guru, dan ada yang diajar atau belajar yaitu siswa. Dengan demikian pengajaran diartikan sama dengan perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.

Menurut Bruner dalam Nasution (2008: 9-10), proses pembelajaran siswa melibatkan tiga fase atau episode, yaitu:

(34)

commit to user

Fase informasi, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah informasi. Informasi tersebut ada yang menambah pengetahuan, ada yang memperhalus dan memperdalamnya, ada pula informasi yang bertentangan dengan informasi yang telah diketahui sebelumnya.

Fase transformasi, informasi tersebut harus dianalisis, diubah, atau ditransformasi ke dalam bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih luas. Dalam fase ini, siswa perlu mendapatkan bantuan guru.

Fase evaluasi, siswa akan menilai mana informasi yang diperoleh dari transformasi itu yang dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala-gejala lain.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari guru yang bertujuan untuk membelajarkan peserta didik dan didalam prosesnya melibatkan berbagai komponen yaitu tujuan, materi, metode atau strategi, media, serta evaluasi sehingga terjadi perubahan tingkah laku dengan didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama karena adanya usaha.

b. KomponenPembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses yang utama dalam pendidikan. Proses pembelajaran dapat terjadi kapan saja dan dimana saja, namun untuk memperoleh hasil yang optimal maka proses pembelajaran harus dilakukan secara sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik. Pembelajaran terdiri atas beberapa komponen yang saling berkaitan dan memiliki ketergantungan satu dengan yang lain dan bekerja sama membentuk sebuah sistem agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. HJ. Gino, dkk (1998: 30) menyebutkan bahwa “komponen kegiatan belajar mengajar meliputi siswa, guru, isi pelajaran, media, metode, tujuan dan evaluasi”. Margono (1995: 9) mengungkapkan bahwa komponen-komponen pembelajaran terdiri dari: 1) Tujuan

2) Materi

(35)

commit to user 4) Evaluasi

Berdasar pendapat tersebut, dapat diuraikan komponen-komponen pembelajaran sebagai berikut:

1) Tujuan, yaitu pernyataan tentang perubahan tingkah laku yang diinginkan terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar mengajar. Perubahan tersebut terjadi pada siswa setelah melalui proses belajar mengajar. Perubahan tersebut mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. 2) Materi, yaitu segala informasi berupa fakta, prinsip dan konsep yang

diperlukan untuk mencapai tujuan.

3) Strategi belajar mengajar, yaitu kegiatan guru dalam proses belajar mengajar yang dapat memberikan kemudahan dan fasilitas kepada siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

4) Evaluasi, yaitu cara tertentu untuk menilai suatu proses dan hasilnya. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh komponen kegiatan belajar mengajar dan sekaligus memberikan balikan bagi setiap komponen belajar mengajar.

Komponen-komponen kegiatan belajar mengajar tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lain dan bermula serta bermuara pada tujuan sehingga merupakan suatu sistem.

c. Model Pembelajaran

(36)

commit to user

pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk didalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman untuk mencapai tujuan belajar. Menurut Arends dalam Triyanto (2009: 22) Istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya.

Berdasar beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengelola lingkungan pembelajaran dan mengelola kelas. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat menumbuhkan motivasi peserta didik, menumbuhkan minat, serta memberi kemudahan peserta didik dalam memahami materi pelajaran yang disampaikan sehingga memungkinkan bagi peserta didik mendapatkan hasil belajar yang lebuh baik.

3. Studi Komparasi

(37)

commit to user

4. Model Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham kontruktivis. Cooperative learning merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemapuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam cooperative learning, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Sifat model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok atau belajar bekerja sama biasa. Dalam kerja kelompok guru biasanya membagi kelompok lalu diberi tugas tanpa rancangan tertentu yang dapat membuat setiap siswa menjadi aktif. Akibatnya, siswa ada yang bekerja aktif dan ada juga yang pasif. Sementara itu, pembelajaran kooperatif setiap siswa dituntut untuk bekerja dalam kelompok melalui rancangan-rancangan tertentu yang sudah dipersiapkan oleh guru sehingga seluruh siswa harus bekerja aktif. Hubungan kerja seperti ini memungkinkan timbulnya persepsi yang positif tentang apa yang dapat dilakukan siswa untuk mencapai keberhasilan belajar berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dan andil dari anggota kelompok lain selama belajar bersama dalam kelompok. Anita Lie (2002: 17), menyebutkan bahwa ”Sistem pembelajaran cooperative learning bisa didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang terstruktur”.

