• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori

3. Model Pembelajaran

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model

pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang tepat untuk materi

tertentu akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru memegang peranan

commit to user

Menurut Driscoll dalam Slavin (2008,179) pembelajaran didefinisikan

perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan

perubahan yang disebabkan oleh perkembangan bukanlah suatu pembelajaran.

Ann, Röj, dan Lindberg (2001) dalam jurnal internasional berjudul Active

Learning of Mathematics mengemukakan bahwa ada empat hal dasar yang perlu

diperhatikan pada pembelajaran matematika yaitu :

a. The learner is the key-person in the active learning process, i.e.

mathematics teachingshould be learner-centred.

b. The teacher is an authority because of her knowledge of both mathematics

and learning mathematics and her respect for the learners as thinking and socially active individuals.

c. Open-ended and mathematically rich learning tasks are considered a

prerequisite for the possibility of constructing a conceptually rich cognitive structure and a relational understanding of mathematical concepts.

d. The set-up of the classroom should support interaction in small group,

whole-class discussion and individual seatwork in accordance with the needs of the leaner and the learning task.

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

a. Peserta didik merupakan kunci pokok dalam proses pembelajaran aktif,

seperti dalam pembelajaran matematika peserta didik seharusnya menjadi

pusat pembelajaran.

b. Guru merupakan ahli dalam pengetahuan matematikanya dan metode

pembelajaran matematikanya dan perhatiannya pada peserta didik sebagai

seorang pemikir dan seorang individu aktif yang bersosial.

c. Pembukaan-penutupan dan tugas-tugas pembelajaran matematika yang

bervariasi dipikirkan sebagai syarat mutlak yang memungkinkan peserta

didik untuk mengkonstruksi konsep yang memperkaya kemampuan

commit to user

d. Penataan kelas seharusnya mendukung interaksi pada kelompok kecil,

diskusi kelas, dan tugas individu yang disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik dan tugas pembelajaran.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Kegiatan belajar mengajar peserta didik dipengaruhi oleh guru, salah

satu hal yang mempengaruhi adalah model pembelajaran yang dipilih oleh

guru. Pendekatan model pembelajaran yang dipilih guru akan membentuk

perilaku dan sikap peserta didik. Model pembelajaran yang bernuansa

kompetisi akan menyebabkan peserta didik cenderung bekerja keras dan

membentuk pribadi yang kurang bisa kerja sama. Salah satu model

pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap kerja sama adalah model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik untuk saling berinteraksi

satu sama lain. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah

mencakup kelompok kecil peserta didik yang bekerja sama sebagai sebuah tim

untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau

mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Grootenboer dan Jorgensen (2009) dalam Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education yang berjudul Towards a

Theory of Identity and Agency in Coming to Learn Mathematics menuliskan

bahwa Being part of a group and working as collective enabled the student to

share their knowledge, yang artinya menjadi bagian dari suatu kelompok kerja

commit to user

Dari sudut pandang psikologi, pembelajaran kooperatif didukung oleh

Vygotsky. Karya Vygotsky dalam Slavin ( 2008,59) didasarkan pada dua

gagasan utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami dari sudut

pandang historis dan budaya yang dialami peserta didik. Kedua, perkembangan

bergantung pada sistem tanda yang ada pada masing-masing orang ketika

mereka bertumbuh : simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu

orang berpikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Vygotsky

berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari

orang lain dan perolehan sistem-sistem tanda terjadi dalam urutan

langkah-langkah tetap yang sama untuk semua anak.

Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului

perkembangan. Pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui

pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan

internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan

memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemampuan ini disebut

pengaturan diri.

Teori Vygotsky menyiratkan bahwa perkembangan kognitif dan

kemampuan menggunakan pemikiran untuk mengendalikan tindakan

memerlukan penguasaan sistem komunikasi budaya dan kemudian belajar

menggunakan sistem tersebut untuk mengatur proses pemikiran kita sendiri.

Pembelajaran terjadi ketika orang berada pada daerah perkembangan proksimal

commit to user

melakukan tugas yang belum pernah dipelajari namun dia dapat

mengerjakannya dengan bantuan teman atau orang lain yang kompeten.

Teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja

sama, di mana peserta didik saling membantu dan bekerja sama dalam belajar.

Pembelajaran kerja sama juga memungkinkan percakapan batin seorang

peserta didik didiskusikan dengan peserta didik lainnya, sehingga mereka dapat

memperoleh pemahaman tentang proses penalaran yang satu dengan lainnya.

Vygotsky mengakui bahwa nilai interaksi sesama peserta didik dapat

memajukan mereka dalam proses berpikir.

Teori pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi utama. Yang

pertama ialah keinginan menyusun pembelajaran kerja sama diantara

kelompok-kelompok peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda. Pengajaran pribadi oleh teman yang kompeten dapat berjalan

efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dalam daerah perkembangan

proksimal. Kedua mengajarkan pada peserta didik untuk bertanggung jawab

terhadap pembelajaran mereka sendiri.

Menurut Elkind dalam Setiono (2009,26) remaja pada tahap formal

operation selain mampu menghimpun pikirannya sendiri menjadi suatu konsep,

ia juga mampu menghimpun konsep pikiran orang lain. Sedangkan menurut

Porter (2002,310) metode curah gagasan yang dilakukan dalam

kelompok-kelompok akan merangsang pikiran dan kreatifitas, yang memungkinkan untuk

melihat hubungan antara gagasan satu dengan gagasan yang lain yang dapat

commit to user

Hasil penelitian Carlan, Rubin dan Morgan (2003) yang dipublikasikan

dalam jurnal internasional berjudul Cooperative Learning, Mathematical

Problem Solving, and Latinos menyatakan bahwa :

1) Student became more actively engaged in mathematical problem solving

through cooperative learning. Reluctant leaners, who previously did not do their work, began to participate in the problem solving process.

2) Students moved from a competitive to a cooperative stance. Rather than

competing for the correct answer, they began to share their problem solving ideas and answers.

3) At first, students asked each other for their answers. However, they soon

began to work with each other on the mathematical problem solving process rather than seeking the correct answers.They discovered that there are often several correct ways of finding a solution.

4) After observing the researchers implementing cooperative learning as well

5) Teacher also became more aware of students’ abilities when they worked

in small groups. Some students who did not normally participate in whole group activitie were actively involved in small grop work.

Hal ini dapat diartikan sebagai :

1) Peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengusahakan pemecahan

masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif. Peserta didik yang

malas mengerjakan pekerjaan rumahnya mulai ikut berpartisipasi dalam

proses pemecahan masalah.

2) Peserta didik mengubah sikap kompetisi menjadi sikap kerja sama.

Kompetisi dalam menjawab soal dengan benar mereka mulai dengan

berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah beserta gagasan dan

jawabannya.

3) Pertama kali peserta didik menanyakan masing-masing jawaban. Tetapi

mereka segera mulai mengerjakan dengan yang lain tentang proses

commit to user

Mereka telah menemukan bahwa ada beberapa cara yang benar dalam

menentukan penyelesaian.

4) Setelah mengobservasi pemakaian pembelajaran kooperatif dalam

matematika, guru dapat mengubah meja dari bentuk berbaris menjadi

bentuk kelompok sehingga pembelajaran kooperatif menjadi lebih baik.

5) Guru menjadi lebih peduli dengan kemampuan peserta didik ketika mereka

bekerja dalam kelompok kecil. Bererapa peserta didik yang tidak

berpartisipasi dengan baik dalam kelompok besar menjadi terlibat aktif

dalam kelompok kecil.

Sedangkan hasil penelitian Katsap (2003) dari Kaye College of

Educatioan yang dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul Active

Learning in the College Mathematics Classroom adalah :

1) Learning was cooperative

2) Demonstrating the implementation of the learning unit colleagues

influenced decisions to adopt the method and the topic

3) Learning and preparing the unit taught, which is to be included in the

course book, required that the teacher take responsibility,

4) Learning in group was characterized by organization.

Yang artinya :

1) Pembelajaran adalah bekerja sama.

2) Penerapan pembelajaran di tingkat unit dengan rekan sejawat

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan metode dan

topik.

