• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENATAAN PAUD BERBASIS ASAH, ASIH, ASUH UNTUK PEMBENTUKAN KARAKTER BAGI GENERASI Z

Dalam dokumen Proceeding SN FKIP UKSW 24 05 2016 (Halaman 104-106)

Lanny Wijayaningsih

lanny.wijayaningsih @staff.uksw.edu

PG PAUD, FKIP - Universitas Kristen Satya Wacana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pelaksanaan sistem asah, asih, asuh dari Ajaran Ki Hadjar Dewantara sebagai upaya untuk pembentukan karakter pada generasi Z. Kemajuan teknologi selain manfaat yang positif tetapi juga menimbulkan dampak pada perilaku serta perubahan karakter pada generasi Z saat ini. Permasalahan yang muncul pada anak usia dini terlihat pada karakter anak yang cenderung egois, kurang dapat bekerjasama, lemahnya pola komunikasi secara verbal, tidak menghargai proses, serta emosional intelligencenya rendah. Hal inilah yang menjadi keprihatinan karena merekalah yang menjadi generasi penerus bangsa Indonesia. Untuk itulah perlu dilakukan suatu model penataan PAUD berbasis asah, asih dan asuh. Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa pembentukan karakter aspek kasih sayang, kepedulian lingkungan, kerjasama menunjukkan adanya peningkatan ke arah yang diharapkan, lebih dari 50% dari jumlah 25 anak mampu melakukan ketiga aspek dan pembentukan karakter. Pada penelitian ini menunjukkan aspek kasih sayang mencapai 80%, aspek kerja sama mencapai 60% sedangkan aspek kepedulian lingkungan mencapai 72%. Sehingga melalui model PAUD berbasis asah, asih, asuh mampu meningkatkan pembentukan karakter pada anak generasi Z. Saat ini yang oleh Ki Hadjar Dewantara dikatakan pendidikan seharusnya membentuk manusia merdeka yang berkembang secara utuh dan

selaras dari segala aspek kemanusiaannya melaluieducate the head, the heart

and the hand.

Kata kunci:PAUD berbasis asah, asih, asih, pembentukan karakter, generasi Z

PENDAHULUAN

“Bangkitnya generasi Emas Indonesia” merupakan tema peringatan hari

Pendidikan Nasional yang dicanangkan oleh Mendikbud, M. Nuh pada 2 Mei 2012 sebagai upaya untuk menyiapkan kado ulang tahun emas seratus tahun Indonesia merdeka. Hal yang mendasarinya adalah terjadinya demografi bonus (demografi deviden) yaitu keadaan jumlah usia muda atau produktif lebih banyak daripada usia tua, yang menurut data statistik tahun 2012, APK anak 0-9 tahun berjumlah 45 juta, sedangkan anak usia 10-19 tahun berjumlah 43 juta. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahun 2045 nanti anak-anak tersebut merupakan aset berharga bagi bangsa Indonesia untuk menjadi generasi penerus yang akan bersaing di era MEA dan AFTA.

PROSIDING SEMINAR NASIONAL DAN BEDAH BUKU |FKIP UKSW, S+ , + -./+24 M0. 2016

Untuk itulah banyak upaya yang mulai dilakukan untuk mempersiapkannya dengan berbagai pembenahan pendidikan, khususnya pada pendidikan anak usia dini yang harus diprioritaskan mutu dan kualitasnya sebagai investasi masa depan bangsa. Hal ini sangat mendesak untuk dilakukannya suatu tindakan penyempurnaan dan penataan bidang pendidikan dan pengajarannya perlu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan teknologi. Sekarang ini, anak-anak yang lahir mulai tahun 2000 di juluki sebagai generasi Z yaitu merupakan generasi digital yang mahir dan sangat kecanduan akan teknologi informasi dengan berbagai aplikasi komputer. Bahkan telah mempunyai ketertarikan pada perangkat gadget disaat usia mereka masih sangat muda. Disamping dampak positifnya, ketergantungan berlebihan terhadap peralatan canggih secara otomatis juga akan membawa dampak negatif bagi perkembangan dan kehidupan mereka, antara lain: sebagai generasi yang menginginkan serba instan, serba mudah, tidak sabaran, kurang suka berkomunikasi secara verbal, cenderung bersikap egosentris dan individualis, tidak menghargai proses dan kecenderungan emosional intelligencenya rendah meskipun kecerdasan intelektualnya berkembang lebih baik.