(38)

commit to user

Dengan model pembelajaran ini, maka persaingan yang biasanya muncul di kelas akan tergantikan oleh bentuk kerjasama antarsiswa. Selain itu, kesenjangan kemampuan di antara siswa akan berkurang karena model pembelajaran ini menuntut siswa yang lebih pandai untuk membantu siswa yang kurang pandai.

Ada tiga pilihan model pembelajaran, yaitu kompetisi, individual, dan cooperative learning (pembelajaran kooperatif).

1) Model kompetisi

Dalam model pembelajaran kompetisi, siswa belajar dalam suasana persaingan. Tidak jarang pula guru memakai imbalan sebagai sarana untuk memotivasi siswa dalam memenangkan kompetisi dengan sesama pembelajar. Teknik imbalan yang didasari oleh teori behaviorisme ini banyak mewarnai sistem penilaian hasil belajar. Tujuan utama dalam model kompetisi adalah menempatkan anak didik dalam urutan mulai dari yang paling baik hingga paling jelek. Pencapaian tujuan secara kompetitif memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Seseorang dapat memperoleh tujuannya jika dan hanya jika yang lainnya gagal untuk memperoleh tujuannya

b) Terciptanya korelasi negatif diantara tujuan yang dicapai c) Ketergantungan negatif

d) "Jika saya berenang, kamu tenggelam, jika kamu berenang, saya tenggelam"

e) Pencapaian tujuan individu

f) Evaluasi dengan cara membandingkan (Norm Referenced) g) Pemenang diberi hadiah

2) Model individual

(39)

commit to user

penilaiannya juga berbeda dalam sistem kompetisi. Dalam model ini pengajar menetapkan standar untuk setiap siswa. Pencapaian tujuan secara individual memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Setiap pencapaian tujuan seseorang tidak berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lainnya

b) Tidak ada korelasi antara pencapaian tujuan-tujuan c) Tidak ada saling ketergantungan

d) "Dalam hal ini kita sendirian" e) Tujuan individual

f) Hadiah untuk hasil kerja sendiri 3) Model pembelajaran kooperatif

Perkembangan dari dua model diatas adalah model pembelajaran yang menganut falsafah homo homini socius, yakni model pembelajaran gotong royong. Dimana kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting. Pencapaian tujuan secara kooperatif ditandai dengan ciri-ciri:

a) Ketika salah seorang anggota mencapai tujuannya, demikian pula dengan anggota lainnya

b) Korelasi positif diantara tujuan-tujuan yang tercapai c) Ketergantungan positif

d) Kita berenang dan tenggelam bersama-sama e) Tujuan kelompok

f) Evaluasi berbasis kritesia dan dorongan g) Hadiah untuk hasil kelompok

(40)

commit to user

dirancang dan dibangun suasana kelas sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi satu dengan yang lain.

Karp dan Yoels dalam Anita Lie (2002: 6) menyatakan bahwa strategi yang paling sering dilakukan untuk mengaktifkan siswa adalah dengan diskusi kelas. Namun dalam kenyataannya, strategi ini tidak efektif karena meskipun guru sudah mendorong siswa untuk aktif dalam berdiskusi, kebanyakan siswa hanya diam menjadi penonton sementara arena kelas dikuasai oleh beberapa siswa saja.

Pembelajaran kooperatif menggunakan kelompok-kelompok kecil sehingga siswa-siswa saling bekerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dalam kelompok kooperatif belajar berdiskusi, saling membantu, dan mengajak satu sama lain untuk mengatasi masalah belajar. Pembelajaran kooperatif mengkondisikan siswa untuk aktif dan saling memberi dukungan dalam kerja kelompok untuk menuntaskan materi masalah dalam belajar.

Cooperative Learning (CL) merupakan salah satu model pembelajaran berbasis dari teori belajar sosial Robert Bandura. Cooperative Learning dipopulerkan oleh Spencer Kagan, Robert Slavin dan juga Johnson&Johnson. Cooperative Learning didefinisikan sebagai grup pelajar yang bekerja bersama sebagai sebuah tim untuk memecahkan masalah, menyelesaikan tugas, menyelesaikan sebuah tujuan (Artz &Newman,990, p.448). Model cooperative learning memerlukan kerjasama siswa dan ketergantungan dalam struktur tugas, tujuan dan hadiahnya. Idenya adalah setiap pelajaran dibentuk dengan suatu cara dimana siswa harus bekerja sama (berkooperasi) untuk meraih tujuan pembelajaran mereka.

