• Tidak ada hasil yang ditemukan

Organisasi Sosial Jama”Ah Tabligh (Studi Deskriptif Jama’ah Tabligh jalan gajah Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Organisasi Sosial Jama”Ah Tabligh (Studi Deskriptif Jama’ah Tabligh jalan gajah Medan)"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

ORGANISASI SOSIAL JAMA”AH TABLIGH

(Studi Deskriptif Jama’ah Tabligh jalan gajah Medan)

D

I

S

U

S

U

N

OLEH:

ZULBAHRI

020905006

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 .

Latar Belakang

Dimana saja di dunia ini, tidak pernah manusia hidup di dalam isolasi

yang komplit, absolut dan permanen. Apabila toh terjadi juga, bahwa ada

manusia yang hidup secara terasing secara komplit, maka sifat pengasingan itu

tidak permanen. Atau diluar kekuasaan seseorang terpaksa hidup secara terasing

absolut dan permanen. Kontak sosial itu diperlukan secara prinsipil oleh manusia,

karena hanya di dalam kehidupan bersama dengan manusia lain sajalah,

berkembang potensi-potensi yang ada pada manusia itu menjadi satu kepribadian.

Dan kontak sosial itu diperlukan secara terus menerus agar kepribadiannya dapat

mengikuti proses yang wajar (Harsojo, 1967:240).

Dilihat dari segi biologinya saja, manusia dalam banyak hal ketinggalan

dari makhluk-makhluk lain yang bukan manusia. Gajah dan beruang jauh lebih

kuat dari manusia, antilop dan macan tutul jauh lebih cepat larinya, dan burung

elang jauh lebih tajam penglihatannya dari pada manusia. Memang kekuatan

manusia tidak terletak dalam kemampuan individuilnya secara biologis,

melainkan kekuatan manusia terletak dalam hasil dari pada kooperasinya dengan

manusia lain. Dengan bekerja bersama-sama berhasil mengusai seluruh isi dari

planet kita ini. Semua jenis hewan tunduk kepada manusia. Kehidupan bersama

(3)

makhluk-makhluk lain, akan tetapi perlu agar manusia dapat melangsungkan kehidupan

jenisnya.

Apabila hewan karena anatominya yang khusus itu, segera sesudah ia

dilahirkan¸ dengan bantuan alam dapat segera langsung menyesuaikan dirinya

kepada lingkungan alamnya, maka manusia membutuhkan waktu relatif lama

untuk dapat menyesuaikan dirinya kepada lingkungan alam, sosial dan lingkungan

transendennya. Sebagai makhluk biologis, manusia dikenal oleh hukum-hukum

biologis, artinya untuk kelangsungan hidup manusia harus pandai menyesuaikan

dirinya kepada lingkungan alam, dan lingkungan sosial di sekitar tempat tinggal

manusia tersebut. Dengan perkataan lain untuk dapat melangsungkan

kehidupannya manusia harus makan, minum, membutuhkan oxygen dan harus

menghindarkan diri dari sakit dan kematian. Dan untuk dapat memenuhi

kebutuhan dasar dari kehidupan itu, manusia tidak dapat melakukannya sendiri,

akan tetapi ia harus ditolong oleh orang lain dalam satu pranata sosial yang

tertentu.

Demikian pula sebagai makhluk sosial psychis, bagi keseimbangan

emosinya, manusia harus berhubungan dengan manusia yang lain. Kondisi

emosionil dan psychis manusia boleh dikatakan amat dipengaruhi oleh relasi

sosialnya. Dengan perkataan lain, seseorang itu pada suatu ketika menjadi susah

atau bergembira dan riang hatinya, disebabkan oleh pengaruh sikap penilaian,

anggapan-anggapan, yang dia terima dari orang lain. Dari sini jelaslah, bahwa

bagi kesejahteraan badan dan rokhaniahnya, manusia bersama-sama harus

menciptakan satu kondisi sosial yang harmonis. Segala masalah kemanusiaannya

(4)

mempunyai masalah yang tidak dipecahkan secara sosial, maka ia memohon

kepada Tuhannya untuk mendapat bantuan taufik dan hidayah.

Kodrat alamiah manusia sebagai mahkluk sosial-psychis itu

menyebabkan timbulnya bentuk-bentuk dari organisasi dan relasi antar manusia,

yang berdiri atas dua landasan yaitu :

a. Organisasi symbiotik yang terdiri semata-mata atas tingkah laku fisik yang

bersifat otomatis.

b. Organisasi sosial yang berdiri atas komunikasi dengan menggunakan sistem

lambang.

Kontak dengan menggunakan sistem lambang menimbulkan interaksi

sosial yang berlaku pada dataran panca indera, emosi dan intelektuil. Apabila kita

berbicara tentang organisasi sosial, maka yang dimaksudkan ialah, bahwa untuk

mencapai tujuannya timbul kelompok sosial dari usaha tersebut. Dengan

perkataan lain organisasi sosial mempunyai aspek fungsi dan aspek struktur.

Dalam aspek fungsionilnya organisasi sosial itu memperlihatkan manifestasinya

dalam aktfitas kolektif dari manusia untuk mencapai tujuannya, yaitu dari

memelihara, mendidik sampai kepada melakukan peperangan misalnya. Dan dari

aktivitas kolektif itu timbul kelompok-kelompok yang menjalankan aktifitas

seperti keluarga, negara dan sebagainya. Secara keseluruhan maka organisasi

sosial dilihat dari sudut implikasi strukturilnya melliputi struktur dari kelompok

sosial, pola umum baru kebudayaan manusia pada setiap waktu dan tempat dan

seluruh frame work dari pada pranata-pranata sosial. Organisasi sosial itu pada

(5)

Adapun pengaturan dari pada tata-hubungan jika ada dua orang atau

lebih yang hendak mengadakan hidup bersama memerlukan beberapa syarat.

1. harus ada ukuran yang tetap dalam tata hubungan sosial yang dapat

diterima oleh anggota-anggota kelompok.

2. harus ada kekuasaan atau otoritas yang mempunyai keuasaan memaksa

dalam melaksanakan tata hubungan sosial.

3. adanya pengaturan dan penyusunan individu-individu dalam

kelompok-kelompok dan lapisan sosial tertentu yang menggambarkan adanya

koordinasi dan subordnasi.

4. anggota-anggota yang hidup dalam berbagai bidang, dapat hidup dalam

suasana harmoni, yang saling memberi kepuasan.

5. adanya tingkah laku yang telah merupakan standard itu disalurkan atau

dipaksakan dengan mechanisme-mechanisme tekanan-tekanan sosial,

menjadi satu pola yang merupakan pedoman bagi tingkah laku manusia.

Dalam kepustakaan antropologi ada beberapa istilah yang digunakan untuk

menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia dalam

kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat. Istilah yang

dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut

adalah organisasi sosial. Herskovits mengatakan bahwa organisasi sosial itu

meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari laki-laki dan perempuan

di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antar masyarakat.

Kategori ini terbagi dalam 2 kelas lembaga, yaitu

lembaga-lembaga yang timbul dari kekerabatan, lembaga-lembaga-lembaga-lembaga yang berkembang dari

(6)

dan pengembangannya sampai kelompok-kelompok seperti clan. Asosiasi bebas

yang tidak dibangun atas dasar kekerabatan meliputi berbagai-bagai bentuk dari

pengelompokan berdasarkan sex, umur dan dalam arti yang lebih luas, struktur

sosial itu juga meliputi relasi sosial yang mempunyai karakter politik yang

berdasarkan atas daerah tempat tinggal dan status. Atau dengan singkat, studi

mengenai organisasi sosial menurut Herskovits meliputi studi tentang

prinsip-prinsip berkelompok berdasarkan kekerabatan dan organisasi politik.

Ahli antropologi lain yaitu W.H.R. Rivers, dalam Harsojo (1967)

melihat organisasi sosial sebagai proses yang menyebabkan individu

disosialisasikan dalam kelompok. Ia berpendapat, bahwa dia dapat juga

mengganti studi mengenai organisasi sosial menjadi studi tentang social

groupings, dan bagian-bagian dari fungsi sosial yang mengiringi pengelompokan

itu. Ia mengatakan bahwa ruang lingkup penyelidikan mengenai organisasi sosial

meliputi struktur dan fungsi dari pada kelompok. Adapun fungsi tersebut dapat

dibagi dalam dua bagian:

a. fungsi yang berhubungan antara kelompok dengan kelompok dan

b. fungsi yang bermacam-macam dari pada kelompok sosial itu adalah

pranata-pranata sosial.

Raymond firth, dalam Harsojo (1967), mengemukakan arti yang khusus

bagi konsep organisasi sosial. Dalam bukunya “elements of social organization”,

ia mengemukakan bahwa Antropologi sosial menyelidiki “human social process

comparatively”. Dengan proses sosial disini dimaksudkan operasi dari kehidupan

sosial, cara bagaimana aksi dan existensi dari pada manusia hidup itu

(7)

penyelidikan mengenai relasi sosial apakah istilah ini digunakan dalam rangka

pengertian tentang masyarakat, kebudayaan atau community, dapatlah dibedakan

antara struktur, fungsi dan organisasinya. Dalam hubungan ini Firth melihat

pengertian mengenai struktur sosial itu sebagai pola-pola ideal, sedang organisasi

sosial dilihatnya sebagai aktivitas konkrit. Ide tentang organisasi ialah bahwa ada

sejumlah orang yang menjalankan suatu pekerjaan dengan aksi yang

direncanakan bersama. Organisasi adalah satu proses sosial dan pengaturan aksi

berturut-turut konform dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah

penyusunan dari relasi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan

penetapan.

Dalam pemilihan dan penetapan ruang gerak organisasi, banyak jenis

ruang geraknya seperti, organisasi tang bergerak dalam bidang pertanian,

kesehatan, politik dan juga agama serta jenis ruang gerak lainnya. Organisasi yang

bergerak dalam bidang agama biasanya melakukan penyampaian dakwah

terutama dalam agama islam.

