• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wielgus (2002) berpendapat bahwa peubah penentu dari ukuran populasi minimum lestari adalah fekunditas dan peluang hidup.Fekunditas merupakan kemampuan/kapasitas induk betina dalam suatu populasi untuk menghasilkan anak, didapatkan dengan cara membagi jumlah individu bayi yang ada dengan jumlah individu betina produktif, sehingga didapatkan angka fekunditas M. fascicularis secara umum di lokasi ini adalah 0,23. Selanjutnya dari hasil analisis data populasi M. fascicularisdi Pulau Peucang, didapat rata-rata peluang hidupnya untuk setiap kelas umur, dimana peluang hidup dari kelas umur Bayi ke kelas umur Anak adalah 0,86, dari kelas umur Anak ke kelas umur Muda adalah 0,83 dan dari kelas umur Muda ke kelas umur dewasa adalah 0,6.

Bila peluang hidup dan fekunditas telah diketahui, maka selanjutnya dengan model Matriks Leslie di atas dapat diperkirakan suatu model pertumbuhanM. fascicularis dengan matrik persamaan terpaut umur sebagai berikut:

M Nt Nt+1

0 0 0,23 0,23 N0 N0 0,86 0 0 0 N1 = N1

0 0,83 0 0 N2 N2 0 0 0,6 0 N3 N3

Gambar 7Hasil proyeksi persamaan matriks Leslie

Model Matriks Leslie di atas dapat memperkirakan pertumbuhan populasi

M. fascicularis beberapa tahun ke depan. Penelitian ini mencoba untuk menduga pertumbuhan M. fascicularis dari tahun 2013 hingga 2020. Diketahuinya angka peluang hidup berturut-turut 0,86, 0,8 dan 0,6 serta fekunditas global 0,23 maka dengan Model Matriks Leslie di atas dapat diperkirakan pertumbuhan populasi

M. fascicularis dari tahun 2013 hingga 2020. Pada tahun 2020 diduga akan mencapai 236 individu seperti ditampilkan dalam Gambar 8.

28

Gambar 8. Proyeksi pertumbuhanM. fascicularis berdasarkan modelmatriks Leslie tahun 2013 – 2020

Tren peningkatan jumlah populasi hingga tahun 2020 ini diduga disebabkan oleh kondisi status kawasan konservasi Pulau Peucang yang telah tertata dengan adanya institusi definitif pengelola dan jaminan sekuriti kawasan. Lokasi kawasan yang sangat jauh dari pemukiman juga menyebabkan minimnya gangguan terhadap kawasan. Selain itu dengan adanya kunjungan wisata, maka persediaan pakan tetap melimpah yang berasal dari pakan alami dan pemberian pengunjung. Faktor lain yang mendukung adalah belum dilaporkan adanya predasi yang mengancam keberadan jumlah M. fascicularis Pulau Peucang. Tersedianya unsur utama sebagai pendukung berkembangnya sebuah habitat yang sangat penting bagi populasi satwa agar dapat berkembang secara optimal untuk mendapatkan makanan, air, dan cover (Djuwantoko 1986).

Kusmardiastuti (2010) juga meneliti bahwa di SM Paliyan dan hutan Kaliurang diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi peningkatan pertumbuhan pada jumlah anggota kelompok-kelompok M. fascicularis. Hal ini dikarenakan status kawasan konservasi yang representatif bagi perkembangan populasi M. fascicularis. Kondisi ketersediaan pakan juga berpengaruh¸ dimana menurut Santoso (1996), pada kondisi habitat yang memiliki persediaan pakan yang melimpah, angka kelahiran cenderung meningkat.

Penerapan model pertumbuhan terpaut umur dalam memprediksi jumlah populasi pada masa yang akan datang juga dapat menemui kendala, yakni selang kelas umur pada setiap kelompok umur (KU) tidak sama. Jadi, selama 1 tahun tidak semua individu pada KU sebelumnya akan menjadi KU di atasnya. Hal ini akan menimbulkan asumsi bahwa semua kelas umur memiliki panjang usia 1 tahun saja, sehingga pada tahun berikutnya akan menjadi KU di atasnya. Oleh karena itu dilakukan penyusunan struktur populasi dalam kelas umur yang sama dengan cara membagi ukuran populasi ke dalam selang kelas umurnya, sehinggaterbentuk struktur umur dalam pengelompokkan baru yangterbagi dalam kelas umur bayi ( 0 – 1 th), anak (1 – 4 th), remaja (4 -9 th) dan dewasa (9 – 21 th).

Selain model pertumbuhan ini terdapat pendugaan model pertumbuhan lain, dimana untuk mengetahui pertumbuhan populasi (Nt+1) pada masing-masing kelompok monyet ekor panjang digunakan matriks Leslie tidak terpaut kepadatan

29

yang dimodifikasi (Kusmardiastuti 2010). Pada perhitungan ini yang digunakan adalah jenis kelamin betina saja, sedangkan jenis kelamin jantan diperoleh dari seks rasio. Pada penggunaan model pertumbuhan tidak terpaut kepadatan ini diperkirakan jumlah populasi di beberapa lokasi yang diteliti terus meningkat hingga beberapa tahun ke depan (Kusmardiastuti 2010).

