• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.3 Model Teoritis

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 : Hasil Wawancara 77 Lampiran 2 : Biodata Peneliti 101 Lampiran 3 : Daftar Bimbingan Skripsi 102

ABSTRAK

Skripsi ini berisi penelitian mengenai komunikasi keluarga yang berjudul Komunikasi Keluarga dalam Hubungan Jarak Jauh (Studi Deskriptif Kualitatif Peran Komunikasi Keluarga Terhadap Mahasiswa yang Tinggal Terpisah Dengan Orangtua dalam Hubungan Harmonisasi di Kota Medan). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dan juga untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Penelitian ini memakai paradigma konstruktivis sebagai pendekatan. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha meneliti bagaimana komunikasi dan hubungan yang terjalin pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orang tua.

Peneliti menggunakan beberapa teori yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan diantaranya, teori Komunikasi Keluarga, teori self disclosure,

Hubungan Harmonisasi,dan teori Interaksi Simbolik. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Subjek dari penelitian ini adalah mahasiswa yang telah tinggal terpisah dari orangtua selama dua tahun atau lebih. Objek penelitian ini adalah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa dikota Medan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif.

Pada penelitian ini ditemukan bahwa komunikasi keluarga mempunyai peran yang penting dalam hubungan harmonisasi pada mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua. Komunikasi keluarga yang baik akan membentuk hubungan yang harmonis diantara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah. Hubungan yang harmonis akan tetap terjalin jika mahasiswa dan orangtua selalu menjaga intensitas komunikasi mereka. Penelitian ini juga menemukan bahwa mahasiswa yang tinggal terpisah dari orangtua ternyata tidak menceritakan semua hal kepada orangtuanya. Hal ini, karena para mahasiswa takut membuat orangtuanya menjadi cemas dan khawatir. Hubungan jarak jauh yang dialami oleh mahasiswa dan orangtuanya juga membuat terjadinya perubahan sikap pada diri mahasiswa. Namun, perubahan tersebut dapat diterimai oleh para orangtua karena perubahan tersebut kearah yang positif

Kata kunci :

ABSTRACT

This thesis contains research on family communication entitled Family Communication in Long Distance Relationships (Qualitative Descriptive Study Role of Family Communication Students Against Separate Lives With Parents in Relation Harmonization in Medan). This study aims to determine the role of family communication in students living separately with parents and also to know the harmonization of the relationship that is created between the students and parents who live apart. This study used a constructivist paradigm as an approach. In this study, researchers tried to examine how communication and the relationship to students who live apart from their parents.

Researchers used several theories according to research conducted including, Family Communication theory, the theory of self-disclosure, Relationship Harmonization, and the theory of Symbolic Interaction. This research uses descriptive qualitative method. Subjects of this study were students who had been living apart from their parents for two years or more. Object of this study is the role of family communication in students with parents who live separately in harmonizing the relationship between the parents and students in the city of Medan. Data collection techniques used in this study were interviews and literature study. The data analysis technique used is the analysis of qualitative data.

This study found that family communication has an important role in harmonizing the relationship of students who live apart from their parents. Good family communication will create a harmonious relationship between the students and parents who live apart. Harmonious relationship will remain established if the student and parents always keep the intensity of their communications. The study also found that students who live away from parents did not tell everything to her parents. This, because the students are afraid to take their parents to be anxious and worried. Distance relationship experienced by students and parents also make a change in the attitude of the students themselves. However, these changes can be understood by the parents because of the changes in a positive direction.

Keywords :

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan individu untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Tidak hanya di lingkungan sosial, di dalam lingkungan keluarga komunikasi juga sangat diperlukan untuk menjaga hubungan yang harmonis antara anggota keluarga. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana seseorang bisa belajar sebagai manusia sosial. Di dalam keluarga, manusia pertama-tama belajar memperhatikan keinginan orang lain, belajar bekerja sama, saling membantu, dan lain sebagainya.

Perkembangan zaman yang terus berkembang akan mempengaruhi setiap keluarga untuk membentuk anggota keluarga menjadi individu yang cerdas. Karena itu, banyak orangtua yang ingin memberikan pendidikan yang terbaik untuk anak mereka. Para orangtua juga rela terpisah jauh dengan anak mereka demi masa depan dan cita-cita yang akan dicapai oleh anak yang mereka cintai. Hal ini karena menurut para orangtua banyak sekolah dan universitas memiliki kualitas yang baik berada di luar kota dari tempat tinggal mereka. Sehingga para orangtua tetap memberikan motivasi agar anaknya tetap mendapat pendidikan yang terbaik walau harus tinggal terpisah dengan orangtua.

