• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISISHASIL PENELITIAN

5.1 Model Penerjemahan Tunggal

5.1.1 Transposisi ditandai dengan nomina jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia

Di dalam penelitian ini teridentifikasi hanya 1 (satu) data yang mengalami jenis transposisi ini, dimana nomina jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia, yaitu data nomor 01.

Contoh:

No. Data : 01/BTKKI-h.01

TSu : Aek manuntun lomo angka tolbak gadu-gadu. air menuntun suka (prefiks) runtuh pematang sawah-

pematang sawah TSa : Air mengalir sesukanya, pematang sawah menjadi runtuh.

Pada data di atas, nomina jamak adalah gadu-gadu (pematang sawah- pematang sawah) yang ditandai dengan prefiks angka dan pengulangan kata benda tersebut. Akan tetapi, ketika peribahasa tersebut diterjemahkan ke dalam bahasa sasaran, terjadi pergeseran dari nomina jamak dalam BSu menjadi nomina

tunggal dalam BSa dimana gadu-gadu yang seharusnya diterjemahkan menjadi pematang sawah-pematang sawah hanya diterjemahkan menjadi pematang sawah. Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah karena alasan tertentu, yaitu adanya struktur bahasa yang berbeda antara BSu dan BSa sehingga penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain untuk melakukan transposisi.

5.1.2 Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur tentunya pasti digunakan dalam menerjemahkan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia mengingat antara bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia memiliki struktur kalimat yang berbeda. Bahasa Batak Toba secara umum memiliki struktur Verba+Subjek+Objek sedangkan bahasa Indonesia memiliki struktur Subjek+Verba+Objek. Dari 21 data penerjemahan tunggal, terdapat 4 data yang menggunakan transposisi ditandai dengan pergeseran struktur, yaitu data yang nomor 17, 20, 32, dan 63.

Contoh:

No. Data : 17/BTKKI-h.17

TSu : Ia tibu hamu lao, tibu hamu dapotan.

jika cepat kamu pergi cepat kamu mendapat TSa : Jika kamu cepat berangkat, kamu cepat mendapat.

Peribahasa pada TSu dan TSa merupakan kalimat yang terdiri atas dua klausa. Peribahasa pada TSu memiliki struktur kalimat Konjungsi + Adverbia + Subjek + Verba, Adverbia + Subjek + Verba tetapi struktur tersebut bergeser ketika diterjemahkan ke TSa yaitu Konjungsi + Subjek + Adverbia + Verba, Subjek + Adverbia + Verba. Pergeseran struktur yang terjadi dapat dilihat dari

posisi subjek dan adverbia. Pada TSu, adverbia terletak sebelum subjek sedangkan pada TSa, adverbia terletak setelah subjek.

Pada dasarnya penerjemah dapat menerjemahkan peribahasa pada TSu mengikuti struktur yang ada. Akan tetapi, hal tersebut tidak lazim. Oleh karena itu, penerjemah melakukan pergeseran struktur sehingga terjemahan terasa alami dan pesan yang terdapat dalam peribahasa dapat tersampaikan dengan jelas.

5.1.3 Transposisi ditandai dengan pergeseran unit

Transposisi ditandai dengan pergeseran unit disini misalnya pergeseran kata menjadi klausa, frasa menjadi klusa, dan sebagainya. Transposisi jenis ini untuk penerjemahan tunggal hanya ditemukan pada data nomor 24.

Contoh:

No. Data : 24/BTKKI-h.24

TSu : Manat unang tartuktuk, nanget unang tarrobung.

hati-hati jangan tersandung pelan jangan terperosok TSa : Berhati-hati agar tidak tersandung, pelan-pelan agar tidak terperosok.

Transposisi unit yang terjadi pada data di atas adalah pergeseran unit kata menjadi frasa. Kata unang (jangan) dalam TSu diterjemahkan menjadi frasa “agar tidak” dalam TSa. Pergeseran unit ini dilakukan oleh penerjemah dengan maksud untuk mengisi kesenjangan leksikal dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur gramatikal. Kesenjangan leksikal disini adalah pergeseran fungsi kata “jangan” yang pada TSu berfungsi sebagai penanda kalimat larangan menjadi frasa “agar tidak” yang pada TSu berfungsi sebagai kalimat anjuran/nasihat.

