• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC a.Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Jadi hakikat sosial dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran kooperatif. Slavin menerangkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 2 sampai 5 orang, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen.19 Keberhasilan

18

http://xpresiriau.com/artikel-tulisan-pendidikan/pembelajaran-konvensional

19

Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung;Refika Aditama,2010), hlm.62

belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan akivitas anggota kelompok baik secara individual maupun secara berkelompok.

Model pembelajaran cooperative learning merupakan model

pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok.

Menurut Eggen and Kauchak bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajaran yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya.20

Arends menyatakan bahwa pelajaran yang menggunakan

pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1) Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajar; 2) Kelompok dibentuk dari siswa yang mempunyai kemampuan tinggi, sedang, dan rendah; 3) Bila memungkinkan, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang beragam; dan 4) Penghargaan lebih berorientasi kepada kelompok dari pada individu.21

Dari beberapa uraian pengertian dan ciri-ciri model pembelajaran kooperatif, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Meningkatkan kinerja siswa dan membantu siswa memahami konsep sulit.

20

Trianto, Model Pembelajaran Inovatif, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.42

21

22

2) Menerima teman-teman yang memiliki latar belakang berbeda.

3) Mengembangkan keterampilan sosial siswa antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, menjelaskan ide atau pendapat, bekerjasama dalam kelompok.

Selain itu, Suyatno juga menerangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1) Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

2) Menyajikan informasi

3) Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar.

4) Membimbing kelompok belajar dan bekerja

5) Evaluasi

6) Memberikan penghargaan.22

Dari uraian di atas menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas dibandingkan dengan model pembelajaran lain. Berikut ini perbedaan model pembelajaran kooperatif dan model pembelajaran konvensional.

Tabel.1

Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Model Pembelajaran Konvensional23

Model Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Konvensional Adanya saling ketergantungan positif,

saling membantu, dan saling

memberikan motivasi sehingga ada interaksi promotif.

Guru sering membiarkan adanya siswa yang mendominasi kelompok

atau menggantungkan diri pada

kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang

mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil belajar para anggotanya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan

bantuan dan siapa yang dapat

memberikan bantuan.

Akuntabilitas individual sering

diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh salah seorang anggota

kelompok sedangkan anggota

kelompok lainnya hanya

“menumpang” keberhasilan

“pemborong”.

22

Suyatno, Menjelajah pembelajaran inovatif, (Surabaya: Masmedia Buana, 2009), hlm.52

23

Kelompok belajar heterogen, baik dalam kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan.

Kelompok belajar biasanya homogen.

Pimpinan kelompok dipilih secara

demokratis atau bergilir untuk

memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok.

Pemimpin kelompok sering

ditentukan oleh guru atau kelompok

dibiarkan untuk memilih

pemimpinnya dengan cara masing-masing.

Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti

kepemimpinan, kemampuan

berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.

Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan.

Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan

melakukan intervensi jika terjadi

masalah dalam kerja sama antar anggota kelompok.

Pemantauan melalui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung.

Guru memperhatikan secara proses

kelompok yang terjadi dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru sering tidak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.

Penekanan tidak hanya pada

penyelesaian tugas tetapi juga

hubungan interpersonal (hubungan

antar pribadi yang saling menghargai)

Penekanan sering hanya pada

penyelesaian tugas.

Model pembelajaran kooperatif mempunyai beberapa tipe dengan langkah yang berbeda-beda. Pada penelitian ini peneliti mengambil model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition). Dimana model pembelajaran ini sangat berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika dan diperkuat oleh beberapa teori pembelajaran.

24

b. Teori Pembelajaran Kooperatif

Teori pembelajaran kooperatif menurut Slavin terbagi dalam 2 kategori, yaitu teori Motivasi dan teori Kognitif.24

1) Teori Motivasi

Menurut teori motivasi, motivasi siswa dalam pembelajaran kooperatif terletak pada bagaimana bentuk penghargaan (reward) atau struktur pencapaian tujuan pada saat siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran.“Motivational perspective on cooperative learning focus primarily on the reward or goal structure under wich students operate”. Diidentifikasikan ada tiga macam struktur pencapaian tujuan seperti berikut.

a) Kooperatif: siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa yang lain juga akan mencapai tujuan tersebut.

b) Kompetitif: siswa yakin bahwa tujuan mereka tercapai jika dan hanya jika siswa lain tidak mencapai tujuan.

c) Individualistik: siswa yakin upaya mereka sendiri untuk mencapai tujuan tak ada hubungannya dengan siswa lain dalam mencapai tujuan tersebut.

Menurut pandangan teori motivasi, struktur tujuan kooperatif menciptakan suatu situasi dimana anggota kelompok dapat mencapai tujuan pribadi mereka apabila kelompok itu berhasil. Oleh karena itu, anggota kelompok harus membantu teman kelompoknya dengan cara melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil dan yang lebih penting lagi adalah mendorong teman kelompoknya untuk melakukan upaya maksimal.

