• Tidak ada hasil yang ditemukan

Transposisi Dan Modulasi Dalam Terjemahan Peribahasa Pada Buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia’ Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Transposisi Dan Modulasi Dalam Terjemahan Peribahasa Pada Buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia’ Chapter III VI"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Bogdan and Taylor (1975) menjelaskan definisi metode kualitatif yaitu: “qualitative methodologies refer to research procedures which produce descriptive data:

people ownwritten or spoken and observable behavior.” Pendapat ini menegaskan bahwa metode penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif tentang apa yang ditulis atau diucapkan masyarakat dan juga perilaku yang dapat diamati. Hal senada dinyatakan oleh Silalahi (2012) bahwa pada pendekatan kualitatif deskriptif, data yang dikaji adalah data kualitatif, yang dalam penelitian ini berwujud peribahasa dalam tataran kalimat dan penilaian dari

rater.

Penelitian ini berorientasi pada produk atau karya terjemahan. Satuan terjemahan (translation unit) yang dikaji adalah peribahasa yang berada pada tataran kalimat. Seperti yang telah dijelaskan pada bab pendahuluan, penelitian ini bertujuan untuk (1)menemukan dan mendeskripsikan jenis transposisi dan modulasi yang terdapat dalam terjemahan peribahasa Batak Toba pada buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia’ dalam bahasa Indonesia dan (2) menemukan dan mendeskripsikan bagaimana pengaruh transposisi dan modulasi terhadap kualitas terjemahan peribahasa Batak Toba pada buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia’ dalam bahasa Indonesia.

(2)

menemukan teks peribahasa yang mengalami transposisi dan modulasi (2) penemuan pada tahap pertama dapat digunakan sebagai landasan untuk mengetahui jenistransposisi dan modulasi yang diterapkan pada penerjemahan peribahasa tersebut, (3) prosedur transposisi dan modulasi yang diterapkan oleh penerjemah pada dasarnya dimaksudkan untuk menghasilkan terjemahan yang berkualitas. Oleh karena itu, dampak dari penerapan prosedur tersebut terhadap kualitas terjemahan tersebut juga perlu dikaji, yang dalam hal ini mencakup tiga hal, yaitu (1) tingkat keakuratan, (2) tingkat keberterimaan, dan (3) tingkat keterbacaan.

3.2 Langkah-langkah Penelitian

Secara umum, langkah-langkah penelitian mencakup hal-hal berikut, yaitu: 1. Menetapkan sumber data, data, dan satuan terjemahan yang hendak

dikaji.

2. Menetapkan masalah dan tujuan penelitian

3. Membandingkan teks bahasa sumber dan teks terjemahan untuk menemukan transposisi dan modulasi.

4. Menganalisis dan menentukan jenis transposisi dan modulasi yang terdapat pada teks terjemahan.

5. Menganalisis penilaian rater untuk mengetahui tingkat keakuratan, keterbacaan, dan keberterimaan terjemahan.

(3)

7. Menarik kesimpulan penelitian dan mengajukan saran serta implikasi penelitian.

3.3 Data dan Sumber Data 3.3.1 Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup dua kategori. Kategori pertama adalah 72 peribahasa dalam bentuk kalimat yang terdapat pada buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Bangsa Indonesia’ dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Analisis terhadap data kategori pertama ini akan mengungkapkan jenistransposisi dan modulasi yang diterapkan pada terjemahan peribahasa Batak Toba. Kategori kedua merupakan penilaian raterdan peneliti terhadap tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang akan menjadi tolak ukur untuk menentukan kualitas dari terjemahan.

3.3.2 Sumber Data

(4)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan menerapkan tiga macam teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Analisis isi(content analysis)

Teknik ini diterapkan untuk mengumpulkan data yang terkait dengan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi. Menurut Salim dan Syahrum (2007), analisis isi meliputi hal-hal berikut: 1) Data yang tersedia sebagian besar terdiri dari bahan-bahan yang berdokumentasi, 2) Pemberian unsur-unsur teori tertentu mengenai data tersebut karena bahasa yang digunakan oleh subyek yang diteliti sulit dipahami, dan 3) Peneliti memiliki kemampuan teknis karena sering kali volume materi melebihi kemampuan peneliti untuk menanganinya.

2. Kuesioner (questionnaire)

Teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan, yang mencakup tingkat keakuratan, tingkat keterbacaan, dan tingkat keberterimaan.

3. Wawancara mendalam (in-depth interviewing)

(5)

Seperti yang telah dijelaskan di atas, penelitian ini juga menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data tentang kualitas terjemahan. Dalam kaitan itu, di dalam penelitian ini digunakan tiga kuesioner. Kuesioner pertama disebut

Accuracy Rating Instrument, yang dimanfaatkan untuk menentukan tingkat keakuratan terjemahan. Kuesioner kedua disebut Acceptability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keberterimaan terjemahan. Kuesioner ketiga disebut Readability Rating Instrument, yang digunakan untuk mengukur tingkat keterbacaan terjemahan (Silalahi: 2009).

Tabel 3.1 Instrumen pengukuran tingkat keakuratan terjemahan

Skala Nilai Kategori Terjemahan

Kriteria Penilaian

3 Akurat Peribahasa-peribahasa dalam teks sumber dialihkan secara akurat ke dalam teks sasaran dan sama sekali tidak terjadi distorsi makna.

2 Kurang akurat Sebagian besar makna peribahasa dalam teks sumber sudah dialihkan secara akurat ke dalam teks sasaran. Namun, masih terdapat distorsi makna atau makna ganda (ambigu) atau ada makna yang dihilangkan, yang mengganggu keutuhan pesan.

1 Tidak akurat Makna peribahasa dalam teks sumber dialihkan secara tidak akurat ke dalam teks sasaran atau dihilangkan (deleted).

(6)

Tabel 3.2 Instrumen pengukuran tingkat keberterimaan terjemahan

Skala Nilai Kategori Terjemahan

Kriteria Penilaian

3 Berterima Terjemahan terasa alamiah. Meskipun berupa peribahasa, tetap memperhatikan kaidah gramatikal bahasa Indonesia.

2 Kurang berterima Pada umumnya terjemahan peribahasa sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan dan pemilihan kata atau terjadi sedikit kesalahan gramatikal.

1 Tidak berterima Terjemahan peribahasa tidak alamiah (kaku) atau terasa seperti karya terjemahan.

Silalahi (2009) dengan modifikasi Tabel 3.2 merupakan instrumen pengukuran tingkat keberterimaan terjemahan dengan menggunakan skala 1-3 yang merupakan pedoman bagi rater

dalam menentukan tingkat keberterimaan terjemahan. Sama halnya dengan instrumen pengukuran sebelumnya, nilai tertinggi adalah 3 dan nilai terendah adalah 1. Semakin tinggi skor yang diberikan rater, semakin tinggi tingkat keberterimaan terjemahan dan sebaliknya.

Instrumen selanjutnya adalah intrumen pengukur tingkat keterbacaan terjemahan. Skala nilainya juga sama dengan 2 (dua) instrumen sebelumnya, yaitu 3 sebagai nilai tertinggi dan 1 sebagai nilai terendah. Semakin tinggi tingkat keterbacaan suatu teks, semakin mudah teks tersebut dipahami dan sebaliknya.

Tabel 3.3 Instrumen pengukuran tingkat keterbacaan terjemahan

Skala Nilai Kategori Terjemahan

Kriteria Penilaian

3 Tingkat

keterbacaan tinggi

Terjemahan dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca.

2 Tingkat

keterbacaan sedang

(7)

untuk memahami terjemahan.

1 Tingkat

keterbacaan rendah

Terjemahan sulit dipahami oleh pembaca.