Penyampaian dakwah melalui organisasi sosial dakwah

sebelumnya telah lama dijalankan oleh individu atau kelompok umat islam,

misalnya melalui interaksi dagang yaitu munculnya serikat dagang islam (SDI)

tahun 1912 dan banyak lagi muncul organisasi sosial dakwah lainya, seperti

Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Dan tahun 70an telah banyak

menyebar kemasyarakat islam dan mereka rata-rata menyukainya, yaitu antara

lain dakwah yang disampaikan oleh organisasi musik seperti soneta yang

dipimpin oleh H. Rhoma Irama melalui nada dan dakwahnya. Perkembangan

(8)

berkembangnya jama’ah tabligh di Medan dan wilayah sekitarnya mulai tahun

1979. Bermula dari masuknya Jama’ah tabligh dari India, Pakistan juga dari

negara Asia lainnya, dakwah yang dilaksanakan oleh organisasi jama’ah tabligh

ini mendapat perhatian yang khusus dari berbagai lapisan masyarkat baik itu

masyarakat kelas atas, menengah dan terlebih lagi kelas bawah di kota ataupun di

desa. Anggapan mereka mengenai organisasi sosial dakwah Jama’ah Tabligh ini

merupakan suatu hal yang sangat berbeda sekali dengan penyamapian dakwah

umat Islam lainya, dan mereka menyatakan baru sekarng ini menjumpai hal

tersebut pada jama’ah tabligh.

Jama’ah tabligh adalah sebuah jama’ah islamiyah yang dakwahnya

berpijak pada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan ajaran islam

kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama’ah tabligh ini menekankan

kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk

menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk

kepartaian dan masalah-masalah politik (WAMY, 1993:74).

Pengaruh jama’ah tabligh yang bergerak dan berkembang dari India juga

sampai di Mesir, Jordania, Libanon, Syiria, Yaman, dan negara-negara Arab

lainnya (Timur Tengah). Betapa banyaknya orang-orang yang tadinya berpaling

dari Allah SWT. kembali bertaubat dan taat kepada Allah SWT.. sudah barang

tentu, para pakar pembaharuan dan tokoh-tokoh agama mengetahui hal tersebut.

Demikianlah sambutan terhadap jama’ah tabligh dan pengaruhnya dikalangan

umat. Pergerakan dakwah jama’ah tabligh bukan hanya di timur tengah tetapi

meluas kepenjuru dunia seperti di negara-negara Afrika yaitu : di Maroko,

(9)

Amerika juga menjadi sasaran gerakan dakwah jama’ah tabligh dimana Islam

semakin tumbuh dan berkembang di kalangan pekerja-pekerja muslim sehingga

banyak mesjid-mejid baru yang dibangun untuk mendirikan shalat. Di sana, kaum

muslimin sangat bangga memakai atribut-atribut Islam seperti memelihara

jenggot, sorban, gamis, dan berbagai penampilan yang sangat menarik orang

untuk memeluk Islam. Puluhan tahun sebelumnya, seorang muslim di Eropa tidak

akn sanggup menampakan keislamannya. Apalagi di Amerika, kebanyakan

diantara mereka adalah pemabuk dan meninggalkan shalat. Mereka menjadi

seperti orang Eropa dan Amerika, baik bahasanya, pakaiannya, maupun

perbuatannya. Sehingga sampailah disana pergerakan dakwah yang dibawa

jama’ah tabligh untuk menegakan kembali aqidah dan ajaran Islam di negeri yang

pada mulanya tidak nampak adanya tanda-tanda Islam. Namun, Islam kini tengah

berkembang pesatnya ditempat tersebut tanpa pedang (Abdul Khaliq Pirzada,

2003).

Penyampaian dakwah jama’ah tabligh memfokuskan pada kaum laki-laki

sedangkan perempuan (keluarga perempuan) mereka hanya melalui interaksi

sosial dirumah. Adapun kegiatan dakwah yang mereka lakukan yaitu keluar

Medan dan keluar negeri, waktu mereka melakukan interaksi sudah ditentukan

yaitu mulai dari satu hari, tiga hari, tujuh hari, sepuluh hari, empat puluh hari dan

empat bulan. Dalam kegiatan sosial dakwah ini mereka lakukan secara

berkelompok yang dipimpin oleh seorang ketua yang disebut “Amir Syaf”.

Sekembali mereka dari berinteraksi sosial dakwah keluar, mereka juga melakukan

interaksi sosial dakwah yang sama yaitu ditempat tinggal mereka masing-masing.

(10)

menyimpang dari yang telah ditentukan terdahulu (terorganisir). Dari latar

belakang yang diuraikan sebelumnya penulis terdorong untuk meneliti tentang

organisasi sosial jama’ah tabligh dengan studi kasus jama’ah tabligh jalan

gajah(mesjid hidayatul islamiyah) .

1.2. Perumusan Masalah

Dari apa yang telah diuraikan pada latar belakng sebelumnya dapatlah

dirumuskan permasalah yang ingin diteliti sebagai berikut:

1. Bagaimanakah Struktur kerja organisasi sosial jama’ah tabligh di mesjid

Hidayatul Islamiyah (jalan gajah Medan).

2. Bagaimanakah organisasi jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwah.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui struktur kerja organisasi sosial jama’ah tabligh

2. Untuk mengetahui organisasi jama’ah tabligh dalam menjalankan dakwah.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Menambah reperensi penelitian dibidang organisasi sosial

2. Dapat mengetahui struktur dan cara dakwah organisasi jama’ah tabligh

1.5. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian tentang organisasi sosial jama’ah tabligh ini adalah

mesjid Hidayatul Islamiyah tepatnya Jalan Gajah Medan. Alasan mengambil atau

(11)

1. Mesjid Hidayatul Islamiyah tersebut secara struktur organisasi jama’ah

tabligh merupakan markas propinsi bagi jama’ah tabligh. Jadi sangat relevan

untuk di jadikan lokasi penelitian untuk masalah yang ingin dikaji oleh peneliti.

2. Lokasi penelitian tersebut tidak begitu jauh dari tempat tinggal peneliti,

hal ini juga membantu serta memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian

1.6. Tinjauan Pustaka

Dalam kepustakaan antropologi ada beberapa istilah yang digunakan

untuk menyebut satu aspek dari kebudayaan yang mengatur penyusunan manusia

dalam kelompok-kelompok yang tercakup di dalam masyarakat. Istilah yang

dipergunakan oleh banyak ahli antropologi untuk membatasi pengertian tersebut

adalah organisasi sosial. Herskovits dalam Harsojo (1967), mengatakan bahwa

organisasi sosial itu meliputi lembaga-lembaga yang menetapkan posisi dari

laki-laki dan perempuan di dalam masyarakat, dan karenanya melahirkan relasi antar

masyarakat.

Ahli antropologi lain yaitu W.H.R. Rivers, dalam Harsojo (1967)

melihat organisasi sosial sebagai proses yang menyebabkan individu

disosialisasikan dalam kelompok. Ia berpendapat, bahwa dia dapat juga

mengganti studi mengenai organisasi sosial menjadi studi tentang social

groupings, dan bagian-bagian dari fungsi sosial yang mengiringi pengelompokan

itu. Ia mengatakan bahwa ruang lingkup penyelidikan mengenai organisasi sosial

meliputi struktur dan fungsi dari pada kelompok. Adapun fungsi tersebut dapat

dibagi dalam dua bagian:

(12)

d. fungsi yang bermacam-macam dari pada kelompok sosial itu adalah

pranata-pranata sosial.

Raymond firth, dalam Harsojo (1967) mengemukakan arti yang khusus

bagi konsep organisasi sosial. Dalam bukunya “elements of social organization”,

ia mengemukakan bahwa Antropologi sosial menyelidiki “human social process

comparatively”. Dengan proses sosial disini dimaksudkan operasi dari kehidupan

sosial, cara bagaimana aksi dan existensi dari pada manusia hidup itu

mempengaruhi manusia lain yang hidup dalam suau relasi tertentu. Dalam

penyelidikan mengenai relasi sosial apakah istilah ini digunakan dalam rangka

pengertian tentang masyarakat, kebudayaan atau community, dapatlah dibedakan

antara struktur, fungsi dan organisasinya. Dalam hubungan ini Firth melihat

pengertian mengenai struktur sosial itu sebagai pola-pola ideal, sedang organisasi

sosial dilihatnya sebagai aktivitas konkrit. Ide tentang organisasi ialah bahwa ada

sejumlah orang yang menjalankan suatu pekerjaan dengan aksi yang

direncanakan bersama. Organisasi adalah satu proses sosial dan pengaturan aksi

berturut-turut konform dengan tujuan yang dipilih. Organisasi sosial adalah

penyusunan dari relasi sosial yang dilakukan dengan jalan pemilihan dan

penetapan. Disamping itu istilah organisasi sosial di dalam kepustakaan

Antropologi, juga sering dipakai sebagai konsep tentang struktur sosial.

Adapun faham tentang struktur sosial itu banyak diselidiki oleh ahli-ahli

Antropologi sosial di Inggris Radcliffe-Brown misalnya mengemukakan bahwa

struktur sosial adalah jaringan-jaringan yang kompleks dari relasi sosial yang

sebenarnya di dalam setiap masyarakat. Evans Pritchard, juga seorang ahli

(13)

membatasi diri dengan mengatakan, bahwa struktur sosial adalah “those relative

enduring relations, which unite persisting groups into a total social system”

(harsojo, 1967:243-244).

Sekarang ini dunia sedang mengalami perubahan besar – besaran dalam

berbagai bidang kehidupan, semua ini tidak terlepas dari interaksi sosial yang ada.

