• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran

3.1.3 Model Pertumbuhan Ekonomi

Dalam model pertumbuhan, terutama mengenai pengaruh dari investasi swasta terhadap pertumbuhan akan didasarkan pada alur pikir model teori pertumbuhan baru (newgrowththeory)yaitu bahwa pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang hanya dapat tercipta apabila ada kemajuan teknologi yang endogen dan pengembangan sumber daya manusia (Todaro, 2003).

Terdapat dua model dalam teori pertumbuhan baru untuk menjelaskan teori pertumbuhan endogen yaitu model R & D dan model Modal Manusia (Romer, 2001). Dalam model modal manusia telah menekankan pentingnya kemajuan teknologi dan akumulasi modal manusia. Kemajuan teknologi tentunya harus disertai dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia. Sedangkan modal

manusia yang dimaksud disini yaitu; kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan per pekerja.

Salah satu asumsi dari model modal manusia adalah bahwa output diproduksi dengan menggunakan tiga input yaitu modal (K), modal manusia (H), dan A adalah tenaga kerja efektif. Model ini juga menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang memiliki pekerja, semakin tinggi pula modal manusia yang dimilikinya. Dilihat dari kenyataan aspek ekonomi mikro bahwa setiap tambahan tahun pendidikan meningkatkan upah individu dengan persentase yang sama. Jika upah mencerminkan jasa tenaga kerja yang individu berikan maka output meningkat melalui penciptaan modal manusia.

Teori pertumbuhan endogen (new growth theory) menekankan bahwa sumber-sumber pertumbuhan output tidak hanya didorong investasi fisik seperti banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu, tetapi yang jauh lebih penting adalah investasi sumber daya manusia seperti pengeluaran pemerintah dalam bidang pendidikan dan pentingnya pengeluaran pemerintah dalam R & D [(Todaro (2003), Romer (2006)].

Implikasi dari new growth theory dalam jangka panjang adalah investasi sangat penting dan merupakan determinan utama untuk mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi suatu negara dan pertumbuhan itu sendiri didorong oleh adanya faktor eksternal yang bersifat positif dari investasi dan produksi. Berdasarkan new growth theory, pertumbuhan ekonomi merupakan fungsi dari modal manusia (HC), tenaga kerja (L) dan kapital (K), dimana K, terdiri dari dari investasi swasta (IS) dan investasi pemerintah (IP).

Modal manusia (human capital, HC) dalam new growth theory memiliki peranan penting dalam proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Model modal manusia menjelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki pekerja, semakin tinggi pula modal manusia yang dimilikinya (Romer, 2006). Dapat dikatakan bahwa modal manusia merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktivitas kerja dan output yang dihasilkan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan GDP riil. Sebaliknya, ketika kualitas tenaga kerja rendah maka tenaga kerja yang bersangkutan menjadi tidak produktif dan tidak optimal dalam menghasilkan output. Fakta empiris mengenai pengaruh

human capital terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya dapat dilihat dari hasil empiris Gylfason dan Zoega (2000), Lachler dan Aschauer (1998), serta Schularick dan Steger (2007).

Meningkatnya investasi akan mendorong tumbuhnya lahan kerja baru dan bermuara pada meningkatnya pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jhingan (2002) berpendapat bahwa investasi merupakan suatu alat untuk mempercepat pertumbuhan tingkat produksi di negara sedang berkembang. Dengan demikian jelaslah bahwa penting dan strategisnya peranan investasi untuk menciptakan kesempatan kerja dalam pertumbuhan ekonomi.

Harrod dan Domar memberikan peranan kunci kepada investasi didalam proses pertumbuhan ekonomi, khususnya mengenai watak ganda yang dimiliki investasi. Pertama ia menciptakan pendapatan, kedua ia memperbesar kapasitas produksi perekonomian dengan cara meningkatkan stok modal.

Setiap peningkatan investasi swasta akan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk menghasilkan output. Investsi swasta diarahkan kepada usaha untuk memperluas skala produksi dan usaha pemanfaatan secara penuh sumber- sumber yang ada dalam suatu wilayah/negara, sehingga investasi dapat menaikkan

output nasional dan pertumbuhan ekonomi. Investasi swasta sebagai komponen

perekonomian yang tidak stabil karena sifatnya yang fluktuatif. Karenanya, investasi swasta ditempatkan sebagai determinan terpenting untuk menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi. Hasil penelitian empiris mengenai pengaruh investasi swasta terhadap pertumbuhan ekonomi, misalnya dapat dilihat dari Khan dan Reinhart (1990), Sturm, Kuper, dan Haan (1996), Lachler dan Aschauer (1998), Krishna (1997), serta M’Amanja dan Morrisey (2006).