Silalahi (2009) dengan modifikasi Secara sederhana penilaian kualitas penerjemahan dapat dilihat pada tabel 3.4 di bawah ini.

Tabel 3.4 Penilaian kualitas terjemahan

No. Teks Sumber Teks Sasaran

Nilai

Keakuratan Keberterimaan Keterbacaan 1 Agia malap-malap,

Nababan, dkk (2012) dengan modifikasi

3.5.Analisis Data

(8)

Secara rinci langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:

1. Membaca buku Batak Toba dan Karakter Kearifan Bangsa Indonesia’ secara keseluruhan.

2. Mengidentifikasi peribahasa dalam tataran kalimat yang mengalami transposisi dan modulasi.

3. Menentukan jenis tranposisi dan modulasi menurut Machali (2009). 4. Menguji kualitas terjemahan dari segi keakuratan, keberterimaan, dan

keterbacaan berdasarkan model yang digunakan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012).

(9)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu: 1) Memaparkan tentang model prosedur penerjemahan 2) Menjelaskan tentang jenis transposisi dan modulasi yang digunakan oleh penerjemah dalam menerjemahkan teks peribahasa Batak Toba dari BSu (bahasa Batak Toba) ke BSa (bahasa Indonesia) dan 3) Menilai kualitas terjemahan peribahasa pada buku “Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia” dari segi keakuratan (accuracy), keterbacaan (readability), dan keberterimaan (acceptability)). Pembahasan tersebut akan dijelaskan secara sistematis sesuai dengan urutan permasalahan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.

4.1Model Prosedur Penerjemahan

Menurut KBBI (2008) model dapat diartikan sebagai pola (contoh, acuan, ragam, dsb) dari sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan menurut

Oxford Advanced Learner’s Dictionary (1995) model adalah a simple description of system for explaining, calculating, etc. or a system used as a basis for a

(10)

dikaji dalam penelitian ini, yaitu dalam menentukan jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba sekaligus mengukur kualitas dari terjemahan tersebut.

Data yang dikaji dalam penelitian ini adalah peribahasa dalam bentuk kalimat yang diterjemahkan dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia dimana unsur-unsur yang membentuknya saling berkaitan satu sama lain. Sejalan dengan hal tersebut, dalam menerjemahkan peribahasa-peribahasa tersebut penerjemah tidak hanya menerapkan salah satu dari jenis transposisi ataupun modulasi tetapi juga dapat menerapkan dua, tiga, atau empat jenis transposisi dan modulasi yang ada.

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa penerjemah menggunakan salah satu dari jenis transposisi atau modulasi atau yang lebih dikenal dengan model penerjemahan tunggal dan juga menggunakan perpaduan dari jenis transposisi dan modulasi, yaitu kuplet (2 jenis), triplet (3 jenis), dan kwartet (4 jenis).

Seluruh data yang dianalisis berjumlah 72 data. Dari keseluruhan data yang dianalisis ditemukan bahwa terdapat 23 data dengan model penerjemahan tunggal, 42 data dengan model penerjemahan kuplet, 4 data dengan model penerjemahan triplet dan 3 data dengan model penerjemahan kwartet.

(11)

Tabel 4.1 Rekapitulasi persentase penerapan model penerjemahan

No Model Penerjemahan Jumlah Persentase

(%)

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa persentase penerapan model penerjemahan kuplet mendominasi pada terjemahan peribahasa dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Secara sederhana, perbandingan penerapan model penerjemahan dapat dilihat pada diagram 4.1 berikut ini.

Diagram 4.1. Perbandingan penerapanmodel penerjemahan

Tabel 4.1. dan diagram 4.1. menunjukkan bahwa penerapan model penerjemahan ganda lebih banyak dari pada model penerjemahan tunggal dan perbandingan keduanya dapat terlihat pada tabel dan diagram berikut ini.

(12)

Tabel 4.2 Perbandingan penerapan model penerjemahan tunggal dan ganda

No Prosedur Penerjemahan Angka Persentase

(%)

1 Penerjemahan tunggal 23 31,94

2 Penerjemahanganda 49 68,06

Total 72 100

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa penerjemahan ganda yang meliputi penerjemahan kuplet, triplet, dan kwartet dominan digunakan dalam penerjemahan peribahasa Batak Toba. Penerjemahan ganda mendominasi lebih dari setengah data yang ada, seperti yang terlihat dalam diagram 4.2 berikut ini.

Diagram 4.2Perbandingan penerapan penerjemahan tunggal dan ganda

Tabel 4.2. dan diagram 4.2 menunjukkan bahwa dominasi penggunaan model penerjemahan ganda daripada model penerjemahan tunggal yang digunakan penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia memiliki arti bahwa lebih banyak peribahasa yaitu sebesar 68,06% yang mengalami lebih dari satu jenis transposisi maupun modulasi ketika diterjemahkan dari BSu ke BSa.

Penerjemahan Tunggal

Penerjemahan Ganda Penerjemahan

Ganda 68,06%

Penerjemahan Tunggal

(13)

4.1.1 Model Penerjemahan Tunggal

Model penerjemahan tunggal memiliki artibahwa dalam menerjemahkan teks sumber ke teks sasaran, penerjemah hanya menggunakan satu jenis prosedur penerjemahan, baik dari transposisi ataupun modulasi.Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan 7 model penerjemahan tunggal, baik dari jenis transposisi ataupun modulasi yang digunakan oleh penerjemah, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.3 Model penerjemahan tunggal

No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Presentase (%) 1. Transposisi ditandai dengan nomina jamak dalam bahasa

Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia.

1 4,35

2. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur. 4 17,39 3. Transposisi ditandai dengan pergeseran unit. 1 4,35 4. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual

penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa.

5 21,74

5. Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.

4 17,39

6. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya.

7 30,43

7. Modulasi bebas ditandai dengan dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya.

1 4,35

Total 23 100

(14)

tentunya sangat berkaitan erat dengan salah satu ciri dari peribahasa itu sendiri, yaitu memiliki makna khusus di dalamnya.

4.1.2 Model Penerjemahan Kuplet

Model penerjemahan kuplet artinya penerapan dua jenis dari prosedur penerjemahan transposisi ataupun modulasi atau gabungan kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut. Hasil analisis data yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dari 38 data, ditemukan 12 model penerjemahan kuplet, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.4 Model penerjemahan kuplet

No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Persentase (%) 1. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan

secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit.

6 14,29

2. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

1 2,38

3. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

9 21,43

4. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya.

1 2,38

5. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit.

1 2,38

6. Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari

(15)

bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya + Modulasi bebas ditandai dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi posistif dalam BSa. 7. Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan

kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

3 7.14

8. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + Modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya.

2 4,76

9. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya.

7 16,67

10. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya.

1 2,38

11. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.

9 21,43

12. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.

1 2,38

Total 42 100

(16)

BSu dan sebaliknya dan modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa, yaitu sebesar 21,43%. Hal ini sangatlah sesuai dengan ciri dari peribahasa yang sarat dengan makna sehingga perlu adanya eksplisitasi (memperjelas apa yang tersirat dalam makna) ataupun implisitasi (tidak dinyatakan secara jelas apa yang tersurat dalam makna). Selain itu, perbedaan struktur kalimat antara BSu dan BSa sangat berpotensi terjadinya transposisi yang ditandai dengan pergeseran struktur.

