• Tidak ada hasil yang ditemukan

Model Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir

VI. STUDI POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR

6.2. Model Studi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir

Data potensi pengembangan wilayah merupakan basis data yang dirancang untuk melayani kebutuhan-kebutuhan yang berkaitan dengan pemilihan potensi pengembangan wilayah pesisir. Basis data potensi pengembangan wilayah memberikan data kepada sub model (selanjutnya tetap dikatakan model) potensi pengembangan wilayah dan Model Kebijakan Pengembangan Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan dan Berperspektif Mitigasi Bencana (selanjutnya disebut MKP2B2MB) untuk menentukan potensi wilayah unggulan yang dikembangkan dalam rekayasa model ini.

Masukan pada basis data potensi pengembangan wilayah pesisir terdiri dari data potensi pengembangan wilayahpesisir serta faktor ekternal dan internal yang berpengaruh terhadap potensi wilayah tersebut. Data potensi pengembangan wilayah pesisir dianalisis dengan metode ASWOT yang merupakan gabungan dari AHP dan SWOT.

SWOT adalah suatu metode analisis yang didasarkan pada logika dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (oppotunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats) (Rangkuti dalam Marimin, 2005). AHP adalah suatu metode pengambilan keputusan yang dapat menyederhanakan suatu persoalan kompleks yang tidak terstruktur, strategik, dan dinamik menjadi bagian-bagian kecil yang tertata dalam suatu hierarki sehingga dapat ditangani dengan lebih mudah (Marimin, 2005). Dengan demikian penggabungan kedua metode ini akan lebih memudahkan lagi, karena komponen SWOT secara grafis tertata secara berjenjang (Gambar 25).

Gambar 25. Garis besar alat analisis ASWOT

Selanjutnya pembahasan akan diawali dengan penyelesaian SWOT untuk mengetahui faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi wilayah pesisir. Secara konseptual analisis faktor-faktor eksternal dan internal mencakup kegiatan-kegiatan sebagai berikut (Humprey, 1960) :

Analisis SWOT

Komponen SWOT sebagai faktor dalam struktur AHP

Analisis AHP

Struktur ASWOT

Penilaian ASWOT - Pairwise comparison

- Integrasi Multi Pakar - Consistency Ratio (<0,1)

Hasil ASWOT

Alternatif potensi pengembangan yang memiliki bobot tertinggi

1) Mengidentifikasikan faktor-faktor eksternal yang secara strategis merupakan peluang dan ancaman terhadap pelaksanaan pembangunan wilayah pesisir 2) Mengidentifikasikan faktor-faktor kunci internal yang merupakan kekuatan

dan kelemahan yang dihadapi dalam pembangunan wilayah pesisir. 3) Mengumpulkan data dan informasi mengenai faktor-faktor tersebut.

4) Apabila dianggap perlu, membuat proyeksi mengenai perkembangan faktor-faktor tersebut selama periode perencanaan.

Data faktor ekstenal dan internal yang diperoleh dari hasil analisis SWOT tersebut, selanjutnya diolah dengan AHP untuk menentukan potensi pengembangan wilayah pesisir dan wilayah studi.

Sesuai dengan bahan referensi yang dipublikasikan oleh berbagai institusi terkait, maka faktor eksternal dan internal yang berpengaruh sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 20.

Penggunaan kedua metode tersebut (SWOT dan AHP) yang selanjutnya disebut ASWOT, dimaksudkan untuk penelusuran permasalahan secara bertahap dan membantu pengambilan keputusan dalam memilih strategi terbaik dengan cara:

1) Membandingkan secara kuantitatif dari segi biaya/ekonomis, manfaat dan risiko dari setiap alternatif.

2) Mengamati secara sistematis dan meneliti ulang tujuan dan alternatif strategi atau cara bertindak untuk mencapai tujuan, dalam hal ini kebijakan yang baik; 3) Memilih alternatif terbaik untuk diimplementasikan.

4) Membuat strategi pemanfaatan ruang secara optimal, dengan cara memilih/menentukan prioritas kegiatan.

Dalam ASWOT, penelitian prioritas kebijakan dilakukan dengan menangkap secara rasional persepsi stakeholder, kemudian mengkonversi faktor-faktor yang tidak terukur (intangible) menjadi faktor-faktor yang terukur (tangible), sehingga dapat dibandingkan. Secara umum struktur ASWOT untuk masing-masing wilayah studi dapat dilihat pada Gambar 26.

Faktor

Kunci Kabupaten Indramayu Kabupaten Ciamis

Internal

a. Kekuatan

(strengths

)

1. Memiliki potensi sumberdaya perikanan pantai dan tambak dengan panjang pantai 114 km dan luas tambak 11.939 ha (0,017) 2. Memiliki pangkalan pendaratan ikan (PPI)

sebanyak 14 buah dan jumlah nelayan yaitu 1.563.390 jiwa (34,5%) (0,033)

3. Dukungan prasarana dan sarana perikanan yang memadai (242 buah kapal motor dan 3.782 buah perahu motor) (0,029)

4. Memiliki 1 tempat pariwisata dalam keadaan rusak parah (pantai Tirtamaya) dan 1 tempat belum dikembangkan (P. Biawak) (0,047) 5. Dekat dengan 2 tempat pemasaran produk

perikanan domestik dan ekspor (Jakarta dan

Bandung) (0,077)

6. Memiliki potensi sumberdaya migas (minyak mentah 3.396.210 per tahun dan gas alam 28,767 MMSCF per tahun) serta 2 kilang minyak (Balongan dan Mundu) (0,048)

