• Tidak ada hasil yang ditemukan

LANDASAN TEORI A. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

1.2. Model Pembelajaran Mind Mapping

Strategi pembelajaran Mind Mapping dikembangkan sebagai metode efektif untuk mengembangkan gagasan-gagasan melalui rangkaian peta-peta.

Salah satu penggagas metode ini adalah Tony Buzan (2004)6.

6

Huda Miftahul, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 307.

Menurut Tony Buzan, Mind mapping adalah cara mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran dalam berbagai sudut.

DePorter dan Hernacki berpendapat bahwa Mind Mappingmenggunakan pengingat-pengingat visual dan sensorik dalam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan seperti peta jalan yang digunakan untuk belajar, mengorganisasikan, dan merencanakan.

Model pembelajaran mind mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal peserta didik atau untuk menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( dua orang ).

Untuk menggunakan mind mapping, ada beberapa langkah persiapan yang harus dilakukan, antara lain7:

1. Mencatat hasil materi dan menyimak poin-poin atau kata kunci poin-poin tersebut.

2. Menunjukan jaringan-jaringan dan relasi-relasi diantara berbagai poin/gagasan/kata kunci ini terkait dengan materi pelajaran.

3. Membrainstorming semua hal yang sudah diketahui sebelumnya tentang topik tersebut.

4. Merencanakan tahap-tahap awal pemetaan gagasan dengan memvisualisasikan semua aspek dari topik yang dibahas.

7

5. Menyusun gagasan dan informasi dengan membuatnya bisa diakses pada satu lembar saja.

6. Menstimulasi pemikiran dan solusi kreatif atas permasalahan-permasalahan yang terkait dengan topik bahasan.

7. Mereview belajaran untuk mempersiapkan tes atau ujian. Langkah-langkah model pembelajaran mind mappingyaitu : 1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi oleh peserta didik dan sebaliknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban.

3. Untuk mengetahui daya serap peserta didik, membentuk kelompok berpasagan dua orang.

4. Setiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawabah hasil diskusi.

5. Setiap kelompok (diacak) membaca hasil diskusinya dan guru mencatat dipapan tulis dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru.

6. Peserta didik membuat peta pikiran berdasarkan alternatif jawaban yang telah didiskusikan.

7. Beberapa peserta didik diberi kesempatan untuk menjelaskan ide pemetaan konsep berpikirnya.

8. Peserta didik diminta membuat kesimpulan dan guru memberi perbandingan sesuai konsep yang disediakan.

Kelebihan dari model pembelajaran Mind Mapping yaitu : 1. Fleksibel

Didalamnya jika seorang pembicara tiba-tiba teringat untuk menjelaskan suatu hal tentang pemikiran, Anda dapat dengan mudah menambahkannya di tempat yang sesuai dalam Peta Pikiran Anda tanpa harus kebingungan.

2. Dapat memusatkan pikiran

Anda tidak perlu berfikir untuk menangkap setiap kata yang dibicarakan. Sebaliknya, Anda dapat berkonsentrasi pada gagasannya.

3. Meningkatkan pemahaman

Ketika membaca suatu tulisan atau laporan teknik, Peta Pikiran akan meningkatkan pemahaman dan memberikan catatan tinjauan ulang yang sangat berarti nantinya.

4. Menyenangkan

Imajinasi dan kreativitas Anda tidak terbatas dan hal itu menjadikan pembuatan dan peninjauan ulang catatan lebih menyenangkan.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran mind mapping yaitu :

1. Hanya peserta didik yang aktif yang terlibat dalam proses pembelajaran. 2. Tidak sepenuhnya murid yang belajar.

Dalam kegiatan belajar pelaku utama dalam belajar adalah peserta didik atau pelajar. Belajar akan lebih bermakna jika peserta didik mengalami apa yang dipelajari bukan mengetahui. Keberhasilan belajar dapat dilihat dari beberapa faktor, misalnya dengan hasil belajar yang baik.

Peserta didik akan berhasil dengan baik bila dalam pembelajaran berpartisipasi secara aktif. Pentingnya hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran matematika didasarkan pada sifat mata pelajaran itu sendiri, karena pada dasarnya mata pelajaran tersebut bersifat abstrak sehingga diperlukan suatu cara dalam mengatasi agar mata palajaran tersebut mendapat respon yang tinggi dari peserta didik.