2) Teori Kognitif

Teori ini menekankan pengaruh kerja sama dalam suasana kebersamaan didalam kelompok itu sendiri. “cognitive theories emphasize the effects of working together in itself (whether or not the groups are trying of group goal)“.

24

Teori kognitif dapat dikelompokkan dalam dua kategori sebagai berikut.

a) Teori pembangunan

The fundamental assumption of the developmental theories that interaction among children around appropriate taks increases their mastery of critical consepts (Damon, 1984; Murray: 1982)” (dalam Slavin)

Asumsi dasar dari teori pembangunan adalah bahwa interaksi antar siswa di sekitar tugas-tugas yang sesuai meningkatkan penguasaan mereka terhadap konsep-konsep yang sulit.

b) Teori Elaborasi Kognitif

Pandangan dalam psikologi kognitif telah menemukan bahwa apabila informasi yang telah ada di dalam memori, siswa harus terlibat dalam beberapa restruktur atau elaborasi kognitif suatu materi. Salah satu cara elaborasi kognitif yang paling efektif adalah menjelaskan materi itu pada orang lain.

Dasar teori pembelajaran kooperatif seperti yang disebutkan di atas digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe CIRC.

c. Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC

CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) atau disebut juga kooperatif terpadu, membaca, menulis, termasuk salah satu tipe model pembelajaran cooperative learning.25 Program CIRC terdiri dari tiga unsur utama, aktivitas dasar, pengajaran langsung dalam pemahaman membaca, serta seni berbahasa/menulis integral. Dalam semua aktivitas ini, siswa bekerja dalam kelompok belajar secara heterogen.26 Pada awalnya tipe CIRC diterapkan dalam pelajaran bahasa. Dalam kelompok kecil para siswa diberi suatu teks/bacaan, kemudian siswa latihan membaca atau saling

25

Suyatno, Menjelajah Pembelajaran Inovatif, (Surabaya: Masmedia Buana, 2009), hlm. 68

26

26

membaca, memahami ide pokok saling merevisi dan menulis ikhtisar cerita atau memberikan tanggapan terhadap isi cerita atau mempersiapkan tugas tertentu dari guru.

Bahasa merupakan suatu sistem yang terdiri dari lambang, kata-kata, dan kalimat-kalimat yang disusun menurut aturan tertentu dan digunakan sekelompok orang untuk berkomunikasi. Kaitannya dengan matematika merujuk pada pengertian bahasa di atas, maka matematika dapat dipandang

sebagai bahasa karena dalam matematika terdapat sekumpulan

lambang/simbol, ide atau gagasan dalam soal cerita.

Sehingga model pembelajaran CIRC ini dapat membantu siswa agar mampu memahami, menafsirkan dan menyelesaikan soal cerita matematika, seperti yang telah disebutkan di atas khususnya pada: membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal, menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan suatu variabel. Tujuan utama dari CIRC adalah menggunakan tim-tim kooperatif untuk membantu para siswa mempelajari kemampuan memahami bacaan yang dapat diaplikasikan secara luas.27

Dalam model pembelajaran CIRC, siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen, yang terdiri atas 4 atau 5 siswa. Di kelompok ini tidak dibedakan atas jenis kelamin, suku bangsa, atau tingkat kecerdasan siswa. Jadi dalam kelompok ini sebaiknya ada siswa yang pandai, sedang atau lemah dan masing-masing siswa sebaiknya merasa cocok satu sama lain. Dengan pembelajaran kelompok diharapkan para siswa dapat meningkatkan pikiran kritisnya, kreatif, dan menumbuhkan rasa sosial yang tinggi.

Model pembelajaran CIRC ini adalah jenis pembelajaran cooperative learning yang cocok untuk menyelesaikan soal cerita melalui kerjasama kelompok. Kegiatan pokok dalam CIRC untuk memecahkan soal cerita matematika diungkapkan oleh Suyitno yaitu sebagai berikut:

27

1) Salah satu anggota kelompok atau beberapa anggota saling membaca soal yang diberikan guru.

2) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita termasuk menuliskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan memisalkan yang ditanyakan dengan variabel tertentu.

3) Saling membuat ikhtisar atau rencana penyelesaian soal cerita. 4) Menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut.

5) Saling merevisi dan mengedit pekerjaan (penyelesaian) jika ada yang perlu direvisi.28

Selain itu, Steven dan Slavin (1995) memperkuat langkah-langkah CIRC dalam buku Paradigma Baru Pembelajaran yakni sebagai berikut:

1) Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.

2) Guru memberikan wacana (soal cerita) sesuai dengan topik

pembelajaran.

3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok (apa

yang diketahui dan ditanyakan dalam soal).

