• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010 2011"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT

SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010-2011

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

MAGDALENA PUSPITANINGTYAS S850809209

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT

SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Disusun oleh :

Magdalena Puspitaningtyas

S850809209

Telah Disetujui oleh Tim Pembimbing

Pada Tanggal ...

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mardiyana, M.Si Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si NIP. 19660225 199302 1002 NIP. 19670607 199302 1001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

(3)

commit to user

iii

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT

SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2010-2011

Disusun oleh :

Magdalena Puspitaningtyas

S850809209

Telah Disetujui dan Disahkan oleh Tim Penguji Pada Tanggal ...

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua : Drs. Tri Atmojo K, M.Sc.Ph.D ...

Sekretaris : Dr. Riyadi, M.Si ...

Anggota Penguji :

1. Dr. Mardiyana, M.Si ...

2. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si ...

Mengetahui

Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Universitas Sebelas Maret Surakarta Pendidikan Matematika

Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D Dr. Mardiyana, M.Si

(4)

commit to user

iv

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : Magdalena Puspitaningtyas

NIM : S850809209

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis berjudul :

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010-2011

adalah betul-betul karya saya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya dalam tesis ini

diberi tanda khusus dan ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari

terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik

berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis ini.

Surakarta, Januari 2011

Yang membuat pernyataan

(5)

commit to user

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Tuhan punya rencana dalam setiap pribadi manusia yang diciptakanNya.

Tesis ini kupersembahkan kepada:

1. Deki Sulistiyo, suamiku yang tercinta.

2. Ibunda tercinta di Solo.

3. Bapak dan Ibu mertuaku di Delanggu.

4. Saudara-saudaraku.

5. Teman-temanku mahasiswa Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana UNS.

6. Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta se-Surakarta

7. Almamater.

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan, atas rahmat dan kasihNya

yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul:

EKSPERIMENTASI PENGGUNAAN PETA KONSEP PADA MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN

PRASYARAT SISWA KELAS X SMA DI SURAKARTA TAHUN PELAJARAN

2010-2011.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini telah banyak

melibatkan berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis

menyampaikan rasa hormat, penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Drs. Suranto, M.Sc. Ph.D direktur Pascasarjana Universitas Sebelas Maret

Surakarta yang telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang

seluas-luasnya untuk menyelesaikan tesis ini.

2. Asisten Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang

telah memberikan ijin penelitian dan kesempatan belajar yang seluas-luasnya

untuk menyelesaikan tesis ini.

3. Dr. Mardiyana, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, sekaligus selaku

pembimbing I yang telah memberikan petunjuk, bimbingan, dan dorongan

sehingga tesis ini dapat penulis selesaikan.

4. Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. selaku pembimbing II dalam penyusunan tesis ini,

yang telah memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berarti dalam

(7)

commit to user

vii

5. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan

bekal ilmu pengetahuan sehingga mempermudah penulis dalam menyelesaikan

tesis ini.

6. Drs. Rahmat Sutomo, MM kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah Raga Kota

Surakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menempuh

pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

7. Drs. Unggul Sudarmo, M.Pd kepala SMA Negeri 5 di Surakarta yang telah

memberikan ijin untuk uji coba instrumen penelitian, yang diperlukan dalam

penyusunan tesis ini.

8. Drs. Sukardjo, MA kepala SMA N 2 Surakarta, Drs. Soewarto, MM kepala

SMA Batik 2 Surakarta, dan Drs. Mulyanto kepala SMA Kristen 2 Surakarta

yang telah memberikan ijin penelitian dan berbagai kemudahan, sehingga tesis

ini dapat penulis selesaikan.

9. Rekan guru SMA N 2, SMA Batik 2 dan SMA Kristen 2 Surakarta yang telah

membantu dalam penelitian ini.

10.Rekan-rekan guru matematika SMA Negeri dan Swasta Surakarta yang

senantiasa memberikan bantuan, kemudahan dan motivasi sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis ini.

11. Teman-teman mahasiswa angkatan 2009 Program Studi Pendidikan Matematika

(8)

commit to user

viii

memberikan motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis

ini.

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Surakarta, Januari 2011

(9)

commit to user

ix

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTTO dan PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL... ... xii

DAFTAR GAMBAR...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

ABSTRAK...xvi

ABSTRACT...xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pemilihan Masalah ... 7

D. Pembatasan Masalah ... 8

E. Perumusan Masalah ... 9

F. Tujuan Penelitian ... 10

(10)

commit to user

x

BAB II. LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Landasan Teori ... 13

1. Hasil Belajar Matematika ... 13

2. Model Pembelajaran ... 22

B. Penelitian yang Relevan ... 38

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Perumusan Hipotesis ... 41

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat, Subyek dan Waktu Penelitian ... 43

B. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 46

C. Variabel Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data, Instrumen dan Uji instrumen ... 50

1. Metode Pengumpulan Data ... 50

2. Instrumen Penelitian ... 51

3. Uji Coba Instrumen ... 51

E. Teknik Analisis Data ... 56

1. Uji Keseimbangan ... ... 56

2. Uji Prasyarat ... ... 57

3. Uji Hipotesis ... 60

4. Uji Komparasi Ganda ... 66

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 69

(11)

commit to user

xi

2. Instrumen Tes Hasil Belajar Matematika ... ..71

B. Deskripsi Data ... 73

1. Data Kemampuan Prasyarat Peserta Didik ... 73

2. Data Hasil Belajar Matematika ... 75

C. Hasil Analisis Data ... 76

1. Uji Keseimbangan ... 76

2. Uji Prasyarat ... 78

3. Uji Hipotesis Penelitian ... 81

4. Uji Lanjut Pasca Anava ... .82

D. Pembahasan Hasil Analisa Data ... .84

E. Keterbatasan Penelitian ... .90

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan ... ... .92

B. Implikasi ... .93

C. Saran ... .95

(12)

commit to user

xii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Desain Faktorial Penelitian ... 46

2. Interpretasi Indeks Kesukaran Soal (P ) ... 54

3. Interpretasi Daya Beda Soal (D )... 55

4. Data Amatan, Rataan dan Jumlah Kuadrat Deviasi ... 62

5. Rataan dan Jumlah Rataan ... 63

6. Rangkuman Analisis variansi ... 66

7. Deskripsi Data Hasil Belajar matematika ... ... 76

8. Rangkuman Uji Normalitas Kemampuan Prasyarat ... 77

9. Rangkuman Uji Normalitas Hasil Belajar Matematika ... 79

10. Rangkuman Uji Homogenitas Variansi ... ... 80

11. Rangkuman Hasil Analisis Variansi ... 81

12. Rangkuman Rataan antar Sel dan Rataan Marginal... ... 83

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Grafik Distribusi Student’s-t ... 57

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Kemampuan

Prasyarat Siswa ... ... 99

Lampiran 2 : Soal Uji Coba Tes Kemampuan Prasyarat ... 103

Lampiran 3 : Lembar Validasi Instrumen Tes Kemampuan Prasyarat Siswa... 113

Lampiran 4 : Hasil Jawaban Responden ... 116

Lampiran 5 : Tingkat Kesukaran Soal Uji Coba Kemampuan Prasyarat ... 120

Lampiran 6 : Daya Pembeda Soal Kemampuan Prasyarat... 126

Lampiran 7 : Rangkuman Analisis Soal Kemampuan Prasyarat ... 132

Lampiran 8 : Reliabilitas Soal Kemampuan Prasyarat... ... 133

Lampiran 9 : Kisi-Kisi Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar... ... 137