Perubahan itu terjadi antara lain dalam bidang ekonomi, sosial, budaya serta

khususnya pada bidang agama yaitu pergeseran nilai agama yang merupakan hal

yang esensial untuk dikaji saat ini. Perubahan ini terjadi karena adanya arus

globalisasi, kemajuan teknologi, misalnya pengaruh parabola, internet dan

lain-lain. Sebagaimana yang dikemukakan berger mengenai modernitas (1977:70),

yaitu mengacu pada transformasi dunia yang disebabkan oleh inovasi, teknologi

beberapa negara dengan dimensi ekonomi, sosial dan politiknya. Modernitas juga

membawa perubahan yang revolusioner pada derajat kesadaran manusia,

khususnya pada nilai agama, kepercayaan dan bahkan jaringan emosional

kehidupan, atau dengan kata lain kesadaran dalam kehidupan yang sudah terpola

berupa nilai – nilai bersama semakin berkurang dalam kehidupan masyarakat

misalnya kurang rasa gotong-royong, rasa tolong-menolong dan saling

menghargai. Masyarakat indonesia sebagian besar adalah pemeluk agama Islam,

demikian pula halnya di kota Medan yang penduduknya mayoritas bergama Islam.

Kita lihat dalam kehidupan sehari-hari nilai atau norma agama Islam mulai

berkurang pengaruhnya, dimana masyaratat Islam cenderung mengkramati kerja,

keuntungan, kekuasaan yang mendorong induvidualisme.

Bagi seorang antrropolog, pentingnya agama terletak pada kemampuannya

(14)

konsep umum namun jelas, tentang dunia, diri, dan hubungan-hubungan diantara

keduanya, disatu pihak, yaitu model dari segi agama itu, dan di lain pihak sumber

disposisi-disposisi “mental” yang berakar, yang tak kurang jelasnya, yaitu model

untuk segi agama itu. Dari fungsi-fungsi kultural ini, pada gilirannya, mengalirlah

fungsi-fungsi sosial dan psikologisnya (Geertz, 1992). Menurut Berger (1977 :78),

bahwa agama merupakan benteng paling tangguh untuk melawan eksistensi tanpa

arti (meaninglesness). Atau agama sudah menjadi sumber pembenaran dunia

sosial yang paling efektif. Sekularisasi berarti penyusutan kepercayaan terhadap

usaha- usaha mengesahkan eksistensi. Jadi dalam hal ini agama sedang dalam

keadaan goyah. Sebagai penantang terbesar ialah perkembangan ilmu yang telah

menggeser kedudukan agama sebagai sumber penjelas. Ziauddin Sardar (1993 :

36), seorang cendikiawan muslim, mengemukakan bahwa kecuali kelompok kecil

yang berani melawan dominasi – dominasi yang dipaksakan berbagai isme dan

mempertahankan apa yang mereka miliki yaitu sebagai nilai/norma Islam yang

harus disampaikan melalui interaksi sosial dakwah.

Koentjaraningrat (1990 :376-377), semua aktivitas manusia yang

bersangkutan dengan religi berdasarkan atas suatu getaran jiwa, yang biasanya

disebut emosi keagamaan, atau religious emotion. Emosi keagamaan ini biasanya

pernah dialami setiap manusia, walaupun getaran emosi itu mugkin hanya

berlangsung untuk beberapa detik saja, untuk kemudian menghilang kembali.

Emosi keagamaan itulah yang mendorong orang melakukan tindakan – tindakan

yang bersifat religi.Emil Durkheim menyebutkan unsur-unsur religi terdiri dari

emosi keagamaan, sistem kepercayaan, sistem ritus, kelompok keagamaan,

(15)

Dakwah islam dalam pelaksanaannya menempuh cara yang lentur, kreatif

dan bijak agar tujuan pokoknya tercapai yaitu restorasi dan rekonstruksi

kemanusiaan secara individu dan kolektif yang akan membawanya ke tingkat

yang tinggi (ahsani taqwa). Untuk mencapai tujuan itu, maka Al-qur’an menuntut

adanya perintah dakwah yang wajib bagi seluruh umat islam sesuai dengan

kemampuan. Al-qur’an juga menuntut adanya segolongan umat Islam yang

melaksanakan tugas dakwah secara profesional (QS. 3:104). Mereka diharapkan

mampu mendekati objek (sasaran) dakwah sesuai dengan bahasa yang paling

mereka kuasai dan senangi. Dengan demikian, dakwah dalam pengembangannya

selalu bersikap terbuka untuk memanfaatkan segala hasil kreatifitas dan

produktifitas.

Dalam Islam proses kegiatan dakwah melekat pada upaya mengarahkan

manusia supaya muslim. Fitrah beragama yang dibawa manusia sejak lahir harus

diarahkan agar berkembang dengan ajaran agama Islam. Setiap muslim harus

mendapat siraman wahyu dan memiliki kesuburan iman, tugas risalah para Rasul

ini merupakan tugas setiap masyarakat Islam. Jadi, kehadiran agama bagi manusia

adalah membimbing fitrah manusia agar berkembang sejalan dengan sifat

fitrahnya, cenderung pada kesuciaan dan kebenaran. Suatu sistem religi dalam

suatu kebudayaan selalu mempunyai ciri – ciri untuk sedapat mungkin

memelihara emosi keagamaan itu diantara pengikut-pengikutnya

(Koentjaraningrat, 1990 :377).

Demikian dalam penyampaian dakwah ini tidak terlepas dengan pelaksana

dakwah dan pendengar dakwah (masyarakat sekitarnya) yang berinteraksi dan

(16)

dakwah yang berupa manusia yang harus dibimbing dan dibina menjadi manusia

yang beragama sesuai dengan tujuan dakwah. Dalam mencapai tujuan tersebut,

tindakan-tindakan dikendalikan secara sistematis dan konsisten (terorganisasi),

banyak nilai agama berasal dari kegiatan yang timbul dari prakteknya (Haviland,

1988).

Jama’ah tabligh adalah sebuah jama’ah islamiyah yang dakwahnya

berpijak pada penyampaian (tabligh) tentang keutamaan-keutamaan ajaran Islam

kepada setiap orang yang dapat dijangkau. Jama’ah tabligh ini menekankan

kepada setiap pengikutnya agar meluangkan sebagian waktunya untuk

menyampaikan dan menyebarkan dakwah dengan menjauhi bentuk-bentuk

kepartaian dan masalah-masalah politik(WAMY, 1993:74).

1.7. Metodologi 1.7.1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian deskriftif dengan

metode observasi dengan terlibat (obsesevasi partisipasi), dengan arti kata bahwa,

penulis berada dalam arena kegiatan objek untuk mengamati dan mempelajari

realitas yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji. Selain

menggunakan metode observasi, peneliti juga menggunakan metode wawancara

mendalam, untuk mengetahui lebih baik lagi tentang apa yang di lakukan jama’ah

tabligh tersebut.

Dalam menentukan informan, peneliti menerapkan keriteria sebagai

berikut :

(17)

2. Angota jama’ah tabligh mesjid Hidayatul Islamiyah, Jalan gajah

Medan

3. Berusia delapan belas tahun ke atas

4. Pernah aktif dalam kegiatan jama’ah tabligh

Demikian kriteria yang peneliti tetapkan yang menjadi informan dalam

penelitian penulis guna mendapatkan informasi dan data yang peneliti butuhkan

sesuai dengan masalah yang dikaji.

1.7.2. Analisa Data

Analisa akan dilakukan secara kualitatif sesuai dengan metode yang

digunakan dalam penelitian ini. Maka semua data yang diperoleh, disusun dan

diolah dan kemudian dianalisis agar dapat mempermudah kegiatan dan hasil

penelitian dapat dasimpulkan Penganalisaan akan dilakukan dalam bentuk

deskriptip analisis artinya apa yang kelak akan menghasilkan suatu bentuk laporan

sebagai hasil akhir dari penelitian yang dilakukan.

(18)

BAB II

Sejarah Dan Perkembangan Jama’ah Tabligh

2.1. Sejarah jama’ah tabligh 2.1.1. Pendiri Jama’ah Tabligh

Jama’ah tabligh berdiri di India yang didirikan oleh Syaikh Muhammad

Ilyas Kandahlawi (1303-1364 H). Ia dilahirkan di kandahlah, sebuah desa

Saharpur, India. Mula-mula ia menuntut ilmu di desanya, kemudian pindah ke

Delhi sampai berhasil menyelesaikan pelajarannya diskolah deoband. Sekolah ini

merupakan sekolah terbesar untuk pengikut Imam Hanafi di anak benua India

yang didirikan pada tahun 1283H/1867M.

Ayahnya bernama Syaikh muhammad Ismail,tinggal di Nizhamuddin,

New Delhi ibukota India. Syaikh muhammad Ilyas, demi mewujudkan

cita-citanya untuk menegakan dakwah dan tabligh, sejak beberapa tahun maulana telah

menghentikan segala bentuk kegiatan apa pun selain dari usaha dakwah dan

tabligh, sehingga beliau tidak memiliki ikatan hubungan dengan sesuatu apa pun

selain usaha tersebut. Dalam salah satu suratnya yang ditujukan kepada Syaikh

Muhammad Zakariya yang telah lama ditulis, beliau mengemukaan, “Aku ingin

agar pikiran, hati, kekuatan dan waktu hanya aku gunakan demi cita-citaku ini

saja.” Bahkan sering kali beliau berkata “Bagaimana aku bisa bekerja selain kerja

dakwah dan tabligh, sedang aku melihat ruh Nabi muhammad saw, bersedih

akibat perilaku buruk umatnya, lemah agama dan akidahnya, merosot dan hina,

(19)

Beliau mengumpamakan dirinya seorang polisi yang sedang bertugas

dipersimpangan jalan, yang harus memperhatikan dan menhatur semua kendaraan,

baik mobil, motor, gerobak, maupun sepeda. Beliau harus mengatur dan

memberikan aba-aba untuk berhenti maupun untuk berjalan. Beliau berkata “Aku

tidak mengingkari bahwa ada pekerjaan lain yang juga penting dan bermamfaat

besar. Akan tetapi berpaling pada pekerjaan itu dan meninggalkan pekerjaan yang

sedang aku tekuni sekarang ini adalah suatu bahaya besar.” Beliau telah

memberikan segala-galanya demi menghidupkan usaha dakwah ini. Bahkan juga

telah mencurahkan pikiran dan kerisauannya. Beliau telah membangun dinding

yang rapat, yang menghalangi menghalngi beliau dengan pemikiran

lainnya.(Nadwi, 1999)

2.1.2. Para Syaikh Jama’ah Tabligh Yang Terkenal

Syaikh Msuhammad Ilyas Kandahlawi, pendiri jama’ah tabligh dan

merupakan amir pertamanya. Pertama kali ia belajar kepada kakak kandungnya,

yaitu Syaikh Muhammad Yahya, seorang guru di madrasah Mazhahir Al-ulum

Saharpur.