4) Mempresentasikan atau membacakan hasil kelompok.

5) Guru membuat kesimpulan bersama.

6) Pembelajaran ditutup.29

Bila diperhatikan langkah-langkah dalam model pembelajaran kooperatif tipe CIRC tersebut, sebenarnya mendorong pembaca lebih aktif, kritis, sistematis, dan bertujuan dalam menghadapi bacaan secara berkelompok. Sehingga pembaca lebih bisa lama mengingat setiap gagasan pokok suatu bacaan dan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika diharapkan lebih memuaskan, karena dengan model pembelajaran ini siswa bekerja sama untuk menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan-kandungan pokok yang tersirat dan tersurat dalam teks.

28

Suyitno, Skripsi “Kefektifan Pembelajaran Kooperatif tipe CIRC” http://digilib.unnes.ac.id/gsdl/cgi-bin/library. (8 Juni 2010)

29

Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi Bagi Pendidikan Dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.283

28

Membaca secara umum seperti membaca koran atau novel cukup berbeda dengan membaca matematika. Ketika membaca matematika, pembaca harus memahami secara tepat istilah dan simbol-simbol matematisnya. Pada bagian teorema dan pembuktian pembaca pun tidak bisa mengabaikan begitu saja sebelum dipahaminya. Biasanya pembaca menggunakan pensil untuk memberi tanda pada bagian-bagian yang menurutnya penting atau tidak boleh lupa. Bila perlu jika pembaca matematika mengulang membaca paragraf yang menurutnya sukar dipahami oleh setiap anggota dalam kelompoknya dan memperlambat cara membacanya hingga jelas dan benar. Melalui pembelajaran kooperatif tipe CIRC ini setiap anggota siswa dalam kelompoknya akan belajar memilih point-point bacaan yang penting lalu berdiskusi untuk merencanakan bagaimana untuk menyelesaikan soal cerita matematika, sehingga masing-masing siswa akan paham dan mampu untuk menyelesaikan soal cerita matematika secara urut dan sistematis.

d. Langkah-Langkah Pembelajaran CIRC

Dengan mengadopsi model pembelajaran Cooperative Learning tipe CIRC untuk melatih siswa meningkatkan ketrampilannya dalam menyelesaikan soal cerita matematika, langkah- langkah yang diterapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Guru membentuk kelompok-kelompok belajar siswa (Learning Society) yang heterogen. Setiap kelompok terdiri dari 4 atau 5 siswa.

2. Guru memberikan LKS dan Soal diskusi yang telah disusun berdasarkan

langkah-langkah penyelesaian masalah dalam soal cerita matematika kepada setiap siswa dalam kelompok yang sudah terbentuk.

3. Guru memberitahukan agar dalam setiap kelompok terjadi serangkaian kegiatan CIRC yang spesifik sebagai berikut.

a) Salah satu anggota kelompok membaca atau beberapa anggota saling membaca soal cerita tersebut.

b) Membuat prediksi atau menafsirkan atas isi soal cerita termasuk menuliskan yang ditanyakan dengan suatu variabel tertentu.

c) Saling membuat rencana penyelesaian soal cerita. d) Menuliskan penyelesaian soal cerita secara urut. e) Menyerahkan hasil tugas kelompok kepada guru.

4. Setiap kelompok bekerja berdasarkan serangkaian kegiatan pola CIRC (team study). Guru berkeliling mengawasi kerja kelompok.

5. Ketua kelompok, melaporkan keberhasilan kelompoknya atau melapor kepada guru tentang hambatan yang dialami oleh anggota kelompoknya. Jika diperlukan, guru dapat memberi bantuan kepada kelompok secara proporsional.

6. Ketua kelompok harus dapat menetapkan bahwa setiap anggota

kelompok telah memahami, dan dapat mengerjakan soal cerita yang diberikan guru.

7. Guru meminta perwakilan kelompok tertentu untuk menyajikan

temuannya di depan kelas.

8. Guru bertindak sebagai nara sumber atau fasilisator jika diperlukan.

9. Guru bisa membubarkan kelompok yang dibentuk dan para siswa

kembali ketempat duduknya masing-masing.

10. Menjelang akhir waktu pembelajaran, guru dapat mengulang secara klasikal tentang strategi pemecahan soal cerita.

11. Guru dapat memberikan tes formatif, sesuai dengan kompetensi yang diperlukan.

Keterlibatan setiap siswa untuk belajar secara aktif merupakan salah satu indikator keefektifan belajar. Dengan demikian, siswa tidak hanya menerima saja materi pengajaran yang diberikan guru, melainkan siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan sendiri dalam kelompoknya. Hal ini diperkuat dengan pendapat Eggen dan Kauchack yang menulis bahwa “Effective learning occur when students are actively involved in organizing and finding relationships in the information”.

30

4.Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

Dokumen terkait