Lampiran 10 : Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika... 140

Lampiran 11 : Lembar Jawaban Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika.... ... 151

Lampiran 12 : Hasil Jawaban Soal Uji Coca Tes Hasil Belajar... ... 154

Lampiran 13 : Tingkat Kesukaran Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika ... .. 158

Lampiran 14 : Daya Pembeda Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar Matematika .. ... 164

Lampiran 15 : Rangkuman Analisis Soal Uji Coba Tes Hasil Belajar... ... 170

Lampiran16 : Reliabilitas Soal Hasil Belajar Matematika... 171

Lampiran 17: Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Prasyarat ... 175

Lampiran18 : Soal Tes Kemampuan Prasyarat ... 176

(15)

commit to user

xv

Lampiran 20 : Soal Tes Hasil Belajar Matematika ... ... ... 193

Lampiran 21 : RPP Kelompok Eksperimen 1 ... ... 204

Lampiran 22 : RPP Kelompok Eksperimen 2... ... ... 262

Lampiran 23 : Data Induk Penelitian ... ... 319

Lampiran 24 : Uji Normalitas Kemampuan Prasyarat... ... 322

Lampiran 25 : Uji Homogenitas Variansi Kemampuan Prasyarat... 324

Lampiran 26 : Uji Keseimbangan ... ... 325

Lampiran 27 : Uji Normalitas Hasil Belajar ... 326

Lampiran 28 : Uji Homogenitas Variansi Hasil Belajar ... 331

Lampiran 29: Data Amatan Hasil Belajar ... 311

Lampiran 30: Analisis Variansi Dua Jalan dengan Sel Tak Sama... 334

Lampiran 31 : Uji Komparasi Ganda ... 336

Lampiran 32 : Tabel-tabel Statistik ... 337

Lampiran 33 : Surat Ijin Penelitian ... 341

(16)

commit to user

xvi

ABSTRAK

Magdalena Puspitaningtyas. S850809209. Eksperimentasi Penggunaan Peta Konsep pada Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ditinjau dari Kemampuan Prasyarat Siswa Kelas X SMA di Surakarta Tahun Pelajaran 2010-2011. Komisi pembimbing I, Dr. Mardiyana, M.Si, dan pembimbing II Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Tesis. Program Studi Pendidikan Matematika Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2011.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Apakah penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika siswa yang lebih baik daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep. (2) Apakah hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan prasyarat tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang atau rendah. Apakah siswa yang memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah. (3) Apakah perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe STAD tanpa peta konsep konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa dan apakah perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa konsisten pada penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran tipe STAD tanpa peta konsep.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 2x3. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2010 sampai Desember 2010 dengan populasi siswa kelas X reguler SMA di Surakarta. Sampel penelitian diperoleh dengan gabungan stratified random sampling dan

cluster random sampling. Banyak anggota sampel untuk kelompok eksperimen 1

(penyajian materi menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD) sebanyak 85. Sedangkan kelompok eksperimen 2 (penyajian materi dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep) sebanyak 84. Pengumpulan data dilakukan dengan tes pilihan ganda. Validitas instrumen tes menggunakan validitas isi dan reliabilitas tes digunakan uji KR-20.

Prasyarat analisis data dengan menggunakan uji Lilliefors untuk uji normalitas dan uji Bartlett untuk uji homogenitas. Analisis data dengan analisis variansi dua jalan sel tak sama. Hasil analisis dua jalan dengan taraf signifikansi

a= 5%, menunjukkan (1) ada pengaruh penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X materi logaritma (Fa=4,26697>3,84=F(0,05;1;163)), (2) ada pengaruh

kemampuan prasyarat siswa terhadap hasil belajar matematika pada siswa kelas X materi logaritma (Fb = 263,851> 3,00=F(0,05;2;163)) dan (3) tidak ada interaksi antara

metode pembelajaran dan kemampuan prasyarat siswa pada siswa kelas X materi logaritma (Fab = 0,25932< 3,00=F(0,05;2;163)).

(17)

commit to user

xvii

yang memiliki kemampuan prasyarat tinggi lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat sedang atau rendah, dan hasil belajar matematika siswa yang memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik daripada siswa yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah. (3) perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa dan perbedaan hasil belajar matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat siswa konsisten pada penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tanpa peta konsep.

(18)

commit to user

xviii

ABSTRACT

Magdalena Puspitaningtyas. S850809209. The Experimentation of Use of Concept Mapping On Cooperative Learning Method by STAD Type Viewed From Students Prerequisites Competence of Senior High School Students Grade X at Surakarta Academic Year 2010-2011. Consultant commission I Dr. Mardiyana, M.Si and consultant commission II Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Thesis. Mathematics Education Study Program of Postgraduate Program of Sebelas Maret University Surakarta. 2011.

The aims of this research are to know: (1) whether the use of concept mapping on Cooperative Learning Method by STAD Type with using concept mapping can result in students learning achievement in mathematics which better than Cooperative Learning Method by STAD Type without using concept mapping. (2) whether the result of students learning achievement in mathematics who have a high prerequisites competence better than those who have a middle or low prerequisites competence and whether the result of students learning achievement in mathematics who have a middle prior competence better than those who have a low prerequisites competence. (3) whether the difference of students learning achievement in mathematics on the use of concept mappingon Cooperative Learning Method by STAD Type and Cooperative Learning Method by STAD Type without using concept mapping consistent in each prerequisites competence category and is the difference of students’ learning achievement in mathematics of each prerequisites competence category consistent on cooperative learning method using the use of concept mappingon Cooperative Learning Method by STAD Type and Cooperative Learning Method by STAD Type without using concept mapping

This research is a quasi experiment with 2x3 factorial design. A study was conducted in February 2010 to December 2010 with a population of state senior high school students grade X in Surakarta. This sample was obtained by a combination of stratified random sampling and cluster random sampling. The number of participants in this research was 85 students as the experimental group 1 (using cooperative learning method by STAD with using concept mapping ). Meanwhile, the experimental group 2 (using cooperative learning method by STAD without using concept mapping). consists of 84 students. The data was collected using multiple choice test. The validity of test instrument used content validity and the reliability of the test used KR-20 test.

The prerequisites of data analysis employed Lilliefors test for normality test and Bartlett test for homogenity test. The technique used to analyze data in this study was two ways variance analysis with different cells. The results of two ways

variance analysis at significance level a =5% show that (1) there is an effect of learning method by STAD with using concept mapping usage on the students’

learning achievement of students grade X in the subject matter Logarithm (Fa= 4.26697>3.84 = F(0.05;1;163)), (2) there is an effect The prerequisites competence

usage on the learning achievement of students grade X in the subject matter of Logarithm (Fb = 263.851> 3.00 = F(0.05;2;163)) and (3) there is no interaction between

(19)

commit to user

xix

achievement of grade X in the subject matter Logarithm (Fab = 0.25932< 3.00 =

F(0.05;2;163)).

The conclusion of this research are: (1) cooperative learning method using STAD Type with concept mapping result in students’ learning achievement in mathematics which is better than cooperative learning method using STAD Type without concept mapping (2) the students who have high prerequisites competence achieve better result in mathematics compared with those who have middle or low prerequisites competence and the students who have middle prerequisites competence achieve better result in mathematic compared with those have low prerequisites competence (3) the difference of learning achievement in mathematics using cooperative learning method by STAD with using concept mapping and cooperative learning method by STAD without using concept mapping are consistent with each prerequisites competence category and the difference of learning achievement in based on students’ prerequisites competence category is consistent with cooperative learning method by STAD with using concept mapping and cooperative learning method by STAD without using concept mapping.

