• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.4 IMPLEMENTASI SISTEM PERANGKAT LUNAK

5.4.4 MODEL PENGUKURAN KINERJA RANTAI PASOK

5.4.4.1 Desain Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasokan Berdasarkan Pendekatan GSCOR Menggunakan Metode AHP

Metode pengukuran kinerja rantai pasok karet alam dikembangkan berdasarkan aspek-aspek kompetitif yang perlu dimiliki agar dapat meningkatkan kinerjanya perusahaan sehingga dapat mendapatkan keuntungan maksimal. Metode tersebut diawali dengan merancang metrik kinerja rantai pasok, menganalisis kinerja, menentukan kinerja perusahaan yang dikehendaki, dan merancang strategi peningkatan kinerja rantai pasokan pada masa mendatang.

Menurut Aramyam et al (2006), aspek kualitas produk dan lingkungan mempunyai dampak paling besar dalam kinerja rantai pasok produk pertanian secara keseluruhan. Karena itu, dalam mengembangkan sistem pengukuran kinerja rantai pasok produk pertanian, indikator yang menggambarkan aspek kualitas produk dan proses adalah sangat relevan dan bersama-sama indikator-indikator finansial dan non finansial lainnya tergabung dalam sistem pengukuran kinerja. Dalam penelitian ini, aspek kualitas atau kesesuaian dengan standar mutu kualitas merupakan salah satu

indikator yang dimasukkan dalam penyesuaian metrik kinerja dengan pendekatan model SCOR.

Selain itu, dimensi pengukuran kinerja dalam penelitian ini juga ditambahkan dengan aspek lingkungan dikarenakan menggunakan pendekatan SCOR yang berbasis “green”. Pendekatan GSCOR digunakan untuk merancang pengukuran kinerja rantai pasokan karet alam dikarenakan selama ini pengukuran kinerja belum memperhatikan aspek lingkungan.

5.4.4.2 Proses Bisnis Rantai Pasok Karet Alam

Dengan menggunakan suatu definisi tertentu yang telah disediakan oleh SCOR, maka mampu memudahkan perusahaan untuk memodelkan dan mendeskripsikan proses bisnis rantai pasokan yang terjadi. Menurut Supply Chain Council (2006), dalam SCOR Model proses-proses rantai pasokan tersebut didefinisikan ke dalam lima proses yang terintegrasi, yaitu perencanaan (Plan), pengadaan (Source), produksi (Make), distribusi (Deliver), dan pengembalian (Return). Pada rantai pasokan karet alam di PT. Condong Garut, proses bisnis ini disesuaikan dan mengacu model GSCOR sehingga terdiri atas perencanaan (Plan), pengadaan (Source), produksi (Make), distribusi (Deliver), dan pengelolaan lingkungan.

1) Perencanaan (Plan)

Proses ini merupakan proses merencanakan rantai pasokan mulai dari mengakses sumber daya rantai pasokan, merencanakan penjualan dengan mengagregasi besarnya permintaan, merencanakan penyimpanan (inventory) serta distribusi, merencanakan produksi, merencanakan kebutuhan bahan baku, merencanakan pemilihan suplier, dan merencanakan saluran penjualan. Perencanaan diarahkan untuk pengembangan strategi dalam mengatur seluruh sumber daya yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

2) Pengadaan (Source)

Proses ini merupakan proses yang berkaitan dengan keperluan pengadaan bahan baku (material) dan pelaksanaan outsource. Proses ini meliputi kegiatan negosiasi, komunikasi, penerimaan barang, inspeksi, verifikasi barang, hingga pada pembayaran (pelunasan) barang ke pemasok. Umumnya proses ini dilakukan oleh bandar, usaha dagang dan koperasi dengan menjalin kerjasama dengan petani baik secara individu maupun kelompok yang dipercaya dapat memasok produk yang dibutuhkan sesuai dengan standar mutu.

Manajemen pengadaan mencakup penentuan harga dan pengiriman, pembayaran kepada pemasok dan menjaga hubungan baik.

3) Produksi (Make)

Produksi merupakan faktor penentu terhadap kelangsungan rantai pasok. Budidaya merupakan proses produksi karet alam yang membutuhkan ketersediaan sarana produksi baik alat sadap, pupuk, bibit, desinfektan, dan lain-lain.

