• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum

2. Model Pembelajaran

Kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan scientific

menggunakan tiga model pembelajaran, di antaranya discovery learning dan

problem based learning.

a. Discovery Learning

1) PengertianDiscovery Learning

Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru.

Discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing, di mana para peserta didik diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya (Suyitno, 2004: 5). Menurut Roestiyah (2001: 20) discovery learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik. Penemuan yang dihasilkan oleh peserta didik tidak mutlak sesuatu

yang baru. Oleh karena itu discovery learning dirancang untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, berorientasi pada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan bantuan guru sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh peserta didik. Kemudian tugas guru berikutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Pengawasan guru terhadap peserta didik masih tetap perlu dilakukan, akan tetapi campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning

adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran teacher oriented ke student oriented. Merubah modus

Menurut Hamalik (2001: 187), strategi belajar discoverypaling baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun juga dapat dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Kendatipun tidak semua peserta didik dapat terlibat dalam proses

discovery namun pendekatan discovery dapat memberikan manfaat bagi peserta didik yang belajar.

2) Keunggulan dan KelemahanDiscovery Learning

Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan discovery learning dalam pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan, di antaranya (Kemendikbud, 2013: 212-214):

a) KeunggulanDiscovery Learning

(1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

(2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

(3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(4) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. (5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan

belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

(6) Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

(7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun

dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

(8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

(9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

(10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

(11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

(12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

(13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. (14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

(16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik. (17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan

berbagai jenis sumber belajar.

(18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b) KelemahanDiscovery Learning

(1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan

membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

(3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

(4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

(5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta didik.

(6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh peserta didik karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

c) KonsepDiscovery Learning

Menurut Sudjana (1989: 74-75) metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam discovery learning antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik (3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat mengajar atau pada saat kegiatan pembelajaran. Pendekatan discovery learning dapat dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik atau yang problematis) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik. (2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta

didik dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. (3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.

(4) Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi.

(5) Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar. (6) Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan peserta

didik.

d) Langkah PersiapanDiscovery Learning

Langkah persiapan discovery learning adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2013: 214):

(1) Menentukan tujuan pembelajaran.

(2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). (3) Memilih materi pelajaran.

(4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

(5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.

(6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

(7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. b. Problem Based Learning

Menurut Smith dan Ragan (dalam Rusmono, 2012: 74) mengatakan bahwa strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada seluruh kurikulum.Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

1) Permasalahan sebagai kajian.

2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. 3) Permasalahan sebagai contoh.

4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. 5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat dijelaskan berikut ini.

Tabel 3

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah

Guru sebagai Pelatih Peserta Didik sebagai Problem Solver

Masalah sebagai Awal Tantangan

dan Motivasi o Asking about thinking

(bertanya tentang pemikiran).

o Memonitorpembelajaran.

o Probbing( menantang peserta didik untuk berpikir ).

o Menjagaagar peserta didik terlibat.

o Mengaturdinamika kelompok.

o Menjaga berlangsungnya

proses.

o Peserta yangaktif.

o Terlibatlangsung dalam pembelajaran. o Membangunpembela jaran. o Menarikuntuk dipecahkan. o Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.

a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.

c) PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri,

yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan

menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.

3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat. 2) Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability

para peserta didik ke diri dan panutannya.

3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang

6) Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, danself-management.

7) Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

8) Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.

9) Autonomy:proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting. Pembelajaran yang menggunakan PBL memiliki kelebihan. Ada beberapa kelebihan dari pembelajaran menggunakan PBL yaitu sebagai berikut.

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.

Pesertadidik/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut : 1) peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang

berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;

2) peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered;

3) peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan.

1) Konsep Dasar (Basic Concept)

Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih

cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’

yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam.

2) Pendefinisian Masalah (Defining the Problem)

Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok

Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok.

Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

3) Pembelajaran Mandiri (Self Learning)

Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: (1) agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan (2) informasi dikumpulkan

dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami.

Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi.

4) Pertukaran Pengetahuan (Exchange knowledge)

Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.

Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno (kelas besar) dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk.

5) Penilaian (Assessment)

Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software, hardware, maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

Dokumen terkait