Dampak investasipemerintah terhadap output dapat ditelusuri dari pendapat Barro dan Sala-i-Martin (1992), yang mengatakan pula bahwa pengeluaran produktif pemerintah akan berkorelasi secara positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah produktif yang dimaksud adalah pengeluaran pemerintah dalam bentuk investasi meliputi investasi fisik, investasi sumberdaya manusia dan investasi R & D. Jenis pengeluaran pemerintah seperti inilah yang berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pengeluaran pemerintah mempunyai dampak positif terhadap pertumbuhan melalui dua mekanisme :

Pertama, melalui peningkatan kuantitas faktor produksi dan kemudian menyebabkan peningkatan dalam pertumbuhan output. Contoh pengeluaran dalam kategori ini disebut investasi publik dalam infrastruktur dan investasi dalam perusahaan publik. Kedua, yaitu secara tidak langsung melalui peningkatan tambahan produktivitas faktor-faktor produksi yang disediakan oleh sektor swasta. Contoh pengeluaran dalam kategori ini adalah investasi dalam pendidikan, kesehatan dan sektor-sektor yang mempengaruhi akumulasi modal manusia.

Kaitannya dugaan adanya kausalitas antara investasi pemerintah dan investasi swasta dengan pertumbuhan ekonomi, dapat dikemukakan bahwa pengeluaran pemerintah atau investasi pemerintah dalam bidang bidang pendidikan, kesehatan masyarakat, perhubungan, angkutan, dan bidang lainnya yang menyangkut hajat orang banyak seperti penerangan, air bersih, tenaga listrik, pengairan, dan sistem drainase tentu akan mendorong investasi swasta, sehingga pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan output (pertumbuhan ekonomi). Jadi pengaruh investasi pemerintah terhadap investasi swasta adalah pengaruh tidak langsung.

Selanjutnya, variabel tenaga kerja (L), diduga memiliki pengaruh terhadap

pertumbuhan ekonomi. Semakin sedikit penduduk yang menganggur (full

employment) maka pertumbuhan GDP riil akan meningkat sejalan dengan

meningkatnya output yang dihasilkan oleh tenaga kerja. Teori ekonomi klasik secara umum mengatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah penduduk dan produktivitas kerja. Demikian juga dalam teori pertumbuhan ekonomi Neo Klasik Solow-Swan, dikemukakan bahwa yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi selain tabungan dan kemajuan teknologi adalah kuantitas dan kualitas tenaga kerja. Sedangkan dalam teori

pertumbuhan baru (new growth) dijelaskan tentang pentingnya peran

pengembangan sumber daya manusia (human capital) dan efektifitas tenaga kerja dalam mempengaruhi pertumbuhan. Tenaga kerja yang berkualitas dan efektif merupakan faktor yang dapat mendorong meningkatnya produktivitas kerja dan

output yang dihasilkan, sehingga dapat mendorong pertumbuhan GDP riil.

Sebaliknya, ketika kualitas tenaga kerja rendah dan tidak dapat dimanfaatkan – menganggur – maka tenaga kerja yang bersangkutan menjadi tidak produktif dan

tidak optimal dalam menghasilkan output. Ketika tingkat pengangguran makin meningkat, maka jumlah output yang dihasilkan akan menurun, sehingga dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan GDP riil.

Selanjutnya Jika pendapatan nasional atau produk nasional Bruto (GNP/

Gross National Product) dinotasikan dengan Y, maka komponen utama

perbelanjaan agregat atau permintaan agregat terdiri dari empat komponen dasar yaitu : total permintaan barang dan jasa oleh konsumen swasta (C) total permintaan barang investasi oleh perusahaan-perusahaan swasta (I) permintaan barang dan jasa untuk konsumsi maupun untuk investasi pemerintah (G) surplus neraca perdagangan atau selisih ekspor atas impor (EX – IM). (Blanchard, 2000). Dari hal tersebut berarti bahwa ekspor dan impor dapat mempengaruhi pertubuhan ekonomi suatu daerah, semakin besar nilai surplus neraca perdagangan suatu Negara atau suatu daerah, maka perekonomian semakin besar pula pertumbuhannya dan sebaliknya.