(41)

commit to user

membangun harga diri (self-esteem) siswa, membantu mendorong hubungan positif antar ras/suku/bangsa.

b. Unsur – unsur Dalam Pembelajaran Kooperatif

Menurut Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010: 58) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur dalam model pembelajaran kooparatif harus diterapkan. Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdependence (saling ketrgantungan positif) 2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan) 3) Face to face promotive interactive (interaktif promotif) 4) Interpersonal skill (komunikasi antar anggota)

5) Group processing (pemrosesan kelompok)

Menurut Lungred dalam Isjoni (2009: 13), menyebutkan bahwa ada tujuh unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka ”tenggelam atau berenang bersama”.

2) Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari meteri yang dihadapi.

3) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan

6) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

7) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

c. Karakteristik Model Pembelajaran Kooperatif

(42)

commit to user

Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran Tradisional

Pembelajaran Tradisional Pembelajaran Kooperatif a. Guru sering membiarkan adanya

siswa mendominasi kelompok atau hanya menggantungkan diri pada kelompok.

b. Pemimpin kelompok sering dipilih oleh guru.

c. Akuntabilitas individual sering diabaikan, sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota kelompok, sedangkan anggota yang lain menjadi “benalu”

d. Keterampilan sosial sering tidak diajarkan secara langsung

e. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas.

a. Saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memeberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

b. Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir.

c. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran pada setiap kelompok. Tiap kelompok diberi umpan balik dari hasil belajar para anggotanya, sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan, dan siapa yang siap dalam memberikan bantuan.

d. Adanya keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja kelompok diajarkan secara langsung, seperti: kepemimpinan, komunikasi, serta mengelola konflik.

f. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga hubungan interpesonal.

(43)

commit to user

pembelajaran kooperatif sebagaimana dikemukakan Slavin yang dikutip Isjoni (2009: 21), yaitu:

1) Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diperoleh jika kelompok mencapai skor di atas kriteria yang ditentukan. Keberhasilan kelompok didasarkan pada penampilan individu sebagai anggota kelompok dalam menciptakan hubungan antar personal yang saling mendukung, saling membantu, dan saling peduli.

2) Pertanggungjawaban individu

Pertanggungjawaban ini menitikberatkan pada aktivitas anggota kelompok yang saling membantu dalam belajar. Adanya pertanggungjawaban secara individu juga menjadikan setiap anggota siap untuk menghadapi tes dan tugas-tugas lainnya secara mandiri tanpa bantuan teman sekelompoknya.

3) Kesempatan yang sama untuk mencapai keberhasilan

Dengan melaksanakan model pembelajaran cooperative learning, siswa memungkinkan dapat meraih keberhasilan dalam belajar, disamping itu juga bisa melatih siswa untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berpikir (thinking skill) maupun keterampilan sosial (social skill).

Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, tapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Dalam cooperative learning, siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas, dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.

(44)

commit to user

learning merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada peserta didik agar bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl menyatakan cooperative learning dapat meningkatkan belajar siswa lebih baik dan meningkatkan sikap tolong-menolong dalam perilaku sosial. (dalam Isjoni, 2009: 12).

d. Keunggulan dan Kelemahan Model Kooperatif

Menurut Cilibert-Macmilan dalam Isjoni (2009: 23) ”Bila

dibandingkan dengan pembelajaran yang masih konvesional, cooperative

learning memiliki beberapa keunggulan. Keunggulannya dilihat dari

aspek siswa, adalah memberi peluang kepada siswa agar mengemukakan

dan membahas suatu pandangan, pengalaman, yang diperoleh siswa

belajar secara bekerja sama dalam merumuskan ke arah satu pandangan

kelompok”.

Selanjutnya Jarolimek dan Parker yang dikutip Isjoni (2009: 24) mengatakan keunggulan yang diperoleh dalam pembelajaran kooperatif, yakni:

1) Saling ketergantungan yang positif.

2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan.

5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru.

6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.

Kelemahan model pembelajaran cooperative learning bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu:

1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang,

2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai,

(45)

commit to user

4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang. Hal ini mengakibatkan siswa yang lain pasif.

Sedangkan faktor dari luar (ekstern) yaitu lingkungan kelas itu sendiri. e. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Ibrahim, et al. (2000) dalam Isjoni (2009: 27), merangkum tiga tujuan penting dari pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Hasil belajar akademik.