4.1.3 Model Penerjemahan Triplet

Model penerjemahan triplet dapat diartikan sebagai penerapan tiga jenis dari transposisi ataupun modulasi atau gabungan kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, ditemukan 4model penerjemahan kuplet dari 4 data yang ada, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Model penerjemahan triplet

No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Presentase (%) 1. Transposisi ditandai dengan suatu perangkat

tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

1 25

2. Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya+ Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

1 25

3. Transposisi dengan pergeseran unit + Modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa + Modulasi bebas

(17)

ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya. 4. Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan

secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa. + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

1 25

Total 4 100

Dari jumlah jenis transposisi dan modulasi pada tabel 4.5 terlihat bahwa untuk model penerjemahan triplet, jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam menerjemahkan peribahasa dari BSu ke BSa memiliki presentase yang sama. Artinya tidak ada jenis transposisi maupun modulasi yang dominan untuk penerjemahan triplet.

4.1.4 Model Penerjemahan Kwartet

Model penerjemahan kwartet adalah penerapan empat jenis dari transposisi ataupun modulasi saja atau gabungan kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut. Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, dari 3 data yang dianalisis, ditemukan 3model penerjemahan kwartet, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini.

Tabel 4.5 Model penerjemahan kwartet

No. Jenis Transposisi dan Modulasi Jumlah Persentase (%) 1. Transposisi dengan suatu perangkat tekstual penanda

fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa+Modulasi bebas ditandai dengan bentuk positif dalam BSu menjadi bentuk negatif ganda dalam Bsa + Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

(18)

2. Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam Bsa + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit + Transposisi ditandai dengan pergeseran kelas.

1 33,33

3 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur.

1 33,33

Total 3 100

Berdasarkan tabel 4.6. terlihat bahwa presentase ketiga model penerjemahan kwartet adalah sama. Artinya tidak ada model penerjemahan kwartet yang mendominasi data yang ada. Jika ditotalkan persentase jenis transposisi dan modulasi untuk model penerjemahan kwartet besarnya adalah 99,99%. Akan tetapi, jumlah data yang ganjil dengan proporsi yang sama tidak memungkinkan untuk mendapatkan hasil 100%. Oleh karena itu, dilakukan pembulatan sehingga hasil yang diperoleh mencapai 100%.

4.2 Jenis Transposisi dan Modulasi

(19)

4.2.1 Transposisi

Berdasarkan teori mengenai jenis-jenis transposisi yang digagasi oleh Machali (2009), jenis-jenis transposisi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia pada buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia’ dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Jenis transposisi pada terjemahan peribahasa Batak Toba

No. Data

Jenis Transposisi Jumlah Persentase (%) A Pergeseran bentuk wajib dan otomatis yang

disebabkan oleh sistem dan kaidah bahasa. Dalam hal ini penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain melakukannya.

1. Nomina Jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam Bahasa Indonesia dan sebaliknya.

1 1,85

2. Pengulangan adjektiva atau kata sifat dalam bahasa Indonesia yang maknanya menunjukkan variasi yang tersirat dalam adjektiva menjadi penjamakan nominanya dalam bahasa Batak Toba.

0 0

3. Adjektiva + nomina menjadi nomina + pemberi sifat.

5 9,26

B Pergeseran yang dilakukan apabila suatu struktur gramatikal dalam BSu tidak ada dalam BSa.

1. Peletakkan objek di latar depan dalam bahasa Indonesia tidak ada dalam konsep struktur grammatikal bahasa Batak Toba, kecuali dalam kalimat pasif atau struktur khusus, sehingga terjadi pergeseran bentuk menjadi struktur kalimat berita biasa.

0 0

2. Peletakkan verba di latar depan dalam bahasa Batak Toba tidak lazim dalam struktur bahasa Indonesia, kecuali dalam kalimat imperatif. Maka padanannya menjadi struktur kalimat berita biasa.

10 18,52

C Pergeseran yang dilakukan karena alasan kewajaran pengungkapan.

1. Nomina/frasa nomina dalam BSu menjadi verba dalam BSa.

5 9,26

(20)

atau frasa nominal dalam Bsu menjadi nomina + nomina dalam Bsa.

3. Klausa dalam bentuk partisipium dalam BSu dinyatakan secara penuh dan eksplisit dalam BSa.

2 3,70

4. Frase nominal dengan adjektiva bentukan dari verba (tak) transitif dalam BSu menjadi nomina + klausa dalam BSa.

0 0

5. Semua struktur yang oleh Catford (1965) disebut pergeseran kelas adalah transposisi.

1 1,85

D Pergeseran yang dilakukan untuk mengisi kesenjangan leksikal (termasuk perangkat tekstual seperti/-lah /-pun/ dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur grammatikal. 1. Suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam

BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa.

20 37,04

2. Pergeseran unit dalam ‘istilah’ Catford (1965) termasuk dalam transposisi jenis ini yaitu misalnya dari kata menjadi klausa, frase menjadi klausa, dan sebagainya, yang sering kita jumpai dalam penerjemahan kata-kata lepas bahasa Inggris.

10 18,52

Total 54 100

Berdasarkan tabel 4.7. di atas terlihat bahwa dari ke 12 jenis transposisi yang dikemukakan oleh Machali (2009), jenis transposisi dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam TSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam TSa memiliki presentase tertinggi yaitu 37,04%. Transposisi tersebut pada dasarnya dilakukan untuk mengisi kerumpangan kosa kata dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur grammatikal. Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan, peranti gramatikal pada TSu semuanya berbentuk partikel yaitu

(21)

4.2.2 Modulasi

Teori yang digunakan dalam menganalisis jenis-jenis modulasi dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia pada buku ‘Batak Toba Karakter Kearifan Indonesia’ adalah teori yang digagasi oleh Machali (2009) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Jenis modulasi pada terjemahan peribahasa Batak Toba

No. Data

Jenis Modulasi Jumlah Persentase (%) A Modulasi wajib yang dilakukan apabila suatu

kata, frasa, atau struktur tidak ada padanannya dalam BSa sehingga perlu dimunculkan.

1. Pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada dalam BSa.

15 20

2. Struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya.

6 8

3. Struktur subjek yang dibelah dalam bahasa Indonesia perlu modulasi dengan menyatukannya dalam bahasa Batak Toba.

0 0

4. Penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari makna bernuansa khusus ke umum dan sebaliknya.

6 8

B Modulasi bebas yang dilakukan karena alasan linguistik, misalnya untuk memperjelas makna menimbulkan kesetalian dalam BSa, dan sebagainya.

1. Menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya

44 58, 67

2. Frase prepositional sebab-akibat dalam BSu menjadi klausa sebab akibat dalam BSa

0 0

3. Bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa.

4 5, 33

Total 75 100

(22)

terjadi dikarenakan peribahasa itu sendiri memiliki makna tersendiri yang terkadang tidak dapat dipahami secara langsung. Oleh karena itu, diperlukan prosedur penerjemahan yang tepat sehingga makna atau pesan peribahasa pada TSu dapat tersampaikan pada TSa.

Berdasarkan hasil analisis jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam penerjemahan peribahasa Batak Toba dari BSu ke BSa, maka perbandingan persentase antara kedua jenis prosedur penerjemahan tersebut dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut ini.

Diagram 4.3 Perbandingan penggunaan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi

Berdasarkan diagram 4.3 terlihat bahwa prosedur penerjemahan modulasi lebih dominan dibandingkan prosedur penerjemahan transposisi dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia. Akan tetapi, selisih persentase antara keduanya tidaklah terlalu jauh. Hal ini menunjukkan bahwa kedua prosedur penerjemahan tersebut memiliki kedudukan yang sama penting dalam penerjemahan peribahasa-peribahasa Batak Toba tersebut.