Syaikh Rasid Ahmad Kankuhi (1829-1905M) yang dibaiat menjadi anggota

jama’ah tabligh pada tahun 1315H oleh Syaikh Muhammad Ilyas. Kemudian ia

memperbaharui baiatnya kepada Syaikh Khalil Ahmad Saharnapuri. Syaikh ini

mempunyai hubungan dekat dengan Syaikh Abdurrahim Ra’i fauri dan banyak

menimba ilmu dan pendidikan darinya. Ia juga berguru kepada Syaikh Asraf Ali

Al-tahanawi (1280-1364H/1863-1943M) yang bergelar hakim ummat dan kepada

Syaikh Muhammad Hasan (1268-1339H/1851-1920M), salah seorang tokoh

(20)

Sedangkan taman-teman dekat Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi antara

lain :

1. Syaikh Abdurahim Syah Deoband Al-tablighi yang menghabiskan

waktunya untuk urusan tabligh bersama-sama Syaikh Muhammad Ilyas

dan puteranya Syaikh Muhammad Yusuf.

2. Syaikh Ihtisyam Kandahlawi yang menikah dengan saudara perempuan

Syaikh Muhammad Ilyas. Beliaulah orang kepercayaan khusus Syaikh

Muhammad Ilyas. Ia menghabiskan usianya meminpin jama’ah dan

mendampingi Syaikh Muhammad Ilyas.

3. Syaikh Abu Al- hasan Ali Al-hasani Al-nadawi, direktur Al-ulum, nadwah

ulama di Lucknow, India. Beliau adalah seorang penulis Islam besar dan

mempunyai hubungan kuat dengan jama’ah.

Sepeninggal Syaikh Muhammad Ilyas Kandahlawi kepemimpinan jama’ah

diteruskan oleh puteranya, Syaikh Muhammad Yusuf Kandahlawi (1917-1965M).

Ia dilahirkan di Delhi, sering berpindah-pindah mencari ilmu dan menyebarkan

dakwah. Berkali-kali ia mengunjungi Saudi Arabia, menunaikan hajji, dan

Pakistan. Beliau wafat di Lahore dan jenajahnya dimakamkan di samping orang

tuanya di Nizham Al-din, delhi.

Kitabnya yang terkenal ialah amani akbar, berupa komentar kitab ma’ani

al-atsar karya Syaikh Thahawi dan Hayat Al- shahabah. Beliau meninggalkan

seseorang putera yang mengikut jejak langkahnya, yaitu Syaih Muhammad Harun.

Sedangkan teman-teman dekatnya dalam jama’ah ialah :

1. Syakh Zakaria Kandahlawi (1315-1364H), sepupu Syaikh Yusuf dan

(21)

tertinggi jama’ah tabligh. Tetapi akhir-akhir ini ia tidak aktif lagi di

dalam jama’ah.

2. Syaikh Muhammad Yusuf Banuri, direktur sekolah Arab di New

Town, Karachi, ahli hadits, direktur majalah bulanan berbahasa urdu

dan salah seorang tokoh ulama Deoband dan jama’ah tabligh

3. Maulana Ghulam Ghautshazardi, salah seorang tokoh ulama jama’ah

tabligh yang menjadi anggota parlemen pusat.

4. Mufti Muhammad Syafi’i Hanafi, mufti agung Pakistaqn. Pernah

menjadi direktur sekolah Dar al-ulum landhi, Karachi dan pengganti

Asyraf Ali Tahnawi (hakim ummat) serta sebagai tokoh jama’ah

terkemuka.

5. Syaik Manzhur Ahmad Nu’mani, termasuk barisan ulama besar

jama’ah tabligh, pengikut Syaikh Zakaria, kawan dekat Ustadz Abu

Al-hasan Al-nadawi dan termasuk tokoh ulama Deobond

Amir jama’ah tabligh yang ketiga adalah In’am Hasan. Jabatan ini ia

pegang sejak Syaikh Muhammad Yusuf wafat. Beliau adalah teman akrab Syaikh

Muhammad Yusuf ketika sama-sama belajar dan perlawatannya. Usia mereka

saling berdekatan. Keduanya sangat dekat dalam dakwah dan pegerakan.

Para pendampingnya antara lain :

1. Syaikh Muhammad Umar Banubari yang menjadi penasehat

khususnya.

2. Syaikh Muhammad Ba’asyir, pemimpin jama’ah tabligh Pakistan yang

(22)

3. Syaikh Abdul Wahab, salah seorang tokoh jama’ah tabligh di kantor

pusat Pakistan.

2.2. Pendapat Para Pemimpin Islam Terhadap Asy-syaikh Muhammad Ilyas Meskipun tidak begitu jelas bentuk organisasinya, orang-orang Jama’ah

Tabligh sepakat bahwa dengan suara bulat, menyebut Maulana Muhammad Ilyas,

orang pertama yang memulai usaha ini. Sekitar tahun 1885-1947 M bertepatan

dengan tahun 1303-1364 Hijriah di New Delhi India lahirlah sesosok tokoh ulama

besar yang berfaham Ahli Sunnah Wal Jama’ah yang menganut Mahzab Hanafi.

Beliau tekun, zahit lagi wara’ yaitu Muhammad Maulana Ilyas Al-Kandahlevi.

Syaikh tersebut merupakan staf pengajar dan pendidik pada sekolah agama

atau pesantren yang ternama yaitu yaitu pesantren Madhahiril’ulum di

Saharanpur. Beliau sudah lama kerja di pesantren dan sudah banyak ulama yang

lahir dan tercipta dari sana berkat usaha beliau. Namun beliau sangat

menyesalkan, diantara mereka itu sedikit sekali yang beramal dengan ilmu yang

telah dimilikinya. Sedikit yang mau memperjuangkan agama Allah SWT dan

mengajak manusia ke jalan Allah SWT, mengajak yang ma’ruf dan mencegah

yang munkar. Kemaksiatan berkecamuk dan berlaku bebas diantara mereka,

tanpa rasa kasihan dan rasa iba sedikitpun sehingga suasana kabur bahkan gelap di

tengah-tengah kehidupan umat islam itu sendiri. Beliau melihat kehidupan malah

sebaliknya, mereka menggunakan ilmunya untuk mencari dan mendapatkan

keduniaan dan kemegahan untuk kepentingan diri sendiri. Agama tidak lagi

diperhatikan orang, kehidupan serta perwujudan agama lesu, statis atapun jumud,

tidak bergerak dan semua umat Islam terlena di dalam kelalaian, kemerosotan

(23)

Beberapa lama kemudian beliau pergi ke Mekkah untuk menunaikan

ibadah haji dan menetap di Madinah Al-Munawaroh. Pada suatu malam beliau

bertemu dengan Nabi Muhammad SAW, dalam mimpi tersebut Nabi Muhammad

SAW memerintahkan untuk segera pulang ke India agar mengembangkan serta

mendakwah manusia ke jalan Allah SWT sebagaimana yang pernah dilakukan

Nabi Muhammad SAW dan para sahabat. Setelah naik haji Maulana Ilyas pulang

dan segera membuka kitab-kitab sejarah perjuangan Nabi Muhammad SAW dan

sahabatnya serta mempelajari dengan cermat dan teliti, bagaimana cara dan

metode dakwah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW zaman dahulu.

Akhirnya beliau menemukan suatu metode dakwah sebagaimana yang

telah dilakukan oleh Rasulullah SAW yaitu dakwah umumi dengan menjumpai

orang-orang Islam dari rumah ke rumah dengan berjama’ah. Dakwah khususi

menjumpai orang-orang Islam yang khusus, misalnya ulama, ustadz dan lain-lain.

Dakwah ijtima’i yaitu dakwah umum namun tempatnya biasanya di mesjid,

mushalla atau tempat yang biasa dijadikan majelis ta’lim.

Pilihan pertama Maulana Ilyas dalammelakukan metode dakwah yang

diperintahkan Rasulullah SAWdi Kandhla yaitu pada orang-orang Mewat, hal ini

dengan pertimbangan disana tempat tumpah darahnya dan orang-orang yang akan

dijumpai oleh orang-orang Jama’ah Tabligh yaitu kaum kerabatnya. Dan juga

disana merupakan pusat agama dan pusat pendidikan Islam yang terkenal.

Walaupun orang Mewat wataknya agak kasar namun saat itu sepuluh orang telah

ikut bersama mereka untuk belajar dakwah menuju ke Klandhla selepas shalat hari

raya. Rombongan dipimpin oleh Hafiz Maqbool Hasan, bermula dari itulah di

(24)

Pada haji yang terakhir yaitu yang keempat kalinya (1938), beliau dan

rekan-rekannya yaitu Maulana Ihtisamul Hasan, Mulfi Muhammad Yusuf, Mulfi

In’amul Hasan dan Haji Abdurrahman. Mereka telah menjumpai ulama-ulama

dari arab dan madinah untuk meminta persetujuan agar usaha tabligh

dikembangkan di Tanah Suci Mekkah, namun saat itu kurang mendapat

tanggapan dari Amir Faisal tanah suci Mekkah.