3) Pembelajaran dan persiapan mengajar yang ada di buku kursus harus dapat

dipertanggungjawabkan oleh guru.

commit to user

Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai macam tujuan sosial,

tetapi juga dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas

akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada

peserta didik kelompok bawah maupun pada peserta didik kelompok atas

melalui kerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Peserta didik

kelompok atas diharapkan dapat menjadi tutor bagi peserta didik kelompok

bawah, sehingga peserta didik dari kelompok bawah dapat memperoleh

bantuan dari teman sebaya. Peserta didik dari kelompok atas secara otomatis

kemampuan akademiknya akan meningkat karena memberi pelayanan sebagai

tutor, sehingga mereka membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam.

Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang memiliki ciri dalam kegiatannya selalu menerapkan sistem

kelompok-kelompok belajar. Metode pembelajaran kooperatif dilandasi oleh

pendekatan belajar Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan belajar

dan mengajar yang berdasarkan kontekstual dapat dicapai dengan cara

memadukan materi pembelajaran dengan konteks keseharian peserta didik.

Belajar dan mengajar kontekstual akan menghasilkan pengetahuan yang

mendalam sehingga peserta didik akan kaya dengan pemahaman masalah dan

cara penyelesaiannya. Peserta didik mampu secara mandiri menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum

pernah dihadapinya serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap

belajarnya sendiri seiring dengan peningkatan pengalaman dan

commit to user

Tiga konsep utama metode pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009: 10):

1) Penghargaan pada kelompok

Suatu tim akan mendapatkan penghargaan bila tim tersebut berhasil

melampaui nilai tertentu yang ditetapkan.

2) Tanggung jawab individu

Kesuksesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua

anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim

dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap

anggota tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya

yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu tim.

3) Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses

Semua peserta didik memberi kontribusi kepada timnya dengan cara

meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan

bahwa peserta didik dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya

ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua

anggota tim ada nilainya.

Sedangkan Lie (2008, 31) berpendapat bahwa untuk mencapai hasil

belajar yang maksimal pada kerja kelompok yang dianggap cooperative

learning terdapat lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus

diterapkan pada pembelajaran tersebut yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya, karena

commit to user

kelompok mereka. Jadi peserta didik yang kurang mampu tidak akan

merasa minder karena mereka juga ikut memberi sumbangan nilai, malah

mungkin dapat lebih memacu usahanya agar lebih dapat menaikkan nilai

kelompok, sedangkan peserta didik yang lebih pandai juga tidak akan

merasa dirugikan, karena setiap anggota kelompok telah memberikan

sumbangan nilai. Semua peserta didik akan bekerja bersama demi

mencapai satu tujuan yang sama, yaitu keberhasilan kelompok dengan cara

setiap anggota kelompok menguasai pelajaran sehingga nilai yang dicapai

dapat memberikan sumbangan pada nilai kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan

Setiap peserta didik yang berada dalam kelompok akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena nilai mereka

pasti akan memberikan sumbangan pada nilai kelompok.

3) Tatap muka

Setiap anggota kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan

berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan kepada setiap anggota

kelompok untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota.

Hasil dari kerja sama ini akan meningkatkan kemampuan setiap

anggotanya, karena mereka dapat mendiskusikan kelemahan dan kelebihan

dari hasil pekerjaan individu.

commit to user

Keterampilan berkomunikasi setiap anggota kelompok akan memperkaya

pengalaman belajar peserta didik dan dapat membantu pembinaan

perkembangan mental dan emosional peserta didik.

5) Evaluasi proses kelompok

Evaluasi proses kerja kelompok perlu dilakukan untuk melihat apakah

mereka telah bekerja secara efektif dengan demikian mereka akan bekerja

lebih baik pada waktu selanjutnya. Evaluasi tidak perlu dilakukan setiap

kali ada kerja kelompok, tetapi dapat dilakukan setelah beberapa kali ada

kerja kelompok.