Transposisi

Modulasi Modulasi

58,14%

(23)

4.3Kualitas Terjemahan

Telah dijelaskan pada bab 2 bahwa penilaian kualitas terjemahan meliputi 3 (tiga) hal, yaitu tingkat keakuratan (accuracy), tingkat keberterimaan (acceptabilty), dan tingkat keterbacaan (readability). Untuk melihat pengaruh prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi terhadap kualitas terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia digunakan model penilaian kualitas terjemahan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012). Berikut hasil penilaian tingkat keakuratan (accuracy), tingkat keberterimaan (acceptabilty), dan tingkat keterbacaan (readability) akibat dari penerapan prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi pada terjemahan peribahasa Batak Toba secara keseluruhan.

4.3.1 Kualitas Terjemahan Menggunakan Transposisi 4.3.1.1 Keakuratan Terjemahan Menggunakan Transposisi

(24)

peribahasa dikategorikan tidak akurat adalah makna peribahasa dalam TSu dialihkan secara tidak akurat ke dalam TSa atau dihilangkan (deleted).

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala 1 – 3 dengan 3 untuk skor tertinggi dan 1 untuk skor terendah. Semakin tinggi skor yang diberikan oleh rater, semakin akurat pula terjemahan yang dihasilkan. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diberikan, semakin rendah pula tingkat keakuratan terjemahan tersebut.

Dari 72 data, 13 data mengalami transposisi, 23 mengalami modulasi, dan 36 mengalami transposisi dan modulasi. Sehingga terdapat 49 data yang mengalami transposisi dengan 42 data dikategorikan akurat, 6 data kurang akurat, dan 1 data tidak akurat. Tingkat keakuratan dari terjemahan yang mengalami transposisi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.9Tingkat keakuratan terjemahan menggunakan transposisi

No Tingkat Keakuratan Angka Persentase

(%)

1 Akurat 42 85,71

2 Kurang akurat 6 12,25

3 Tidak akurat 1 2,04

Total 49 100

4.3.1.2 Keberterimaan Terjemahan Menggunakan Transposisi

(25)

Sesuai dengan instrumen penilaian tingkat keberterimaan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012), tingkat keberterimaan dalam penelitian ini dibagi atas (tiga) kategori, yaitu berterima, kurang berterima, dan tidak berterima. Sebuah terjemahan dikategorikan berterima apabila terjemahan terasa alamiah. Meskipun berupa peribahasa, tetap memperhatikan kaidah gramatikal bahasa Indonesia. Selanjutnya sebuah terjemahan dikategorikan kurang berterima apabila secara umum terjemahan sudah terasa alamiah; namun ada sedikit masalah pada penggunaan dan pemilihan kata atau terjadisedikit kesalahan gramatikal. Sedangkan untuk terjemahan kategori tidak berterima adalah terjemahan peribahasa tidak alamiah (kaku) atau terasa seperti karya terjemahan. Skala yang digunakan adalah 3,2,1 dengan 3 sebagai nilai tertinggi dan 1 nilai terendah. Semakin tinggi nilai yang diberikan oleh rater, semakin tinggi tingkat keberterimaan dari terjemahan tersebut dan sebaliknya.

Transposisi yang digunakan pada suatu terjemahan tentunya juga sangat berpengaruh pada kualitas terjemahan tersebut, khususnya dalam hal keberterimaan. Berikut rekapitulasi tingkat keberterimaan terjemahan peribahasa yang mengalami transposisi.

Tabel 4.10 Tingkat keberterimaan terjemahan menggunakan transposisi

No Tingkat Keberterimaan Angka Persentase

(%)

1 Berterima 43 87,76

2 Kurang berterima 6 12,24

3 Tidak berterima 0 0

(26)

4.3.1.3 Keterbacaan Terjemahan Menggunakan Transposisi

Tingkat keterbacaan dalam penilaian kualitas terjemahan memiliki arti mudah tidaknya suatu teks terjemahan dipahami oleh pembaca. Sesuai dengan instrumen penilaian tingkat keterbacaan oleh Silalahi (2009) dan Nababan, dkk (2012), tingkat keterbacaan untuk menentukan kualitas terjemahan sebagai akibat dari diterapkannya prosedur penerjemahan transposisi dan modulasi juga dibagi atas 3 kategori yaitu terjemahan dengan tingkat keterbacaan tinggi, sedang, dan rendah. Parameter suatu terjemahan dikatakan memiliki tingkat keterbacaan tinggi adalah terjemahan dapat dipahami oleh pembaca dan untuk terjemahan dengan tingkat keterbacaan sedang adalah terjemahan dapat dipahami oleh pembaca pada umumnya; namun ada bagian tertentu yang harus dibaca lebih dari satu kali untuk memahami terjemahan. Sedangkan parameter untuk terjemahan dengan kategori tingkat keterbacaan rendah adalah terjemahan sulit dipahami oleh pembaca. Skala yang digunakan adalah 3, 2,1 dengan 3 nilai tertinggi dan 1 nilai terendah. Semakin tinggi skala yang diberikan rater berarti semakin mudah suatu terjemahan dimengerti sekaligus semakin tinggi tingkat keterbacaan terjemahan tersebut.

(27)

Tabel 4.11Tingkat keterbacaan terjemahan menggunakan transposisi

No Tingkat Keterbacaan Angka Persentase

(%)

1 Tinggi 42 85,71

2 Sedang 7 14,29

3 Rendah 0 0

Total 49 100

Dari tabel 4.9, 4.10, dan 4.11 terlihat bahwa terjemahan yang menggunakan modulasi memiliki tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase dari terjemahan yang berkategori akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa transposisi yang dilakukan penerjemah dalam menerjemahkan peribahasa dari BSu ke BSa sudah sesuai dengan kaidah bahasa pada BSa sekaligus juga menunjukkan bahwa kualitas terjemahan yang menggunakan transposisi sangat baik.

4.3.2 Kualitas Terjemahan Menggunakan Modulasi 4.3.2.1 Keakuratan Terjemahan Menggunakan Modulasi

(28)

Tabel 4.12 Tingkat keakuratan terjemahan yang menggunakan modulasi

No Tingkat Keakuratan Angka Persentase

(%)

1 Akurat 37 62,71

2 Kurang akurat 17 28,81

3 Tidak akurat 5 8,48

Total 59 100

4.3.2.2Keberterimaan Terjemahan Menggunakan Modulasi

Modulasi yang diterapkan pada suatu terjemahan juga sangat berpengaruh dalam menentukan tingkat keberterimaan suatu terjemahan. Berikut tingkat keberterimaan terjemahan peribahasa yang mengalami modulasi pada penelitian ini.

Tabel 4.13 Tingkat keberterimaan terjemahan menggunakan modulasi

No Tingkat Keberterimaan Angka Persentase

(%)

1 Berterima 46 77,97

2 Kurang berterima 13 22,03

3 Tidak berterima 0 0

Total 59 100

4.3.2.3Keterbacaan Terjemahan Menggunakan Modulasi

(29)

Tabel 4.14Tingkat keterbacaan terjemahan menggunakan modulasi

No Tingkat Keterbacaan Angka Persentase

(%)

1 Tinggi 54 91,53

2 Sedang 5 8,47

3 Rendah 0 0

Total 59 100

Dari tabel 4.12, 4.13, dan 4.14terlihat bahwa terjemahan yang menggunakan modulasi juga memiliki tingkat keakuratan, keberterimaan, dan keterbacaan yang tinggi. Hal ini dapat dilihat dari tingginya persentase dari terjemahan yang berkategori akurat, berterima, dan memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa modulasi yang dilakukan oleh penerjemahan mampu menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dari BSu ke BSa dan sekaligus juga menunjukkan bahwa kualitas terjemahan yang menggunakan transposisi sangat baik.

(30)

BAB V

ANALISISHASIL PENELITIAN

Pada bab IV telah ditampilkan hasil penelitian yang meliputi model prosedur penerjemahan dan jenis-jenis transposisi dan modulasi yang digunakan dalam terjemahan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia serta kualitas dari terjemahan yang mengalami transposisi dan modulasi dari segi keakuratan (accuracy), keberterimaan (acceptability), dan keterbacaan

(readability). Berikut ini akan dibahas secara mendalam hasil dari penelitian tersebut.