Beberapa orang jama’ah tabligh telah bermusyawarah dan memutuskan

untuk kembali ke India dan menjadikan India sebagai pusat kegiatan dakwah.

Walaupun model jama’ah tabligh ini tidak terekam dalam buku, majalah, televisi

dan radio namun perkembangannya telah merata ke seluruh penjuru alam karena

tabligh pergi dan berdakwah turun ke tempat tujuan langsung dan membawa diri

dan harta sendiri.

Di indonesia Jama’ah Tabligh masuk tahun 1960 dengan datangnya

jama’ah dari India, Pakistan dan Bangladesh, tapi baru berkembang pesat tahun

1973 setelah datangnya Syeikh Maulana Lufthur Rakhman. (Ensiklopedia Islam

terbitan Departemen Agama RI tahun 1973)

Kegiatan dakwah model jama’ah tabligh ini telah merata di 33 propinsi di

Indonesia, dan di setiap propinsi terdapat mesjid yang dijadikan pusat kegiatan

dakwah Jama’ah Tabligh. Di medan Jama’ah Tabligh mulai berkembang tahun

1970 dan sekarang ini kegiatan dipusatkan di mesjid hidayatul islamiyah,jalan

gajah. Juga disekitar pelosok medan mesjid-mesjidnya telah hidup amalan

dakwahnya. Mereka sering menyebutnya sebagai amalan wali jama’ah yaitu

seperti zaman Rasulullah SAW, dan diantara amalan itu adalah menghidupkan

(25)

Jika kita ingin mengetahui lebih banyak lagi mengenai kegiatan dakwah

model Jama’ah Tabligh ini maka bisa diikuti kegiatan yang mereka lakukan,

karena tidak ada rahasia dalam kegiatan Jama’ah Tabligh. Semua boleh

mengikutinya baik itu orang kaya, miskin, di desa atau di kota (dari semua

lapisan). Jama’ah tabligh saat ini sudah ada di 203 negara, jadi dakwah ini sudah

membudaya, orang sudah banyak mengetahui baik itu Islammaupun non-Islam.

Berikut ini beberapa pendapat ahli atau pemimpin islam terhadap pendiri

jama’ah tabligh yaitu Syaikh Muhammad Ilyas :

2.2.1. Pendapat Syaikh Asyraf Aliat-Tsanwi

Derajat Syaikh Muhammad Ilyas di bidang keilmuan, kezuhudan,

kewira

Kedua mata Syaikh Muhammad Ilyas telah terbuka sejak dilingkungan

keluarga. Untuk menanamkan semangat perjuangan kedalam jiwa mereka tidak

diperlukan khayalan. Bahkan, mereka telah memiliki sejarah gemilang dalam

pengorbanan demi meninggikan kalimat Allah dan menyebarkan agama-Nya.

ian, dan kasih sayangnya kepada manusia maupun kesanggupannya untuk

berkorban sedemikian tinggi sehingga kita tidak dapat menemukan kalimat yang

tepat untuk mengungkapkannya.

Syaikh Abul-Hasan Ali An-Nadwi berkata, ”

sesungguhnya Syaikh

Muhammad Ilyas telah mengemukakan metode dakwahnya kepada para ulama di

asia selatan. Prinsip-prinsip yang dipergunakannya persis dengan cara yang

mula-mula pernah pernah dipakai unutk membangun umat ini. Bahkan, Beliau selalu

bermusyawarah dengan para ulama ditempat beliauakan memulai kerja agama.

Pemikiran dan kerja beliau telah memperoleh sambutan yang sangat bagus dari

(26)

metodenya dari Al-qur’an dan As-Sunnah dan mengenai pentingnya dakwah bagi kemajuan agama, maka Syaikh Asyraf Ali At-Tsanwi3 berkata, “sesungguhnya persoalan ini telah jelas, tidak memerlukan dalil-dalil lagi. Pengaruh dan hasil

usaha ini telah nyata. Seseorang yang mengemukakan dalil hanyalah hanya ingin

memperjelas kebenarannya. Tetapi, hati saya telah puas manakala melihat dengan

mata kepala saya sendiri sehingga saya tidak perlu penjelasan atau dalil-dalil lagi.

Bahkan, usaha Anda ini telah menyebabkan keputusasaan saya berganti menjadi

harapan.” Syaikh Muhammad Zakariyya berkata “

2.2.2. Pendapat

Al-Apabila Syaikh Asyraf Ali

At-Tanwi telah berpuas hati dengan usaha dakwah ini dan menggap bahwa usaha ini

sangat perlu oleh umat islam, beliau pun berkenan untuk berziarah kepada Syaikh

Muhammad Ilyas di markaz Nizhamuddin, Delhi. Bahkan beliau juga datang ke

Mewat untuk melihat langsung usaha dakwah dan tabligh ditempat tersebut.

Sungguh, hati beliau sangat terkesan dengan usaha dakwah ini dan mengagumi

pengorbanan para jamaah dalam membangun kawasan tersebut sehingga beliau

selalu berdoa untuk Syaikh Muhammad Ilyas dan usaha dakwahnya ke hadirat

Allah SWT.

dan anggota tetap Rabithah’Alam Islami di Makkah Al-Mukarramah berkat, “Guru mursyid saya telah berkata, ‘Wahai tuan, sebenaranya usia itu dapat mengekalkan berbgai hal. Alangkah baiknya jika sekarang tuan berkenana menyisihkan waktu

tuan agar bersama-sama Syaikh ini (Muhammad Ilyas). Sesungguhnya, kini beliau

telah berjalan dengan kecepatan ribuan mil perhari (mengisyaratkan bahwa

(27)

ini saya tidak percaya dengan apa yang saya baca dalam sejarah mengenai

perjuangan dan pengorbanan para pemimpin isalm, para wali Allah, dan

orang-orang shalih dalam rangka menegakkan agama. Bahkan, saya menganggap apa

yang saya baca itu sebagai sesuatu yang berlebih-lebihyan. Hal yang demikian

telah menyebabkan saya termasuk orang yang pada mulanya menentang dakwah

ini. Namun akhir-akhir ini, manakala saya menyisihkanwaktu untuk menyertai

Syaikh muhammad Ilyas dan menyaksikan sendiri pengorbanan, kerisauan dan

kasih sayang beliau dalam usaha menegakkan kalimat Allh swt, terbukalah mata

saya terhadap kebenaran hal-hal yang saya baca dalam sejarah mengenai para

pejuang yang gigih dan tangguh ini.

Setelah syaikh Manzhur Nu ”

mani mempelajari dengan lebih mendalam

mengenai usaha ini beliau berkata, “saya yakin bahwa usaha ini merupakan satu-satunya usaha yang dapat menghidupkan kembali ruh keimanan denga sempurna

di kalngan umat Islam. Sungguh, kesimpulan mengenai hakikat usaha ini telah

saya pelajari secara ilmiah dan matang. Saya tidak terpengaruh dengan pemikiran

Syaikh Muhammad Ilyas meskipun beliau sendiri sering menjelaskannya. Akan

tetapi, saya berusaha keras untuk mempelajari ikhwal dakwah ini dari Al-qur’an dan As-sunnah dan segala sesuatunya yang sangat diperlukan oleh umat saat ini.

Dengan mengkaji secara terus menerus dan menemani Syaikh Muhammad Ilyas

dalam perjalanan-perjalanan dakwah, semakin kuatlah keyakinan saya bahwa

usaha dakwah dan tabligh seperti inilah yang sangat dibutuhkan oleh umat saat

ini, dan inilah cara pembaharuan yang paling mudah dan menyeluruh.

Syaikh Muhammad Ilyaslah yang telah mnyebabkan banyak ulama besar

(28)

di kalangan umat Islam. Sebelumnya, seruan mereka bersifat nafsi-nafsi, seruan

egoistis yang hanya memikirkan diri sendiri.

2.2.3. Pendapat Syaikh Ahmad Asy-Syarbashi

Syaikh Ahmad Asy-Syarbashi berkata, “Syaikh abdul Hasan Ali Al-Hasani An-Nadwi adalah salah seorang murid Syaikh Muhammad Ilyas, yang dengan

gerakan, metode, dan bershuhbah dengan beliau dapat mengubah seoarng guru

menjadi da’i (penyeru manusia) kepada Allah. 2.2.4. Pendapat Syaikh Abul-A

laal-Maududi berkata, “sesungguhnya saya sangat mengagumi apa yang telah dilakukan oleh jamaah tabligh dalam melakuikan kerja

besar. Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi yang memimpin gerakan ini

setelah orang tuanya wafat, adal;ah sebaik-baik pengganti pendahulunya yang

terbaik. Beliau telah melakukan kewajiban-kewajiban dakwahnya, menyeru

manusia kepada Allah dalam arti yang sebenarnya. Pada mulanya, gerakan ini

hanya terdapat disatu kawasan di Asia selatan. Namun, Syaikh Muhammad Yusuf

telah berhasil memperjuangkan gerakannya ke seluruh negara di dunia.

2.2.5. Pendapat Syaikh Muhammad Thayib Al-Qasmi

Syaikh Muhammad Zakariyya berkata, “Ketua umum Lembaga Pendidikan darul-Ulum Deoband, Syaikh Muhammad Thayib Al-Qasimi12adalah seorang ulama besar yang aktif membantu jamaah tabligh. Beliau selalu menyertai setiap

ijtima’

Sungguh, sangat banyak makalh-makalahnya mengenai dakwah syaikh

Muhammad Ilyas ini sehingga dia menyusun beberapa buku yang antara lain (pertemuan) dan seringkali menyampaikan penjelasan mengenai metode

(29)

berjudul Hal Minal-Lazim an-Naquma Bitablighid-Dakwah? (Apakah Kita Wajib

Ikut Bertabligh?) dan Dakwah al-Islamiyyah wa Ushuliha (Dakwah Islamiyyah da

Tata Tertibnya).