Hal inilah yang menjadi persoalan bangsa Indonesia nantinya untuk membenahi model penataan pendidikan, khususnya pendidikan anak usia dini sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan karakteristik generasi Z.

Bertumbuhnya pendirian PAUD yang semakin menjamur saat ini, merupakan hal yang sangat menggembirakan sebagai upaya untuk ikut memfasilitasi dan mempersiapkan generasi emas penerus bangsa Indonesia namun disisi lain semakin banyak bermunculan program layanan PAUD yang ditawarkan saat ini cenderung lebih banyak yang hanya diarahkan untuk mementingkan keinginan dan gengsi orang tua saja. Hal ini hanya bertujuan untuk menarik dan mendapatkan jumlah siswa yang banyak. Maraknya program layanan PAUD yang berlabel bilingual dan mengadopsi bahkan menerapkan penggunaan kurikulum luar negeri secara mutlak merupakan tren yang terjadi saat ini. Hal ini sangatlah bertentangan dengan karakter budaya bangsa Indonesia. Selain itu banyak penyelenggara pendidikan anak usia dini yang lebih menitikberatkan pada pembelajaran yang mementingkan kemampuan akademiknya dan mengabaikan aspek-aspek lain sehingga mengesampingkan kebutuhkan anak usia dini untuk mengembangkan seluruh aspek potensinya.

PAUD sebagai lembaga yang memiliki posisi strategis dalam pembentukan karakter bangsa, terlebih di lemabga inilah para anak dari berbagai latar belakang sosial, budaya, ekonomi berkumpul. Untuk itulah program layanannya harus diupayakan agar dapat menginternalisasi nilai-nilai kearifan budaya dapat ditumbuh kembangkan dengan menyeleraskan serta disesuaikan dengan tahap perkembangan

M1234 P3567665 PAUD B 389as:s ;sa<, ;s:<, ;su<=5tu> ?3@935tu>a5Aara>t3r Bag :C353ras:DEFa 55GH:IaGa5:5gs:<

dan potensi anak melalui cara-cara bermain sehingga tidak merampas hak anak untuk bermain sambil belajar. Saat ini permasalahan yang muncul pada anak usia dini, terlihat pada karakter anak yang cenderung egois, kurang dapat bekerjasama karena bersifat individualis serta kurang peduli dan empati. Anak usia dini menggunakan gadget sepanjang hari sehingga akan mengurangi kesempatan berinteraksi dengan orang lain, hal ini akan berakibat kurang mampu bertolerani dan lemahnya pola komunikasi. Selain itu kepedulian anak pada apresiasi kekayaan dan kearifan budaya lokal semakin menurun, hal ini terlihat dari semakin kuatnya pengaruh budaya asing yang merasuki kehidupan anak sebagailife style, meningkatnya kekerasan yang dilakukan antar anak sebagaibullyingmenjadi keprihatinan dunia pendidikan saat ini.

Untuk itulah perlu dirancang suatu model penataan PAUD yang berbasis asah, asih, asuh untuk pembentukan karakter bagi generasi Z. Sistem among: asah, asih, asuh merupakan ajaran dari Ki Hadjar Dewantara yang merupakan pilar pembentukan karakter anak usia dini.

Sistem among: mencakup 3 aspek yaitu: asah, asih dan asuh serta dilandaskan

pada 2 tuntunan yaitu: “Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani”. Tujuan dari sistem among adalah membangun anak didik untuk

menjadi manusia beriman dan bertaqwa, merdeka lahir dan batin, berbudi pekerti luhur, cerdas dan berketrampilan. Melalui model PAUD berbasis among: asah, asih, asuh diharapkan dapat membentuk karakter bagi generasi Z yang berkualitas dan berkepribadian kuat.

Rumusan Permasalahan

Apakah model PAUD berbasis asah, asih, asuh mampu membentuk karakter yang positif bagi generasi Z.

Manfaat Penelitian

Melalui model penataan PAUD berbasis asah, asih, asuh dapat memberikan solusi permasalahan pada pembentukan karakter bagi generasi Z.

Dalam dokumen Proceeding SN FKIP UKSW 24 05 2016 (Halaman 104-106)