Keyword : concept mapping, cooperative learning, STAD, prerequisites competence.

(20)

commit to user

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di abad 21 ini dampak globalisasi telah dirasakan oleh hampir semua

orang di belahan dunia manapun. Setiap orang dapat dengan mudah mengakses

informasi dari tempat lain, baik melalui media cetak maupun media elektronik.

Dengan menggunakan internet orang dapat dengan mudah mempromosikan hasil

usahanya agar dikenal orang lain. Melalui internet pula orang dapat

berkomunikasi secara cepat tanpa ada batasan ruang dan waktu.

Pengaruh modernisasi dan globalisasi menyebabkan struktur dalam

keluarga banyak yang berubah. Pada awal abad 19 peran orang tua dan kehadiran

orang tua dalam mendidik anak amat terasa sekali, karena orang tua memiliki

waktu yang banyak untuk memperhatikan anaknya secara langsung. Saat ini

banyak anak yang dibesarkan oleh keluarga tanpa kehadiran penuh orang tuanya.

Waktu orang tua baik ayah maupun ibu lebih banyak digunakan di luar rumah

untuk mengejar karir di tempat mereka bekerja daripada menemani anaknya di

rumah. Anak tumbuh dalam asuhan pembantu rumah tangga. Tidak sedikit orang

tua yang bahkan tidak mengetahui perkembangan anaknya di sekolah. Mereka

merasa telah menyerahkan anaknya untuk dididik di sekolah.

Di sisi lain peserta didik di sekolah ada yang tidak memiliki motivasi yang

baik. Mereka tidak mau mempersiapkan diri dengan baik ketika akan belajar ilmu

pengetahuan di sekolah. Menjadi tanggung jawab orang tua dan guru untuk

membangkitkan motivasi pada peserta didik agar mereka dapat belajar bagaimana

(21)

commit to user

belajar. Motivasi diakui sebagai salah satu hal penting yang harus dimiliki peserta

didik agar mereka dapat menguasai materi pelajaran yang diberikan oleh guru.

Dengan memiliki motivasi yang baik peserta didik dengan mudah belajar agar ia

dapat melakukan sesuatu. Hewitt dalam Nasution (2008, 181) mengemukakan

bahwa ”attentional set” merupakan dasar bagi perkembangan motivasi yang

bersifat sosial, artinya peserta didik suka bekerja sama dengan peserta didik

lainnya dan juga dengan gurunya. Ia mengharapkan penghargaan dari temannya,

mencegah celaan mereka, dan ingin mendapatkan harga dirinya di kalangan

kawan sekelasnya.

Dalam dunia pendidikan, paradigma lama yang bersumber pada teori

tabula rasa John Locke masih sangat berpengaruh. John Locke dalam Lie (2008,

23) mengatakan bahwa pikiran seorang peserta didik ibarat kertas kosong yang

putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan dari gurunya. Dengan kata lain

otak seorang peserta didik ibarat botol kosong yang siap diisi dengan pengetahuan

dari gurunya. Dari asumsi ini banyak guru yang melaksanakan kegiatan belajar

mengajar sebatas pada tugas guru adalah memberi dan tugas peserta didik adalah

menerima. Guru memberikan informasi dan mengharapkan peserta didik untuk

menghafal dan mengingatnya. Guru aktif memberikan pengetahuan dan peserta

didik menerima pengetahuan dengan pasif. Di sisi lain peserta didik berusaha

bekerja keras untuk mengalahkan temannya, siapa yang kuat dialah yang menjadi

pemenangnya.

Pemilihan model pembelajaran guru yang monoton juga sering menjadi

(22)

commit to user

Saat ini guru bukanlah satu-satunya sumber belajar, oleh karena itu guru haruslah

memiliki inovasi yang selalu baru dalam pengajarannya. Dengan menganggap

peserta didik sebagai seorang individu yang utuh dalam masyarakat maka

sebaiknya dalam pengajarannya guru juga memperhatikan perkembangan peserta

didik baik sebagai individu maupun sebagai mahkluk sosial. Model pembelajaran

yang dipilih guru harus dapat menunjang aspek-aspek tersebut, karena yang

menjadi pusat pembelajaran adalah peserta didik.

Sejauh ini, pembelajaran yang berpusat pada guru masih sering

dilakukan, alasannya yaitu karena pemerintah masih memberlakukan Ujian Akhir

Nasional (UAN) yang menjadikan guru harus menyelesaikan semua materi UAN.

Guru harus menyelesaikan materi standar kompetensi lulusan (SKL). Masyarakat

masih menggunakan indikator kelulusan sebagai tolok ukur keberhasilan suatu

sekolah. Mereka mempunyai pandangan bahwa bila suatu sekolah semua peserta

didik lulus 100% maka sekolah tersebut dinilai memiliki mutu baik, sedang bila

ada beberapa peserta didik yang tidak lulus, masyarakat menilai sekolah tersebut

mutunya kurang baik. Di samping itu bila guru yang mengampu mata pelajaran

UAN, ada peserta didik yang diampu tidak lulus, masih ada kepala sekolah yang

melihat bahwa guru tersebut dinilai tidak kompeten dalam mengajar. Ini menjadi

dilema tersendiri bagi guru di satu sisi diberi kewenangan penuh di sisi lain

dituntut UAN hasilnya baik, padahal bila peserta didik lulus UAN 100% tidak

menjamin sekolah tersebut mutunya baik.

Berdasarkan hasil prestasi Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA tahun

(23)

commit to user

studi IPA berada pada urutan ke-30 dari 35 kabupaten dan kota di Jawa Tengah .

Program studi IPS berada pada urutan ke-35 dari 35 kabupaten dan kota se Jawa

Tengah. Program studi Bahasa berada pada urutan ke-23 dari 27 kabupaten dan

kota di Jawa Tengah.

Dari data tersebut, terlihat bahwa hasil prestasi belajar UAN untuk mata

pelajaran matematika di kota Surakarta masih kurang menggembirakan jika

dibandingkan dengan kota dan kabupaten lain di Jawa Tengah. Keadaan ini

mungkin disebabkan oleh: pembelajaran di kelas yang cenderung monoton,

peserta didik hanya sebagai pendengar, kemampuan prasyarat peserta didik yang

lemah, peserta didik tidak menguasai materi sebelumnya, peserta didik mengalami

masalah secara komprehensif atau parsial dalam matematika.

Salah satu materi dengan tingkat penguasaan peserta didik yang masih

rendah adalah materi logaritma, hal ini didukung dengan data dari Puspendik yang

menyatakan bahwa daya serap (penguasaan materi) UAN tahun pelajaran 2008/

2009 mata pelajaran matematika tingkat rayon kota Surakarta untuk kompetensi

dasar logaritma pada program IPS adalah 67,19%, sedangkan untuk program

Bahasa daya serapnya adalah 33,15%. Materi logaritma dalam kurikulum KTSP

dipelajari oleh peserta didik pada kelas X semester 1. Rendahnya daya serap ini

kemungkinan disebabkan oleh kemampuan prasyarat peserta didik dalam

menguasai materi eksponen yang merupakan materi prasyarat untuk mempelajari

logaritma kurang baik, atau kemungkinan metode yang digunakan guru dalam

pembelajaran logaritma kurang tepat. Salah satu kemungkinan menyelesaikan

(24)

commit to user

tidaklah mungkin jika seorang guru menggunakan hanya satu metode saja dalam

beberapa kali tatap muka. Guru yang menggunakan metode yang bervariasi

kemungkinan akan dapat memudahkan siswa dalam mempelajari konsep-konsep

yang baru, dalam hal ini akan diteliti pengaruh penggunaan pembuatan

rangkuman dengan peta konsep pada metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat menjadi pemecahan masalah mengenai rendahnya hasil belajar peserta didik

pada kompetensi dasar logaritma.