Perkembangan teknologi dan komunikasi yang juga semakin pesat pada saat ini mempengaruhi komunikasi yang terjalin diantara anggota keluarga. Hal ini dapat dilihat dari munculnya aplikasi dan alat komunikasi yang setiap saat dapat digunakan oleh setiap individu. Bagi para orangtua dan anak yang tinggal terpisah, maka perkembangan ini akan membantu mereka untuk menjaga komunikasi diantara orangtua dan anak. Misalnya dengan menggunakan alat komunikasi handphone, para orangtua dapat menghubungi anak mereka setiap saat. Sedangkan jika para orangtua ingin melihat keadaan fisik anak mereka apakah semakin kurus atau bertambah gemuk, maka orangtua dapat menggunakan fasilitas Skype atau sejenisnya melalui internet.

Walaupun begitu banyak alat komunikasi yang dapat digunakan untuk tetap menjalin komunikasi antara anak dan orangtua yang terpisah jauh, tidak

dapat dipungkiri juga banyak anak yang tinggal terpisah dengan orangtua mereka tidak mengungkapkan semua masalah yang mereka hadapi selama tinggal terpisah dengan orangtua. Hal ini karena para anak yang sudah mulai mendapat pendidikan di tingkat universitas merasa bahwa mereka sudah mampu untuk menyelesaikan masalah mereka sendiri, sehingga tidak ingin memberatkan para orangtua mereka.

Ketika mahasiswa tersebut kembali ke rumah maka komunikasi yang akan terjalin dengan anggota keluarga yang lainnya mungkin akan sedikit merenggang. Situasi inilah yang akan membentuk tingkat keterbukaan diri yang rendah terjadi saat mahasiswa tinggal terpisah dengan orangtua dan mereka tidak jujur terhadap masalah yang mereka hadapi. Hal inilah yang akan mengganggu hubungan yang harmonis antara mahasiswa dan orang tuanya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak merupakan suatu kesatuan dengan dasar yang kuat bila antara anggota keluarga terdapat hubungan yang baik. Hubungan baik ini menandakan adanya keserasian dalam hubungan timbal balik antara anggota keluarga (Gunarsah,2003: 39).

Oleh sebab itu, komunikasi yang terjalin antara anggota keluarga akan mempengaruhi hubungan harmonisasi antara anggota keluarga. Komunikasi yang baik akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara komunikator dan komunikan karena mereka memiliki makna yang sama tentang hal yang dibicarakan. Sebaliknya komunikasi yang tidak baik antara anggota kelurga akan menyebabkan terjadinya krisis keluarga. Namun, komunikasi yang efektif tidak sama dengan komunikasi yang baik dan konstruktif atau menyenangkan. Misalnya bantingan pintu mengkomunikasikan kemarahan secara efektif, tetapi tidak merupakan suatu komunikasi yang konstruktif karena tidak dapat memecahkan persoalan (Wahlroos,2002:5).

Hubungan jarak jauh yang dialami oleh mahasiswa dengan orang tuanya tidak selamanya berjalan dengan lancar. Ada beberapa masalah yang dihadapi oleh para mahasiswa. Misalnya, masalah psikologis dan masalah ekonomi yang dihadapi oleh mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orang tuanya. Masalah psikologis seperti, menahan rasa rindu kepada orangtua dan anggota keluarga lainnya dan harus terbiasa melakukan semua aktivitas sendiri,dan tanpa bantuan dari orangtua. Masalah ekonomi, seperti mengatur keuangan untuk biaya kuliah,

transportasi,dan makan yang dilakukan sendiri. Sehingga mahasiswa harus mampu untuk menghemat sampai datangnya kiriman biaya dari orangtua kembali.