Menurut teori basis Ekspor oleh Charles M.Tiebout (dalam Blanchard, 2000), ekspor daerah merupakan penentu dalam Pertumbuhan pembangunan ekonomi.Teori basis ekspor menyebutkan ekspor tidak hanya mencakup barang/jasa yang dijual ke luar daerah tetapi termasuk juga di dalamnya barang atau jasa yang dibeli orang dari luar daerah walaupun transaksi itu sendiri terjadi di daerah tersebut yang mendatangkan uang dari luar daerah.

Harry W. Richardson (dalam Blanchard, 2000) dalam bukunya Elements of Regional Economics memberi uraian bahwa pertumbuhan pendapatan suatu daerah sangat tergantung dari ekspor (EX) dan impor (IM) suatu daerahnya

Menurut Richardson, besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah. Artinya, makin besar impor suatu daerah, ekspornya semakin kecil apabila dibandingkan dengan total pendapatan, demikian pula impornya. Hal ini membuat daerah yang besar cenderung memiliki K yang tinggi karena rasio pendapatan ekspor adalah rendah, tetapi m juga rendah dan ini cenderung menaikkan K. Sebaliknya, daerah yang kecil maka rasio pendapatan ekspornya adalah tinggi, tetapi m juga tinggi dan ini cenderung menurunkan K. jadi, K bisa berubah apabila luas daerah analisis diubah. Dengan demikian, K sulit

dijadikan pegangan tunggal dalam peramalan apabila luas daerah berubah dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya.

Menurut Nopirin (1995) teori basis ekspor (base export theory) (EX) yang menganggap ekspor satu-satunya kegiatan untuk mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan baru. Jadi pertumbuhan ekonomi regional sangat tergantung kepada aktivitas ekspor. Sedangkan dalam model pertumbuhan interregional, yang merupakan perluasan dari teori basis ekspor, menganggap bahwa pertumbuhan ekonomi regional terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh aktivitas ekspor tetapi juga disebabkan oleh variabel lainnya seperti : (1) investasi dan pengeluaran pemerintah, (2) pertumbuhan daerah lain yang berada dalam satu sistem, dan (3) pertumbuhan dalam hasrat konsumsi marginal, koefisien perdagangan

interregional, dan tingkat pajak marginal.

Dalam model pertumbuhan interregional / analisis I-O interregional, menunjukkan bahwa ada tiga hal utama yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi daerah, yaitu : (1) investasi pengeluaran pemerintah, (2) tenaga kerja dan (3) perdagangan antara daerah (ekspor-impor daerah).

Syafrizal (1997). Sektor unggulan ekonomi adalah prioritas utama setiap daerah untuk memacu perkembangan jumlah dan nilai ekspor sebagai barometer bagi pembangunan ekonomi masing-masing daerah. Membahas produk atau komoditi unggulan berarti memberi perhatian terhadap ketersediaan dan bagaimana pemanfaatan sumber daya sebagai input bagi pengembangan produk terutama pengembangan komoditi unggulan daerah. Ketersediaan dan pemanfaatan input tersebut dapat memperbesar jumlah produk yang terjual (ekspor).

Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi. Kemakmuran suatu wilayah selain ditentukan oleh besarnya nilai tambah yang tercipta di wilayah tersebut juga oleh seberapa besar terjadi transfer payment, yaitu bagian pendapatan yang mengalir ke luar wilayah atau mendapat aliran dana dari luar wilayah. Boediono (1985) : "Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka panjang," jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari

persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut.

Keterkaitan sektor unggulan dengan sektor lainnya (Nazara 1997) akan mendorong pertumbuhan sektor lainnya, keberadaan sektor-sektor yang saling terkait dan saling mendukung akan menciptakan efek pengganda (multiplier

effect). Apabila ada satu sektor di suatu wilayah mengalami kenaikan permintaan

yang berasal dari luar wilayah, maka produksi sektor tersebut akan meningkat. Karena ada keterkaitan dengan sektor-sektor lain, maka produksi sektor-sektor lainnya juga meningkat dan terjadi beberapa kali putaran pertumbuhan, sehingga total kenaikan produksi bisa beberapa kali lipat dibandingkan dengan kenaikan permintaan awal yang berasal dari luar wilayah tersebut. Unsur efek pengganda sangat berperan dalam membuat wilayah itu memacu pertumbuhan daerah dibelakangnya. Karena terjadi peningkatan produksi berbagai sektor di daerah yang lebih maju, akan memacu dan meningkatkan permintaan bahan baku dari daerah-daerah yang ada di belakangnya.