Bahkan, dia juga sangat menganjurkan dan mendorong para murid

maupun para guru di lingkungan madrasahnya agar ikut membantu gerakan

imaniyah tersebut, terutama membantu ijtima’ dan kerja-kerja tabligh di daerah Deoband.

2.2.6. Pendapat Sayid Sulaiman An-Nadwi

Sedangkan ulama besar dan Ketua Umum Persatuan Ulama Paklistan,

yakni Sayid Sulaiman An-Nadwi, bukan saja ikut datang dalam

pertemuan-pertemuan jamaah tabligh, tetapi juga ikut keluar bersama

rombongan-rombongan, baik di dalam negeri maupun luar negeri. Bahkan beliaulah yang

telah menjelaskan tentang metode dakwah syaikh Muhammad Ilyas kepada para

ulama di negara Arab dalam sebuah ijtima’

Meskipun beliau merupakan seorang tokoh yang sangat terkenal di

berbagai majalah ilmiah dan politik, namun beliau sangat rajin mengikuti jamaah

dan berdisiplin terhadap tatatertib seperti halnya orang-orang yang mnyertai

rombongangn dan berjaulah, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Salah

satu contoh kedisiplinannya adalah ketika beliau di undang oleh Syaikh Umar bin

Hasan, beliau tidak bersedia menerima undangan tersebut sebelum meminta izin

kepada amir jamaah, ketika beliau keluar bersama sebuah jamaah. Beliau berkata yang diadakan di rumah Sayid Abu

Ayub Al-Anshari, di Madinah Al-Munawwarah.

Sesungguhnya saya telah mewakafkan waktu saya untuk bertabligh, dan saya

(30)

memerintahkan saya untuk menerima undangan ini (untuk makan) maka saya

bersedia menerima undangannya.

Terhadap kawan-kawannya jamaah Tabligh, Sayid Sulaiman An-Nadwi

berkata,

Jika saya melihat anda, saya merasa seolah-olah duni ini penuh dengan

kebaikan. Namun , jika Anda hilang dari pandangan saya, saya merasa

seolah-olah dunia ini penuh dengan kejahatan.

Syaikh Muhammad Zakriya berkata, ”

Tidak ada suatu kegiatan agama

manapun, kecuali pemimpin-pemimpin mereka mendukung metode dakwah

tabligh Syaikh Muhammad Ilyas. Kebanyakan, membantu kelancaran usaha

jamaah di daerah mereka.”

• Syaikh Isyfaqur-Rahman, Mufti Madrasah Fathburi

Syaikh Muhammad Zakariya menyebutkan nama-nama

sebagian pemimpin dan ulama Islam serta tanggapan mereka terhadap usaha

Syaikh Muhammad Ilyas. Di antaranya pemimpin yang terkemuka itu adalah :

• Syaikh Jamil Ahmad At-Tahanwi, Mufti Tahan Bawan dan Mufti Jami’

• Syaikh As

ah

Al-Asyrafiyyah, Lahore.

• Syaikh Abdur-Rahman, pemimpin lembaga pendidikan di

Mazhahirul-Ulum, Saharanpur.

adullah, salah seorang ulama besar, pengganti Syaikh Asyraf

Ali At-Thanwi.

• Syaikh Hifzhurrahman As-Sirharwi, Ketua Umum Organisasi Ulama

Islam India.

• Maulana Ahmad Sa’

2.2.7. Pendapat

Al-id.

(31)

Syaikh Mufti Azizur-Rahman telah menulis sebuah buku tentang Syaikh

Muhammad Yusuf Al-Kandahwi. Dalam bukunya tersebut beliau berkata bahwa

sesungguhnya Syaikh Muhammad Yusuf telah berkata, “Sesungguhnya Enam prinsip syaikh Muhammad Ilyas dan tertib keluar dijalan Allh swt. adalah

satu-satunya cara untuk menangkal sekularisme dan budaya Barat.” Pada mulanya, saya tidak memahami kalimat yang beliau ucapkan. Tetapi, kemudian saya dapat

memahaminya karena Allah dengan kemulian-Nya telah melapangkan dada saya.

Kini, dengan penih keyakinan saya tegaskan bahwa usaha dakwah dengan cara

inilah yang dapat menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat. Usaha inilah

satu-satunya cara untuk mengembalikan kaum muslimin kedapa Islam sebagaimana

sediakala.

2.2.8. Pendapat DR. Dzakir Husain

Dr. Dzakir Husain merupakan orang yang gigih membela jamaah, karena

kesannya yang sangat mendalam terhadap jamaah. Beliau berkata, “

Sesungguhnya, iman dan yakin yang sempurna tidak mungkin datang

melalui diskusi atau beradu argumentasi. Iman dan yakin merupakan nikmat yang

besar. Jika Aqllah swt. telah mengilhamkannya kepada seseorang, maka ia dapat

menyampaikannya kepada orang lain dengan menampilkan contoh yang sempurna

berupa akhlak, amalan baik dan keikhlasan. Jika cahaya iman telah menyala dihati

seseorang, maka kehangatannya dapat disampaikan kedalam hati orang-orang lain

sehingga keimanan dan keyakinan menyala pula di hati mereka. Dengan Sesungguhnya

saya melihat kerja jamaah Dakwah dan Tabligh sangat sederhana. Tetapi, saya

menjumpai di dalamnya terdapat ruh yang amat kuat dalam menyeru manusia

(32)

demikian, hati yang telah mati dapat hidup kembali dan denyut kehidupan iman

akan berdetak normal.

2.2.9. Pendapat Al-”

Sesorang penulis kenamaan, Wahiddin Khan berkata, alamah Al-Ustadz Wahiddin Khan

Penelitian secara

ilmiah metode Syaikh Muhammad Ilyas memerlukan kepahaman lingkungan

maupun tempat yang menyebabkan timbulnya kerisauan Syaikh Muhammad

Ilyas. Demikian pula, perlu dikaji sejarah gerakan ini dan cara-cara

pembaharuannya di berbagai tempat sejak permulaan.

Selanjutnya tentang aturan yang dijalankan Syaikh Muhammad Ilyas di

Markaz Nizhamuddin, beliau berkata,

Sebenarnya, aturan yang berlaku di markaz

Syaikh Muhammad Ilyas itu telah berlangsung lebih dari seperempat abad yang

lalu. Tentu saja, itu merupakan bukti yang jelas bahwa Syaikh Muhammad Ilyas

telah berusaha menghidupkan semua yang dibawa oleh Nabi saw, dan mungkin

tidak ada duanya di seluruh dunia Islam. Meskipun di seluruh dunia banyak

markaz yang menjadi pusat-pusat kegiatan dakwah, tetapi tidak satupun dari

markaz-markaz tersebut yang memberi contoh sempurna dari kegiatan Masjid

Nabawi Syarif pada zaman Rasulullah saw. Bukankah hal itu telah cukup

menunjukkan bahwa beliau memang mendapatkan taufik dari Allah swt. Untuk

berkorban dalam usaha ini.

2.2.10. Pendapat Syaikh Adam Abdullah Al-Aluri

Seseorang dai besar, Syaikh Adam abdullah Al-Aluri berkata, “Jamaah tabligh telah berdiri di India dengan kegiatan dakwahnya menyeru manusia

(33)

Beliau menganjurkan agar didalam dakwah lebih banyak bergerak dari pada

sekadar memberikan nasihat lewat ceramah maupun tulisan. Beliau mendidik

kaum Muslimin agar mengikuti cara-cara yang telah ditempuh oleh para sahabat,

dan beliau juga telah menulis buku mengenainya sehingga jamaah tabligh

semakin tersebar keseluruh penjuru dunia. Setelah Wafat, beliau digantikan oleh

putranya, Syaikh Muhammad Yusuf, kemudian Syaikh In’amul-Hasan. Mereka tinggal di Nizhamuddin, Delhi, India.

Pada saat ini, telah muncul juga markaz yang sangat terkenal di seluruh

dunia yaitu di Raiwind, di dekat kota Lahore, Pakistan. Markaz ini terus

mengirimkan jamaah-jamaah keseluruh dunia, di samping jamaah-jamaah yang

bergerak di dalam negeri.

2.3. Pemikiran Dan Doktrin-Doktrinnya

Oleh pendiri Jama’ah telah ditetapkan 6 prinsip yang menjadi asas

da’wahnya, yaitu:

1. Kalimah agung.

2. Menegakkan shalat.

3. Ilmu dan dzikir.

4. Memuliakan setiap Muslim.

5. Ikhlas.

6. Berjuang fi sabilillah.

Proses umum da’wah jama’ah tabligh menempuh jalan berikut:

1. Sebuah kelompok dari kalangan Jama’ah, dengan kesadaran sendiri,

bertugas melakukan da’wah kepada penduduk setempat yang dijadikan

(34)

peralatan hidup sederhana dan bekal serta uang secukupnya. Hidup

sederhana merupakan ciri khasnya.

2. Begitu mereka sampai ke sebuah negeri atau kampung yang hendak

dida’wahi, mereka mengatur dirinya sendiri. Sebagian ada yang

membersihakan tempat yang akan ditiggalinya dan sebagian lagi keluar

mengunjungi kota, kampung, pasar, dan warung-warung, sambil berdzikir

kepada Allah. Mereka mengajak orang-orang mendengarkan ceramah atau

bayan (menurut istilah Jama’ah).

3. Jika saat bayan tiba, mereka semua berkumpul untuk mendengarkannya.

Setelah bayan selesai, para hadirin dibagi menjadi beberapa kelompok.

