• Tidak ada hasil yang ditemukan

Metode Dakwa Jama’ah Tabligh

4.1. Dakwah dalam Islam 1 Pengertian

4.1.2. Model Penyampaian Dakwah Jama’ah Tabligh

Jelas sekali bahwa di dalam proses dakwah itu terdapat tindakan saling pengaruh mempengaruhi antara satu individu dengan individu lainnya, sehingga timbullah kemungkinan untuk saling mengubah atau memperbaiki perilaku masing-masing secara timbal balik. Perubahan demikian bisa terjadi secara disadari atau tidak sepenuhnya disadari, secara spontan atau perlahan-lahan. Di dalam hubungan dakwah inilah terjadi suatu proses belajar mengajar di antara manusia, dimana di dalam proses dakwah merupakan permulaan yang fundamental bagi suksesnya dakwah itu.

Berdakwah dalam prosesnya yaitu terjadi hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang-orang perorangan, antara kelompok- kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Sebagaimana juga halnya yang terjadi dalam proses interaksi sosial di dalam penyampaian dakwah yang terjadi pada Jama’ah Tabligh. Model-model dakwah Jama’ah Tabligh ini begitu kompleks karena melibatkan dan menyangkut semua hubungan-hubungan sosial sebagai berikut:

a. Model Dakwah Jama’ah Tabligh Orang-Perorangan (Model Khususi) Pada model ini dengan mengirimkan beberapa orang tertentu dari anggota Jama’ah Tabligh untuk mendatangi orang-orang tertentu pula, seperti tokoh masyarakat, ulama, ustadz, dosen/staf pengajar, petani, pedagang, pelajar atau mahasiswa. Menerangkan tentang pentingnya agama dalam kehidupan, dengan cara yang sopan dan penuh hormat meminta dukungan dan kehadiran serta keikutsertaan mereka dalam kegiatan Jama’ah Tabligh.

Proses-proses dakwah yang dilakukan harus menyesuaikan atau mengikuti tata aturan berinteraksi yang telah digariskan setiap Jama’ah Tabligh, diantaranya

anggota Jama’ah Tabligh yang akan berinteraksi dianjurkan untuk membawa satu orang sebagai pemandu jalan (Rekhbar) kepada orang-orang khusus yang akan diajak berintraksi sosial agama. Sebelum berangkat untuk berdakwah, mereka dianjurkan untuk sholat sunat hajat dua raka’at, berdoa dan memohon untuk dimudahkan dalam berdakwah. Selanjutnya berjalan secara berpasangan dua-dua menuju orang yang akan didatangi. Berdakwah model khususi ini waktunya panjang sekali atau tidak terbatas, namun apabila dakwah dirasai cukup memadai, Jama’ah Tabligh pulang ke tempat semula. dakwah ini dengan penuh lemah lembut, bijaksana dan menghindari perdebatan yang menjurus kepada perpecahan. Jika sekiranya orang yang dikunjungi tersebut memberikan reaksi negatif maka anggota Jama’ah Tabligh membalasnya dengan penuh keakraban, merendahkan diri (tawadhu), sabar, berzikir dalam hati dan berfikir serta bersyukur. Sehingga pada akhirnya orang yang didatangi menjadi terkesan dan senang untuk ikut bersama-sama program Jama’ah Tabligh. (Team Mushalla, 1994:12)

Dalam dakwah model khusui ini, anggota Jama’ah Tabligh hendaklah memiliki pengetahuan, pengalaman dan ketrampilan yang baik, menguasai materi dakwah, memahami tentang ajaran. Mengetahui kelebihan, kesukaan, kesenangan serta hobi orang yang akan diajak berinteraksi. Tentunya hal ini diperoleh dari orang yang bertindak selaku penunjuk jalan. Interaksi sosial dakwah ini dimulai dari bicara bisnis, pekerjaan dan lain-lain, kemudian bicara (berinteraksi) masalah agama. Dakwah model khususi ini ada sedikit kebebasan dan tidak terlalu banyak keterikatan, jika perlu Jama’ah Tabligh menerapkan tiga hal dalam berinteraksi, yaitu:

• Ta’am (makan bersama)

• Kalam (berbicara)

Dakwah ini bersifat pembinaan, pengembangan umat Islam, oleh karena itu anggota Jama’ah Tabligh yang dikirim untuk berinteraksi dakwah harus benar- benar memperhatikan hal-hal seperti berikut:

• Usia orang yang dikunjungi

• Pengetahuan serta pendidikan

• Status sosial ekonomi

• Hobi dan karakteristiknya. (TamMushalla, 1994:11)

b. Model dakwah Antara Kelompok dengan Masyarakat (Model Umumi) Pada model dakwah umumi ini dilakukan dengan mengirimkan sekelompok anggota Jama’ah Tabligh untuk berdawah kepada kaum muslimin (masyarakat Islam) secara umum. Dakwah yang dilakukan dari rumah ke rumah, di pasar, di kedai atau dimana saja berada. Adapun yang termasuk dalam dakwah model umumi ini yaitu jaulah (ziarah, berkeliling atau berputar-putar dari rumah ke rumah untuk bersilaturrahmi) atau menghadiri acara kematian dan pernikahan.