4) Distribusi (Deliver)

Pengiriman merupakan sebuah proses bisnis yang melibatkan pergerakan fisik dari produk karet alam yang berada dalam satu jalur rantai pasok. Manajemen pengiriman barang didahului komunikasi pendahuluan terutama informasi mengenai harga, jumlah, kualitas, dan frekuensi yang harus dikirimkan. Proses tawar menawar dan negosiasi sering dilakukan melalui telepon.

5) Pengolahan (Process)

Kegiatan pengolahan mencakup kegiatan pemanenan, penyaringan, produksi, sortasi, pengepakan, dan persiapan pengiriman.

6) Pengelolaan lingkungan

Pengelolaan lingkungan merupakan suatu kerangka kerja untuk mengenal, mengukur, mengelola, dan mengontrol dampak-dampak lingkungan secara efektif yang diakibatkan oleh agroindustri karet alam. Pengelolaan lingkungan perlu diterapkan karena untuk mencegah adanya polusi dan pencemaran lingkungan yang diakibatkan industri tersebut.

5.4.4.3 Faktor Peningkatan Kinerja 1) Nilai Tambah

Nilai tambah masing-masing produk pada masing-masing pelaku rantai pasok karet alam berbeda-beda, bergantung pada aktivitas pengolahan yang dilakukan. Sebagai gambaran, nilai tambah produk RSS di perusahaan berbeda dengan nilai tambah produk RSS yang dijual kembali oleh konsumen perantara kepada konsumen akhir dan eksportir. Besarnya nilai tambah produk menjadi salah satu faktor penentu tingkat kesejahteraan para pelaku rantai pasok.

2) Resiko

Resiko merupakan hal penting untuk diperhitungkan agar dalam rantai pasok tidak menanggung kerugian hanya di satu pihak. Pada pabrik, resiko yang dihadapi adalah karet yang dihasilkan banyak yang cacat yang disebabkan oleh cuaca basah sehingga kualitas lateks menurun. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh perusahaan inti.

3) Kualitas

Kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai pasok karet alam untuk mendukung strategi akan diferensiasi, biaya rendah, dan respon cepat. Peningkatan kualitas membantu pelaku rantai pasok karet alam meningkatkan penjualan dan mengurangi biaya, yang keduanya akan meningkatkan keuntungan.

5.4.4.4 Atribut dan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok

Metrik adalah sebuah standar untuk mengukur performa dan memberikan basis evaluasi yang dapat dipercaya dan valid di setiap proses pada rantai pasok. Suatu metrik dapat digunakan sebagai kriteria atau indikator yang menggambarkan suatu kondisi atau performa suatu manajemen rantai pasok perusahaan. Metrik merupakan ukuran derajat kuantitatif dari atribut tertentu pada suatu sistem, komponen, atau proses. Melalui proses pengukuran, dapat memberikan indikasi dari pengembangan secara kuantitatif mengenai jumlah, dimensi, kapasitas, atau ukuran dari beberapa atribut produk atau proses (Sudaryanto 2007).

Dalam mentukan daftar metrik, beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu bahwa metrik harus komplit, berhubungan dengan variabel bebas, praktis, dan metrik merupakan kriteria yang populer untuk perbandingan di pasar. Selain itu, merupakan proses yang diulang (repeatable) dan harus sesuai dengan aktivitas proses yang dilakukan oleh perusahaan. Oleh sebab itu, tidak semua metrik yang diberikan, digunakan untuk pengembangan SCOR.

Dalam metode SCOR versi 8.0, metrik-metrik untuk mengukur performa perusahaan merupakan kesepakatan yang telah ditetapkan oleh Supply Chain Council. Metrik tersebut terbagi ke dalam dua tujuan. Tujuan pertama menerangkan metrik yang dihadapi oleh pasar atau konsumen (eksternal), sedangkan tujuan kedua menerangkan metrik yang dihadapi oleh perusahaan serta pemilik saham (internal). Uraian metrik dalam metode SCOR, disajikan pada Tabel 12.

Metrik pemenuhan pesanan, kinerja pengiriman, dan kesesuaian dengan standar mutu adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumen.

Pemenuhan pesanan secara sempurna tersebut meliputi ketepatan jenis produk yang dipesan, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan jumlah pengiriman, ketepatan tempat pengiriman, dan

ketepatan dokumentasi data pengiriman. Namun, atribut pemenuhan pesanan yang menjadi penilaian di PT. Condong Garut hanya meliputi ketepatan jenis produk yang dipesan, ketepatan waktu pengiriman, ketepatan dokumentasi data dan ketepatan tempat pengiriman saja karena seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahawa produksi di pabrik bukan berdasarkan permintaan, melainkan berdasarkan ketersediaan lateks yang didapat dari setiap afdeling, sehingga metrik ketepatan jumlah permintaan tidak dapat dinilai.

