• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Manfaat Penelitian

2.1.5 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Ratumanan, (dalam Trianto, 2009: 92), pengajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran cara berproses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam diri siswa, dan menyusun pengetahuannya tentang dunia sosial dan sekitarnya. Peterson, 2004 dalam (Amir, 2009: 13) mengatakan bahwa yang mendapatkan fokus dalam pembelajaran berbasis masalah bukan hanya pada saat pembelajaran itu berlangsung tetapi juga kelak, yakni kecakapan yang diperoleh akibat proses tersebut.

Dari pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah atau PBL merupakan model pembelajaran yang mengangkat masalah sebagai titik awal pembelajaran. Siswa menemukan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan memecahkan dengan langkah-langkah tertentu.

2.1.5.2 Ciri-ciri Problem Based Learning (PBL)

Karakteristik PBL yang dikemukan oleh Arends dalam Trianto (2009: 93) adalah sebagai berikut:

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah.

Pembelajaran berbasis masalah mengorganisasikan pengajaran berdasarkan masalah dan pertanyaan yang terjadi dan masalah tersebut penting untuk dipecahkan dan bermakna bagi seseorang.

2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin

Masalah yang akan dipecahkan adalah masalah yang nyata agar dalam pemecahannya siswa tidak hanya melihat dari satu sisi mata pelajaran tetapi siswa mampu melihat masalah itu dari berbagai mata pelajaran.

3) Penyelidikan Autentik

Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa untuk mencari penyelesaian nyata untuk masalahnya. Mereka harus melakukan analisa dan mendefinisikan masalah, membuat hipotesis, membuat dugaan, mengumpulkan dan menganalisa data, melakukan percobaan, membuat percobaan, dan merumuskan kesimpulan

4) Menghasilkan produk dan memamerkannya

Berbasis masalah menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya. Karya tersebut mampu mewakili atau menjelaskan penyelesaian masalah yang mereka temukan.

5) Kolaborasi

Ciri dari pembelajaran berbasis masalah adalah dengan adanya siswa yang bekerja sama dalam menyelesaikan masalahnya. Bekerja sama memberikan motivasi, mengembangkan ketrampilan sosial, dan ketrampilan berpikir.

2.1.5.3 Manfaat Problem Based Learning

Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir, keterampilan menyelesaikan masalah dan keterampilan intelektual. Adapaun pendapat Uden dan Beaumont (dalam Suprihatiningrum, 2013: 222) yang mengungkapkan beberapa manfaat yang dapat diamati dari siswa yang belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL), yaitu:

1) Mampu mengingat dengan lebih baik informasi dan pengetahuan 2) Mengembangkan kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis,

dan keterampilan komunikasi

3) Mengembangkan basis pengetahuan secara integrasi 4) Menikmati belajar

2.1.5.4 Kelebihan Problem Based Learning

Menurut (Abbudin, 2011: 250) sebagai suatu model pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Masalah memiliki beberapa kelebihan yaitu:

1) Dapat membuat pendidikan di sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja.

2) Dapat membiasakan para siswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat kelak.

3) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para siswa banyak melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek.

2.1.5.5 Kelemahan Problem Based Learning

Menurut Abbudin (2011: 250) kelemahan PBL adalah sebagai berikut: 1) Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai

dengan tingkat berpikir siswa. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berpikir pada para siswa

2) Sering memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional.

3) Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang semula belajar mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.

2.1.5.6 Langkah -langkah Problem Based Learning (PBL)

Pada pembelajaran berbasis masalah terdiri dari langkah-langkah yang dikemukakan oleh Saverinus (2013: 10) yaitu sebagai berikut:

1) Identifikasi masalah, masalah yang dipilih harus masalah nyata yang agak kompleks. Siswa bersama dengan kelompok berdiskusi untuk memahami masalah, dan mencari konsep pokok yang terlibat dalam masalah tersebut, mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam penyelesaian masalah.

2) Merancang kegiatan penyelesaian masalah. Siswa dalam kelompok menyusun langkah penyelesaian masalah, sarana yang diperlukan nara sumber, pembagian tugas, jadwal dan biaya.

