• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Rogers (Orang Yang Berfungsi Sepenuhnya)

BAB II. KEPRIBADIAN SEHAT

B. Pandangan Para Ahli Psikologi Pertumbuhan

2. Model Rogers (Orang Yang Berfungsi Sepenuhnya)

Rogers, sama seperti Allport, menekankan pentingnya kesadaran bagi kepribadian yang sehat. Yang berbeda adalah bahwa dorongan yang kuat pada kepribadian yang sehat menurut Allport adalah tujuan ke masa depan, sedangkan menurut Rogers kecenderungan aktualisasi diri. Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat serta potensi-potensi psikologis yang unik (Schultz, 1993: 46).

Rogers percaya bahwa masa kini dan bagaimana kita menjalaninya adalah jauh lebih penting daripada masa lampau. Meskipun fokus Rogers adalah pada masa kini, tetapi dia juga menyadari bahwa masa lampau dapat mempengaruhi cara kita memandang masa kini. Cara pandang seseorang terhadap realitas akan berbeda-beda,

tergantung pengalaman yang dialaminya. Menurut Rogers persepsi yang unik terhadap realitas merupakan hal nyata dan penting bagi setiap orang. Oleh karena itu setiap orang harus dipahami dan diperiksa melalui pengalaman-pengalaman subjektifnya sendiri (Schultz, 1993).

Dorongan untuk tumbuh dan berkembang bukan semata-mata berasal dari usaha untuk mereduksikan tegangan ataupun untuk mempertahankan keseimbangan homeostatis. Kecenderungan aktualisasi diri merupakan dorongan utama pada diri individu untuk tumbuh dan berkembang dan jauh lebih kuat daripada rasa sakit dan perjuangan. Rogers membandingkannya dengan perjuangan dan rasa sakit yang terjadi pada anak yang belajar berjalan. Meskipun berkali-kali jatuh dan merasa sakit, namun anak itu tetap berusaha untuk berjalan lagi. Hal inilah yang disebut sebagai kecenderungan aktualisasi oleh Rogers (Schultz, 1993: 44).

Kecenderungan aktualisasi ini ada pada setiap makhluk hidup, setidaknya pada tingkat biologis dan dari segi fisiologis. Pada manusia kita dapat melihat kecenderungan aktualisasi diri beralih dari yang fisiologis kepada yang psikologis. Orang-orang yang berfungsi secara penuh (berkepribadian sehat) berarti menjalani kecenderungan aktualisasi dirinya dengan optimal. Aktualisasi diri itu sendiri bukanlah sebuah hasil akhir, namun merupakan proses yang tetap dan berkesinambungan dalam kehidupan orang yang berfungsi sepenuhnya. Kecenderungan aktualisasi adalah satu motivasi dasar yang tidak hanya mempengaruhi tingkah laku manusia, melainkan semua organisme yang hidup dan seluruh universum. Kecenderungan aktualisasi ini mau mewujudkan dan mengembangkan semua kemungkinan inheren dari organisme, sehingga organisme bukan hanya dipertahankan tetapi juga diperkaya. Setiap organisme adalah inisiator aktif yang menunjukkan suatu tendensi konstruktif yang terarah kepada tujuan tertentu yaitu perwujudan diri.

Ada tiga hal yang dikemukakan Rogers (Schultz, 1993: 50-51) mengenai aktualisasi diri. Pertama, aktualisasi diri lebih merupakan sebuah arah, sebuah proses. Aktualisasi diri adalah kondisi yang tidak pernah selesai dan tidak statis sampai akhir hayat. Kedua, aktualisasi diri bukanlah proses yang mudah untuk dijalani. Seringkali proses itu menyakitkan dan penuh dengan ujian, namun ini adalah proses yang menantang dan membuat kehidupan menjadi lebih kaya dan berarti. Oleh karena itu Rogers menyatakan bahwa kebahagiaan bukan suatu tujuan dalam diri orang yang mengaktualisasikan diri tersebut. Ketiga, orang-orang yang mengaktualisasikan diri tidak hidup di dalam topeng-topeng ketika menghadapi realitas. Mereka adalah diri mereka sendiri, apa adanya. Mereka dapat hidup menurut arah dan jalan yang dipilih oleh mereka sendiri. Meskipun masyarakat atau orang tua dapat memberi nilai-nilai kepada mereka, tetapi mereka bebas untuk memilih apa yang akan mereka ambil dan jalani. Meskipun demikian Rogers mengatakan bahwa mereka tetap dapat hidup dan berprilaku dalam batas-batas sanksi dan garis-garis pedoman yang jelas dari masyarakat.