Tabel 12. Metrik level 1 dan atribut performa SCOR

Metrik Level 1

Atribut Performa

Eksternal (Customer) Internal

Reliabilitas Responsivitas Fleksibilitas Biaya Aset

Pemenuhan Pesanan X

Kinerja Pengiriman X

Kesesuaian Standar Mutu X

Siklus Pemenuhan Pesanan X

Lead Time Pemenuhan Pesanan

X

Fleksibilitas Rantai Pasokan X

Biaya SCM X

Siklus Cash to Cash X

Inventory Days of Supply X

Sumber : Supply Chain Council (2008).

Metrik kesesuaian dengan standar mutu merupakan metrik baru yang ditambahkan dalam SCOR card level 1 ini karena karakteristik produk pertanian yang berbeda dengan produk manufaktur lainnya. Metrik kesesuaian dengan standar mutu mencakup aspek-aspek seperti keamanan produk, sensorik dan penampakan, serta keterandalan produk dan kenyamanan.

Bagi agroindustri karet alam, performa metrik tersebut sangat penting untuk membangun kepercayaan (reliabilitas) pada pelanggan. Semakin baik citra reliabilitas para pelaku rantai pasok yang dibangun, semakin baik pula tingkat kepercayaan atau trust building yang diberikan oleh pelanggan. Manajemen rantai pasok akan berlangsung baik dan lancar ketika trust building diantara rantai pasok terbangun dengan baik. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan metrik tersebut sebagai salah satu acuan peningkatan manajemen rantai pasok perusahaan.

Metrik siklus pemenuhan pesanan atau order fulfillment cycle time menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk memenuhi permintaan konsumen, mulai dari memasok bahan baku dari supplier hingga produk sampai ke tangan konsumen. Dengan demikian metrik tersebut meliputi waktu dari supplier (source) dan siklus waktu produksi (make). Semakin cepat siklus pemenuhan pesanan, semakin responsif pula perusahaan dalam melayani permintaan konsumen dengan baik.

Metrik fleksibilitas rantai pasok atas atau upside supply chain flexibility, adalah metrik yang menerangkan kemampuan perusahaan dalam melayani peningkatan pesanan yang tak terduga sebanyak 20%. Fleksibilitas disini meliputi kemampuan pemasok untuk menyediakan tambahan bahan baku, kemampuan produksi untuk meningkatkan kapasitas produksi, dan kemampuan untuk meningkatkan distribusi sebesar 20%. Nilai 20% tersebut merupakan nilai rata-rata tingkat fluktuasi perubahan permintaan pasar. Metrik fleksibilitas rantai pasok tidak dapat dinilai pada PT. Condong Garut karena produksi tidak berdasarkan permintaan.

Metrik biaya manajemen rantai pasok atau supply chain management cost menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan material handling mulai dari pemasok hingga ke konsumen. Setiap perusahaan tentu memiliki nilai yang berbeda pada metrik ini. Namun metrik tersebut dapat dibandingkan dengan perusahaan lain jika biaya SCM yang dikeluarkan dibagi dengan jumlah karet alam yang diproduksi. Tingginya biaya SCM yang dikeluarkan mempengaruhi harga karet alam yang dijual. Untuk itu, efisiensi material handling sangat penting agar PT. Condong Garut dapat meminimalkan biaya produksi sehingga meningkatkan pendapatan.

Metrik siklus cash to cash menerangkan perputaran uang perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, hingga pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen. Pada umumnya, semakin singkat siklus cash to cash perusahaan maka semakin cepat pula mendapatkan return uang hasil penjualan. Sementara itu, metrik inventory days of supply mengukur mencukupi persediaan dengan satuan waktu (hari) yang berarti lamanya rata-rata (dalam hari) suatu pelaku rantai pasok bisa bertahan dengan jumlah persediaan yang dimilikinya. Kinerja rantai pasok dikatakan baik jika mampu memutar aset dengan cepat.