Guru mempunyai peranan cukup penting untuk mengadakan perubahan.

Proses pembelajaran di kelas menuntut adanya perubahan dari pembelajaran yang

berpusat pada guru ke pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Aktivitas

pembelajaran perlu dihindari yang sifatnya mekanistik belaka, karena perbelajaran

ini tidak bermakna. Perlu pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif

dan juga mempertimbangkan keberadaan peserta didik. Hal ini sesuai dengan

pendapat Orhan and Ruhan (2006) dalam jurnal internasional yang berjudul The

Effects of Problem-Based Active Learning in Science Education on Students

Academic Achievement, Attitude and Concept Learning menyatakan bahwa : The

Active Learning method are more effective than the classic method by relying on

the findings of their research conducted on the basis of problem-based learning,

brain storming and cooperative learning, yang artinya metode belajar aktif lebih

effektif dari pada metode tradisional karena percaya pada hasil penelitian mereka

yang berdasarkan pada pembelajaran berdasar permasalahan, daya kerja otak dan

pembelajaran kooperatif. Agar konsep yang dipelajari peserta didik tidak mudah

(25)

commit to user

dalam bentuk peta konsep. Tiap-tiap peserta didik bebas menggambarkan peta

konsep yang mereka inginkan sesuai dengan keterampilan mereka. Peserta didik

di tingkat SMA telah memiliki tanggung jawab yang baik dan dapat bekerja sama

dengan orang lain untuk itu pembelajaran kooperatif merupakan salah satu

pembelajaran yang dapat digunakan guru, di mana pada pembelajaran ini peserta

didik dilibatkan secara aktif. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik terlibat

dalam diskusi, memecahkan masalah bersama, bekerja sama, mendengarkan

pendapat peserta didik yang lain bahkan menyampaikan atau mempresentasikan

hasil dari kerjasama kelompok. Pembelajaran yang demikian dapat membekali

peserta didik untuk mengembangkan kemampuannya sehingga mampu menjadi

pribadi yang mandiri, bertanggung jawab, bekerja sama dan mempunyai

kompetensi lulusan yang baik.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah sebagai

berikut:

1. Rendahnya hasil belajar matematika peserta didik kemungkinan

disebabkan oleh metode pembelajaran yang digunakan guru dalam proses

belajar mengajar kurang tepat. Terkait dengan hal ini, muncul

permasalahan yang menarik untuk diteliti, yaitu apakah pemilihan metode

pembelajaran yang sesuai dan tepat dapat meningkatkan hasil belajar

(26)

commit to user

2. Mengingat penguasaan kemampuan prasyarat mempunyai peranan yang

penting dalam belajar matematika maka ada kemungkinan rendahnya hasil

belajar peserta didik diakibatkan oleh lemahnya kemampuan prasyarat

peserta didik. Terkait hal ini, dapat diteliti apakah rendahnya hasil belajar

matematika peserta didik tergantung pada kemampuan prasyarat yang

dimiliki peserta didik .

3. Ada kemungkinan hasil belajar peserta didik yang belum memuaskan

disebabkan peserta didik cenderung pasif, hanya menjadi pendengar dan

hanya belajar secara individu. Guru mungkin belum mengoptimalkan

kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik. Terkait dengan ini, dapat

diteliti apakah pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif

dalam membuat rangkuman dengan cara pembuatan peta konsep dan

peserta didik belajar secara kooperatif dalam kelompok dapat

meningkatkan daya ingat peserta didik menjadi lebih baik, sehingga dapat

pula meningkatkan hasil belajar matematika

C. Pemilihan masalah

Karena keterbatasan peneliti, tidaklah mungkin untuk melakukan

penelitian dengan banyak masalah penelitian dalam waktu yang sama.

Berdasarkan identifikasi masalah, peneliti akan mencoba menyelesaikan masalah

penelitian yang terkait dengan variabel penggunaan peta konsep pada metode

pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD),

(27)

commit to user

Alasan peneliti memilih penggunaan peta konsep karena peta konsep yang

sederhana dan sarat dengan informasi akan dapat membantu peserta didik

meningkatkan daya ingatnya. Sedangkan penggunaan metode pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) akan menjadikan

peserta didik ikut aktif dalam proses pembelajaran, peserta didik juga diajarkan

untuk bekerja sama dengan peserta didik lainnya, menghargai pendapat orang lain

dan menyadari keberadaan dirinya sehingga tidak akan menjadi sombong kalau

mempunyai kelebihan dan tidak akan menjadi rendah diri kalau mempunyai

kekurangan.

D. Pembatasan Masalah

Sehubungan dengan masalah-masalah di atas, agar permasalahan tidak

berkembang lebih jauh, maka masalah yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi

sebagai berikut:

1. Penelitian seluruh peserta didik kelas X reguler semester I SMA di

Surakarta Tahun Pelajaran 2010/2011.

2. Model pembelajaran yang digunakan adalah penggunaan peta konsep pada

model pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) pada kelas eksperimen 1 dan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams-Achievement Divisions (STAD) pada kelas eksperimen 2.

3. Faktor internal peserta didik yang diteliti adalah kemampuan prasyarat

peserta didik. Kemampuan prasyarat peserta didik yang peneliti gunakan

(28)

commit to user

mengikuti pembelajaran logaritma. Dalam penelitian ini, kemampuan

prasyarat peserta didik dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu tinggi,

sedang dan rendah.

4. Hasil belajar matematika peserta didik dibatasi pada hasil belajar peserta

didik setelah dilakukan eksperimen untuk materi logaritma pada peserta

didik SMA kelas X.

E. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi, pemilihan dan pembatasan masalah maka

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dapat menghasilkan hasil belajar matematika peserta didik yang

lebih baik dari pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Apakah hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan

prasyarat tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai

kemampuan prasyarat sedang atau rendah? Apakah hasil belajar

matematika peserta didik yang memiliki kemampuan prasyarat sedang

lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat

rendah?

3. Apakah perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta

konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD konsisten pada tiap-tiap kategori

(29)

commit to user

matematika antara tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik

konsisten pada penggunaan peta konsep pada model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dapat menghasilkan hasil belajar matematika peserta didik yang lebih baik

daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Hasil belajar matematika peserta didik yang memiliki kemampuan

prasyarat tinggi lebih baik daripada peserta didik yang mempunyai

kemampuan prasyarat sedang atau rendah. Hasil belajar matematika

peserta didik yang memiliki kemampuan prasyarat sedang lebih baik

daripada peserta didik yang mempunyai kemampuan prasyarat rendah.