5.1Model Penerjemahan Tunggal

5.1.1 Transposisi ditandai dengan nomina jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia

Di dalam penelitian ini teridentifikasi hanya 1 (satu) data yang mengalami jenis transposisi ini, dimana nomina jamak dalam bahasa Batak Toba menjadi tunggal dalam bahasa Indonesia, yaitu data nomor 01.

Contoh:

No. Data : 01/BTKKI-h.01

TSu : Aek manuntun lomo angka tolbak gadu-gadu. air menuntun suka (prefiks) runtuh pematang sawah-

pematang sawah TSa : Air mengalir sesukanya, pematang sawah menjadi runtuh.

(31)

tunggal dalam BSa dimana gadu-gadu yang seharusnya diterjemahkan menjadi pematang sawah-pematang sawah hanya diterjemahkan menjadi pematang sawah. Hal tersebut dilakukan oleh penerjemah karena alasan tertentu, yaitu adanya struktur bahasa yang berbeda antara BSu dan BSa sehingga penerjemah tidak mempunyai pilihan lain selain untuk melakukan transposisi.

5.1.2 Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur tentunya pasti digunakan dalam menerjemahkan peribahasa Batak Toba dari bahasa Batak Toba ke bahasa Indonesia mengingat antara bahasa Batak Toba dan bahasa Indonesia memiliki struktur kalimat yang berbeda. Bahasa Batak Toba secara umum memiliki struktur Verba+Subjek+Objek sedangkan bahasa Indonesia memiliki struktur Subjek+Verba+Objek. Dari 21 data penerjemahan tunggal, terdapat 4 data yang menggunakan transposisi ditandai dengan pergeseran struktur, yaitu data yang nomor 17, 20, 32, dan 63.

Contoh:

No. Data : 17/BTKKI-h.17

TSu : Ia tibu hamu lao, tibu hamu dapotan.

jika cepat kamu pergi cepat kamu mendapat TSa : Jika kamu cepat berangkat, kamu cepat mendapat.

(32)

posisi subjek dan adverbia. Pada TSu, adverbia terletak sebelum subjek sedangkan pada TSa, adverbia terletak setelah subjek.

Pada dasarnya penerjemah dapat menerjemahkan peribahasa pada TSu mengikuti struktur yang ada. Akan tetapi, hal tersebut tidak lazim. Oleh karena itu, penerjemah melakukan pergeseran struktur sehingga terjemahan terasa alami dan pesan yang terdapat dalam peribahasa dapat tersampaikan dengan jelas.

5.1.3 Transposisi ditandai dengan pergeseran unit

Transposisi ditandai dengan pergeseran unit disini misalnya pergeseran kata menjadi klausa, frasa menjadi klusa, dan sebagainya. Transposisi jenis ini untuk penerjemahan tunggal hanya ditemukan pada data nomor 24.

Contoh:

No. Data : 24/BTKKI-h.24

TSu : Manat unang tartuktuk, nanget unang tarrobung.

hati-hati jangan tersandung pelan jangan terperosok TSa : Berhati-hati agar tidak tersandung, pelan-pelan agar tidak terperosok.

(33)

5.1.4 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam Bsa Transposisi jenis ini juga merupakan jenis transposisi yang dilakukan dengan maksud mengisi kesenjangan leksikal dalam BSa dengan menggunakan suatu struktur gramatikal. Dalam hal ini kesenjangan leksikal terlihat dari peranti gramatikal yang mempunyai fungsi tekstual , seperti /-lah/ dan /-pun/. Transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 02, 12, 13, 48, dan 52.

Contoh:

No. Data : 02/BTKKI-h.2

TSu : Agia malap-malap, asal ma di hangoluan.

biar menderita asal (partikel) di kehidupan. TSa : Biar menderita asal hanya dalam kehidupan.

Peranti gramatikal dalam TSu adalah partikel ma (/-lah/) yang berfungsi untuk menekankan atau menegaskan fokus dalam kalimat, yaitu “di kehidupan”. Ketika diterjemahkan ke TSa peranti gramatikal berubah menjadi kata “hanya” yang sekaligus menyebabkan terjadinya pergeseran level, yaitu dari morfem menjadi kata.

5.1.5 Modulasi wajib ditandai dengan pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.

Modulasi wajib jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 11, 54, 57, 60, dan 65.

Contoh:

No. Data : 60/BTKKI-h.60

TSu : Togon marmahan sabara horbo sian

(34)

marmahan sada jolma.

memelihara satu manusia

TSa : Lebih mudah memelihara sekandang harimau, daripada mengurus satu manusia.

Pada TSu terdapat perbandingan antara memelihara “kerbau” dengan “manusia”, tetapi pada TSa terjadi perubahan sudut pandang dimana “kerbau” diterjemahkan menjadi “harimau” yang juga dibandingkan dengan manusia. Hal ini tentunya terjadi karena adanya perbedaan budaya. Bagi orang Batak Toba “kerbau” merupakan binatang yang istimewa. Akan tetapi, bagi masyarakat Indonesia secara umum, “harimau” dianggap memiliki nilai lebih dibandingkan binatang-binatang lainnya karena harimau identik dengan sifat “buas” sehingga tidaklah mudah memelihara harimau. Oleh karena itu, modulasi yang dilakukan oleh penerjemah bersifat wajib sehingga perlu dimunculkan yang ditandai dengan pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa.Hal ini sesuai dengan sifat dari peribahasa itu sendiri, sehingga modulasi yang terjadi dapat menunjukkan adanya makna mendalam atau khusus dari peribahasa tersebut.

5.1.6 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya

(35)

Contoh:

No. Data : 55/BTKKI-h.55

TSu : Sahali margapgap, pitu hali iba so porsea.

sekali berbohong tujuh kali saya tidak percaya TSa : Sekali berdusta, tujuh kali tak dipercaya.

Pada TSu kata iba (saya) dinyatakan secara tersurat sehingga kata “saya” dalam hal ini memberikan implikasi bahwa yang berbohong atau pelaku adalah subjek yang lain sedangkan pada TSa kata iba (saya) dinyatakan secara tersirat yang membuat makna peribahasa lebih bersifat umum dimana siapa saja berpotensi menjadi subjek atau pelaku. Dengan demikian, modulasi bebas yang dilakukan oleh penerjemah dalam hal ini membuat peribahasa TSa lebih terasa alami.

5.1.7 Modulasi bebas ditandai dengan dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya

Modulasi bebas jenis ini hanya ditemukan pada data nomor 11. Contoh:

No. Data : 11/BTKKI-h.11

TSu : Hatop adong pinareakna, lambat adong pinaimana.

cepat ada yang berjalan lambat ada yang ditunggu. TSa : Cepat ada yang dikejar, lambat ada yang ditunggu.

(36)

dikejar” yang merupakan kata yang bernuansa khusus. Dengan demikian, terdapat kesetalian makna baik pada TSu maupun TSa.

5.2 Model Penerjemahan Kuplet

5.2.1 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit

Modulasi bebas yang dilakukan oleh penerjemah dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya bertujuan untuk memperjelas makna atau maksud dari peribahasa dan dalam hal ini juga menyebabkan terjadi pergeseran unit. Modulasi bebas dan transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 03, 15, 22, 23, 28, dan 29,

Contoh:

No. Data : 03/BTKKI-h.03

TSu : Binuang-binuang ganda, hinolit-hinolit mago. dibuang-buang ganda pelit-pelit hilang

TSa : Semakin murah memberi, semakin berlimpah. Semakin kikir, semakin tidak punya.