Tabel 13. Metrik level 1 dan atribut performa GSCOR

Metrik Level 1

Atribut Performa

Eksternal (Customer) Internal Pemanfaatan

Limbah Produk Reliabilitas Responsivitas Fleksibilitas Biaya Aset

Pemenuhan Pesanan X

Kinerja Pengiriman X

Kesesuaian Standar Mutu X

Siklus Pemenuhan Pesanan X

Lead Time Pemenuhan Pesanan X

Fleksibilitas Rantai Pasokan X

Biaya SCM X

Siklus Cash to Cash X

Inventory Days of Supply X

Pengolahan Limbah Cair X

Pengolahan Limbah Padat X

Selain metrik-metrik yang terdapat dalam level 1 SCOR, kinerja rantai pasok ini mempunyai metrik baru dengan menambahkan aspek lingkungan, yaitu pemanfaatan limbah produk, dimana uraian metrik GSCOR ini seperti yang disajikan pada Tabel 13. Pemanfaatan limbah produk ini terbagi menjadi pemanfaatan limbah cair dan pemanfaatan limbah padat. Limbah cair yang dihasilkan dari agroindustri ini adalah air hasil pencucian lumb, air hasil sisa koagulasi, dan air hasil penggilingan. Limbah cair ini sebelum dibuang ke sungai, akan mengalami beberapa treatment terlebih dahulu pada Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) sehingga limbah cair yang dibuang itu menjadi tidak berbahaya untuk lingkungan. Sedangkan limbah padat hasil dari sisa penyadapan lateks, busa dari koagulasi, dan sisa sortasi produk dimanfaatkan kembali untuk proses pencampuran pada produksi Brown Crepe. Untuk limbah padat hasil dari sisa pembibitan yang gagal sebagian ada yang dijadikan pupuk kompos, tetapi ada juga yang membuangnya. Limbah padat yang berasal dari pohon karet yang sudah tidak produktif itu ditebang dan dimanfaatkan untuk dijual kembali ke pengrajin kayu. Selain limbah cair dan limbah padat yang dihasilkan dari industri ini, terdapat pula limbah udara. Limbah udara berupa karbon, asap hasil sisa pengasapan RSS. Metode pengukuran limbah

bermacam-macam tergantung jenis limbah yang dihasilkan pada industri tersebut. Pada industri karet alam ini, nilai pengukuran limbah dapat dilihat dari segi kuantitas dan segi kualitasnya. Pengukuran limbah dari segi kuantitas akan terukur jumlah limbah yang dihasilkan, seperti dari proses pembibitan.

Sedangkan dari segi kualitas, pengukuran limbah diukur menurut kandungan bahan berbahaya yang dapat dihasilkan oleh limbah tersebut. Pengukuran limbah dari segi kualitas dilakukan dengan uji laboratorium dengan prosedur, metode pengukuran dan alat ukur yang telah ditentukan sesuai jenis limbahnya.

5.4.4.5 Pemilihan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan AHP

Pemilihan metrik kinerja rantai pasok karet alam dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok karet alam terdiri atas level 1 yaitu Proses Bisnis, Level 2 terdiri atas Parameter Kinerja, level 3 terdiri atas Atribut Kinerja, dan level 4 terdiri atas Metrik Kinerja. Sama halnya seperti model III, pembobotan AHP di model IV ini juga dilakukan dengan menggunakan aplikasi Expert Choice 2000. Langkah-langkah pengerjaannya juga sama seperti pada model III. Setelah pembobotan dilakukan pada setiap level, maka diperoleh struktur hierarki pemilihan metrik kinerja yang telah disatukan dengan masing-masing bobot yang dimilikinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 41.

Gambar 41. Bobot akhir hasil analisis dengan pendekatan AHP metrik kinerja rantai pasok

Pada level proses bisnis, aspek produksi memiliki bobot terbesar, yaitu 0.475. Berdasarkan hasil tersebut produksi menjadi prioritas utama dalam proses bisnis karet alam, karena produksi menjadi kunci utama yang menentukan kualitas akhir produk yang dihasilkan. Pada level parameter kinerja, yang memiliki bobot terbesar yaitu aspek kualitas sebesar 0.489. Dengan demikian kualitas menjadi prioritas pertama dalam level parameter kinerja. Pakar menilai kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai pasok karet alam. Kualitas produk menjadi pertimbangan penting dalam sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak kerjasama antar masing-masing pelaku rantai pasok karet alam.