Selain model pertumbuhan terpaut umur dan terpaut kepadatan di atas, terdapat pula model pertumbuhan logistik. Model ini mempertimbangkan bahwa populasi suatu spesies ditentukan oleh daya dukung lingkungannya, dimana kapasitas dayadukung rnerupakan batas ukuran populasi yang dapat didukung oleh sumberdaya yang tersedia. Model tersebut juga memiliki beberapa kendala lingkungan, yaitu terbatasnya ruang dan pakan.

Matriks Leslie juga dapat digunakan untuk menduga model pertumbuhan tidak terpaut kepadatan dan digunakan untuk mengetahui peubah-peubah paramater demografi (Surya 2010). Model ini dapat memperkirakan ukuran populasi minimum suatu jenis spesies yang harus dipertahankan, sehingga dapat ditentukan jumlah panenan suatu komoditas populasi yang bernilai ekonomis bila terdapat kelebihan dari populasi minimum. Ukuran populasi minimum lestari adalah ukuran populasi minimum yang dapat menjamin kelestariannya sepanjang masa. Model pertumbuhan matriks ini baik digunakan untuk mengatur populasi satwa liar yang terancam punah atau yang dieksploitasi (Lesnoff 1999; Texeira 2006 dalam Surya 2010).

6

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

1. Populasi M. fascicularisdi Pulau Peucang terdiri dari 4 kelompok dengan total jumlah populasi 82 ekor dengan ukuran kelompok bervariasi dengan jumlah individu dalam kelompok berkisar antara 9 – 42 ekor.Struktur umur populasi

M. fascicularisdi Pulau Peucang mengikuti struktur populasi yang berkembang (progressive populations), dengan seks rasio global 1 : 1,2. Angka fekunditas global populasi Pulau Peucang ini tidak dapat diketahui secara pasti, sehingga digunakan pendekatan untuk mengetahui fekunditas M. fascicularis dengan cara membandingkan jumlah bayi dengan betina produktif. Natalitas kasar adalah 0.21 sedangkan mortalitas berkisar antara 0,14 - 0,4 berbeda-beda untuk setiap kelas umur. Peluang hidup kelas umur Bayi ke kelas umur Anak adalah 0,86. Peluang hidup kelas umur Anak ke kelas umur Muda adalah 0,83 dan peluang hidup kelas umur Muda ke kelas umur dewasa adalah 0,6.

2. Model pertumbuhan M. fascicularisdi Pulau Peucang mengikuti model pertumbuhan terpaut umur. Berdasarkan model pertumbuhan ini diperkirakan jumlahnya akan terus berkembang setidaknya dalam beberapa tahun tahun ke depan. Berdasarkan Model matriks Leslie dapat memperkirakan pada tahun 2020 populasi M. fascicularis tersebut akan berjumlah 236 individu.

30

6.2 Saran

1. Salah satu kendala dalam menentukan parameter demografi M. fascicularis

adalah kondisi selang kelas umur yang panjang dan tidak sama antar kelas umur, sehingga penelitian lanjutan yang lebih detail dan spesifik tentang komponen parameter demografi M. fascicularisdi Pulau Peucang sangat diperlukan. Meskipun M. fascicularis tidak termasuk dalam 14 spesies prioritas Kementerian Kehutanan RI yang ditargetkan peningkatan populasinya, akan tetapi perhatian terhadap kondisi populasi dan habitatnya perlu ditingkatkan sebagai salah satu daya tarik di P. Peucang.

2. Untuk mendapatkan data demografi M. fascicularissecara lengkap dan kontinyu, pihak pengelola sebaiknya memasukkan program inventarisasi M. fascicularisdi Pulau Peucang dalam rencana kegiatan rutin tahunan, sehingga akan diperoleh data time-seriesM. fascicularis. Dengan tersedianya data yang memadai maka dapat ditentukan langkah-langkah kebijakan untuk mendukung kelestarian jenis primata ini.

3. Rendahnya fekunditas global M. fascicularis di P. Peucang disebabkan oleh rendahnya angka kelahiran (natalitas) yang turut ditentukan oleh seks rasio kelas umur produktif. Untuk mendekati seks rasio yang ideal dan meningkatkan jumlah populasi M. fascicularis dapat ditempuh dengan memperbesar angka perbandingan seks rasio,sehingga upaya yang dapat ditempuh adalah dengan mengurangi jumlah jantan ada saat ini atau mengintroduksi beberapa betina produktif melalui prosedur yang berlaku yang diharapkan mampu meningkatkan natalitasnya.

4. Jenis tumbuhan sumber pakanM. fascicularisdi P. Peucang ditemukan sebanyak 35 jenis, dengan kelimpahan jenis pakan ini diharapkan lebih mudah dalam menjaga dan mengelola serta mempertahankan habitatnya karena tersedianya alternatif pakan yang memadai. Dampak kunjungan wisata berupa pemberian makanan dapat merubah perilaku makan M. fascicularis yang bersifat pasif menunggu pemberian dari pengunjung,hal ini sebaiknya dibatasi karena selain tidak sesuai dengan pakan alaminya juga dapat merubah perilaku agresif berupa pencurian makanan serta menyebabkan keengganan melakukan pergerakan dalam memenuhi kebutuhan pakannya.

Dokumen terkait