Rogers (dalam Schultz, 1977: 51-55) memberikan lima sifat dari orang-orang yang berfungsi sepenuhnya, yaitu:

1. Keterbukaan pada pengalaman

Sifat yang pertama dari fully functioning person adalah keterbukaan kepada pengalaman (openness to experience). Artinya, kebebasan dari rasa takut terhadap pengalaman yang terjadi di sekitarnya. Individu tidak bersikap kaku dan defensif terhadap pengalaman, melainkan menerimanya dan menggunakannya sebagai dasar bagi penilaian dan pilihan dalam bertingkah laku. Keterbukaan pada pengalaman juga berarti individu mampu untuk menyampaikan semua perasaan-perasaan pribadi dan pesan yang datang dari luar ke sistem syaraf tanpa terdistorsi. Keterbukaan pada pengalaman juga berarti bahwa rasionalitas lebih berpengaruh daripada irasionalitas.

Dalam keadaan seperti itu diharapkan individu dapat hidup dan bertingkah laku sesuai potensi kodrat aslinya dan mengalami lebih banyak pengalaman emosional yang lebih mendalam daripada orang yang defensif.

2. Kehidupan eksistensial

Kehidupan eksistensial atau hidup secara eksistensial (existential living), sifat kedua dari fully functioning person, berarti individu dapat merasakan bahwa setiap momen kehidupan memiliki kekayaan dan keunikan yang terus-menerus dan senantiasa dirasa baru dan segar. Setiap momen adalah unik, belum pernah ada dalam cara yang persis sama. Setiap saat yang ada dalam hidup akan dijalani dengan sepenuh-penuhnya sebagai sesuatu yang memiliki makna dalam hidup. Individu akan menjadi pusat pengalaman yang aktif bagi dunianya yang senantiasa berubah. Setiap masa sekarang dialami sebagai proses yang terus berubah dan terus mengalir ke masa depan. Mengalami sesuatu secara eksistensial berarti seperti hidup dalam kapal yang mengikuti aliran sungai yang terus berubah. Setiap detik akan memberikan pengalaman baru, ketika individu mampu menarik makna dari setiap momen kehidupan. Inilah yang membuat kehidupannya menjadi kaya dan berarti. Individu rela menjadi suatu proses, merespons setiap kemungkinan-kemungkinan yang berkembang dan tidak akan puas tinggal dalam struktur kaku yang sudah ada.

3. Kepercayaan terhadap Organismenya sendiri

Sifat ketiga dari fully functioning person adalah kepercayaan terhadap organismenya sendiri (a trust in one s own oganismic). Disini individu tidak dikuasai oleh faktor luar dalam membuat suatu keputusan tentang dirinya. Individu mampu untuk mempercayai pengalaman indrawi dan perasaannya sendiri terhadap dunia nyata. Pengalaman ini dapat mereka gunakan sebagai pedoman yang sah dan sumber yang tepat untuk menentukan apa yang baik dan yang tidak baik bagi mereka pada saat itu. Mereka tidak tunduk begitu saja pada aturan-aturan sosial dan tekanan-

tekanan dari orang lain (persetujuan, kritk, celaan, maupun dorongan). Kepercayaan organismik menekankan perasaaan-perasaan batin sebagai dasar pokok untuk mengambil keputusan-keputusan yang baik. Dengan demikian mereka lebih berhati- hati dan bisa memperhitungkan semua segi yang relevan dalam mengambil keputusan.

4. Perasaan Bebas

Sifat kepribadian sehat dari fully functioning person yang keempat adalah perasaan bebas (a sense of freedom). Sebenarnya sifat ini sudah terkandung dalam sifat-sifat yang telah dibicarakan di atas. Rogers melihat bahwa berdasarkan konteks pengalaman pribadi, manusia adalah pusat dan aktor kebebasan yang seharusnya merencanakan arah hidupnya sendiri dan menciptakan makna hidup pribadinya. Dengan adanya perasaan bebas maka individu yang sehat dapat melihat banyak kemungkinan yang bisa dipilih dalam kehidupannya dan akan bertanggung jawab atas tindakannya beserta segala konsekuensi yang ditimbulkannya. Sebaliknya orang yang defensif (tidak sehat) yang tidak memiliki perasaan bebas melihat keterbatasan- keterbatasan dalam pilihan hidupnya, karena merasa dikontrol oleh kekuatan luar. Dengan demikian ia tidak akan siap untuk bertanggung jawab terhadap keputusannya sendiri.

5. Kreativitas

Sifat khas kelima darifully functioning person adalah kreativitas (creativity). Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang-orang yang bebas dalam berpikir dan mengambil tindakan, maka kreativitas mereka dapat diwujudkan keluar. Mereka adalah manusia-manusia kreatif yang menciptakan ide-ide dan rencana-rencana konstruktif serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan. Mereka bukanlah orang-orang dengan konformitas sosial yang berlebihan sehingga menjadi pasif dan tidak bisa menyesuaikan diri

dengan tekanan-tekanan sosial dan kultural.

Dokumen terkait