Pada level atribut kinerja, realibilitas menjadi prioritas utama karena mempunyai bobot terbesar, yaitu 0.306. Pakar menilai bahwa semakin baik citra reliabilitas para pelaku rantai pasok bermacam-macam tergantung jenis limbah yang dihasilkan pada industri tersebut. Pada industri karet alam ini, nilai pengukuran limbah dapat dilihat dari segi kuantitas dan segi kualitasnya. Pengukuran limbah dari segi kuantitas akan terukur jumlah limbah yang dihasilkan, seperti dari proses pembibitan.

Sedangkan dari segi kualitas, pengukuran limbah diukur menurut kandungan bahan berbahaya yang dapat dihasilkan oleh limbah tersebut. Pengukuran limbah dari segi kualitas dilakukan dengan uji laboratorium dengan prosedur, metode pengukuran dan alat ukur yang telah ditentukan sesuai jenis limbahnya.

5.4.4.5 Pemilihan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan AHP

Pemilihan metrik kinerja rantai pasok karet alam dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok karet alam terdiri atas level 1 yaitu Proses Bisnis, Level 2 terdiri atas Parameter Kinerja, level 3 terdiri atas Atribut Kinerja, dan level 4 terdiri atas Metrik Kinerja. Sama halnya seperti model III, pembobotan AHP di model IV ini juga dilakukan dengan menggunakan aplikasi Expert Choice 2000. Langkah-langkah pengerjaannya juga sama seperti pada model III. Setelah pembobotan dilakukan pada setiap level, maka diperoleh struktur hierarki pemilihan metrik kinerja yang telah disatukan dengan masing-masing bobot yang dimilikinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 41.

Gambar 41. Bobot akhir hasil analisis dengan pendekatan AHP metrik kinerja rantai pasok

Pada level proses bisnis, aspek produksi memiliki bobot terbesar, yaitu 0.475. Berdasarkan hasil tersebut produksi menjadi prioritas utama dalam proses bisnis karet alam, karena produksi menjadi kunci utama yang menentukan kualitas akhir produk yang dihasilkan. Pada level parameter kinerja, yang memiliki bobot terbesar yaitu aspek kualitas sebesar 0.489. Dengan demikian kualitas menjadi prioritas pertama dalam level parameter kinerja. Pakar menilai kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai pasok karet alam. Kualitas produk menjadi pertimbangan penting dalam sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak kerjasama antar masing-masing pelaku rantai pasok karet alam.

Pada level atribut kinerja, realibilitas menjadi prioritas utama karena mempunyai bobot terbesar, yaitu 0.306. Pakar menilai bahwa semakin baik citra reliabilitas para pelaku rantai pasok bermacam-macam tergantung jenis limbah yang dihasilkan pada industri tersebut. Pada industri karet alam ini, nilai pengukuran limbah dapat dilihat dari segi kuantitas dan segi kualitasnya. Pengukuran limbah dari segi kuantitas akan terukur jumlah limbah yang dihasilkan, seperti dari proses pembibitan.

Sedangkan dari segi kualitas, pengukuran limbah diukur menurut kandungan bahan berbahaya yang dapat dihasilkan oleh limbah tersebut. Pengukuran limbah dari segi kualitas dilakukan dengan uji laboratorium dengan prosedur, metode pengukuran dan alat ukur yang telah ditentukan sesuai jenis limbahnya.

5.4.4.5 Pemilihan Metrik Pengukuran Kinerja Rantai Pasok dengan AHP

Pemilihan metrik kinerja rantai pasok karet alam dilakukan dengan pendekatan AHP. Struktur hierarki pemilihan metrik pengukuran kinerja rantai pasok karet alam terdiri atas level 1 yaitu Proses Bisnis, Level 2 terdiri atas Parameter Kinerja, level 3 terdiri atas Atribut Kinerja, dan level 4 terdiri atas Metrik Kinerja. Sama halnya seperti model III, pembobotan AHP di model IV ini juga dilakukan dengan menggunakan aplikasi Expert Choice 2000. Langkah-langkah pengerjaannya juga sama seperti pada model III. Setelah pembobotan dilakukan pada setiap level, maka diperoleh struktur hierarki pemilihan metrik kinerja yang telah disatukan dengan masing-masing bobot yang dimilikinya, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 41.