5.1.4 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa Transposisi jenis ini juga merupakan jenis transposisi yang dilakukan dengan maksud mengisi kesenjangan leksikal dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur gramatikal. Dalam hal ini kesenjangan leksikal terlihat dari peranti gramatikal yang mempunyai fungsi tekstual , seperti /-lah/ dan /-pun/. Transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 02, 12, 13, 48, dan 52.

Contoh:

No. Data : 02/BTKKI-h.2

TSu : Agia malap-malap, asal ma di hangoluan.

biar menderita asal (partikel) di kehidupan. TSa : Biar menderita asal hanya dalam kehidupan.

Peranti gramatikal dalam TSu adalah partikel ma (/-lah/) yang berfungsi untuk menekankan atau menegaskan fokus dalam kalimat, yaitu “di kehidupan”. Ketika diterjemahkan ke TSa peranti gramatikal berubah menjadi kata “hanya” yang sekaligus menyebabkan terjadinya pergeseran level, yaitu dari morfem menjadi kata.

5.1.5 Modulasi wajib ditandai dengan pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.

Modulasi wajib jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 11, 54, 57, 60, dan 65.

Contoh:

No. Data : 60/BTKKI-h.60

TSu : Togon marmahan sabara horbo sian

marmahan sada jolma.

memelihara satu manusia

TSa : Lebih mudah memelihara sekandang harimau, daripada mengurus satu manusia.

Pada TSu terdapat perbandingan antara memelihara “kerbau” dengan “manusia”, tetapi pada TSa terjadi perubahan sudut pandang dimana “kerbau” diterjemahkan menjadi “harimau” yang juga dibandingkan dengan manusia. Hal ini tentunya terjadi karena adanya perbedaan budaya. Bagi orang Batak Toba “kerbau” merupakan binatang yang istimewa. Akan tetapi, bagi masyarakat Indonesia secara umum, “harimau” dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan binatang-binatang lainnya karena harimau identik dengan sifat “buas” sehingga tidaklah mudah memelihara harimau. Oleh karena itu, modulasi yang dilakukan oleh penerjemah bersifat wajib sehingga perlu dimunculkan yang ditandai dengan pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.Hal ini sesuai dengan sifat dari peribahasa itu sendiri, sehingga modulasi yang terjadi dapat menunjukkan adanya makna mendalam atau khusus dari peribahasa tersebut.

5.1.6 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya

Modulasi bebas adalah prosedur penerjemahan yang dilakukan karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna, menimbulkan kesetalian dalam BSa, dan mencari padanan yang terasa alami dalam BSa, salah satunya adalah dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersurat dalam BSu dan sebaliknya. Modulasi bebas jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 25, 26, 27, 36, 55, 66, dan 68.

Contoh:

No. Data : 55/BTKKI-h.55

TSu : Sahali margapgap, pitu hali iba so porsea.

sekali berbohong tujuh kali saya tidak percaya TSa : Sekali berdusta, tujuh kali tak dipercaya.

Pada TSu kata iba (saya) dinyatakan secara tersurat sehingga kata “saya” dalam hal ini memberikan implikasi bahwa yang berbohong atau pelaku adalah subjek yang lain sedangkan pada TSa kata iba (saya) dinyatakan secara tersirat yang membuat makna peribahasa lebih bersifat umum dimana siapa saja berpotensi menjadi subjek atau pelaku. Dengan demikian, modulasi bebas yang dilakukan oleh penerjemah dalam hal ini membuat peribahasa TSa lebih terasa alami.

5.1.7 Modulasi bebas ditandai dengan dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya

Modulasi bebas jenis ini hanya ditemukan pada data nomor 11. Contoh:

No. Data : 11/BTKKI-h.11

TSu : Hatop adong pinareakna, lambat adong pinaimana.

cepat ada yang berjalan lambat ada yang ditunggu. TSa : Cepat ada yang dikejar, lambat ada yang ditunggu.

Sebagian aspek makna pada TSu dapat diungkapkan pada TSa, yaitu “lambat ada yang ditunggu”. Akan tetapi, sebagian aspek makna lain mengalami perubahan sudut pandang dimana kata pinareakna (yang berjalan) pada TSu yang merupakan kata yang bernuansa umum dan diterjemahkan ke TSa menjadi “yang

dikejar” yang merupakan kata yang bernuansa khusus. Dengan demikian, terdapat kesetalian makna baik pada TSu maupun TSa.

Dokumen terkait