1. Memiliki potensi sumberdaya ikan di wilayah ZEEI, dengan panjang pantai 91

km dan luas tambak 2.782,42 ha (0,064)

2. Memiliki pangkalan pendaratan ikan (PPI) sebanyak 10 tempat pelelangan ikan (TPI) dan 6 kolam dinas) dan jumlah nelayan yaitu 97.822 jiwa (0,057)

3. Memiliki prasarana dan sarana

transportasi darat (kereta api, mobil), laut (4 buah kapal motor dan 2,071 buah perahu motor) dan udara (bandara Nusa Wiru) (0,032)

4. Memiliki 2 tempat wisata andalan yang terawat baik (Pangandaran dan Batu Karas) (0,021)

5. Dekat dengan 1 tempat pemasaran produk perikanan (Bandung) (0,039)

6. Memiliki potensi sumberdaya pertambangan/galian (0,037)

b. Kelemahan (

Weakness)

1. Kurang baiknya teknologi handling produksi

pasca panen sehingga mengurangi tingkat mutu produksi perikanan yang akan dipasarkan (0,035)

2. Belum memadainya prasarana dan sarana PPI seperti pemecah ombak, peredam abrasi, air bersih, tempat pengolahan hasil

perikanan, waserda, bengkel, dan lain-lain (0,023)

3. Kondisi alam dengan gelombang pasang

(0,074)

4. Tingginya laju abrasi dan pendangkalan sungai (0,025)

5. Masih terjadi konflik antar nelayan, khususnya pengguna jaring arad (pukat) dengan jenis alat tangkap lainnya (0,030) 6. Kelembagaan penanggulangan bencana di

daerah masih lemah (0,034)

7. Belum memadainya peran CSR (baru dimulai tahun 2007) (0,029)

1. SDA ikan tidak dimanfaatkan optimal akibat rendahnya daya jangkau dan teknologi nelayan ke daerah penangkapan ikan (0,031)

2. Kurang memiliki prasarana dan sarana perikanan yang memadai (0,025) 3. Kondisi alam dengan tsunami (0,051) 4. Degradasi ekosistem akibat kegiatan pemanfaatan yang salah (bom, potas) (0,016)

5. Konflik antar kepentingan, yaitu pariwisata dan perikanan (penggunaan pantai untuk kegiatan yang berbeda) yang

menyebabkan rendahnya kerjasama

stakeholder dan pencemaran akibat kegiatan pariwisata (sampah yang berserakan di pantai) (0,055)

6. Kelembagaan penanggulangan bencana di daerah masih lemah (0.008)

7. Lemahnya kualitas SDM (0,065)

Eksternal

a. Peluang (

Opport)

1. Belum optimalnya pemanfaatan potensi

wilayah pesisir (0,091)

2. Kebutuhan dan permintaan pasar domestik dan luar negeri (0,056)

3. Pengembangan hutan mangrove sebagai obyek wisata bahari (tersebar disepanjang 161,72 km garis pantai) (0,039)

4. Dukungan regulasi (UU No.22 tahun 1999 dan PP No.25 tahun 2000) (0,063)

1. Belum optimalnya pemanfaatan potensi

wilayah pesisir (0,098)

2. Kebutuhan dan permintaan pasar domestik dan luar negeri (0,073) 3. Pengembangan paket wisata bahari

(marineculture)(0,032)

4. Dukungan regulasi (UU No.22 tahun 1999 dan PP No.25 tahun 2000) (0,047)

b. Ancaman (

Threats)

1. Bertambah banyaknya negara yang menerapkan persyaratan kualitas produk (ISO 9000, ISO 14000, HACCP) (0,036) 2. Peningkatan persaingan pasar domestik dan

dunia dengan kabupaten lain (0,038)

3. Sedimentasi muara akibat penyodetan sungai Cimanuk (0,029)

4. Kesadaran terhadap bencana kurang (0,028) 5. Adanya embargo dunia terhadap hasil

perikanan budidaya (0,031)

6. Berubahnya orientasi pekerjaan (0,087)

1. Bertambah banyaknya negara yang menerapkan persyaratan kualitas produk

(ISO 9000, ISO 14000, HACCP) (0,072)

2. Peningkatan persaingan pasar domestik dan dunia dengan kabupaten lain (0,035) 3. Sedimentasi muara Sagara Anakan akibat

penyodetan sungai di Cilacap (0,026) 4. Kesadaran terhadap bencana kurang

(0,016)

5. Adanya embargo dunia terhadap hasil perikanan budidaya (0,067)

6. Banyaknya pencurian ikan di ZEEI (0,036) Sumber : Renstra Pengembangan Bisnis Kelautan Provinsi Jawa Barat dimodifikasi

Gambar 26. Garis besar hirarki identifikasi potensi pengembangan wilayah pesisir berdasarkan metode ASWOT Keterangan :

a, b, c, ...dan seterusnya = Faktor-faktor internal dan eksternal mengenai pengembangan wilayah pesisir hasil analisis SWOT IDENTIFIKASI POTENSI PENGEMBANGAN

WILAYAH PESISIR

STRENGHTS WEAKNESS OPPORTUNITIES THREATS

g Perkebunan Pariwisata Level 1. Fokus Komponen SWOT Level 2. Faktor SWOT Level 3. Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir h i j k l a Pertambangan Perikanan b c d e f Pertanian 105

6.3. Analisis Identifikasi Potensi Pengembangan Wilayah Pesisir

Dokumen terkait