(37)

“semakin berlimpah”. Jika peribahasa tersebut diterjemahkan secara harfiah, tentunya makna dari peribahasa tersebut tidak akan tersampaikan secara jelas.

5.2.2 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Penerjemahan kuplet yang melibatkan dua jenis transposisi ini hanya ditemukan pada data nomor 04.

Contoh:

No. Data : 04/BTKKI-h.04

TSu : Dirgak do eme na lapungon,

tegak (partikel)padi (artikel) hampa

unduk do eme na porngis.

menunduk (partikel) padi (artikel) berisi TSa : Padi kosong berdiri tegak, padi berisi merunduk.

Perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu adalah partikel do yang memberikan implikasi bahwa inti pesan dari TSu adalah kata dirgak (tegak) dan

(38)

5.2.3 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Data penerjemahan kuplet yang melibatkan modulasi dan transposisi jenis ini paling banyak ditemukan, yaitu pada data nomor 05, 31, 40, 41, 42, 44, 45, 46, dan 47. Hal ini disebabkan karena ciri dari peribahasa itu sendiri yang memiliki makna tertentu dan adanya perbedaan struktur kalimat antara BSa dan BSu.

Contoh:

No. Data : 47/BTKKI-h.47

TSu : Nilangka tu jolo, tinailihon tu pudi.

melangkah ke depan menolehkan ke belakang TSa : Ke depan kita melangkah, ke belakang kita menoleh.

Modulasi bebas pada data di atas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa tang tersirat dalam BSu dimana masing-masing klausa pembentuk kalimat memiliki struktur Subjek+Adverbia. Kata “kita “ tersirat dalam TSu menjadi tersurat dalam TSa. Dengan tersuratnya kata “kita” dalam TSa menyebabkan struktur klausa TSu berubah pada TSa menjadi Adverbia+ Subjek+Verba. Dengan kata lain, kata “kita” yang tersurat merupakan pembentuk subjek pada klausa TSa.

5.2.4 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya

(39)

Contoh:

No. Data : 06/BTKKI-h.06

TSu : Galang do mula ni harajaon.

menjamu makan(partikel) awal (penunjuk tempat) kerajaan TSa : Menarik simpatiadalah permulaan kerajaan.

Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu adalah partikel do yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa menjadi kata “adalah” sehingga sebagian aspek makna dalam TSu dapat diungkapkan dalam TSa. Adanya partikel do memberikan implikasi bahwa inti dari TSu adalah kata galang (menjamu makan). Akan tetapi, galang (menjamu makan) merupakan kata yang bernuansa umum dalam TSu dan belum memberikan makna yang sesuai dalam TSa. Oleh karena itu, kata galang yang memiliki arti “menjamu makan” mengalami pergeseran sudut pandang menjadi “menarik simpati” yang bernuansa khusus. Dengan adanya transposisi dan modulasi ini, terdapat kesetalian makna dalam peribahasa tersebut.

5.2.5 Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit

Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur sekaligus pergeseran unit hanya ditemukan pada data nomor 07 berikut ini.

TSu : Gelleng sihapor dijunjung do uluna.

kecil belalang dijunjung (partikel) kepalanya.

TSa : Walaupun belalang berbadan kecil, namun kuat mengangkat kepalanya.

Frasa gelleng sihapor (kecil belalang) pada TSu memiliki struktur

(40)

diterjemahkan menjadi noun+modifier”belalang berbadan kecil”pada TSa dan sekaligus mengalami pergeseran unit dari frasa menjadi klausa sehingga kalimat pada TSu yang terdiri atas satu klausa menjadi dua klausa pada TSa.

5.2.6 Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya + Modulasi bebas ditandai dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi posistif dalam Bsa

Penerjemahan kuplet untuk modulasi jenis ini hanya ditemukan pada data nomor 08 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 08/BTKKI-h.08

TSu : Gogo mangula butong mangan, jugul marguru kuat bekerja kenyang makan keras kepala belajar

dapotan poda. mendapat nasihat

TSa : Giat bekerja kenyang makan, rajin belajar mendapat nikmat. Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa dalam hal ini terjadi pada kata poda (nasihat) yang bernuansa umum dalam TSu menjadi “nikmat” yang bernuansa khusus pada TSa. Sedangkan modulasi bebas ditandai dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa terjadi pada frasa

(41)

5.2.7 Modulasi wajib ditandai dengan penerjemahan kata yang hanya sebagian aspek maknanya dalam BSu dapat diungkapkan dalam BSa, yaitu dari bernuansa khusus ke umum atau sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Penerjemahan kuplet untuk modulasi dan transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 09, 14 dan 34 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 09/BTKKI-h.09

TSu : Gok sopo na bolon, lobian sopo na met-met.

penuh rumah yang besar berkelebihan rumah yang kecil. TSa : Penuh pondok yang besar, pondok yang kecil pun berlimpah. Pada data di atas kata sopo (rumah) merupakan kata yang bernuansa umum pada TSu dan diterjemahkan menjadi “pondok” pada TSa yang merupakan kata yang bernuansa khusus pada TSa. Sedangkan pergeseran struktur terjadi pada klausa terikat lobian sopo na met-met (berkelebihan rumah yang kecil) dimana klausa tersebut memiliki struktur verba+subjek pada TSu menjadi subjek+verba pada TSa. Hal ini disebabkan karena peletakan verba di awal kalimat tidak lazim pada BSa kecuali untuk kalimat perintah.

5.2.8 Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + Modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya

(42)

pasif ditandai dengan imbuhan di- atau ter- pada verba. Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur sekaligus modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya dapat ditemukan pada data nomor 21 dan 30.

Contoh:

No. Data : 21/BTKKI-h.21

TSu : Molo litok aek, tu julu do luluan.

jika keruh air ke hulu (partikel)mencarinya. TSa : Jika air keruh, penyebabnya dicari ke hulu.

Pada klausa bebas molo litok aek (Jika keruh air), terjadi transposisi yang ditandai dengan pergeseran struktur dimana pada TSu klausa bebas memiliki struktur modifier+noun mengalami pergeseran pada TSa menjadi noun+modifier

menjadi “Jika air keruh”. Sedangkan modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa ditemukanpada kata luluan

(mencarinya) yang dalam TSu memiliki bentuk aktif dengan adanya imbuhan

(43)

5.2.9 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya

Penerjemahan kuplet dengan dua jenis modulasi ini dapat ditemukan pada data nomor 16, 35, 38, 39, 59, 61, dan 70 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 35/BTKKI-h.35

TSu : Na uli do halak na roa, yang cantik (partikel)orang yang jelek pinandenggan ni pangkulingna.

yang baik nya perkataan

TSa : Buruk rupa terlihat cantik karena kata-kata.

Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu adalah partikel do yang dinyatakan dengan kontruksi gramatikal dalam BSa dalam bentuk kata penghubung yang menunjukkan sebab akibat yaitu kata “karena” yang sekaligus menyebabkan adanya modulasi bebas yang ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu. Frasa

(44)

5.2.10 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi bebas ditandai dengan struktur aktif dalam BSu menjadi pasif dalam BSa dan sebaliknya

Penerjemahan kuplet untuk kedua jenis modulasi ini hanya ditemukan pada data nomor 43 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 43/BTKKI-h.43

TSu : Ndang tarula sada halak dua auga horbo

tak terkerjakan satu orang dua bajak kerbau

di bagasan sansogot.

di dalam pagi hari

TSa : Mustahil satu orang menggunakan dua bajak pada pagi yang sama.

Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu terjadi pada klausa ndang tarula (tak terkerjakan) yang dinyatakan secara tersirat dalam TSu sedangkan klausa “mustahil menggunakan ” menjadi tersurat dalam TSa yang sekaligus melibatkan terjadinya modulasi bebas yang ditandai dengan struktur pasif dalam BSu menjadi aktif dalam BSa dimana kata tarula (terkerjakan) diterjemahkan menjadi kata “menggunakan”. Dengan demikian makna dari peribahasa yang diterjemahkan menjadi lebih jelas.

5.2.11 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam Bsa

(45)

kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa dapat ditemukan pada data nomor 49, 50, 56, 58, 64, 67, 69 dan 72.

Contoh:

No. Data : 50/BTKKI-h.50

TSu : Pantun hangoluan, tois hamangoan.

kesantunan kehidupan keangkuhan kehancuran TSa : Kesantunan adalah kehidupan, ketidaksopanan adalah kehancuran.

Kata “adalah” merupakan kata tersirat dalam TSu dan dinyatakan secara tersurat pada TSa. Sedangkan kata tois seharusnya diterjemahkan “keangkuhan” pada TSu tetapi diterjemahkan menjadi “ketidaksopanan”. Kata pantun

(kesantunan) pada TSu memiliki padanan dengan kata tois (keangkuhan). Akan tetapi, hal tersebut kurang tepat padanannya dalam TSa sehingga kata “ketidaksopanan” perlu dimunculkan untuk mendapatkan padanan yang lebih wajar.

5.2.12 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam Bsa

Penerjemahan kuplet untuk jenis transposisi dan modulasi ini dapat ditemukan pada data nomor 37 dan 53 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 53/BTKKI-h.53

TSu : Pitu batu martindi, sada dositaon na dokdok.

(46)

Pada data di atas, transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam TSu ditandai dengan partikel do yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam TSa dengan kata “hanya”. Sedangkan modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa adalah kata sitaon pada TSu yang seharusnya diterjemahkan menjadi “merasakan” tetapi diterjemahkan menjadi “memikul” karena kata “memikul” memiliki padanan yang lebih sesuai. Pada TSa subjek terlihat lebih jelas, yaitu manusia karena batu bisa merasakan beban berat tetapi tidak bisa memikul beban berat sehingga terdapat kesetalian makna antar klausa.

5.3 Model Penerjemahan Triplet

5.3.1 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Penerjemahan triplet untuk transposisi dan modulasi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 18.

Contoh:

No. Data : 18/BTKKI-h.18

TSu : Ingkon bengkuk do mata ni hail asa dapotan.

harus bengkok (partikel) matanya kail agar mendapat TSa : Mata kail haruslah bengkok agar mendapatkan ikan.

(47)

tersurat dalam TSa yang sekaligus melibatkan terjadinya transposisi yang ditandai dengan pergeseran struktur. Pergeseran struktur terjadi pada klausa Ingkon bengkuk do mata ni hail “Harus bengkoknya kail” yang memiliki struktur verba+ subjek pada TSu menjadi berstruktur subjek+verba pada TSa. Modulasi dan transposisi yang dilakukan oleh penerjemah membuat makna peribahasa pada TSu menjadi lebih jelas pada TSa.

5.3.2 Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya+ Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya

Penerjemahan triplet untuk modulasi dan transposisi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 33.

Contoh:

No. Data : 33/BTKKI-h.33

TSu : Molo suhar bulu ditatit dongan, ingkon paingoton do.

(48)

tersurat pada TSa. Hal tersebut tentunya sangat berkaitan erat dengan pergeseran struktur yang terjadi. Dengan demikian, terdapat kesetalian makna antara TSu dan TSa.

5.3.3 Transposisi dengan pergeseran unit + Modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya

Penerjemahan triplet yang ditandai dengan transposisi unit + diikuti modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa dan modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya dapat ditemukan pada data nomor 51 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 51/BTKKI-h.51

TSu : Paramak na bidang, parlage so balunon.

pemilik tikar (artikel) lebar, pemilik tidak digulung TSa : Memiliki tikar lebar yang selalu tergelar.

Transposisi dengan pergeseran unit dapat dilihat frasa Paramak na bidang

(49)

bebas jenis ini dapat dilihat dari kata parlage (pemilik) yang tersurat pada TSu menjadi tersirat pada TSa. Keseluruhan transposisi dan modulasi yang terjadi pada data tersebut mengakibatkan peribahasa pada TSu yang terdiri dari dua klausa menjadi satu klausa pada TSa.

5.3.4 Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Modulasi bebas dengan bentuk negatif ganda dalam BSu menjadi positif dalam BSa. + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Penerjemahan triplet untuk transposisi dan modulasi jenis ini dapat ditemukan pada data nomor 71 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 71/BTKKI-h.71

TSu : Unang sumolosol di pudi, ndada sipaingot so ada.

jangan menyesal di kemudian tidak ada nasihat tidak ada TSa : Jika nasihat telah diberikan, jangan menyesal kemudian.

(50)

anak kalimat pada TSa “Jika nasihat telah diberikan” dan sebaliknya anak kalimat pada TSu Unang sumolosol di pudi “Jangan menyesal di kemudian” menjadi induk kalimat pada TSa “jangan menyesal kemudian”.

5.4 Model Penerjemahan Kwartet

5.4.1 Transposisi dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa+Modulasi bebas ditandai dengan bentuk positif dalam BSu menjadi bentuk negatif ganda dalam Bsa + Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Jenis penerjemahan ini hanya ditemukan pada data nomor 10. Contoh:

No. Data : 10/BTKKI-h.10

TSu : Hansit mulak mangido, hansitan do mulak mangalean.

sakit kembali meminta lebih sakit (partikel) kembali memberi TSa : Meminta tak diberi memang sakit, namun lebih sakit memberi tapi tak diterima.

(51)

5.4.2 Modulasi wajib ditandai dengan struktur aktif dalam menjadi pasif dalam BSa atau sebaliknya + Modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam BSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam BSa + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit + Transposisi ditandai dengan pergeseran kelas

Penerjemahan kwartet untuk transposisi dan modulasi jenis ini hanya ditemukan pada data nomor 62.

Contoh:

No. Data : 62/BTKKI-h.62

TSu : Unang hinali na mate nihalak asa adong andungan.

jangan digali (artikel) mati orang lain agar ada tangisan TSa : Jangan menggali kuburan orang lain untuk ditangisi.

(52)

5.4.3 Transposisi ditandai dengan suatu perangkat tekstual penanda fokus dalam BSu yang dinyatakan dengan konstruksi gramatikal dalam BSa + Modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu dan sebaliknya + Transposisi ditandai dengan pergeseran unit + Transposisi ditandai dengan pergeseran struktur

Penerjemahan kwartet untuk jenis transposisi ini dapat ditemukan pada data nomor 19 berikut ini.

Contoh:

No. Data : 19/BTKKI-h.19

TSu : Ingkon dos do nangkokna dohot tuatna.

harus sama (partikel) naiknya dan turunnya

TSa : Baik mendaki maupun menurun, jarak yang ditempuh harus sama.

(53)

yang sebelumnya telah mengalami modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam BSa apa yang tersirat dalam BSu pada posisi induk kalimat. Dengan demikian makna dari peribahasa yang diterjemahkan menjadi lebih jelas.

5.5 Kualitas Terjemahan 5.5.1 Tingkat Keakuratan

5.5.1.1Keakuratan Terjemahan Menggunakan Transposisi 5.5.1.1.1 Akurat

Berdasarkan hasil analisis data, data yang menggunakan transposisi dan dikategorikan akurat terdapat pada data nomor 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 09, 10, 12, 13, 14, 15, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 38, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 52, 53, 59, 61, 62, 63, dan 71.

