• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Pengelolaan Pertanian Berwawasan Lingkungan dengan Memanfaatkan Sumber Daya Lokal

Dalam dokumen BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 42-47)

Saat ini eksploitasi lahan pertanian menghadapi tantangan besar yaitu bagaimana menjaga dan mempertahankan kesuburan lahan agar dapat dimanfaatkan secara terus menerus dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat kegiatan pertanian. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan penerapan sistem pengelolaan pertanian yang mampu mendukung keberlanjutan produktivitas pertanian serta ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Keberadaan sumber daya lokal adalah faktor kunci mendukung perwujudan pertanian berkelanjutan, melalui sinergi antara komponen sumber daya alam (SDA), sumber daya manusia (SDM) dan ekonomi.

Masing-masing komponen mempunyai peran penting untuk memperluas pemanfaatan sumber daya lokal dalam pengelolaan pertanian menjadi lebih baik yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani.

Gambar 28. Model Pertanian Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan

91

Gambar 28 menunjukkan skema model pertanian berkelanjutan berawasan lingkungan berdasarkan ruang lingkup dan indikator keberlanjutan. Dukungan komponen SDA sangat diperlukan dalam pengelolaan pertanian, karena ketersediaan SDA yang memadai merupakan jaminan keberlangsungan proses produksi, terutama SDA terbarukan yang tersedia dalam jumlah yang melimpah. SDA tersebut berasal dari sumber daya lokal mengutamakan pemanfaatan bahan baku buangan yang berasal dari sampah/limbah, karena bisa mengurangi pencemaran yang ditimbulkan. Penelitian ini menggunakan sumber daya lokal dari bonggol pisang, akar bambu dan kotoran hewan (sebagai bahan baku pembuatan pupuk ramah lingkungan). Kemudian pemanfaatan SDA tersebut akan optimal jika dikelola oleh SDM dengan tingkat pendidikan yang mumpuni (berkualitas) yang dapat melakukan pengolahan bahan baku tersebut menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

Pemanfaatan sumber daya lokal dilakukan melalui prosedur/ metode yang mudah dan aplikatif, yaitu: (1) mudah dibuat, (2) mudah diaplikasikan dan praktis, (3) mudah diperbanyak dengan cara yang sederhana, (4) semua alat dan bahan tersedia dengan baik, serta (5) sesuai dan cocok untuk diterapkan. Metode pembuatan MOL, PGPR dan pupuk kandang yang dilakukan di penelitian ini adalah bukti mudahnya pengelolaan SDA. Sinergi antara SDA dan SDM mampu memperkuat komponen ekonomi, yaitu menghasilkan produk/keluaran melalui optimalisasi hasil pertanian dengan biaya produksi yang rendah dan ramah lingkungan sehingga pendapatan petani meningkat. Oleh karena itu diperlukan pengelolaan yang baik antara komponen SDA, SDM, dan ekonomi untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan. Beberapa indikator keberlanjutan pertanian yang berwawasan lingkungan antara lain:

a. Ketersediaan lahan sawah

Tingkat ketersediaan lahan sawah yang menjadi ancaman bagi keberlanjutan pertanian yang disebabkan alih lahan pertanian menjadi perumahan, bangunan, pengembangan pariwisata, infrastruktur, dan sebagainya. Hal tersebut mengikuti tuntutan tata kelola wilayah yang diatur oleh pemerintah setempat sehingga dukungan pemerintah daerah dan instansi terkait dalam membuat kebijakan agar lebih memperhatikan penyediaan lahan pertanian yang saat ini

92

semakin berkurang. Hal tersebut diperlukan untuk memberikan keleluasaan bagi petani agar dapat mengolah lahan pertanian yang tersedia secara cukup.

Kesadaran masyarakat agar tidak menjual lahan sawah yang dimilikinya namun dikelola sendiri maupun disewakan pada orang lain untuk usaha budidaya pertanian perlu diperhatikan dengan baik, mengingat Indonesia adalah negara agraris dengan potensi pengembangan sektor pertanian yang sangat luas.

Dukungan ketersediaan lahan pertanian yang memadai menjadi hal penting untuk memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat.

b. Ketersediaan bahan baku

Penggunaan bahan baku dalam pengelolaan pertanian harus selalu terjamin ketersediaannya, sehingga kontinuitas produksi dapat terpenuhi dan memberikan rasa nyaman bagi petani. kemudahan untuk mendapatkan bahan baku menjadi prioritas utama dengan menggunakan sumber daya yang murah dan ramah lingkungan serta mudah diperoleh, yaitu dekat dengan tempat tinggal atau lahan pertanian dan terjangkau oleh masyarakat.

c. Peningkatan produktivitas pertanian

Seluruh aktivitas yang dilakukan dalam pengelolaan pertanian mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari produk yang dihasilkan. Hal ini dapat diwujudkan dengan adanya peningkatan produktivitas pertanian, oleh karena itu diperlukan terobosan-terobosan baru yang aplikatif dan inovatif di bidang pertanian dengan teknologi ramah lingkungan.