Setiap kelompok dipimpin oleh seorang da’i dari Jama’ah. Kemudian para

da’i tersebut mulai mengajari cara berwudhu, membaca fatihah, sahalat,

atau membaca al’Quran. Mereka membuat halaqah-halaqah seperti itu dan

diulanginya berkali-kali dalam beberapa hari.

4. Sebelum mereka meninggalkan tempat da’wah, masyarakat setempat

diajak keluar bersama untuk menyampaikan da’wah ke tempat lain.

Beberapa orang secara sukarela menemani mereka selama satu sampai tiga

hari atau sepekan, bahkan ada yang sampai satu bulan. Semua itu

dilakukan sesuai dengan kemampuan masing-masing sebagai relasi firman

Allah: “Kalian adalah sebaik-baik ummat yang ditampilkan ke

tengah-tengah manusia.” (Q.S, Ali’Imran : 110).

5. Mereka menolak undangan Walimah (kenduri) yang diselenggarakan

(35)

masalah-masalah di luar da’wah dan dzikir serta amal perbuatan mereka tulus karen

Allah semata.

6. Dalam materi da’wah, mereka tidak memasukkan ide penghapusan

kemungkaran. Sebab, mereka meyakini bahwa sekarang ini masih berada

dalam tahap pembentukan kondisi yang islami. Perbuatan mendobrak

kemungkaran, selain menimbulkan kendala dalam perjalanan da’wah

mereka juga membuat orang lari.

7. Mereka berkeyakinan, jika pribadi-pribadi diperbaiki satu persatu, maka

secara otomatis kemungkaran akan hilang.

8. Keluar, tabligh dan da’wah merupakan pendidikan praktis untuk menempa

seorang Da’i. Sebab seorang da’i harus dapat menjadi qudwah dan harus

konsisten dengan da’wahnya.

Mereka memandang taqlid kepada madzhab tertentu adalah wajib.

Konsekuensinya mereka melarang ijtihad dengan alasan sekarang ini tidak ada

ulama yang memenuhi syarat sebagai seorang Mujtahid.

Dalam beberapa hal mereka terpengaruh oleh cara-cara sufisme yang

tersebar di India. Karena itu mereka menerapkan praktek-praktek sufistik seperti

berikut:

1. Setiap pengikutnya diharuskan melakukan bai’at kepada Syaiknya. Barang

siapa meninggal, dan ditengkuknya tidak ada bai’at maka ia mati dalam

keadaan jahiliyyah. Sering bai’at kepada Syaikh ini dilakukan di tempat

umum dengan cara membeberkan selendang-selendang lebar yang saling

terkait sambil mengumandangkan bai’at secara serentak. Bai’at semacam

(36)

2. Sangat berlebihan dalam mencintai Syaikh. Apalagi kepada Rasulullah

SAW, mereka melakukan hal-hal yang diluar tata kerama yang harus

diiltizami dalam menghormati Rasullulah.

3. Menjadikan mimpi-mimpi menduduki kenyataan-kenyataan kebenaran

sehingga mimpi-mimpi tersebut dijadikan landasan beberapa masalah yang

mempengaruhi perjalanan da’wahnya.

4. Meyakini tashawwauf sebagai jalan terdekat mewujudkan rasa manisnya

iman di dalam kalbu.

5. Senantiasa menyebut-nyebut nama tokoh-tokoh tashawwuf seperti

Abdulqadir Jailani (Lahir di Jailan tahun 470 H), Suhrahwardi, Abu

Manshur Maturidi (Wafat tahun 332 H) dan Jalaludin al-Rumi (Lahir

tahun 604 H) pengarang kitab Al-Matsani.

Metode da’wah mereka berpijak kepada tabligh dalam bentuk targhib

(memberi kabar gembira) dan tarhib (mengancam) serta sentuhan-sentuhan emosi.

Mereka telah berhasil menarik banyak orang ke pangkuan iman. Terutama

orang-orang yang tenggelam kelezatan dan dosa. Orang-orang-orang tersebut diudah kedalam

kehidupan penuh ibadah, dzikir dan baca Qur’an.

Jama’ah Tabligh selalu menjauhi pembicaraan masalah politik. Bahkan

anggita jama’ahnya dilarang keras terjun ke gelanggang politik. Setiap orang yang

terjun ke politik mereka kecam. Barang kali inilah pokok perbedaan yang

mendasar antara Jama’ah Tabligh dengan Jama’ah Islamiyyah yang memandang

perlu berkonfrontasi menentang musuh-musuh Islam di Anak Benua tersebut.

Mereka memperluas diri secara horizontal-kuantitatif. Tetapi mereka

(37)

kualitatif memerlukan pemeliharaan dan ketekunan yang berkesinambungan.

Inilah yang tidak di miliki Jama’ah Tabligh. Sebab, orang yang mereka da’wahi

hari ini belum tentu akan mereka jumpai sekali lagi. Malah tidak jarang orang

yang telah mereka da’wahi kembali lagi kedalam kehidupan semula yang penuh

gemerlap dan kemewahan.

Orang-orang yang mereka da’wahi tidak diikat dalam satu struktur

organisasi yang rapi. Ikatan lebih dititik beratkan kepada semacam kotak antar

pribadi dengan da’I yang berlandaskan saling pengertian dan cinta kasih.

Dalam kontek penegakan hukum Islam dalam kehidupan nyata dan dalam

menghadapi aliran-aliran berfikir yang telah mengerahkan segala potensi dan

kemampuan untuk merusak dan memerangi Islam dan ummatnya, gerakan mereka

sama sekali tidak memadai.

Pengaruh da’wahnya lebih membekas secara jelas kepada para pengurus

Masjid. Sedangkan kepada orang-orang yang sudah mempunyai pemikiran dan

idiolgi tertentu, hampir-hampir pengaruhnya tidak ada.

Dapat juga dikatakan bahwa mereka mengambil Islam sebagian dan

meninggalkan sebagiannya. Memilah-milah hakikat Islam jelas bertentangan

dengan watak Islam yang utuh.

2.4. Akar Pemikiran Dan Sifat Ideologinya

Jama’ah Tabligh adalah jama’ah Islam yang sumber utamanya adalah

Qur’an dan Sunnah. Sedangkan thareqatnya Ahlussunnah wa al-Jama’ah.

Jama’ah ini banyak dipengaruhi ajaran tasauf dan thareqat seperti thareqat

(38)

tasauf dalam masalah pendidikan dan pengarahan. Diantara mereka ada yang

berkeyakinan bahwa pemikirannya diambil dari Jama’ah al-Nour di Turki.

2.5. Penyebaran Dan Kawasan Pengaruhnya

Pertama kali muncul di India kemudian tersebar ke Pakistan dan

Bangladesh, negera-negara Arab dan keseluruh dunia Islam. Jama’ah ini

mempunyai banyak pengikut di Suriah, Yordiana, Palestina, Libanon, Mesir,

Sudan, Iraq, dan Hijaz.

Da’wah mereka telah tersebar di sebagian besar negara-negara Eropa,

Amerika, Asia, dan Afrika. Mereka memiliki semangat dan daya juang yang

tinggi serta tidak mengenal lelah dalam berda’wah di Eropa dan Amerika.

Pimpinan pusatnya berkantor di Nizhamuddin, Delhi. Dari sinilah semua urusan

da’wah internasionalnya diatur.

Jama’ah tabligh masuk ke Medan pada tahun 1971, yang membawa model

dakwah jama’ah tabligh tersebut adalah Maulana Ibrahim dan menyebarkan atau

mendakwahkan agama dengan gaya jama’ah tabligh. Kemudian berkembang terus

hingga sekarang ini, dan beliau masuk ke Medan mula-mula di Mesjid Hidayatul

Islamiyah Jalan Gajah Medan yang telah berdiri sejak tahun 1918 dan terus

menyebar ke Mesjid-Mesjid yang lain.

Dana kegiatannya dipercayakan kepada para da’i sendiri. Ada pula dana

yang dikumpulkan secara terpisah-pisah , tidak terorganisasi, dari beberapa

(39)

BAB III

Organisasi Jama’ah Tabligh

3.1. Pengertian Organisasi

Sebelum menarik pengertian tentang organisasi ada baiknya disini

dikutipkan beberapa pendapat tentang pengetian tentang organisasi dari para ahli.

1. James D. Mooney

“organization is the from of every human association for for

attainment of common purpose”.

(organisasi adalah bentuk setiap perserikatan untuk pencapaian

tujuan bersama.)

2. Chester I. Bernard

“organization is a system of cooperative activities of two or more

person something intangible and inpersonal, largely a matter of

relationship’.

(organisasi adalah suatu sistem tentang aktivitas-aktivitas kerja

sama dari dua orang atau lebih sesuatu yang tak berujud dan tak

bersifat pribadi, sebagin besar mengenai hal

hubungan-hubungan)

3. luther gullick

“organization is the maens of interrelating the subdivisions of

work by alloting them to men who are placed in a strukture of

(40)

superiors to sub-ordinates, reaching from the top to the bottom of

the entire enterprise”.

(organissi adalah alat saling hubungan satuan-satuan kerja yang

memberikan mereka kepada orang-orang yang ditempatkan

dalam struktur wewenang, sehingga pekerjaan dapat

dikoordinasikan oleh perintah atasan kepada para bawahan, yang

menjangkau dari puncak sampai ke bawah dari seluruh badan

usaha.)

4. louis A. Allen

“we can define organization as the process of identifying and

grouping the work to be performed, defining and delegating

responsibility and authority, and establishing relationships for the

purpose of enabling people to work most efectively together in

accomplishing objektives”.

(kami dapat merumuskan organisasi sebagai proses menetapkan

dan mengelompok-kelompokan pekerjaan yang akan dilakukan,

merumuskan serta melimpahkan tanggung jawab dan wewenang,

dan menyusun hubungan-hubungan dengan maksud untuk

memungkinkan orang-orang bekerja sama secara paling efektif

dalam mencapai tujan-tujuan.)