3. Perbedaan hasil belajar matematika dengan menggunakan peta konsep

pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD konsisten pada tiap-tiap kategori kemampuan

prasyarat peserta didik dan perbedaan hasil belajar matematika antara

tiap-tiap kategori kemampuan prasyarat peserta didik konsisten pada

penggunaan peta konsep pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(30)

commit to user

G. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi khasanah pada proses

pembelajaran matematika terutama yang berkaitan dengan penggunaan peta

konsep pada pembelajaran kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) dan kemampuan prasyarat peserta didik. Dengan mengetahui kadar

kekuatan pengaruh tersebut diharapkan dapat menunjukkan seberapa penting

variabel tersebut mempengaruhi hasil belajar matematika peserta didik.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi peserta didik

Melalui penelitian ini diharapkan peserta didik dapat memperluas wawasan

tentang cara belajar matematika yaitu dengan cara membuat rangkuman yang

berbentuk peta konsep, agar konsep yang dipelajari lebih mudah diingat,

belajar bertanggung jawab dalam kelompok, belajar berinteraksi dalam

kelompok, belajar bekerja sama dalam kelompok dan berkomunikasi dalam

kelompok.

b. Bagi guru dan calon guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat mengenal lebih baik tentang

penggunaan peta konsep pada metode pembelajaran kooperatif tipe Student

Teams-Achievement Divisions (STAD) ditinjau dari kemampuan prasyarat

peserta didik dan termotivasi untuk berani melakukan inovasi pembelajaran

sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

(31)

commit to user

Melalui penelitian ini kelompok guru matematika dapat memperoleh

informasi tentang penggunaan peta konsep pada metode pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams-Achievement Divisions (STAD) dan dapat

mendiskusikan hasil penelitian ini dan selanjutnya berani untuk melakukan

perubahan-perubahan dan perbaikan dalam mengajar.

c. Bagi Sekolah

Melalui penelitian ini diharapkan sekolah dalam hal ini kepala sekolah dan

pemegang otoritas di sekolah dapat memperoleh informasi sebagai masukan

dalam menentukan kebijakan terkait dengan proses pembelajaran matematika

di kelas sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan prestasi belajar

peserta didik pada mata pelajaran matematika. Dengan prestasi belajar

peserta didik yang tinggi otomatis prestasi sekolah tersebut juga menjadi

(32)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Landasan Teori

1. Hasil Belajar Matematika a. Hakekat Matematika

Menurut Jonson dan Rising dalam Jihad (2008,175) matematika adalah

pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis. Matematika

adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan

cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol

dengan arti dari pada sekedar bunyi. Matematika .adalah pengetahuan struktur

yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori dibuat secara deduktif berdasarkan pada

unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan

kebenarannya. Matematika adalah ilmu tentang pola keteraturan atau ide.

Matematika adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan

keharmonisannya

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Pendidikan

Menengah Umum (1995,3) mendefinisikan matematika dalam GBPP adalah

matematika sekolah dengan pengertian bahwa materi dan pola pikirnya telah

dipilih dan disesuaikan dengan proses perkembangan siswa. Walaupun objek

matematika adalah abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek

yang konkrit. Demikian pula pola pikir matematika adalah deduktif dan

konsisten atau deduktif aksiomatis. Selain itu matematika sekolah juga

(33)

commit to user

disesuaikan dengan kebutuhan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari dan

perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).

Fungsi mata pelajaran matematika di SMA adalah sebagai wahana

untuk :

1) Meningkatkan ketajaman penalaran siswa yang dapat membantu

memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan

sehari-hari.

2) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dangan menggunakan bilangan

dan simbol-simbol.

Tujuan pendidikan matematika di SMA untuk peserta didik supaya

memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan. Dengan memiliki kemampuan

matematika, peserta didik diharapkan dapat mengalihgunakan

kemampuan-kemampuan tersebut dalam menghadapi masalah-masalah dalam berbagai

bidang pelajaran atau kehidupan. Kemampuan bernalar, kamampuan memilih

strategi yang cocok dengan permasalahannya, maupun kemampuan menerima

dan mengemukakan suatu informasi secara tepat dan cermat, merupakan

kemampuan umum yang dapat digunakan dalam berbagai bidang.

b. Pengertian Belajar

Manusia sebagai individu maupun sosial membutuhkan

pengetahuan untuk berelasi dengan yang lain. Kebutuhan akan pengetahuan ini

akan meningkatkan harga diri sebagai manusia. Pengetahuan yang dimiliki oleh

manusia diperoleh melalui belajar secara mandiri atau berkelompok.

(34)

commit to user

Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan belajar sebagai usaha

untuk memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubahnya tingkah laku

atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan Marpaung

dalam makalah berjudul Karakteristik PMRI menyatakan belajar yang

bermakna dapat juga berarti peserta didik melihat hubungan antara informasi

baru yang diterima dengan pengetahuan atau pengalaman yang sudah

dimilikinya.

Menurut Bruner (dalam Nasution 2008,9) proses belajar dapat

dibedakan dalam 3 fase yaitu :

1) Fase informasi

Dalam tiap pelajaran untuk memperoleh sejumlah informasi, ada yang

menambah pengetahuan yang telah dimiliki, ada yang memperhalus dan

memperdalamnya, dan ada pula yang bertentangan dengan apa yang telah

diketahui sebelumnya.

2) Fase transformasi

Informasi itu harus dianalisis, diubah atau ditransformasikan ke dalam

bentuk yang lebih abstrak atau konseptual agar dapat digunakan untuk

hal-hal yang lebih luas.

3) Fase Evaluasi

Fase evaluasi adalah fase dimana dapat dinilai sejauh mana pengetahuan

yang diperoleh dan transformasi itu dapat dimanfaatkan untuk memahami

(35)

commit to user

Beck (2003,4) menyebutkan belajar berarti menerapkan pengetahuan

mengenai otak, sehingga perkembangan mentalnya akan sesuai dengan

kemampuannya. Riset mengenai otak yang dilakukan Solso dalam Slavin

(2008, 235) menyatakan bahwa ketika seseorang memperoleh pengetahuan dan

keterampilan, maka otaknya menjadi lebih efisien.

Jadi belajar adalah suatu kegiatan sadar yang dilakukan seseorang

sehingga informasi baru yang diterima akan dihubungkan dengan pengalaman

sebelumnya di mana otaknya akan bekerja menjadi lebih efisien.

c. Hasil Belajar

Proses pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari komponen

guru, siswa, materi pembelajaran dan lingkungan belajar yang saling

berinteraksi satu sama lain dalam usaha untuk mencapai tujuan. Setelah

mengikuti proses pembelajaran seorang siswa dapat mengetahui kemampuan

hasil belajarnya melalui tes yang dilakukan oleh guru.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, 895) mengartikan prestasi

sebagai hasil yang telah dicapai dari apa yang telah dilakukan atau dikerjakan,

sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai melalui penguasaan

pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran.

Menurut Nasution (2008,176) hasil belajar adalah perubahan nyata dari

apa yang dapat dilakukan yang sebelumnya tidak dapat dilakukannya atau

adanya perubahan kelakuan yang dapat diamati dan dapat dibuktikan dalam

(36)

commit to user

adalah tes. Fungsi diadakannya tes menurut Nasution (2008, 53) adalah sebagai

berikut :

1) Mempercepat peserta didik belajar dan memberikan motivasi untuk bekerja

dengan sungguh-sungguh dalam waktu secukupnya.

2) Menjamin bahwa peserta didik menguasai sepenuhnya syarat-syarat atau

bahan apersepsi yang diperlukan untuk memahami bahan yang baru.

3) Bagi peserta didik yang telah memiliki bahan apersepsi yang diperlukan

akan memberi rasa kepastian atas penguasaannya.