Permasalahan komunikasi jarak jauh antara orangtua dengan anak ini menarik untuk diteliti, karena pada umumnya anak dengan orangtua berhubungan dekat dan sering berkomunikasi tatap muka karena tinggal dalam satu rumah. Orangtua dengan anak memiliki kedekatan emosional satu sama lain dan kedekatan batin, hal inilah yang membuat hubungan komunikasi antara orangtua dan anak menjadi dekat. Seorang anak pasti ingin berkomunikasi dengan ayah atau ibunya walaupun sekedar menanya kabar atau bercerita tentang perkuliahannya. Begitupun orangtua pasti ingin berkomunikasi dengan anaknya walaupun hanya mengingatkan untuk makan saja. Tetapi lain halnya dengan orangtua dan anak yang tidak tinggal serumah atau tinggal berjauhan karena perbaedaan jarak dan tempat, komunikasi yang terjadi tidak akan lagi sama seperti pada waktu tinggal serumah karena komunikasi dilakukan dengan menggunakan media seperti telepon yang tidak berkomunikasi secara tatap muka. Atas dasar inilah peneliti tertarik melakukan penelitian mengenai komunikasi keluarga terhadap mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka fokus masalah dalam penelitian ini adalah : “ Bagaimanakah peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua dalam hubungan harmonisasi antara orangtua dan mahasiswa di kota Medan?”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui peran komunikasi keluarga pada mahasiswa yang tinggal terpisah dengan orangtua.

2. Untuk mengetahui harmonisasi hubungan yang tercipta antara mahasiswa dan orangtua yang tinggal terpisah.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif terhadap perkembangan keilmuan Ilmu Komunikasi, khususnya bagi mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU. 2. Secara teoritis, Penelitian ini diharapakan dapat melengkapi dan

menambah pengetahuan serta wawasan peneliti maupun mahasiswa lain,khususnya mengenai komunikasi keluarga.

3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi bagi mahasiswa yang membutuhkan informasi yang lebih mendalam berkaitan dengan komunikasi keluarga dalam hubungan jarak jauh.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Perspektif / Paradigma Kajian

Kata paradigma berasal dari abad pertengahan di Inggris yang merupakan kata serapan dari bahasa Latin di tahun 1483 yaitu paradigm yang berarti suatu model atau pola, bahasa Yunani paradeigma yang berarti untuk membandingkan. Paradigma juga dapat berarti seperangkat asumsi, konsep, nilai, dan praktik yang diterapkan dalam memandang realitas dalam sebuah komunitas yang sama, khususnya dalam disiplin intelektual.

Paradigma yang digunakan dalam penellitian ini adalah paradigma konstruktivisme. Paradigma konstruktivisme ini mencoba untuk menjebatani dualisme objektivisme dan subjektivisme dengan mengafirmasi peran subjek dan objek dalam dalam konstruksi ilmu pengetahuan (Ardianto dan Q-Anees, 2007:152). Asumsi pokok dari konstruktivisme, bahwa tujuan pertama dan terutama dari ilmu pengetahuan adalah mempelajari gagasan dalam pikiran, tidak saja dalam pemahaman akan sifat ilmu pengetahuan ilmiah, tetapi juga untuk memahami cara pengetahuan ilmiah dapat berkembang dan peran metode penelitian didalamnya.

Paradigma konstruktivis juga berpendapat bahwa semesta secara epistemologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia merupakan konstruksi yang dibangun dari proses kognitif serta interaksinya dengan dunia objek material. Pengalaman manusia terdiri dari interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan bukan reproduksi kenyatan. Oleh karena itu dunia muncul dalam pengalaman manusia secara terorganisasi dan bermakna. Keberagaman pola konseptual/kognitif merupakan hasil dari lingkungan historis, kultural, dan personal yang digali secara terus-menerus. Bagi kaum konstruktivis, semesta adalah suatu konstruksi, artinya bahwa semesta bukan dimengerti sebagai semesta yang otonom, akan tetapi dikonstruksi secara sosial.

Menurut Matthews (1994), konstruktivisme merupakan suatu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan manusia merupakan hasil dari manusia itu sendiri (Suparno, 1997 :18). Dalam hal ini, dapat dikatakan juga

bahwa paradigma konstruktivis tidak dapat dipisahkan dari pengamat. Sehingga sebuah pengeatahuan dapat dikatakan benar, jika dapat digunakan untuk menghadapi berbagai fenomena atau persoalan yang terjadi dan berhubungan pengetahuan tersebut.

2.2 Kajian Pustaka 2.2.1 Komunikasi

Komunikasi jika di aplikasikan dengan benar, maka akan mampu untuk memperbaiki hubungan sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan dan juga dapat membuat hubungan yang lebih harmonis di kalangan keluarga, pertemanan ataupun bermasyarakat. Hal ini akan dapat membina kesatuan dan persatuan antara umat manusia seluruh penghuni bumi sehingga dapat menghasilkan citra positif. Disinilah dapat dilihat begitu pentingnya komunikasi dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun hubungan tersebut.

Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communication berasal dari bahasa Latin yaitu communication yang bersumber dari kata communis , berarti sama. Sama disini maksudnya adalah sama makna. Menurut Lasswell dalam Onong Uchjana, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Hovland mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang (komunikator) menyampaikan stimulus (biasanya dalam bentuk kata-kata) dengan tujuan mengubah atau membentuk perilaku orang lain. Lasswell mengatakan bahwa komunikasi memiliki lima unsur, yaitu (Effendi, 2001: 9):

1. Komunikator (Sender)

Komunikator merupakan seseorang yang menyampaikan pesan atau informasi kepada seseorang atau sejumlah orang. Komunikator yang baik ialah komunikator yang selalu memperhatikan umpan balik sehingga ia dapat mengubah gaya komunikasinya jika ia mengetahui bahwa umpan balik dari komunikan bersifat negative.

2. Pesan (Message)

Pesan adalah seperangkat lambang bermakna yang disampaikan oleh komunikator. Penyampaian pesan dapat dilakukan secara verbal dan non

verbal. Penyampaian pesan secara verbal dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa, sedangkan pesan secara non verbal dapat dilakukan dengan menggunakan alat, isyarat, gambar atau warna untuk mendapatkan umpan balik dari komunikan.

3. Media (Channel)

Media yaitu saluran komunikasi atau tempat dimana berlalunya pesan dari komunikator kepada komunikan. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna dan lain sebagainya yang dapat secara langsung menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan.

4. Komunikan (Receiver / Recipient)

Komunikan adalah orang yang menerima pesan dari komunikator. Komunikanlah yang akan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik memainkan peranan penting dalam komunikasi, sebab umpan balik yang akan menentukan berlanjutnya komunikasi atau berhentinya komunikasi yang diutarakan oleh komunikator. Oleh sebab itu, umpan balik bisa bersifat positif ataupun negative.

5. Efek (Effect)

Efek merupakan tanggapan atau seperangkat reaksi pada komunikan setelah menerima pesan dari komunikator.

Unsur-unsur komunikasi diatas akan membantu untuk membuat komunikasi menjadi efektif, namun komunikasi yang efektif tidak hanya dilihat dari komunikan dan komunikator yang memiliki kesamaan makna saja, menurut Stewart L Tubbs dan Sylvia Moss dalam Marhaeni Fajar, komunikasi yang efektif akan menimbulkan lima hal, yaitu (Fajar,2009:8):

a. Pengertian

Pengertian yaitu penerimaan yang cermat dari stimuli seperti yang dimaksud oleh komunikator. Sehingga stimuli atau pesan yang disampaikan dapat dimengerti oleh komunikan.

b. Kesenangan

Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi. Misalnya ketika seseorang mengucapkan “selamat pagi, apa kabar?” disini orang tersebut tidak mencari keterangan atau informasi, namun komunikasi itu dilakukan untuk menimbulkan kesenangan. Komunikasi seperti ini dapat disebut komunikasi fatis (phatic communication). Komunikasi seperti inilah yang akan membuat hubungan seseorang menjadi hangat dan akrab dengan orang lain.

c. Mempengaruhi sikap

Komunikasi biasa juga dilakukan utuk mempengaruhi sikap orang lain. Misalnya, guru yang ingin mengajak muridnya untuk mencintai ilmu pengetahuan. Komunikasi seperi ini juga dapat disebut sebagai komunikasi persuasif.

d. Hubungan sosial yang baik

Komunikasi juga bisa dapat ditujukan untuk menumbuhkan hubungan sosial yang baik. Hal ini karen, manusia adalah makhluk sosial yang tidak tahan hidup sendiri.

e. Tindakan

Komunikasi untuk menimbulkan pengertian yang sama antara komunikan dan komunikator memang sulit, namun lebih sulit lagi untuk mempengaruhi sikap. Jauh lebih sulit lagi mendorong orang bertindak, tetapi efektivitas komunikasi biasanya diukur dari tindakan nyata yang dilakukan komunikan. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses komunikasi.

Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan berhasil jika dalam komunikasi tersebut terjadi pemahaman yang sama diantara kedua belah pihak. Kualitas komunikasi juga menentukan keharmonisan hubungan dengan sesama individu. adapun bentuk dari komunikasi yaitu (Effendy, 2004: 10):

1. Komunikasi Personal (Personal communication)

Terdiri dari komunikasi intra personal (Intrapersonal Communication) dan komunikasi antar personal (Interpersonal Communication)

2. Komunikasi Kelompok

a. Komunikasi kelompok kecil (small group communication) terdiri dari: ceramah, forum, diskusi dan seminar

b. Komunikasi kelompok besar (large group communication) terdiri dari kampanye.