Contoh:

No. Data : 04/BTKKI-h.04

TSu : Dirgak do eme na lapungon, tegak (partikel) padi (artikel) hampa

unduk do eme na porngis. menunduk (partikel) padi (artikel) berisi

TSa : Padi kosong berdiri tegak, padi berisi merunduk.

(54)

Indonesia sehingga seluruh pesan yang ingin disampaikan dari TSu ke TSa dapat dimengerti dengan mudah.

5.5.1.1.2 Kurang Akurat

Terjemahan yang mengalami transposisi dan dikategorikan sebagai terjemahan kurang akurat dalam hal ini memiliki pengertian bahwa sebagaian pesan yang ada pada TSu menyimpang atau tidak tersampaikan dalam TSa. Berdasarkan hasil analisis data, data yang menggunakan transposisi dan dikategorikan kurang akurat terdapat pada data nomor 16, 17, 31, 39, 51, dan 70.

Contoh:

No. Data : 51/BTKKI-h.51

TSu : Paramak na bidang, parlage so balunon.

pemilik tikar artikel lebar, pemilik tikartidak digulung TSa : Memiliki tikar lebar yang selalu tergelar.

Pada TSu terdapat kata paramak (pemilik tikar) yang merupakan nomina

yang diterjemahkan ke TSa terjadi transposisi ditandai dengan pergeseran unit dari kata menjadi frasa verba. Transposisi yang dilakukan penerjemahan oleh para

rater dan peneliti dinilai kurang akurat karena pada TSu kata “pemilik” diulang dua kali. Hal ini dapat berarti bahwa kata “pemilik” merupakan isi pesan. Hal

tersebut sesuai dengan makna dari peribahasa pada TSu yang memiliki arti “Orang yang senang menerima tamu”. Untuk menghindariterjadinya haltersebut, perludiberikan alternatif perbaikan terjemahansebagaiberikut:

No. Data : 51/BTKKI-h.51/Alt

TSu : Paramak na bidang, parlage so balunon.

(55)

TSa : Pemilik tikar lebar yang selalu tergelar.

Dengan kata lain, sebaiknya penerjemah tetap mempertahankan bentuk kata tersebut agar tidak terjadi penyimpangan makna.

5.5.1.1.3 Tidak Akurat

Apabila ada kata, frasa, atau kalimat pada suatu hasil terjemahan tidak diterjemahkan sehingga menyebabkan pesan pada TSu tidak tersampaikan sama sekali dalam TSa maka hasil terjemahan tersebut dikategorikan sebagai terjemahan tidak akurat. Berdasarkan hasil analisis data, data yang menggunakan transposisi dan dikategorikan tidak akurat terdapat pada data nomor 35.

Contoh:

No. Data : 35/BTKKI-h.35

TSu : Molo teanon uli, teanon do nang gora. jika diangkatkan cantik diangkatkan partikel (artikel) aba-aba

TSa : Siap terima pujian, siap terima cerca.

(56)

5.5.1.2Keakuratan Terjemahan Menggunakan Modulasi 5.5.1.2.1 Akurat

Berdasarkan instrumen pengukuran tingkat keakuratan yang telah diuraikan, tingkat keakuratan terjemahan yang menggunakan modulasi dapat dinilai dari keutuhan pesan yang disampaikan dari TSu ke TSa. Data yang menggunakan modulasi dan dikategorikan akurat terdapat pada data nomor 03, 05, 09, 11, 14, 15, 16, 18, 19, 21, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, 33, 34, 36, 37, 38, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 47, 53, 57, 59, 61, 62, 66, 68, dan 69.

Contoh:

No. Data : 18/BTKKI-h.18

TSu : Ingkon bengkuk do mata ni hail asa dapotan. harus bengkok (partikel) nya kail agar mendapat

TSa : Mata kail haruslah bengkok agar mendapatkan ikan.

Data di atas mengalami modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat dalam TSa apa yang tersirat dalam TSu. Kata “ikan” tersirat dalam TSu menjadi tersurat dalam TSa. Kehadiran kata tersebut dalam TSa membuat pesan dalam TSu dapat tersampaikan sepenuhnya dalam TSa sehingga data tersebut dikategorikan sebagai data akurat.

5.5.1.2.2 Kurang Akurat

(57)

Contoh:

No. Data : 40/BTKKI-h.40

TSu : Ndang dung songgop onggang tu hadudu. tak pernah hinggap enggang ke jerami.

TSa : Tak pernah burung elang hinggap pada gelagah.

Data di atas mengalami modulasi wajib ditandai pasangan kata dalam TSu yang salah satunya saja ada padanannya dalam TSa. Pada TSu kata onggang

memiliki arti “enggang” tetapi pada TSa kata tersebut diterjemahkan menjadi kata “elang”. Hal ini membuat makna dari peribahasa tersebut ambigu karena “enggang” dan “elang” adalah dua jenis burung yang berbeda. Enggang terkesan sebagai burung yang menawan sedangkan elang dikenal sebagai burung yang perkasa. Padanan kata yang kurang tepat pada TSa membuat data tersebut dikategorikan sebagai modulasi kategori kurang akurat karena sebagian makna dari TSu menjadi tidak tersampaikan.

5.5.1.2.3 Tidak Akurat

Terjemahan yang mengalami modulasi yang dikategorikan sebagai terjemahan tidak akurat dapat diketahui dari tidak adanya kesepadanan antara TSu dan TSa dan tentunya menyebabkan pesan pada TSu tidak tersampaikan pada TSa. Data yang menggunakan modulasi dan dikategorikan tidak akurat terdapat pada data nomor 10, 22, 35, 49, dan 54 .

Contoh:

No. Data : 22/BTKKI-h.22

TSu : Jolo ni dodo asa ni nong-nong.

(58)

Data tersebut mengalami modulasi bebas ditandai dengan menyatakan secara tersurat pada TSa apa yang tersirat pada TSu dan sebaliknya. Kata dodo

‘menduga’ menjadi tersirat pada TSa dan sebaliknya kata ‘ukur’ menjadi tersurat pada TSa begitu juga dengan katanong-nong ‘tenggelam’ menjadi tersirat dalam TSa dan kata’renangi’ menjadi tersurat dalam TSa. Akan tetapi, modulasi tersebut justru menyebabkan hilangnya pesan atau makna dari TSu pada TSa karena kata-kata yang tersirat pada TSu menjadi tersurat pada TSa justru membuat hubungan makna antara TSu dan TSa menjadi kabur. Meskipun makna peribahasa pada TSa dapat dimengerti, tetapi tidak memiliki hubungan makna dengan TSu.

5.5.2 Tingkat Keberterimaan

5.5.2.1Keberterimaan Terjemahan Menggunakan Transposisi 5.5.2.1.1 Berterima

Berdasarkan hasil analisis data, data yang menggunakan transposisi dan dikategorikan berterima terdapat pada data nomor 01, 02, 04, 05, 06, 07, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 28, 29, 30, 32, 33, 34, 35, 38, 40, 41, 42, 44, 45, 46, 47, 48, 52, 53, 59, 61, 62, 63, 70, dan 71.

Contoh:

No. Data : 12/BTKKI-h.12

TSu : Hinombar babiat, jinagahon soitna. mendekati harimau jagakan kakinya

TSa : Jika mendekati harimau, jagalah kakinya.

Gambar

Tabel 3.1 Instrumen pengukuran tingkat keakuratan terjemahan
Tabel 3.3 Instrumen pengukuran tingkat keterbacaan terjemahan
Tabel 4.1 Rekapitulasi persentase penerapan model penerjemahan
Tabel 4.2. dan diagram 4.2 menunjukkan bahwa dominasi penggunaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari pernyatan Nababan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa penilaian kualitas suatu karya terjemahan melibatkan tiga komponen, yaitukeakuratan (accuracy),