Salah satu kondisi pembelajaran ini dapat meningkatkan hasil peserta didik dalam belajar matematika yaitu melalui model pembelajaran MIND MAPPING. Model pembelajaran ini merupakan kombinasi antara belajar secara kooperatif dengan belajar secara individual, peserta didik tetap dikelompokan, tetapi setiap peserta didik belajar sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing, setiap anggota kelompok saling membantu dan mengecek. 1.3. Etnomatematika

Etnomatematika diperkenalkan oleh D'Ambrosio, seorang matematikawan Brasil pada tahun 1977. Definisi etnomatematika menurut D'Ambrosio adalah: The prefix ethno is today accepted as a very broad term that refers to the socialcultural context and therefore includes language,

jargon, and codes of behavior, myths, and symbols. The derivation of mathema is difficult, but tends to mean to explain, to know, to understand, and to do activities such as ciphering, measuring, classifying, inferring, and modeling. The suffix tics is derived from techné, and has the same root as techniqu.

8

D'Ambrosi juga mengatakan Ethnomathematics adalah studi tentang matematika yang memperhitungkan pertimbangan budaya dimana matematika muncul dengan memahami penalaran dan sistem matematika yang mereka gunakan. Kajian etnomatematika dalam pembelajaran matematika mencakup segala bidang: arsitektur, tenun, jahit, pertanian, hubungan kekerabatan, ornamen, dan spiritual dan praktik keagamaan sering selaras dengan pola yang terjadi di alam atau memerintahkan sistem ide-ide abstrak.

Shirley, berpandangan bahwa sekarang ini bidang etnomathematika, yaitu matematika yang timbul dan berkembang dalam masyarakat dan sesuai dengan kebudayaan setempat, merupakan pusat proses pembelajaran dan metode pengajaran. Hal ini membuka potensi pedagogis yang mempertimbangkan pengetahuan para peserta didik yang diperoleh dari belajar di luar kelas.

Menurut Barton, ethnomathematics mencakup ide-ide matematika, pemikiran dan praktik yang dikembangkan oleh semua budaya. Ethnomathematics juga dapat dianggap sebagai sebuah program yang bertujuan untuk mempelajari bagaimana peserta didik untuk memahami,

8

D’Ambrosio. U. 1985. Ethnomathematics and its place in the history and pedagogy of mathematics. For the Learning of Mathematics. 5(1). hal. 44-48.

mengartikulasikan, mengolah, dan akhirnya menggunakan ide-ide matematika, konsep, dan praktek-praktek yang dapat memecahkan masalah yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari mereka. Dalam pembelajaran berbasis budaya, lingkungan belajar akan berubah menjadi lingkungan yang menyenangkan bagi guru dan peserta didik, yang memungkinkan berpartisipasi aktif berdasarkan budaya yang sudah mereka kenal, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal.

Etnomatematika dalam Pembelajaran Matematika

Budaya sangat menentukan bagaiamana cara pandang peserta didik dalam menyikapi sesuatu. Termasuk dalam memahami suatu materi matematika. Ketika suatu materi begitu jauh dari skema budaya yang mereka miliki tentunya materi tersebut sulit untuk dipahami. Untuk itu diperlukan suatu pendekatan dalam pembelajaran matematika yang mampu menghubungkan antara matematika dengan budaya mereka.

Etnomatemtika merupakan jembatan matematika dengan budaya, sebagiamana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa etnomatematika bahwa etnomatematika mengakui adanya cara-cara berbeda dalam melakukan matematika dalam aktivitas masyarakat. Dengan menerapakan etnomatematika sebagai suatu pendekatan pembelajaran akan sangat memungkinkan suatu materi yang pelajari terkait dengan budaya mereka sehingga pemahaman suatu materi oleh peserta didik menjadi lebih mudah karena materi tersebut terkait

langsung dengan budaya yang merupakan aktivitas mereka sehari-hari dalam bermasyarakat. Tentunya hal ini membantu guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran untuk dapat memfasilitasi peserta didik secara baik dalam memahami suatu materi.

1.4. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Mind Mapping Berbasis

Dokumen terkait