d. Kemudahan penguasaan proses produksi

Untuk menjalankan suatu teknologi diperlukan suatu mekanisme atau prosedur yang sederhana dan mudah dipahami. Oleh karena itu kemudahan pemahaman dan penguasaan proses produksi menjadi prioritas untuk mengenalkan dan mengembangkan sebuah teknologi dalam pengelolaan pertanian sehingga layak untuk diterapkan dan diterima oleh masyarakat.

e. Rendahnya emisi gas metana (CH4)

Salah satu kendala dalam pengelolaan pertanian terutama pada budidaya padi sawah adalah dampak yang ditimbulkan terhadap pencemaran lingkungan, yaitu emisi gas CH4 sebagai salah satu penyebab pemanasan global. Saat ini

93

sudah saatnya untuk menerapkan sistem pengelolaan pertanian ramah lingkungan melalui upaya mengurangi emisi gas CH4.

f. Ketertarikan (minat) petani

Petani yang mempunyai rasa ketertarikan (minat) yang tinggi terhadap teknologi di bidang pertanian akan berpengaruh pada antusiasme, rasa keingintahuan dan motivasi yang tinggi untuk mempelajari, menerapkan, mengembangkan dan menyebarkan teknologi tersebut.

Gambar 29. Model Pengelolaan Pertanian dengan Memanfaatkan Sumber Daya Lokal

Gambar 29 memperlihatkan bahwa sumber daya lokal memiliki peran penting dalam pengelolaan pertanian melalui pemanfatan limbah pertanian (buangan atau sisa-sisa bagian dari tanaman maupun hewan) untuk dikembalikan ke tanaman dalam bentuk olahan sebagai bahan baku pembuatan pupuk ramah lingkungan. Penggunaan bahan baku yang berasal dari sumber daya lokal, terutama limbah pertanian yang tidak termanfaatkan akan mampu mendukung pertanian yang berkelanjutan berwawasan lingkungan, karena mengurangi pencemaran yang disebabkan oleh limbah pertanian tersebut. Oleh karena itu faktor ketersediaan bahan baku, teknologi pengolahan, kepedulian lingkungan, serta adanya peningkatan produktivitas merupakan perhatian utama pada pengembangan sumber daya lokal dalam pengelolaan pertanian. Penelitian ini menunjukkan bahwa pemanfaatan mol bonggol pisang, PGPR akar bambu, dan

94

pupuk kandang dari kotoran sapi mempunyai peluang untuk berkembang, mengingat pembuatannya yang sederhana dan mudah diaplikasikan. Bahkan, secara hasil berdasarkan percobaan lapangan menunjukkan ada peningkatan produktivitas dibanding dengan perlakuan tanpa pemupukan serta emisi gas metana (CH4) lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan menggunakan pupuk kimia.

Pengelolaan pertanian berkelanjutan adalah untuk mendukung peningkatan produktivitas pertanian melalui pemanfaatan sumber daya lokal dipengaruhi oleh SDM yang unggul, meliputi faktor-faktor seperti: tingkat pendidikan, jumlah, dan usia.

Kemudian, peran PPL sangat penting sebagai pendamping apabila ada kesulitan dan permasalahan yang dihadapi oleh petani. Hingga pada akhirnya masyarakat mampu mengatasi sendiri permasalahan tersebut sehingga tidak bergantung pada PPL.

Selanjutnya akan terbentuk sebuah komunitas masyarakat yang mandiri dan mampu memproduksi secara luas. Hal ini akan mewujudkan rasa kebersamaan antara petani dan mempererat jaringan kerjasama yang lebih kuat. Kekuatan yang terbentuk akan mendorong peluang pengembangan teknologi di bidang pertanian menjadi lebih maju.

Pada akhirnya perwujudan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan akan berhasil dengan baik. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan pertanian dengan memanfaatkan sumber daya lokal, adalah:

a. Ketersediaan bahan baku dari sumber daya lokal yang melimpah.

b. Produksi olahan sumber daya lokal dalam jumlah cukup.

c. Lahan pertanian terjaga kesuburannya dan tersedia dengan baik.

d. Pendapatan petani meningkat dengan adanya peningkatan produktivitas pertanian.

e. Pencemaran lingkungan semakin menurun dengan berkurangnya emisi gas metana (CH4).

f. Petani mampu memproduksi sendiri dan mengembangkannya di dalam komunitas petani secara luas.

g. Adanya Peran serta pemerintah dengan kebijakan-kebijakan yang mendukung pengembangan sumber daya lokal, misalnya melakukan perbanyakan sumber daya lokal, melakukan perluasan lahan sawah, membatasi alih guna lahan sawah, pelatihan SDM, bantuan peralatan, kebijakan subsidi pupuk yang mendukung kemandirian petani, dan lain sebagainya.

95 B. Pembahasan

1. Peluang Pengembangan Pupuk Ramah Lingkungan Menggunakan Sumber

Dalam dokumen BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 42-47)