Dalam pembelajaran kooperatif meskipun mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademis penting lainnya. Di samping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar, pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

2) Penerimaan terhadap perbedaan individu

Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas social, kemampuan dan ketidakmampuannya. Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang dan kondisi untuk bekerja dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

3) Pengembangan keterampilan sosial

Tujuan ketiga pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

f. Keuntungan Penggunaan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Sugiyanto (2010: 43) ada banyak nilai pembelajaran kooperatif diantaranya:

1) Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial

(46)

commit to user

3) Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial

4) Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai – nilai sosial dan komitmen

5) Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois

6) Membangun persahabatan yang dapat berlanjut hingga masa dewasa 7) Berbagai ketrampilan sosial yang diperlukan untuk memelihara

hubungan saling membutuhkan dapat diajarkan dan dipraktekkan 8) Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia

9) Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan situasi dari berbagai perspektif

10) Meningnkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik

11) Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama dan orientasi tugas.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw a. Hakikat Teknik Jigsaw

Jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins (Arends, 2001).Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson et. al. sebagai metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara.

Dalam teknik ini, guru memperhatikan skemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan skemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi.

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya

(47)

commit to user

terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.

Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2005).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topic pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim / kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal.

b. Langkah-langkah Teknik Jigsaw

Langkah – langkah teknik Jigsaw dalam Sugiyanto (2010: 45) adalah:

(48)

commit to user

2) Bahan akademik disajikan kepada siswa dalam bentuk teks; dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian dari bahan akademik tersebut.

3) Para anggota dari beberapa tim yang berbeda memiliki tanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian akademik yang sama dan selanjutnya berkumpul untuk saling membantu mengkaji bagian bahan tersebut. Kumpulan siswa semacam itu disebut kelompok pakar (expert group) 4) Selanjutnya para siswa yang berada dalam kelompok pakar kembali

kembali ke kelompok semula (home teams) untuk mengajar anggota lain mengenai materi yang telah dipelajari dalam kelompok pakar 5) Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam “home teams”, para

siswa dievaluasi secara individual mengenai bahan yang telah dipelajari.

Pembelajaran jigsaw dideskripsikan sebagai strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok yang disebut “kelompok asal”. Kemudian siswa juga menyusun “kelompok ahli” yang terdiri dari perwakilan “kelompok asal” untuk belajar dan/atau memecahkan masalah yang spesifik. Setelah “kelompok ahli” selesai melaksanakan tugas maka anggota “kelompok ahli” kembali ke kelompok asal untuk menerangkan hasil pekerjaan mereka di “kelompok ahli” tadi.

Teknik jigsaw mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara kooperatif dalam dua kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Aktifitas tersebut meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah, memberikan umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.

c. Keunggulan dan Kelemahan Teknik Jigsaw

Menurut Sugiyanto (2010: 46) keunggulan model jigsaw dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Dapat digunakan secara efektif di tiap level, siswa telah mendapatkan keterampilan akademis mulai dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama.

(49)

commit to user

3) Menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa, serta akan merasa senang berdiskusi tentang akuntansi dalam kelompoknya.

Namun setiap kelebihan pasti diikuti juga dengan sisi kelemahannya, antara lain:

1) Untuk mengoptimalkan manfaat kerja kelompok, keanggotaan kelompok harus heterogen, baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya.

2) Jumlah siswa yang bekerja sama dalam kelompok harus dibatasi agar kelompok tersebut dapat bekerja sama secara efektif, sebab suatu ukuran kelompok dapat mempengaruhi kemampuan produktivitasnya. 3) Guru cenderung menggunakan kompetensi untuk memotivasi siswa

mereka, dan sering mengabaikan strategi yang didalamnya terdapat kerjasama dan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk membantu siswa fokus terhadap prestasi akademik

6. Pembelajaran Ekspositori a. Pengertian Pembelajaran Ekspositori

Pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam sistem ini, guru menyampaikan bahan dalam bentuk yang telah dipersiapkan secara rapi, sistematik, secara lengkap sehingga siswa tinggal menyimak dan mencernanya secara teratur dan tertib (Abin Syamsuddin Makmun, 2004: 233).

(50)

commit to user

Model ekspositori adalah model pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Siswa mengikuti pola yang ditetapkan oleh guru secara cermat. Penggunaan metode ekspositori merupakan metode pembelajaran mengarah pada tersampaikannya isi pelajaran kepada siswa secara langsung.

Penggunaan model ini siswa tidak perlu mencari dan menemukan sendiri fakta-fakta, konsep dan prinsip karena telah disajikan secara jelas oleh guru. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model ekspositori cenderung berpusat kepada guru. Guru aktif memberikan penjelasan atau informasi pembelajaran secara terperinci tentang materi pembelajaran. Model ekspositori sering dianalogikan dengan metode ceramah, karena sifatnya sama-sama memberikan informasi.

b. Karakteristik Pembelajaran Ekspositori

Terdapat beberapa karakteristik strategi ekspositori di antaranya:

1) Strategi ekspositori dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara verbal, artinya bertutur secara lisan merupakan alat utama dalam melakukan strategi ini, oleh karena itu sering orang mengidentikannya dengan ceramah.