Sebagaimana halnya dengan dakwah model khususi, dalam proses pelaksanaan ini juga telah ditetapkan aturan-aturan yang harus dijalankan semasa berinteraksi dengan masyarakat, diantaranya pertama kali Jema’ah Tabligh bermusyawarah mufakat untuk membentuk rombongan silaturrahmi. Setelah dibentuk rombongan minimal tiga orang dan maksimal sebelas orang yang dikontrol oleh seorang pimpinan rombongan (Amir Syaf) yang bertugas untuk mengontrol anggota jama’ah (rombongan) yang harus berinteraksi dengan tertib

dan sesuai dengan yang telah ditentukan. Selain itu juga diangkat seorang juru bicara (mutakallim), dialah yang akan penuh berbicara dengan orang yang akan didatangi, selain adanya rekhbah atau penunjuk jalan, maka selebihnya makmun pengikut rombongan. Sebelum berinteraksi semua anggota rombongan berdoa memohon pertolongan Allah SWT. Setelah berdoa mereka berjalan berpasangan dua-dua dan disaat berinteraksi semua anggota membawa empat sifat yaitu fikir, zikir, syukur dan sabar. Dalam dakwah agama model ini sangat terikat sekali karena masalah yang disampaikan tidak menyimpang dari apa yang telah ditetapkan yaitu masalah iman dan amal sholeh. Dan waktunya pun telah ditetapkan minimal 45 menit, dan orang yang akan dijumpai (diajak berinteraksi) yaitu laki-laki (Team Mushalla, 1994:39)

c. Model Dakwah Antara Kelompok Dengan Kelompok (Model Ijtima’i) Setelah dilakukan dakwah model umumi maka orang-orang Islam (masyarakat Islam) yang telah diundang dan mereka yang datang ke mesjid hanya sekelompok orang Islam yang menghadiri undangan Jama’ah Tabligh untuk mendengarkan ceramah (majelis ta’lim) atau disebut dengan istilah “bayan”.

Dakwah model ini lebih terfokus kepada sasaran yang akan diinginkan oleh Jama’ah Tabligh. Adapun proses pelaksanaan dakwah ini juga sesuai dengan aturan-aturan yang telah ada yaitu kelompok-kelompok masyarakat yang diundang disuruh duduk merapat dan bergabung bersama-sama anggota Jama’ah Tabligh secara berdekatan setelah melakukan bayan (orangnya telah ditentukan), maka anggota Jama’ah Tabligh masing-masing duduk berpencar-pencar dan saling berhadapan dengan sekelompok masyarakat yang berada di mesjid tersebut, untuk menjalin interaksi sosial dakwah yang lebih terarah lagi, anggota Jama’ah

Tabligh ini mengajak, mengingatkan dengan penuh rendah hati agar umat Islam yang berada di mesjid tersebut ikut bersama mereka dalam berdakwah selama 3 hari, 7 hari, 20 hari, 40 hari atau 4 bulan. Memang sebagian dari umat Islam tersebut ada yang langsung ikut dan sebagian ada yang tidak mengikuti dengan berbagai alasan. Sebutan dakwah ini sering dengan istilah “taskil” artinya ajakan yang merupakan inti dari ketiga model dakwah yang dijalankan.(Team Mushalla, 1994:12-13)

d. Model Dakwah antara Individu dengan Individu (Model Infrodi)

Model dakwah infrodi ini yaitu dilakukan oleh setiap pribadi- pribadi Jama’ah Tabligh untuk berinteraksi pada setiap individu-individu umat Islam. Dakwah ini merupakan model yang tidak terikat melainkan bebas dan pelaksanaannya santai bahkan waktunya lebih banyak atau sangat panjang untuk setiap harinya, yaitu antara dua setengah jam sampai delapan jam. Tujuannya untuk memanfaatkan kesempatan luang baik dalam percakapan atau dalam bentuk aktifitas dakwah yang berlaku dalam forum Jama’ah Tabligh.

Adapun proses dakwah infrodi ini yaitu model ini cenderung disebut bicara santai serta tidak membatasi masalah pembicaraan, namun tidak keluar dari tujuan yang ingin dicapai Jama’ah Tabligh untuk membujuk dan mengajak orang-orang Islam untuk ikut bergabung dalam kegiatan dakwah Jama’ah Tabligh. Dakwah yang dilaksanakan dimanapun berada, di rumah, di toko, di jalan, di pasar, di pantai, di mesjid dan di tempat-tempat lain, seorang pribadi Jema’ah Tabligh harus mempunyai sifat persuasif yang tinggi dan mampu memancing terbentuknya suasana dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Dan mereka juga diharapkan untuk senantiasa mengikuti dan mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dan

kecakapan dalam bentuk hubungan dengan masyarakat dan lingkungan dimanapun ia berada. (Team Mushalla, 1994:39)

Dokumen terkait