3) Melaksanakan kegiatan penyelesaiaan masalah, penyelesaian masalah dilakukan secara bertahap. Setiap tahap penyelesaian disertai evaluasi, refleksi dan rencana tidak lanjut.

4) Kegiatan tutorial, dalam kegiatan tutorial setiap kelompok melaporkan perkembangan penyelesaian masalah kepada guru sebagai tutorial secara berkala, kelompok mendapatkan masukan dari tutor untuk kegiatan selanjutnya.

5) Melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah, kelompok melanjutkan kegiatan penyelesaian masalah berdasarkan masukan dari tutor.

6) Menyusun laporan, kelompok menyusun laporan mengenai proses penyelesaian masalah dan identifikasi pengetahuan dan ketrampilan.

7) Penilaian, penilaian dilakuakan melalui observasi kinerja ketika diskusi tutorial, observasi produk berupa laporan atau dapat juga berupa tes tertulis atau lisan.

Pada model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa tehadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentuk tabel (dalam Nurhadi, 2004:111)

Tabel 1 Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

No Indikator Aktifitas / Kegiatan Guru

1 Orientasi siswa kepada masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.

2 Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3 Membimbing

penyelidikan individual maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan siswa, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.

4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.

5 Menganalisa dan

mengevaluasi proses pemecahan masalah

Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.

2.1.4.7Teknik Penilaian pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Penilain Problem Based Learning sesuai dengan tujuan dari PBL yaitu ditujukan untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah atau kemampuan berpikir kritis. Penilaian yang digunakan dapat berupa penilain kinerja yang dilakukan dalam bentuk checklist dan rating scale. Penilaian juga ditujukan pada pengembangan keterampilan sosial atau keterampilan kolaboratif melalui aktivitas diskusi. Keterampilan tersebut dapat dinilai melalui observasi (Hosnan, 2014).

Dari penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran inovatif yang menjadikan masalah sebagai titik utama dalam pembelajaran. Masalah yang diangkat dalam pembelajaran adalah masalah nyata yang ada dalam kehidupan sehari-hari agar siswa dapat berpikir kritis dan memiliki keterampilan dalam pemecahan masalah. Model pembelajaran PBL berpusat pada siswa sehingga siswa lebih aktif dalam pembelajaran. Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dan pendukung.

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian ini memiliki hubungan degan beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya diantaranya:

2.2.1 Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan hubungan antara persepsi siswa tentang efektivitas penggunaan media pembelajaran, minat dan sikap siswa dengan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn. Yang menjadi populasi

adalah siswa kelas IX SMPN di Kabupaten Pandeglang yang pada tahun 2012 berstatus RSSN. Jumlah sampel sebanyak 274 orang yang dipilih secara acak. Instrumen yang dipergunakan adalah angket dan tes hasil belajar. Analisis data menggunakan teknik analisis korelasi model regresi dengan pengujian signifikansi test statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang efektivitas penggunaan media pembelajaran dengan hasil belajar siswa (r=0.669); 2) terdapat hubungan yang signifikan antara minat siswa terhadap pembelajaran dengan hasil belajar siswa (r=0.789); 3) terdapat hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan hasil belajar siswa (r= 0.850); dan 4) terdapat hubungan hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang efektivitas penggunaan media pembelajaran, minat dan sikap siswa secara bersama-sama dengan hasil belajar siswa (r= 0,870).