3. Komunikasi Orgaanisasi (Organization communication) 4. Komunikasi Massa (Masscommunication)

Komunikasi menjadi salah satu hal terpenting dalam proses apapun, maka dalam harmonisasi hubungan ini terbentuk dalam komunikasi antar pribadi ataupun kelompok, hal inilah yang akan membutuhkan proses komunikasi didalamnya. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan dari seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain sebagainya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Effendi, 2001: 11).

Adapun proses komunikasi menurut onong terbagi atas dua tahap, yaitu : 1. Proses Komunikasi Secara Primer

Pada proses komunikasi ini, komunikator menyampaikan pikiran atau perasaannya kepada komunikan dengan menggunakan lambang sebagai media. Lambang disini pada umumnya adalah bahasa, tetapi dalam situasi komunikasi tertentu lambang-lambang yang digunakan dapat berupa gerak tubuh, warna, dan gambar.

2. Proses Komunikasi Secara Sekunder

Pada proses komunikasi ini, komunikator menyampaikan pesan kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang-lamabang pada media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua karena komunikan berada di tempat yang relative jauh atau jumlahnya banyak. Misalnya dengan menggunakan surat, telepon, majalah, radio, televisi, dan sebagainya. Proses ini termasuk sambungan dari proses primer untuk menembus ruang dan waktu, dalam prosesnya komunikasi sekunder ini akan semakin efektif dan efisien karena didukung oleh teknologi komunikasi yang semakin canggih

2.2.2 Komunikasi Keluarga

Keluarga adalah satu kesatuan (entity), bukanlah merupakan kumpulan individu-individu. Ibarat amoeba, keluarga mempunyai komponen-komponen yang akan membentuk organisasi keluarga itu sendiri (Sofyan Willis,2011:50). Komponen-komponen itu adalah ayah, ibu dan anak.Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat sehingga memegang peranan penting dalam upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan diharapkan dapat menanggulangi masalah-masalah sosial (Gunarsa,2000: 209). Keluarga yang baik dan harmonis akan menghasilkan individu ataupun manusia yang cerdas dan kritis, hal inilah yang dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menanggulangi masalah yang ada di lingkungan masyarakat.

Sebagaimana keluarga mempunyai nilai dan pengharapan bagi anggota-anggota, keluarga juga mempunyai pengharapan atas komunikasi. Setiap keluarga memiliki pedoman mengenai aturan-aturan komunikasi yang harus dapat dipahami oleh setiap anggota keluarga (Mulyana,2005: 216). Hal ini dapat dilihat dari cara berkomunikasi antara anggota keluarga. Anggota keluarga yang lebih muda harus menghormati dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh anggota keluarga yang lebih tua, hal ini agar dapat terjalin komunikasi yang baik dan sekaligus mampu menjalankan norma-norma yang ada di masyarakat.

Komunikasi dalam keluarga jika dilihat dari segi fungsinya tidak jauh berbeda dengan fungsi komunikasi pada umumnya. Ada dua fungsi komunikasi dalam keluarga, yaitu fungsi komunikasi sosial dan fungsi komunikasi kultural. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk membangun konsep diri, aktualisasi diri, kelangsungan hidup, memperoleh kebahagiaan, menghindarkan diri dari tekanan dan ketegangan. Selain itu, melalui komunikasi seseorang dapat bekerja sama dengan anggota masyarakat terlebih dalam keluarga untuk mencapai tujuan bersama.

Sedangkan fungsi komunikasi kultural, diasumsikan dari pendapat para sosiolog bahwa komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik. Budaya menjadi bagian dari komunikasi. Peranan komunikasi disini adalah turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya (Djamarah,

2004:37). Maka, dengan adanya komunikasi yang terjalin dengan baik maka budaya yang ada akan dapat dikembangkan dan diwariskan.

Untuk memahami masalah yang terjadi dalam sebuah keluarga maka seseorang harus memahami hubungan komunikasi dan interaksi antar anggota keluarga. Proses dimana anggota keluaga yang saling berhubungan dan berinteraksi dinamakan sistem keluarga. Dalam sistem keluarga interaksi yang terjadi sifatnya adalah circular bukan linier karena interaksi yang terjadi lebih dari dua arah atau menyeluruh. Sedangkan dalam komunikasi linier sifatnya satu arah. Gambar 2.1 Interaksi Komunikasi A B A B C D Linier Circular

Dokumen terkait