Keuntungan metode pembelajaran kooperatif:

1. Bagi pihak Sekolah :

a. Mengembangkan kemampuan kognitif dan afektif siswa

b. Terciptanya hubungan yang positif antar suku, ras dan agama

c. Adanya kesempatan pendidikan yang sama

2. Bagi Peserta didik

a. Pengembangan pembelajaran akademik

b. Mengembangkan keterampilan sosial dan personal

3. Bagi Guru

a. Adanya keseimbangan kurikulum

b. Mengembangkan keragaman peran guru yang menarik

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran kooperatif adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa

commit to user

(tinggi, sedang dan rendah) untuk menyelesaikan suatu masalah dan terjadi

interaksi personal yang menguntungkan.

b. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Teams-Achievement Divisions

Guru memegang peran penting dalam menentukan keberhasilan

belajar peserta didik. Pembelajaran yang dirancang guru dan melibatkan

peserta didik aktif dalam pembelajaran akan memberikan hasil belajar yang

lebih baik daripada peserta didik yang hanya menjadi pendengar saja. Sebagai

seorang profesional, guru harus mempunyai pengetahuan dan persediaan

metode serta model-model pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang

dapat digunakan guru adalah model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions. Seperti pendapat Zakaria dan Iksan dalam

jurnal yang berjudul Promoting Cooperative Learning in Science and

Mathematics Education: A Malaysian Perspective, menyebutkan Results

indicated a positive attitude toward Mathematics, most student also have

positive perception towards STAD, yang artinya dari hasil penelitian mereka

terdapat indikasi adanya sikap positif terhadap matematika, sebagian besar

peserta didik memiliki pandangan positif terhadap STAD.

Gagasan utama model pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions, untuk memotivasi peserta didik supaya dapat saling

mendukung dan membantu satu dengan yang lain dalam penguasaan materi,

yang dalam penelitian ini adalah penguasaan mengenai logaritma. Jika peserta

commit to user

timnya utnuk bisa melakukan yang terbaik, menunjukkan bahwa belajar itu

penting, berharga dan menyenangkan. Peserta didik dapat bekerja bersama dan

membandingkan jawaban masing-masing, mendiskusikan kalau ada yang tidak

sesuai, dan saling membantu satu sama lain jika ada yang salah dalam

memahami persoalan. Peserta didik bekerja dengan teman satu timnya, menilai

kekuatan dan kelemahan mereka agar dapat membantu mereka berhasil dalam

penyelesaian masalah.

Meskipun peserta didik belajar bersama, mereka tidak boleh saling

membantu dalam mengerjakan test atau kuis. Tiap-tiap peserta didik harus

menguasai materinya. Tanggung jawab individual ini akan memotivasi peserta

didik untuk memberi penjelasan yang baik satu sama lain, karena satu-satunya

cara bagi tim untuk berhasil adalah dengan membuat semua anggota tim

menguasai materi dengan baik. Setiap anggota tim akan merasa tertantang

untuk memperoleh nilai yang baik agar timnya dapat menjadi tim terbaik di

kelas.

Skor tim didasarkan pada kemajuan yang dibuat anggotanya dengan

cara hasil nilai yang diperoleh akan dibandingkan dengan hasil nilai yang

dicapai sebelumnya, sehingga semua peserta didik mempunyai kesempatan

yang sama untuk menjadi bintang tim dalam minggu tersebut, baik dengan cara

memperoleh skor yang lebih tinggi dari skor sebelumnya ataupun dengan

memberikan jawaban yang sempurna sehingga mendapat skor maksimum.

Menurut Slavin (2009,143) terdapat lima komponen utama pada

commit to user 1) Presentasi kelas

Materi petama-tama diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung atau dapat berupa diskusi yang dipimpin

guru, atau dapat juga digunakan presentasi audiovisual. Pada saat

presentasi ini peserta didik akan memberi perhatian penuh karena mereka

menyadari hal ini akan sangat membantu mereka dalam mengerjakan kuis

dan skor kuis mereka akan menentukan skor tim mereka.

2) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima peserta didik yang mewakili seluruh

bagian kelas. Fungsi utama tim adalah memastikan bahwa setiap anggota

tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah mempersiapkan

setiap anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Setelah guru

menyampaikan materi tim berkumpul untuk mempelajari lembar kegiatan.

Yang sering terjadi pembelajaran melibatkan pembahasan masalah

bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan

pemahaman apabila ada anggota tim yang berbuat kesalahan.