2.2.2 Guru harus mengetahui karakteristik setiap anak didik, termasuk ABK (Anak Berkebutuhan Khusus). Kasus ABK yamg sering dijumpai di sekolah salah satunya adalah hiperaktif. Perbedaan karakteristik anak hiperaktif menyebabkan kemandirian belajar mereka berbeda pula. Guru memiliki persepsi yang berbeda terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui persepsi guru terhadap anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih, (2) mengetahui persepsi guru terhadap kemandirian belajar anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh peneliti berasal dari lima partisipan. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sebagai instrumen utama dengan alat bantu berupa pedoman wawancara dan observasi, hanphone sebagai alat perekam, serta anekdot. Teknik pemeriksaan keabsahan data yang digunakan meliputi uji Kredibilitas melalui perpanjangan pengamatan, triangulasi sumber beserta teknik, dan uji Transferability. Teknik analisis data menggunakan model Miles & Huberman yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tiga guru SD Kasih memiliki kesamaan persepsi terkait anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih. Guru menganggap perilaku anak tersebut sama dengan ciri-ciri anak hiperaktif pada umumnya. Guru memiliki persepsi bahwa kemandirian belajar anak hiperaktif kelas IV di SD Kasih kurang terlihat. Anak tersebut dalam belajar belum memperlihatkan sikap ketidakketergantungan pada orang lain, tidak memiliki rasa tanggung jawab, tidak mampu mengontrol diri, hanya sedikit memperlihatkan perilaku disiplin dan inisiatif. Meskipun demikian anak tersebut sudah menunjukkan kepercayaan diri dalam proses belajar.

2.2.3 Keterbatasan guru dalam menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan pendidikan nilai diduga menyebabkan rendahnya sikap nasionalisme. Siswa yang memiliki kriteria sikap nasionalisme yakni

sebesar 56,25% atau 18 dari 32 siswa. Peneliti menggunakan model Problem Based Learning sebagai solusi permasalahan. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pelaksanaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan sikap nasionalisme bagi siswa kelas V SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 2015/2016, 2) meningkatkan dan mengetahui kenaikan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model Problem Based Learning bagi siswa kelas V A di SD Negeri Nanggulan tahun ajaran 2015/2016.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yang terdiri dari dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Teknik pengumpulan data menggunakan cara penyebaran kuesioner, serta observasi dan wawancara sebagai pendukung.

Berdasarkan penelitian, dapat disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning dapat meningkatkan 43,75% sikap nasionalisme siswa kelas V A SD Negeri Nanggulan. Peningkatan dapat dilihat dari persentase jumlah siswa yang memiliki kriteria sikap, mulai dari kondisi awal sebesar 56,25%, siklus I yakni 93,75%, dan siklus II yaitu 100%. Kenaikan juga dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa. Kondisi awal yaitu sebesar 74,87, dan siklus I 87,62, dan siklus II 87,66.

Ketiga hasil penelitian di atas relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Penelitian relevan yang pertama memiliki variabel persepsi, minat, dan sikap siswa dengan hasil belajar. Perbedaan penelitian

relevan pada variabel persepsi siswa yang dilakukan Sholih, dkk (2012) adalah persepsi dengan hasil belajar. Penelitian relevan yang kedua memiliki variabel persepsi guru. Perbedaan penelitian relevan pada variabel persepsi guru yang dilakukan Ambrosius (2016) adalah anak hiperaktif. Penelitian relevan yang ketiga memiliki variabel sikap sosial terhadap pembelajaran PKn dengan Problem Based Learning yang dilakukan Yoseph (2016) dan perbedaan penelitian relevan pada variabel sikap berupa sikap nasionalisme. Bedasarkan penelitian relevan, peneliti mengembangkan sebuah penelitian baru yang berjudul Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran PKn di SD Kanisius Kumendaman Yogyakarta.

Gambar 2 Literatur Map Hubungan antara

Persepsi, Minat, dan Sikap Siswa dengan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran PKn. Aila Mulyana, Soleh Hidayat, Sholih Sholih. 2012 (Yoseph Bravian Aderika Sinaba, 2016) Peningkatan sikap nasionalisme dalam pembelajaran PKn dengan model Problem Based Learning bagi Kelas

V A di SD Negeri Nanggulan (Ambrosius Cahya Widayanta, 2016) Persepsi guru terhadap kemandirian Belajar Anak Hiperaktif Kelas IV di SD Kasih

Penelitian yang dilakukan:

Hubungan Persepsi dan Sikap Siswa Kelas III pada Mata Pelajaran PKn di SD

Kanisius Kumendaman Yogyakarta

Dokumen terkait