2) Biasanya materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berpikir ulang.

3) Tujuan utama pembelajaran adalah penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya,setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan.

(51)

commit to user

strategi ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara terstruktur dengan harapan materi pelajaran yang disampaikan itu dapat dikuasai siswa dengan baik. Fokus utama strategi ini adalah kemampuan akademik (academic achievement ) siswa.

c. Keunggulan dan Kelemahan Model Ekspositori

Menurut Wina Sanjaya (2010: 190) pembelajaran ekspositori merupakan model pembelajaran yang banyak dan sering digunakan. Hal ini disebabkan model ini memiliki beberapa keunggulan, di antaranya:

1) Dengan strategi pembelajaran ekspositori guru bisa mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, ia dapat mengetahui sampai sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang disampaikan.

2) Strategi pembelajaran ekspositori dianggap sangat efektif apabila materi pelajaran yang harus dikuasai siswa cukup luas, sementara itu waktu yang dimiliki untuk belajar terbatas.

3) Melalui strategi pembelajaran ekspositori selain siswa dapat mendengar melalui penuturan (kuliah) tentang suatu materi pelajaran, juga sekaligus siswa bisa melihat atau mengobservasi (melalui pelaksanaan demonstrasi). 4) Keuntungan lain adalah strategi pembelajaran ini bisa digunakan untuk

jumlah siswa dan ukuran kelas yang besar.

Model Ekspositori disamping memiliki kelebihan juga terdapat kelemahan. Kelemahan model pembelajaran ekspositori, yaitu:

1) Strategi pembelajaran ini hanya mungkin dapat dilakukan terhadap siswa yang memiliki kemampuan mendengar dan menyimak secara baik.

2) Strategi ini tidak mungkin dapat melayani perbedaan setiap individu baik perbedaan kemampuan, perbedaan pengetahuan, minat dan bakat, serta perbedaan gaya belajar.

(52)

commit to user

4) Keberhasilan strategi ini sangat bergantung pada apa yang dimiliki guru, serta persiapan, pengetahuan, rasa percaya diri, semangat, antusiasme, motivasi dan berbagai kemampuan guru dalam mengelola kelas.

5) Strategi pembelajaran ini lebih banyak terjadi satu arah, maka kesempatan untuk mengontrol pemahaman siswa akan materi pembelajaran akan sangat terbatas pula.

d. Langkah-langkah Pelaksanaan Model Ekspositori

Ada beberapa langkah dalam penerapan model ekspositori, yaitu: 1) Persiapan (Preparation)

Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan siswa untuk menerima pelajaran. Dalam ekspositori, langkah persiapan merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan pelaksanaan pembelajaran menggunakan ekspositori sangat tergantung pada langkah persiapan. Beberapa hal yang harus dilakukan dalam langkah persiapan di antaranya adalah:

a) Berikan sugesti yang positif dan hindari sugesti yang negatif. b) Mulailah dengan mengemukakan tujuan yang harus dicapai. c) Bukalah file dalam otak siswa.

2) Penyajian (Presentation)

Langkah penyajian adalah langkah penyampaian materi pelajaran sesuai dengan persiapan yang telah dilakukan. Guru dalam melakukan penyajian ini harus berusaha agar materi pelajaran dapat dengan mudah ditangkap dan dipahami oleh siswa. Hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan langkah ini, yaitu:

a.) Penggunaan bahasa b.) Intonasi suara

c.) Menjaga kontak mata dengan siswa

d.) Menggunakan joke-joke yang menyegarkan 3) Korelasi (Correlation)

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir Dalam Penelitian
Tabel 1. Perbedaan Pembelajaran Kooperatif dengan Pembelajaran
Gambar 1. Kerangka Berpikir dalam Penelitian
Tabel 2. Jadwal Pelaksanaan Penyusunan Skripsi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga dengan terciptanya kedisiplinan di sekolah akan mendukung proses kegiatan belajar mengajar yang ada dan dengan proses belajar yang sesuai dengan kurikulum

akan menimbulkan keaktifan mereka dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian diberi judul “ Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif

Dari beberapa defenisi dan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits apabila Model Pembelajaran

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw terhadap prestasi belajar siswa pada pelajaran

Secara sederhana PTK dapat diartikan sebagai penelitian tindakan ( action research) yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar mengajar adalah serangkaian kegiatan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan

Pelaksanaan penelitian dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick (Tongkat Berbicara) pada kelas eksperimen yaitu

Untuk mencapai kualitas proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar yang baik dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw diperlukan