4) Bagi peserta didik yang kurang menguasai bahan pelajaran, tes adalah alat

untuk mengungkapkan di mana sebetulnya letak kesulitannya.

5) Memberikan umpan balik kepada guru, agar ia mengetahui di mana

terdapat lekemahan-kelemahan dalam metode pembelajarannya sehingga ia

dapat memperbaikinya atau mencari model lain yang lebih cocok.

Hasil belajar peserta didik dapat dipengaruhi oleh beberapa hal

diantaranya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dan kemampuan

awal yang dimiliki oleh peserta didik. Hasil belajar yang dicapai peserta didik

melalui proses belajar-mengajar yang optimal cenderung menunjukkan hasil

yang berciri sebagai berikut:

1) Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi belajar

intrisik pada diri peserta didik. Motivasi intrisik adalah semangat juang

(37)

commit to user

2) Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. Artinya ia tahu akan

kemampuan dirinya dan percaya bahwa ia punya potensi yang tidak kalah dari

orang lain apabila ia berusaha sebagaimana seharusnya.

3) Hasil belajar yang dicapainya bermakna bagi dirinya karena akan tahan lama

diingatnya, membentuk perilakunya, bermanfaat untuk mempelajari aspek lain,

dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan

lainnya, kemauan dan kemampuan untuk belajar sendiri dan mengembangkan

kreatifitasnya.

4) Hasil belajar diperoleh peserta didik secara menyeluruh, yakni mencakup ranah

kognitif, afektif dan psikomotorik.

5) Kemampuan peserta didik untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan

dirinya terutama dalam menilai hasil yang dicapainya dan mengendalikan

proses dan usaha belajarnya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah hasil yang

dicapai pesera didik setelah melalui proses belajar yang ditunjukkan dengan nilai

tes.

d. Hasil Belajar Matematika

Hal yang penting dalam pembelajaran matematika adalah proses dengan

tidak melupakan tujuan. Proses ini lebih ditekankan pada proses belajar

matematika seseorang. Tujuan yang paling utama dalam pembelajaran matematika

adalah mengatur jalan pikiran untuk memecahkan masalah bukan hanya

(38)

commit to user

adalah belajar konsep, struktur, keterampilan menghitung, dan menghubungkan

konsep-konsep tersebut.

Menurut Jihad (2008,144) hasil belajar matematika peserta didik adalah

sebagai berikut :

1) Melalui proses ”learning to know” secara umum, peserta didik diharapkan

memiliki pemahaman dan penalaran terhadap produk dan proses

matematika yang memadai sebagai bekal melanjutkan studinya atau

menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari atau penerapan pada bidang

studi lainnya.

2) Melalui proses ”learning to do” diharapkan dapat memberi kesempatan

pada peserta didik untuk memiliki keterampilan dan mendorong peserta

didik mau melaksanakan proses matematika yang memadai dan dapat

memacu meningkatkan perkembangan intelektualnya.

3) Melalui proses ”learning to be” peserta didik diharapkan memahami,

menghargai atau mempunyai apresiasi terhadap nilai-nilai dan keindahan

akan produk dan proses matematika, yang ditunjukkan dengan sikap

senang belajar, bekerja keras, ulet, sabar, disiplin, jujur, mempunyai motif

berprestasi yang tinggi serta memiliki rasa percaya diri.

4) Pelaksanaan belajar matematika yang berorientasi pada ” learning to do

dan ”learning to be” dalam bentuk belajar kelompok atau klasikal

merupakan latihan belajar dalam suasana ”learning to live together in

peace and harmony”, penciptaan suasana belajar ini memberi kesempatan

(39)

commit to user

orang lain, menerima pendapat yang berbeda, dan belajar mengemukakan

pendapat.

Berdasarkan pengertian belajar dan hasil belajar di atas maka yang

dimaksud hasil belajar matematika dalam penelitian ini adalah hasil dari seorang

peserta didik setelah mengikuti proses belajar mengajar matematika yang diukur

dari kemampuan peserta didik tersebut dalam menyelesaikan suatu permasalahan

dalam matematika yang diwujudkan dalam bentuk penilaian menggunakan tes tipe

pilihan ganda.

2. Kemampuan Prasyarat Peserta Didik

Dalam Depdiknas (2004,2), matematika bersifat hierarkis yang berarti

suatu materi merupakan prasyarat untuk mempelajari materi berikutnya. Untuk

mempelajari matematika hendaknya berprinsip pada:

a. Materi matematika hendaknya disusun menurut urutan tertentu atau tiap topik

matematika berdasarkan subtopik tertentu,

b. Setiap peserta didik dapat memahami suatu topik matematika jika ia telah

memahami subtopik pendukung atau prasyaratnya,

c. Perbedaan kemampuan antar peserta didik dalam mempelajari atau memahami

suatu topik matematika dan dalam menyelesaikan masalahnya ditentukan oleh

perbedaan penguasaan subtopik prasyaratnya,

d. Pengusaan topik baru oleh seorang peserta didik tergantung pada penguasaan

topik sebelumnya.

Senada dengan pendapat Depdiknas di atas, Yevdokimov (2004) dalam

(40)

commit to user

Students’ Thingking to Produce Conjectures and Their Proving in Active

Learning of Geometry menuliskan ada tiga hal penting suatu pembelajaran yaitu :

a. Learning is a process of knowledge construction, not of knowledge recording

or absorption;

b. Learning is knowledge-dependent; people use current knowledge to construct

new knowledge;

c. The learner is aware of processes of cognition and can control and regulate

them.

Yang berarti :

a. Pembelajaran adalah proses membentuk pengetahuan bukan merekam atau

menyerap pengetahuan.

b. Pembelajaran adalah pengetahuan yang saling bergantung, orang dapat

menggunakan pengetahuan sebelumnya yang berlaku untuk membentuk

pengetahuan yang baru.

c. Peserta didik menjadi sadar akan proses pembentukan suatu pengetahuan dan

dapat mengontrolnya dan mengaturnya.

Pada poin ke dua jelas menyebutkan bahwa suatu pengetahuan saling

bergantung satu dengan lainnya, demikian pula dalam matematika banyak

pengetahuan yang dibangun dari pengetahuan sebelumnya, sehingga untuk

mempelajari matematika penguasaan pengetahuan sebelumnya pasti akan

mempengaruhi pada penguasaan pengetahuan berikutnya. Jadi kemampuan

prasyarat peserta didik merupakan pengetahuan yang harus dimiliki peserta didik

agar proses pembelajaran yang dihadapi peserta didik dapat berjalan dengan

lancar. Kemampuan prasyarat peserta didik adalah suatu kemampuan yang telah

dimiliki sebelum pembelajaran berlangsung yang merupakan prasyarat untuk

(41)

commit to user

dalam proses pembelajaran. Kemampuan prasyarat juga menggambarkan kesiapan

peserta didik dalam menerima materi pelajaran baru yang akan diberikan oleh

guru pada kelas yang lebih tinggi.

Ada beberapa faktor yang mungkin mempengaruhi hasil belajar seorang

peserta didik yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar. Faktor dari dalam

peserta didik yang mungkin mempengaruhi hasil belajarnya antara lain kondisi

kesehatan, ketidaksiapan peserta didik dalam pembelajaran, tingkat kecerdasan,

dan kemampuan (pengetahuan) yang harus dimiliki sebelumnya yang merupakan

kemampuan prasyarat untuk pengetahuan berikutnya. Faktor dari luar peserta

didik yang mungkin mempengaruhi hasil belajarnya antara lain guru, metode

pembelajran yang digunakan tidak bervariasi, dan media pembelajaran yang tidak

tersedia. Sesuai dengan pandangan Depdiknas dan Yevdokimov di atas bahwa

belajar matematika adalah belajar mengenai urutan pengetahuan yang nantinya

akan digunakan dalam pengetahuan berikutnya, sebagai contoh, peserta didik

perlu menguasai materi eksponen dengan baik sebelum mempelajari logaritma.