Gambar 41. Bobot akhir hasil analisis dengan pendekatan AHP metrik kinerja rantai pasok

Pada level proses bisnis, aspek produksi memiliki bobot terbesar, yaitu 0.475. Berdasarkan hasil tersebut produksi menjadi prioritas utama dalam proses bisnis karet alam, karena produksi menjadi kunci utama yang menentukan kualitas akhir produk yang dihasilkan. Pada level parameter kinerja, yang memiliki bobot terbesar yaitu aspek kualitas sebesar 0.489. Dengan demikian kualitas menjadi prioritas pertama dalam level parameter kinerja. Pakar menilai kualitas merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen rantai pasok karet alam. Kualitas produk menjadi pertimbangan penting dalam sekaligus menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam kontrak kerjasama antar masing-masing pelaku rantai pasok karet alam.

Pada level atribut kinerja, realibilitas menjadi prioritas utama karena mempunyai bobot terbesar, yaitu 0.306. Pakar menilai bahwa semakin baik citra reliabilitas para pelaku rantai pasok

yang dibangun, semakin baik pula tingkat kepercayaaan atau trust building yang diberikan oleh pelanggan. Sementara pada level metrik kinerja, pemenuhan pesanan memiliki bobot 0.174, aspek kesesuaian dengan standar mutu mempunyai bobot 0.214, aspek kinerja pengiriman 0.043, aspek siklus pemenuhan pesanan memiliki bobot 0.199, aspek biaya SCM 0.136, aspek siklus cash to cash 0.085, aspek inventory days of supply 0.073 , aspek pemanfaatan limbah cair dan pemanfaatan limbah padat berturut-turut mempunyai bobot 0.035 dan 0.041.

Pada sistem, tampilan pada model IV tidak berbeda denga tampilan model III, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 42. Pengisian bobot tidak dilakukan langsung oleh user, tetapi user harus mengunduh terlebih dahulu software expert choice yang tersedian pada interface model IV. Langkah-langkah pengisian bobot pada expert choice juga ditampilkan pada model IV.

Gambar 42. Tampilan model IV pada sistem

Pada model pengukuran kinerja perusahaan juga dilengkapi dengan form penilaian kinerja, dimana aspek penilaian berdasarkan semua metrik kinerja hasil pembobotan AHP. Form penilaian dapat dilihat pada Gambar 43. User dapat menginput nilai semua aspek tersebut sesuai dengan range nilai yang diberikan dimana kisaran nilai tersebut diperoleh dari pustaka dan hasil wawancara. Pada metrik kesesuaian dengan standar mutu, ukuran nilai yang diberikan yaitu berasal dari kadar karet kering pada lateks pekat sesuai dengan standar mutu dan dalam persentase. Standar mutu lateks pekat juga dapat dilihat pada Lampiran 4. Pada metrik siklus pemenuhan pesanan pabrik, ukuran nilai yang diberikan berasal dari lamanya proses budidaya karet hingga pemanenan lateks dilaksanakan, dengan satuan berupa hari. Sementara untuk metrik pemenuhan pesanan konsumen, ukuran nilai berasal dari pihak perusahaan sesuai dengan tanggung jawabnya dalam memenuhi pesanan dari pihak konsumen, dengan satuan persentase. Sedangkan biaya manajemen rantai pasok, ukuran nilai rendah, sedang, dan tinggi berasal dari penilaian pihak perusahaan terhadap efisiensi material handling. Siklus cash-to-cash ukuran rentang hari berasal dari dimana terjadinya pembayaran utang dan piutang. Inventory days of supply memberikan ukuran hari dimana jumlah dan lama persediaan perusahaan dapat bertahan. Kinerja Pengiriman menerangkan presentase pesanan terkirim berdasarkan ketepatan jadwal, waktu dan lokasi. Untuk tingkat pengolahan limbah padat dan cair memberikan ukuran nilai secara umum dalam menangani proses pengelolaan lingkungan baik di perkebunan dan juga pabrik.

Kisaran nilai yang diberikan dalam sistem dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 14.

Gambar 43.Tampilan halaman pengukuran kinerja rantai pasok pada sistem

Tabel 14. Kisaran nilai yang diberikan sistem pada tabel pengukuran kinerja

Kriteria 50 (Kurang) 75 (Cukup) 100 (Baik) Satuan Kesesuaian dengan standar mutu

kadar karet kering 10 - 15 16 - 20 21 - 25 %

Siklus Pemenuhan Pesanan 36 - 40 31 - 35 28 - 30 hari

Siklus Pemenuhan Pesanan 36 - 40 31 - 35 28 - 30 hari