5. Van Miller, George R. Madden, James B. Kincheloe

“As used here, the term organization refers to a group of human

(41)

goals, have assigned task, and have granted definite authority to

various members to execute to task”.

(Sebagai dipakai di sini, istilah organisasi menunjuk pada

sekelompok orng yang telah mengikat mereka sendiri

bersama-sama menuntut tujuan-tujuan tertentu, telah menugaskan

tugas-tugas kepada macam-macam anggota, telah mengembangkan

kepribadian husus untuk menjalankan tugas-tugas, dan telah

memberikan wewenang tertentu kepada para anggotanya untuk

melaksanakan tgas-tugas.)

6. Michael J. Jucius

“the term organization is here used to refer to a group of

individuals working in a mutually dependent relationship toward

a common goal or goals”.

(istilah organisasi di sini dipakai untk menunjukan pada suatu

kelompok orang yang bekerja sama dalam hubungan yang saling

bergantung kearah tujuan dan tujuan-tujuan bersama.)

Apabila setiap definisi tesebut dipelajari dengan seksama, walaupun

dengan rumusan yang sangat bervariasi tetapi akan dapat diperoleh kesimpulan

pokok bahwa pandangan para ahli tentang organisasi tersebut dapat dikelompokan

menjadi tiga macam yaitu:

1. Sebagian para ahli berpandangan bahwa organisasi adalah kumpulan

orang, pandangan ini dikemukakan oleh:

a. James D. Mooney

(42)

2. Sebagian para ahli berpendapat bahwa organisasi adalah proses

pembagian kerja, pandangan ini diajukan oleh:

a. luther Gullick

b. Van Miller, Geoge R. Madden, James B.

Kincheloe

3. Sebagian para ahli berpandangan bahwa organisasi adalah sistem kerja

sama, sistem hubungan atau sistem sosial, pandangan ini dikemukan

oleh:

a. Chester I. Bernard

b. Louis A. Allen

Guna memudahkan penangkapan pengertian dapatlah kiranya disusun

suatu defenisi organisasi secara sederana dan dapat diterapkan dalam praktek

sebagai berikut”organisasi adalah sistem saling pengaruh antar orang dalam

kelompok(kesatuan) yang bekerjasama untuk mencapai tujuan tertentu”.

Dari defenisi yang sederhana ini dapat diketemukan adanya berbagai

faktor yang dapat menimbulkan organisasi, orang-orang, kerjasama, dan tujan

tertentu berbagai faktor tersebut tidak dapat saling lepas berdiri sendiri, melainkan

saling terkait dan merupakn suatu kebulatan

3.2. Struktur Kerja Jama’ah Tabligh

Sebagaimana negara atau organisasi-organisasi di dunia ini memiliki

struktur kerja yang harus dijalankan sehingga tujuan dari suatu negara atau

organisasi tersebut terwujud, karena program-program kerja yang dilaksanakan

akan lebih terarah dan terpadu dengan adanya struktur kerja yang efektif dan

(43)

Menurut Malayu S.P. Hsibuan (1990:2), bahwa dasar-dasar struktur kerja

(manajemen) tersebut meliputi:

• Adanya kerjasama diantara sekelompok orang dalam ikatan formal

• Adanya tujuan bersama serta kepentingan yang sama yang akan

dicapai

• Adanya pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab yang teratur

• Adanya hubungan formal dan ikatan tata tertib yang baik

• Adanya sekelompok orang dan pekerjaan yang akan dikerjakan

• Adanya human organization

` Demikian juga jama’ah tabligh, mempunyai struktur kerja yang dapat

dilihat pada bagan halaman 44, dan dapat di pahami penjelasanya pada bab 3.2.2.

3.2.1. Sumber Dana dan Rekruitmen Anggota a). Sumber Dana

Dana kegiatannya dipercayakan kepada para da’i sendiri. Ada pula dana yang dikumpulkan secara terpisah-pisah, tidak terorganisasi, dari beberapa donatur

langsung, atau dengan cara mengirim da’i atas biaya donatur tersebut.

b). Rekruiotmen Angota

Pada organisasi sosial jama’ah tabligh cara rekruitmen anggotanya berupa

mengajak(targhib) dan membujuk (tasykil) orang-orang yang berhasil di ajak

datang pada perkumpulan yang di selenggarakan atau di adakan pada suatu

daerah. Kemudian, jika orang yang bersangkutan mau melakukan seperti yang

(44)

Bagan struktur kerja jama’ah tabligh

HADRAJI

SYURO

FAISALLAH

JUMIDAR

AMIR SYAF

PETUGAS DALAM MESJID

• DZAKKIRIN

• MUQARROR

• ISTIQBAL

• KHITMAD

• MUSTAMI

PETUGAS LUAR MESJID

• DALIL

• MUTAKALLIM

• MAKMUR

(45)

3.2.2. Susunan Markas Jama’ah Tabligh

Demikian juga halnya dengan Jama’ah Tabligh terdapat struktur kerja yang

agak berbeda dengan struktur kerja perkumpulan atau organisasi yang ada. Di

dalam Jama’ah Tabligh tidak disebut sebagai suatu organisasi namun Jama’ah

Tabligh merupakan sejumlah umat Islam yang berhimpun untuk satu tujuan,

untuk mengajak orang kepada jalan Allah SWT dan sunah Nabi SAW, hal ini

mereka mengambil dasar Al-Qur’an yaitu Q.S. Ali Imran:104, Jama’ah Tabligh

menyatakan bukan suatu organisasi karena:

• Jama’ah Tabligh tidak adanya AD/ART, sebagaimana organisasi lainnya

• Jama’ah Tabligh tidak ada kartu pengenal, semua umat Islam bebas ikut

usaha interaksi sosial Jama’ah Tabligh

Walaupun demikian Jama’ah Tabligh melaksanakan sistem kerja dan struktur

kerja sebagaimana halnya perhimpunan-perhimpunan lainnya. Struktur kerja

Jama’ah Tabligh dalam menjalankan dakwahnya adalah sebagai berikut:

1. Markas Dunia (Internasional), maksudnya yaitu seluruh usaha ataupun kegiatan Jama’ah Tabligh yang berada di setiap negara.

Sampai saat ini sudah 203 negara yang terdapat usaha Jama’ah

Tabligh. Jadi kesemua negara ini dipusatkan di satu negara yaitu

India. Dengan kata lain setiap masalah-masalah dan kegiatan yang

akan dilaksanakan pada suatu negara harus merujuk, memberi tahu

atau melaporkan ke markas dunia Jama’ah Tabligh. Misalnya kegiatan

“joor” (perhimpunan interaksi sosial dalam suatu negara). Pimpinan

atau ketua dalam istilah Jama’ah Tabligh dikenal dengan “Hadraji”.

(46)

semua usaha dan kegiatan dakwah di seluruh dunia. Hadraji ini

dibantu oleh ulama-ulama lainnya yang sudah lama aktif dalam usaha

dakwah tersebut, pemilihan dari hadraji ini dimusyawarahkan oleh

ulama-ulama yang berada di India dengan meminta Ilham dari Allah

SWT. Dan yang dijadikan hadraji ini adalah keturunan Rasulullah

dikenal dengan “sayyid”. Selama Jama’ah Tabligh berkembang di

seluruh negara pergantian hadraji sudah empat kali. Pergantian hadraji

tersebut apabila hadraji yang menjalankan tugas tersebut meninggal

dunia, baru dimusyawarahkan siapa penggantinya. Hadraji tersebut

sebagai berikut:

• Maulana Muhammad Ilyas Rah.A

• Maulana Yusuf Rah.A

• Maulana Inamul Hasan Rah.A

• Maulana Sa’at Rah.A

2. Markas Negara, maksudnya seluruh usaha ataupun kegiatan Jama’ah Tabligh yang berada di setiap propinsi suatu negara (misalnya

Indonesia) terdiri dari 33 propinsi. Semua ke-33 propinsi ini harus

merujuk, melaporkan dan bermusyawarah masalah-masalah atau

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Jama’ah Tabligh di tingkat

propinsi. Misalnya masalah joor tingkat propinsi, rombongan interaksi

sosial dakwah yang dikirimkan. Jadi markas negara ini mengontrol

dan menyelesaikan masalah-masalah dakwah Jama’ah Tabligh di

setiap propinsi, hal ini dilaksanakan dengan jalan musyawarah.

Referensi

Dokumen terkait

Maka dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh dari variabel persepsi kemanfaatan pengguna (perceived usefulnes), persepsi kemudahan pengguna (perceived ease of use), intensitas

Dalam konteks yang lebih luas, mengesampingkan motif agama dari pembelajaran bahasa Arab, secara structural, bahasa Arab mempunyai susunan yang kompleks, mulai

Sebuah lembaga advokasi anak internasional mendapatkan bahwa anak-anak yang berisiko terlibat dalam perdagangan anak untuk prostitusi adalah anak-anak yang telah menjadi

Meskipun secara produktivitas dan keuntungan ekonomis penggunaan varietas Hot Chili lebih unggul dibandingkan dengan Tanjung-2, namun kenyataan di lapangan berdasarkan

Mekanisme : Sistem olfaktorius dimulai dengan sisi yang menerima rangsangan olfaktorius Saraf ini merupakan saraf sensorik murni yang serabut-serabutnya berasal

Hasil penelitian pada kelompok yang mendapat terapi menunjukkan bahwa terapi relaksasi otot progresif mampu menurunan tingkat stres se- besar 71% dengan nilai p= 0,000

Kadar air yang rendah pada bubur bengkoang dibandingkan produk lainnya adalah karena pada sari masih terdapat komponen karbohidrat yang berbentuk padat.. Hal inilah yang membuat