Jadi salah satu faktor yang mungkin mempengaruhi hasil belajar peserta didik

dalam logaritma adalah kemampuan prasyarat mengenai eksponen yang dimiliki

peserta didik.

3. Model Pembelajaran

Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah model

pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang tepat untuk materi

tertentu akan meningkatkan hasil belajar peserta didik. Guru memegang peranan

(42)

commit to user

Menurut Driscoll dalam Slavin (2008,179) pembelajaran didefinisikan

perubahan dalam diri seseorang yang disebabkan oleh pengalaman. Sedangkan

perubahan yang disebabkan oleh perkembangan bukanlah suatu pembelajaran.

Ann, Röj, dan Lindberg (2001) dalam jurnal internasional berjudul Active

Learning of Mathematics mengemukakan bahwa ada empat hal dasar yang perlu

diperhatikan pada pembelajaran matematika yaitu :

a. The learner is the key-person in the active learning process, i.e.

mathematics teachingshould be learner-centred.

b. The teacher is an authority because of her knowledge of both mathematics

and learning mathematics and her respect for the learners as thinking and socially active individuals.

c. Open-ended and mathematically rich learning tasks are considered a

prerequisite for the possibility of constructing a conceptually rich cognitive structure and a relational understanding of mathematical concepts.

d. The set-up of the classroom should support interaction in small group,

whole-class discussion and individual seatwork in accordance with the needs of the leaner and the learning task.

Yang dapat diartikan sebagai berikut :

a. Peserta didik merupakan kunci pokok dalam proses pembelajaran aktif,

seperti dalam pembelajaran matematika peserta didik seharusnya menjadi

pusat pembelajaran.

b. Guru merupakan ahli dalam pengetahuan matematikanya dan metode

pembelajaran matematikanya dan perhatiannya pada peserta didik sebagai

seorang pemikir dan seorang individu aktif yang bersosial.

c. Pembukaan-penutupan dan tugas-tugas pembelajaran matematika yang

bervariasi dipikirkan sebagai syarat mutlak yang memungkinkan peserta

didik untuk mengkonstruksi konsep yang memperkaya kemampuan

(43)

commit to user

d. Penataan kelas seharusnya mendukung interaksi pada kelompok kecil,

diskusi kelas, dan tugas individu yang disesuaikan dengan kebutuhan

peserta didik dan tugas pembelajaran.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

Kegiatan belajar mengajar peserta didik dipengaruhi oleh guru, salah

satu hal yang mempengaruhi adalah model pembelajaran yang dipilih oleh

guru. Pendekatan model pembelajaran yang dipilih guru akan membentuk

perilaku dan sikap peserta didik. Model pembelajaran yang bernuansa

kompetisi akan menyebabkan peserta didik cenderung bekerja keras dan

membentuk pribadi yang kurang bisa kerja sama. Salah satu model

pembelajaran yang dapat menumbuhkan sikap kerja sama adalah model

pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif adalah model

pembelajaran yang melibatkan seluruh peserta didik untuk saling berinteraksi

satu sama lain. Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah

mencakup kelompok kecil peserta didik yang bekerja sama sebagai sebuah tim

untuk menyelesaikan suatu masalah, menyelesaikan suatu tugas atau

mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Grootenboer dan Jorgensen (2009) dalam Eurasia Journal of

Mathematics, Science & Technology Education yang berjudul Towards a

Theory of Identity and Agency in Coming to Learn Mathematics menuliskan

bahwa Being part of a group and working as collective enabled the student to

share their knowledge, yang artinya menjadi bagian dari suatu kelompok kerja

(44)

commit to user

Dari sudut pandang psikologi, pembelajaran kooperatif didukung oleh

Vygotsky. Karya Vygotsky dalam Slavin ( 2008,59) didasarkan pada dua

gagasan utama. Pertama, perkembangan intelektual dapat dipahami dari sudut

pandang historis dan budaya yang dialami peserta didik. Kedua, perkembangan

bergantung pada sistem tanda yang ada pada masing-masing orang ketika

mereka bertumbuh : simbol-simbol yang diciptakan budaya untuk membantu

orang berpikir, berkomunikasi dan memecahkan masalah. Vygotsky

berpendapat bahwa perkembangan kognisi sangat terkait dengan masukan dari

orang lain dan perolehan sistem-sistem tanda terjadi dalam urutan

langkah-langkah tetap yang sama untuk semua anak.

Teori Vygotsky mengatakan bahwa pembelajaran mendahului

perkembangan. Pembelajaran melibatkan perolehan tanda-tanda melalui

pengajaran dan informasi dari orang lain. Perkembangan melibatkan

internalisasi anak terhadap tanda-tanda ini sehingga sanggup berpikir dan

memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kemampuan ini disebut

pengaturan diri.

Teori Vygotsky menyiratkan bahwa perkembangan kognitif dan

kemampuan menggunakan pemikiran untuk mengendalikan tindakan

memerlukan penguasaan sistem komunikasi budaya dan kemudian belajar

menggunakan sistem tersebut untuk mengatur proses pemikiran kita sendiri.

Pembelajaran terjadi ketika orang berada pada daerah perkembangan proksimal

(45)

commit to user

melakukan tugas yang belum pernah dipelajari namun dia dapat

mengerjakannya dengan bantuan teman atau orang lain yang kompeten.

Teori Vygotsky mendukung penggunaan strategi pembelajaran kerja

sama, di mana peserta didik saling membantu dan bekerja sama dalam belajar.

Pembelajaran kerja sama juga memungkinkan percakapan batin seorang

peserta didik didiskusikan dengan peserta didik lainnya, sehingga mereka dapat

memperoleh pemahaman tentang proses penalaran yang satu dengan lainnya.

Vygotsky mengakui bahwa nilai interaksi sesama peserta didik dapat

memajukan mereka dalam proses berpikir.

Teori pendidikan Vygotsky mempunyai dua implikasi utama. Yang

pertama ialah keinginan menyusun pembelajaran kerja sama diantara

kelompok-kelompok peserta didik yang mempunyai tingkat kemampuan yang

berbeda-beda. Pengajaran pribadi oleh teman yang kompeten dapat berjalan

efektif dalam meningkatkan pertumbuhan dalam daerah perkembangan

proksimal. Kedua mengajarkan pada peserta didik untuk bertanggung jawab

terhadap pembelajaran mereka sendiri.

Menurut Elkind dalam Setiono (2009,26) remaja pada tahap formal

operation selain mampu menghimpun pikirannya sendiri menjadi suatu konsep,

ia juga mampu menghimpun konsep pikiran orang lain. Sedangkan menurut

Porter (2002,310) metode curah gagasan yang dilakukan dalam

kelompok-kelompok akan merangsang pikiran dan kreatifitas, yang memungkinkan untuk

melihat hubungan antara gagasan satu dengan gagasan yang lain yang dapat

(46)

commit to user

Hasil penelitian Carlan, Rubin dan Morgan (2003) yang dipublikasikan

dalam jurnal internasional berjudul Cooperative Learning, Mathematical

Problem Solving, and Latinos menyatakan bahwa :

1) Student became more actively engaged in mathematical problem solving

through cooperative learning. Reluctant leaners, who previously did not do their work, began to participate in the problem solving process.