3) Kuis

Setelah ada presentasi dan kerja tim peserta didik akan mengerjakan kuis

individual. Peserta didik tidak diperbolehkan saling membantu dalam

mengerjakan kuis, sehingga setiap peserta didik bertanggung jawab secara

individual untuk memahami materinya.

commit to user

Gagasan dari skor kemajuan individual adalah untuk memberikan pada

tiap peserta didik tujuan kinerja yang akan dapat dicapai jika mereka

bekerja lebih giat dan memberikan kinerja yang lebih baik daripada

sebelumnya. Tiap peserta didik dapat memberikan kontribusi poin yang

maksimal kepada tim dengan jalan berusaha sebaik mungkin.

5) Rekognisi tim

Tim akan mendapat sertifikat atau bentuk penghargaan lain apabila tim

tersebut memperoleh skor dengan kriteria tertentu.

Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Presentasi kelas dilakukan guru.

2) Guru membentuk tim, tiap-tiap tim terdiri dari 4 peserta didik.

3) Guru memberikan soal kepada peserta didik untuk menyelesaikan soal

tersebut, dengan cara mendiskusikan soal tersebut dengan kelompok

timnya.

4) Guru memberikan kuis kepada tiap peserta didik dan dikerjakan secara

individual.

5) Nilai tes inilah yang nantinya akan digunakan dalam penghargaan tim.

Tim yang mendapatkan rata-rata tertinggi akan mendapatkan poin

tambahan dari guru, dan anggota tim terbaik pada tiap-tiap kuis akan

dipajang pada papan pajang kelas sebagai bintang tim. Anggota tim

terbaik adalah anggota yang memperoleh peningkatan nilai paling

commit to user

c. Peta Konsep

Menurut Dempster & Corkill dalam Slavin (2008,238) salah satu

alasan penting yang menjadikan orang lupa adalah adanya gangguan.

Gangguan terjadi ketika informasi bercampur baur atau disingkirkan oleh

informasi lain. Salah satu cara guru dalam membantu peserta didik mengurangi

hambatan gangguan, dengan cara tidak mengajarkan konsep yang mirip dan

membingungkan terlalu dekat dari segi waktu, atau mengunakan metode yang

berbeda untuk mengajarkan konsep yang mirip.

Buku merupakan salah satu sumber informasi dan sumber belajar

peserta didik. Buku yang sarat dengan informasi sangat dibutuhkan peserta

didik dan guru dalam proses pembelajaran, oleh karena itu bahasa yang

digunakan dalam buku tersebut harus jelas agar informasi yang ditangkap tidak

salah. Hal ini sesuai dengan pendapat Ernest (2008) dalam International

Journal of Mathematics Education yang berjudul Towards a Semiotics of

Mathematical Text menyatakan bahwa: Mathematical text is unlike fiction, for

it is not merely a doorway to a world of imagination, it is not just a told tale

rendered into written language, yang artinya teks matematika tidak sama

dengan fiksi, karena teks matematika tersebut bukan berisi hal-hal yang

imajinatif, tidak sekedar dongeng yang ditulis.

Salah satu cara agar informasi yang diterima peserta didik tidak mudah

dilupakan adalah dengan membuat peta konsep. Menurut Porter dan Hernacki

(2002,152) peta konsep adalah teknik pemanfaatan keseluruhan otak dengan

commit to user

yang lebih mendalam. Otak sering kali mengingat informasi dalam bentuk

gambar, simbol, suara, dan perasaan. Peta konsep menggunakan pengingat-

pengingat visual dalam suatu pola dari ide-ide yang terkait. Teknik pencatatan

dengan peta konsep ini mungkin akan lebih menyenangkan bagi peserta didik

karena akan memicu kreatifitas mereka dalam menggambarkan skema yang

dikehendaki.

Untuk membuat peta konsep dapat dimulai dari bagian tengah kertas,

dan dapat digunakan beberapa pulpen berwarna agar lebih menarik.

Langkah-langkah pembuatan peta konsep :

1) Tulis gagasan utama di tengah-tengah kertas dan lingkupilah dengan

Dokumen terkait