Sektor unggulan bersifat mendorong pertumbuhan daerah di belakangnya. Hal ini berarti antara wilayah yang lebih maju dengan wilayah belakangnya terdapat hubungan yang harmonis. Daerah yang lebih maju membutuhkan bahan baku dari wilayah belakangnya dan selanjutnya menyediakan berbagai macam kebutuhan wilayah belakangnya untuk dapat mengembangkan diri. Apabila wilayah yang lebih maju memiliki hubungan yang harmonis dengan daerah belakangny, maka wilayah tersebut akan berfungsi mendorong daerah belakangnya untuk bertumbuh.

Studi Azis (1996) berdasarkan pada sektor unggulan dan pertumbuhan yang berpijak pada konsep sektor basis : (1) studi berada dalam lingkup ekonomi regional yang berada pada posisi ekonomi terbuka. (2) studi mengkaji peranan sektor unggulan ekonomi dan distribusi pendapatan interregional, (3) pertumbuhan produksi per kapita suatu region tidak hanya ditentukan oleh lokasi penduduk dan aktivitas di daerah yang bersangkutan, tetapi juga oleh daerah lain, dan (4) ekspor sebagai sektor basis yang bersifat eksogenus mampu meningkatkan perekonomian regional melebihi pertumbuhan alamiah regional. Model pertumbuhan intraregional merupakan keterkaitan sektor ekonomi (produksi)

dengan sektor ekonomi lain dalam regional sendiri, sedangkan iterregional merupakan keterkaitan sektor ekonomi (produksi) terhadap sektor-sektor ekonomi di luar reginal (keterkaitan dengan regional lain).

Pertumbuhan ekonomi regional dapat diukur dari peningkatan output regional, baik sektoral maupun agregat. Sementara itu, pertumbuhan output suatu regional tidak hanya ditentukan oleh sejumlah faktor yang ada di dalam region tersebut, tetapi juga dipengaruhi oleh perkembangan regional lain, terutama region tetangga. Di sisi lain, aktivitas produksi memerlukan input primer dan berbagai

input antara, baik yang berasal dari wilayah sendiri maupun dari wilayah lain.

Dengan demikian dapat di simpulkan bahwa sektor unggulan dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah, semakin bertumbuh sektor unggulan pada suatu daerah semakin meningkat pula pertumbuhan ekonomi daerah tersebut.

Mengunakan tabel I-O Interregional (IRIO) dapat ditentukan sektor unggulan ekonomi suatu daerah yaitu : Keterkaitan sektor ekonomi sektoral kebelakang (backward linkage) BWL keterkaitan sektor ekonomi sektoral ke depan (forward linkages) FWL yang merupakan keterkaitan sektor ke hulu dan ke hilir terhadap sektor produksi lainnya, dampak sektor ekonomi sektoral terhadap output (DO) dan dampak sektor terhadap Nilai Tambah Bruto (DNTB)

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka model pertumbuhan ekonomi

(Growth) diformulasikan sebagai fungsi dari :

t K

Growth 0 1 2TKit it ………...………. (2.66)

dimana : K adalah Kapital danTK adalah tenaga kerja.

Dengan mengasumsikan bahwa kapital (K) dapat dibentuk oleh investasi sektor swasta (INVS) dan investasi sektor pemerintah (INVG), sehingga persamaan (2.66)

menjadi: Growth 0 1INVSit 2INVGit 3TKit it………. (2.67)

Pertumbuhan pendapatan suatu daerah sangat tergantung dari ekspor (EX) dan impor (IM) suatu daerahnya. Selanjutnya dengan mengasumsikan bahwa ekspor dan impor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, maka persamaan (2.67) menjadi:

it

it INVG

INVS

Growth 0 1 2 3TKit 4EXit 5IMit it…… (2.68)

Sektor unggulan merupakan sektor ekonomi sektoral yang dapat menarik sektor yang berada dibelakangnya (BWL) dan mendorong sektor ekonomi sektoral yang berada didepannya (FWL) untuk dapat berkembang dan bertumbuh, serta sektor ungulan sektoral dapat pula berdampak terhadap pertumbuhan output (DO) dan berdampak terhadap permbuhan nilai tambah bruto (DNTB). Dengan demikian sektor unggulan dapat mempengaruhi pertumbuhan perekonomian suatu daerah. Sehingga persamaan (2.68) menjadi:

it it it it INVG EX IM INVS Growth 0 1 2 3 4 5LnTKit it it FWL BWL 7 6 8DOit 9DNTBit it ... (2.69)

Dokumen terkait