2) Students moved from a competitive to a cooperative stance. Rather than

competing for the correct answer, they began to share their problem solving ideas and answers.

3) At first, students asked each other for their answers. However, they soon

began to work with each other on the mathematical problem solving process rather than seeking the correct answers.They discovered that there are often several correct ways of finding a solution.

4) After observing the researchers implementing cooperative learning as well

5) Teacher also became more aware of students’ abilities when they worked

in small groups. Some students who did not normally participate in whole group activitie were actively involved in small grop work.

Hal ini dapat diartikan sebagai :

1) Peserta didik menjadi lebih aktif dalam mengusahakan pemecahan

masalah matematika melalui pembelajaran kooperatif. Peserta didik yang

malas mengerjakan pekerjaan rumahnya mulai ikut berpartisipasi dalam

proses pemecahan masalah.

2) Peserta didik mengubah sikap kompetisi menjadi sikap kerja sama.

Kompetisi dalam menjawab soal dengan benar mereka mulai dengan

berbagi pengalaman dalam memecahkan masalah beserta gagasan dan

jawabannya.

3) Pertama kali peserta didik menanyakan masing-masing jawaban. Tetapi

mereka segera mulai mengerjakan dengan yang lain tentang proses

(47)

commit to user

Mereka telah menemukan bahwa ada beberapa cara yang benar dalam

menentukan penyelesaian.

4) Setelah mengobservasi pemakaian pembelajaran kooperatif dalam

matematika, guru dapat mengubah meja dari bentuk berbaris menjadi

bentuk kelompok sehingga pembelajaran kooperatif menjadi lebih baik.

5) Guru menjadi lebih peduli dengan kemampuan peserta didik ketika mereka

bekerja dalam kelompok kecil. Bererapa peserta didik yang tidak

berpartisipasi dengan baik dalam kelompok besar menjadi terlibat aktif

dalam kelompok kecil.

Sedangkan hasil penelitian Katsap (2003) dari Kaye College of

Educatioan yang dipublikasikan pada jurnal internasional yang berjudul Active

Learning in the College Mathematics Classroom adalah :

1) Learning was cooperative

2) Demonstrating the implementation of the learning unit colleagues

influenced decisions to adopt the method and the topic

3) Learning and preparing the unit taught, which is to be included in the

course book, required that the teacher take responsibility,

4) Learning in group was characterized by organization.

Yang artinya :

1) Pembelajaran adalah bekerja sama.

2) Penerapan pembelajaran di tingkat unit dengan rekan sejawat

mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penentuan metode dan

topik.

3) Pembelajaran dan persiapan mengajar yang ada di buku kursus harus dapat

dipertanggungjawabkan oleh guru.

(48)

commit to user

Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai macam tujuan sosial,

tetapi juga dapat meningkatkan kinerja peserta didik dalam tugas-tugas

akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada

peserta didik kelompok bawah maupun pada peserta didik kelompok atas

melalui kerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Peserta didik

kelompok atas diharapkan dapat menjadi tutor bagi peserta didik kelompok

bawah, sehingga peserta didik dari kelompok bawah dapat memperoleh

bantuan dari teman sebaya. Peserta didik dari kelompok atas secara otomatis

kemampuan akademiknya akan meningkat karena memberi pelayanan sebagai

tutor, sehingga mereka membutuhkan pemikiran yang lebih mendalam.

Metode pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model

pembelajaran yang memiliki ciri dalam kegiatannya selalu menerapkan sistem

kelompok-kelompok belajar. Metode pembelajaran kooperatif dilandasi oleh

pendekatan belajar Contextual Teaching and Learning (CTL). Tujuan belajar

dan mengajar yang berdasarkan kontekstual dapat dicapai dengan cara

memadukan materi pembelajaran dengan konteks keseharian peserta didik.

Belajar dan mengajar kontekstual akan menghasilkan pengetahuan yang

mendalam sehingga peserta didik akan kaya dengan pemahaman masalah dan

cara penyelesaiannya. Peserta didik mampu secara mandiri menggunakan

pengetahuannya untuk menyelesaikan masalah-masalah baru yang belum

pernah dihadapinya serta memiliki tanggung jawab yang lebih terhadap

belajarnya sendiri seiring dengan peningkatan pengalaman dan

(49)

commit to user

Tiga konsep utama metode pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2009: 10):

1) Penghargaan pada kelompok

Suatu tim akan mendapatkan penghargaan bila tim tersebut berhasil

melampaui nilai tertentu yang ditetapkan.

2) Tanggung jawab individu

Kesuksesan tim tergantung pada pembelajaran individual dari semua

anggota tim. Tanggung jawab difokuskan pada kegiatan anggota tim

dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap

anggota tim siap untuk mengerjakan kuis atau bentuk penilaian lainnya

yang dilakukan siswa tanpa bantuan teman satu tim.

3) Setiap anggota kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk sukses

Semua peserta didik memberi kontribusi kepada timnya dengan cara

meningkatkan kinerja mereka dari yang sebelumnya. Ini akan memastikan

bahwa peserta didik dengan prestasi tinggi, sedang dan rendah semuanya

ditantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi semua

anggota tim ada nilainya.

Sedangkan Lie (2008, 31) berpendapat bahwa untuk mencapai hasil

belajar yang maksimal pada kerja kelompok yang dianggap cooperative

learning terdapat lima unsur model pembelajaran gotong royong yang harus

diterapkan pada pembelajaran tersebut yaitu :

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok tergantung pada usaha setiap anggotanya, karena

(50)

commit to user

kelompok mereka. Jadi peserta didik yang kurang mampu tidak akan

merasa minder karena mereka juga ikut memberi sumbangan nilai, malah

mungkin dapat lebih memacu usahanya agar lebih dapat menaikkan nilai

kelompok, sedangkan peserta didik yang lebih pandai juga tidak akan

merasa dirugikan, karena setiap anggota kelompok telah memberikan

sumbangan nilai. Semua peserta didik akan bekerja bersama demi

mencapai satu tujuan yang sama, yaitu keberhasilan kelompok dengan cara

setiap anggota kelompok menguasai pelajaran sehingga nilai yang dicapai

dapat memberikan sumbangan pada nilai kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan

Setiap peserta didik yang berada dalam kelompok akan merasa

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik karena nilai mereka

pasti akan memberikan sumbangan pada nilai kelompok.

3) Tatap muka

Setiap anggota kelompok diberikan kesempata

Gambar

Tabel
Gambar
gambar, simbol, suara, dan perasaan. Peta konsep menggunakan pengingat-
Tabel 1. Desain Faktorial Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyebabkan prestasi belajar yang lebih baik jika

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan media peta konsep dengan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (i) Penggunaan metode Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD apakah lebih baik daripada model pembelajaran

(3) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik antara peserta didik yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD, pembelajaran kooperatif tipe

mengetahui: (1) manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, peserta didik yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD menggunakan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Manakah yang mempunyai prestasi belajar matematika yang lebih baik, siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau

Dari data analisis disimpulkan: (1) prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD kontekstual power point menghasilkan

(3) Apabila ditinjau dari kemampuan spasial tinggi, sedang, dan rendah, model pembelajaran kooperatif TGT dengan strategi peta konsep menghasilkan prestasi belajar